Tanggal 06-06-2025, jam 10:07-11:11 aku ngobrol bareng Asni. Ah... walau dari segi wajah tidak masuk kategoriku, tapi pantatnya itu lho.... Memang lonte si Asni itu... sangat serasi bentuk pantatnya yang sangat montok itu dengan tubuhnya. Ya jujur saja, pandanganku tak pernah luput untuk menelusuri lekuk tubuhnya, khususnya pantatnya saat dia berjalan di depanku.
Ah... entah kenapa dalam beberapa hari ini aku begitu ingin mengirim WA bisnis rahasiaku pada Asni. Tapi aku belum menemukan kesempatan dan waktu tepat, selain aku juga mempertimbangkan resiko yang ada. Aku agak khawatir kalau si Asni bakal cerita ke orang lain soal isi WA dariku. Walau dia mungkin nggak bakal tahu itu dari aku, masalahnya aku juga udah ngirim WA yang sama ke temennya yang dia kenal juga. Yang membedakan hanya foto profil aja. Kalau temannya itu dengan foto profil saat aku ngocok di depan wajah Kia, sementara Asni dengan foto profil saat kontolku sedang memuncratkan mani. Tapi kalau isi katalognya ya sama, di mana isinya ada foto dan video saat aku ngocok di depan wajah Kia, juga beberapa foto maupun video lainnya. Karena itulah, aku sempat ragu untuk mengirim pesan itu ke Asni. Tapi entah kenapa, keinginan itu justru makin besar. Begitu aku tahu Asni akan datang, tanpa pikir panjang, aku langsung menyiapkan chat yang akan kukirim padanya.
Sekitar 30 menit, chat yang kusiapkan untuk Asni hanya aku biarkan dalam posisi siaga. Begitu kudengar suara Asni datang, tanpa banyak mikir, langsung kukirim pesan itu sambil pura-pura keluar dari ruanganku, tanpa membawa HP. Waktu itu, Asni belum juga ngecek WA yang baru aja aku kirim. Dia masih berdiri dan terkadang berjalan di sekitarku, sibuk ngurusin sesuatu sambil mengajak aku ngobrol. Esh... dasar lonte si Asni itu... aku pun begitu bermanja dengan pandangan mataku yang langsung mengarah ke pantatnya yang montok itu. Imajinasi liarku begitu bermain saat dengan tatapan birahi aku menelusuri setiap detail tubuh Asni, khususnya pantatnya itu. Esh... lonte... suruh berak dulu dia dan kemudian aku kocok pantatnya dengan kontolku hingga dia terkencing-kencing, lalu gantian aku kocok pepeknya yang mungkin masih perawan itu. Ya istilah perawan untuk pepeknya itu karena bisa aja belum ada kontol yang pernah bersarang di pepeknya, tapi untuk jari... bisa aja sudah capek pepeknya itu dia kocok pakai jarinya sendiri.
Hal yang harus aku acungi jempol pada Asni adalah ketenangan sikapnya serta ekspresi wajahnya saat ngobrol denganku sambil membuka HP dan membaca WA yang aku kirim. Jelas sekali gerakan jari telunjuk dan jempolnya itu sedang memperbesar foto profil WA dariku yang berisi gambar kontolku yang sedang memuncratkan mani. Esh... benar-benar lonte si Asni itu... begitu tenangnya dia sambil ngobrol denganku, dia membuka link katalog di WA yang aku kirim dan itu terlihat jelas dari posisi HPnya yang sedikit dia miringkan sambil dia dekatkan seperti lebih memperjelas pandangannya memperhatikan gambar serta video detik-detik kontolku yang sedang aku kocok memuncratkan mani. Dasar lonte kau Asni....
Dan sebenarnya sekitar 2 bulan yang lalu, aku juga pernah menggunakan WA bisnisku itu untuk menelpon dia sebanyak 2 kali dalam jarak waktu hanya beberapa menit saja. Ah... aku ingat kejadiannya itu pada hari sabtu saat dia sedang mencuci motornya. Aku bahkan hanya berjarak beberapa meter saja dari posisi si Asni dan dapat begitu jelas melihat ekspresinya. Panggilan WA yang sengaja aku putuskan sebelum si Asni mengangkatnya membuat dia merasa penasaran yang akhirnya dia membuka HPnya dan melihat foto profilku. Begitu jelas perubahan wajah Asni pada saat itu. Apalagi saat panggilan ke dua yang aku lakukan, begitu jelas si Asni melihat dengan kesal foto profilku sambil berkata, "Ish... apalah ini...." Ah... dasar lonte kau Asni....
Dan itulah yang membuat aku salut pada Asni, karena tampak begitu tenang sikap serta ekspresi wajahnya saat ngobrol denganku sambil dia membuka WA yang aku kirim. Jujur, selama aku ngobrol dengan si Asni, imajinasi birahiku begitu bermain dalam pikiranku. Sangat santai obrolan kami yang saling berhadapan dengan pemisah meja. Dan beberapa kali aku pura-pura berdiri mengambil sesuatu, padahal aku sebenarnya sedang memperhatikan bagian selangkangannya. Ah... entahlah, saat itu sepertinya Asni sengaja berlama-lama ngobrol denganku dan tak nampak sedikit pun dia ingin menyudahi pembicaraan kami. Esh... lonte... beberapa kali aku lihat si Asni membuka kembali WA yang aku kirim sambil tetap ngobrol denganku. Ah... dasar lonte pepek pantatmu Asni....
Sampai akhirnya aku sudahi obrolan kami dengan mengatakan kalau aku mau jalan keluar karena ada keperluan. Ah... Asni....