Rabu, 14 Maret 2018

Birahiku Pada Kak "Dk"

Aku gak tahu kenapa belakangan ini kak Dk sepertinya sengaja memancing birahiku. Seperti kejadian tadi malam saat dia duduk di depanku. Kak Dk dengan celana yang sangat pendek duduk agak mengangkang di depanku, yang otomatis mempertontonkan paha dan sekitar pangkal pahanya yang membuat kontolku begitu terasa seperti digelitiki dan ingin sekali rasanya saat itu aku mengeluarkan kontolku dan ngocok di depannya. Sedikit mencuri pandangan sambil ngobrol dengan kak Dk dan suaminya, yaitu abangku, khayalanku kembali teringat masa-masa di mana kak Dk selalu menjadi sasaran ngocokku. Apalagi waktu tanggal 11-03-2018 saat aku sedang duduk di lantai sambil memperlihatkan kakiku yang luka. Tanpa sungkan, di depan abangku, yaitu suaminya, kak Dk mendekati aku dengan posisi yang sangat dekat, sambil ikut memperhatikan kakiku.  Sangking dekatnya, lutut kiriku tertekan oleh teteknya, dikarenakan tubuh kak Dk sedikit membungkuk memperhatikan kakiku. Lutut kiriku berada di posisi lebih tinggi karena telapak kaki kiriku berada di paha kananku. Saat itu kak Dk ada di sebelah kiri dan dL ada di sebelah kananku.
Mereka berdua terasa begitu menghimpit tubuhku. Dan kontolku saat itu terasa begitu menggeliat penuh dengan denyut kenikmatan. Andai saat itu cuma kami bertiga, pasti akan kubiarkan kak Dk dan dL tahu kalau kontolku itu sedang ereksi. 
Bukan karena cuma berdekatan seperti itu yang membuat kontolku ereksi, tapi... kak Dk dan dL dulu adalah target ngocokku yang paling berkesan. Sangking seringnya mereka itu aku jadikan target ngocokku, sampai kuanggap sudah hal yang biasa. 
Hari ini aku sengaja menuliskan tentang perasaan birahiku pada kak Dk, dan mungkin lain hari akan aku tulis juga tentang dL. Walaupun sebenarnya beberapa kejadian sudah aku tulis di blogku tentang kak Dk maupun dL. 
Ya mungkin saja apa yang aku rasakan merupakan efek dari obsesi birahiku pada kak Dk yang akhirnya muncul kembali seiring dengan tak sungkannya kak Dk kadang menyingkapkan bajunya di depanku. Bahkan dulu pernah kak Dk hanya memakai gaun tidur yang super pendek menerima aku saat bertamu di rumahnya, walau ada abangku juga di rumah itu. 
Gelitik dan obsesi birahiku belakangan ini memang tertuju pada kak Dk. Kalau dia datang ke rumah, begitu aku nikmati keindahan tubuhnya dan kubiarkan kenangan masa lalu bermain dalam benak dan birahiku. 
Jujur saja aku salut pada kak Dk. Salut dengan sikapnya yang sampai saat ini biasa saja dan malahan, sekarang kurasakan kak Dk mulai kembali memancing-mancing birahiku. Padahal dulu dengan mata kepalanya sendiri, kak Dk memergoki aku sedang berdiri ngocok di dapur. Di depan kak Dk sangat jelas rasa keterkejutanku setelah mengetahui kak Dk masuk ke dapur dan menghentikan langkahnya, karena dia tahu saat itu aku sedang ngocok. Memang sangat kecut sekali wajah kak Dk saat itu. Tapi setelah kejadian itu, biasa saja sikapnya padaku. 
Dan bukan sekali dua kali kak Dk aku jadikan obsesi secara langsung saat aku ngocok. Melainkan begitu sering, baik itu sebelum maupun sesudah kejadian kak Dk memergoki aku sedang ngocok. 
Dulu terasa nikmat sekali saat aku bugil ngocok di depan pintu kamar mandi, sementara kak Dk sedang berada di dalam kamar mandi, baik itu saat dia sedang mandi atau sedang mencuci pakaian. Letupan birahiku membuat aku begitu nekat ngocok dengan keadaan bugil di depan pintu kamar mandi saat kak Dk berada di dalamnya. 
Apalagi saat aku tahu pakaian kak Dk belum sempat dia cuci dan masih kering tertumpuk di ember. Dengan penuh rasa antusias aku mencari sempak kak Dk. Dan setelah aku dapatkan sempaknya, kemudian aku bawa ke kamarku. 
Ah... dulu, begitu seringnya aku ngocok sambil mencium aroma pesing pepek kak Dk dari sempaknya yang belum sempat dia cuci. Begitu aku nikmati. Apalagi di sempak kak Dk itu ada jembutnya yang tertinggal. Sampai-sampai aku pernah menyimpan beberapa helai jembut pepek kak Dk. Tapi sayangnya jembut kak Dk itu aku tinggal saat kami pindah rumah. 
Sempak kak Dk yang masih basah yang berada di jemuran pun tak luput dari sasaranku. Sering juga kalau aku tidak mendapati sempak kak Dk yang bekas dia pakai, maka aku beralih ke jemuran untuk mengambil sempaknya. Walau masih basah tapi kadang bau pepeknya gak hilang. Sering aku ngocok dan nembak mani di sempak kak Dk yang masih basah itu dan kubiarkan maniku di sempaknya lalu aku jemur kembali. Kadang aku lihat juga bercak maniku yang mengering di sempak kak Dk, tapi aku masa bodo aja. 
Walau sempat terpikir juga kemungkinan rasa curiga kak Dk padaku karena seringnya bercak maniku menempel di sempak bagian pepeknya. Pasti dalam benaknya, mani siapa ini, kan sempaknya sudah dicuci.... 
Tapi itulah yang membuat aku begitu salut pada kak Dk. Sampai sekarang pun sikapnya begitu biasa padaku malah terkesan sering memancing birahiku. 
Sampai-sampai sempat terpikir olehku, kak Dk sengaja membiarkan dirinya kujadikan objek ngocokku. Karena pernah suatu kejadian, entah mengapa kak Dk berdiri di pintu pagar samping rumah, sementara saat itu aku sedang berada di situ juga. Dia berdiri membelakangi aku seperti membiarkan aku untuk menikmati keindahan tubuhnya. Pun saat itu kak Dk hanya berdiri membelakangi aku tanpa melakukan apa-apa dan kesempatan itu juga aku tidak aku sia-siakan dengan langsung mengeluarkan kontolku dari celana. Langsung saat itu aku berdiri sambil ngocok di belakang kak Dk sampai muncrat-muncrat maniku dibuatnya. Aku sadar kalau waktu itu masih terang benderang karena masih sore hari sekitar jam 15 lewat, tapi... yang namanya ada kesempatan. Dan seperti kak Dk bisa merasakan kalau saat itu aku sudah nembak mani, kemudian dia membalikkan badannya ke arah aku dan beranjak begitu saja, berlalu dari hadapanku kembali masuk ke rumahnya. 
Dasar pepek pantat kak Dk. Sampai saat ini harapan dan keinginanku memendamkan kontolku di pepek dan pantatnya masih tetap ada. Andai saja kak Dk mau... satu harian penuh aku akan ngentot sama kak Dk.