Senin, 22 April 2024

Kedatangan "Ning" -*-

Tanggal 21-04-2024, jam 14:31 begitu puasnya aku berkelonjotan penuh kenikmatan saat aku nembak mani di depan Ning yang sedang tertidur di ruang tamu rumah mertuaku. Ah Ning..., begitu inginnya aku memendamkan kontolku ke dalam pepekmu...
Awalnya sekitar jam 08:40 Ning secara tiba-tiba datang ke M dan dia hanya seorang diri. Hal yang tidak pernah dia lakukan selama dia tinggal di A S. Sebenarnya si Ning itu sangat dikekang oleh suaminya. Dan yang menjadi pertanyaan kami adalah kenapa dia bisa sampai ke M hanya seorang diri dan tanpa pemberitahuan ke kami seperti yang biasa dilakukan keluarga A S bila ingin datang ke M.
Dan akhirnya terungkap kalau si Ning sebenarnya sedang bertengkar dengan suaminya dan dia memutuskan untuk menenangkan dirinya di M. Panjanglah pokoknya nasehat mertuaku pada si Ning itu yang intinya tidak mendukung apa yang dia lakukan. Saat kami ngumpul menasehati Ning, imajinasiku selalu saja bermain pada keindahan tubuhnya. Esh..., pantatnya itu lho yang membuat aku begitu terobsesi pada Ning. Esh..., lonte pantat torok pepek kau Ning...
Singkatnya, pada siang hari mertuaku mengajak *****ku untuk menghadiri undangan kerabat kami di kampung sebelah sambil dengan suara sedikit berbisik meminta aku untuk menemani Ning di rumahnya.
"***, ini ibu sama *** mau undangan dulu sekalian nanti mau belanja. Tolong lihat-lihat si Ning di rumah ya..., ibu takut dia nanti berbuat aneh karena masalahnya itu. Dan sekalian juga rice cooker ibu gak hidup, benerinnya di rumah ibu aja sekalian pantau si Ning..., lagi tidur dia itu", kata mertuaku yang membuat hatiku bersorak.
Ah..., pepek torok..., begitu bermainnya imajinasi birahiku dengan apa yang akan aku lakukan pada Ning. Tapi..., setelah aku mempertimbangkan banyak hal, yang paling bisa dan pasti aku lakukan adalah aku ngocok di dapur rumah mertuaku seandainya Ning sedang menonton TV. Dan setelah mertuaku serta *****ku pergi, langsung aja aku membuka sempakku sambil mengikat telor kontolku. Esh..., walau kemungkinannya sangat tipis, tapi setidaknya aku sudah mempersiapkan diri.
Obsesi serta hasrat birahiku pada Ning membuat aku secara terang-terangan menyuruh ***** dan ** untuk bermain di rumah sepupunya, di gang sebelah sambil aku kasih uang untuk jajan, sementara **** sudah sedari pagi pergi ke workshopnya. Dan setelah mereka pergi, aku kemudian masuk ke rumah mertuaku sambil membawa peralatan untuk memperbaiki rice cookernya.
Awalnya aku kira Ning sedang rebahan di kursi tamu. Tapi saat aku menyapanya, baru aku tahu kalau Ning memang sedang tidur, seperti yang dikatakan mertuaku. Ah..., lonte pepek pantat torok si Ning itu..., begitu bergemuruhnya birahiku saat aku melihat ke tubuhnya. Sambil memperhatikan situasi yang ada, akhirnya aku memutuskan untuk memperbaiki rice cooker di ruang tamu. Tujuanku adalah sekalian untuk memastikan kondisi si Ning dan aku memang berniat untuk ngocok di sana.
Gak perlu waktu yang lama untuk membuka dan memperbaiki rice cooker yang rusak itu karena hanya fusenya aja yang longgar. Dan setelah aku memperbaiki dudukan fuse yang longgar itu, sengaja aku biarkan dulu. Tujuanku adalah sebagai alasan seandainya Ning terbangun dan mendapati aku berada di dalam rumah mertuaku, di sekitar dirinya.
Sambil meremas-remas kontolku, begitu aku telusuri tubuh Ning yang sedang tidur di depanku. Tangannya yang ditumbuhi bulu halus membuat imajinasiku bermain. Ah..., pasti lebat jembut si Ning itu..., dan pasti nikmat seandainya aku bermanja di pepeknya. Esh..., kontolku perlahan mulai ereksi saat semakin liarnya imajinasiku pada pepek si Ning yang belum mempunyai anak itu.
Lonte si Ning itu..., semakin liar imajinasiku serta tanganku yang meremas-remas kontolku, membuat semakin ereksi kontolku. Dan perlahan, dalam posisi bertumpu pada kedua lututku, aku mengeluarkan kontolku. Esh..., lonte pepek pantat torok kau Ning..., kenikmatan birahiku begitu terasa di kontolku, walau belum aku kocok. Begitu gagahnya kontolku ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku. Sambil melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul 14:12, masih dalam posisiku, perlahan aku mulai mengocoki kontolku. Dan kalau saja aku sedikit mundur dari posisiku saat itu, pasti dari luar rumah akan terlihat kalau aku sedang ngocok. Esh..., lonte pantat pepek torok kau Ning..., sensasi telor kontolku yang aku ikat juga menambah kenikmatan kontolku yang sedang aku kocok sekitar 2,5 m di samping Ning.
Sebenarnya saat itu aku ingin menyudahi dulu acara ngocokku untuk mengambil HPku yang aku tinggal di rumah. Tapi karena aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, yang bisa aja Ning terbangun, akhirnya aku teruskan aja acara ngocokku tanpa aku mendokumentasikannya melalui video ataupun photo seperti yang biasa aku lakukan.
Begitu aku nikmati hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku sambil menelusuri tubuh Ning. Lonte pepek pantat torok kau Ning..., birahiku semakin menggelegak. Dan perlahan, sambil memperhatikan wajah Ning, aku bangkit dari posisiku dengan tidak menghentikan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Ah..., lonte kau Ning..., tetek mu itu...
Adrenalinku semakin terpicu yang membuat aku secara perlahan mulai mendekati tubuh Ning yang sedang tertidur sekitar 2,5 m di depanku. Sambil ngocok aku berjalan mendekati posisi Ning. Jujur saja, saat itu aku berencana ingin bugil ngocok di depan Ning karena posisi depan celana pendekku yang sedikit aku lorotkan itu sangat mengganjal telor kontolku yang aku ikat. Jadi gak bebas gerakan telor kontolku. Tapi karena aku mempertimbangkan beberapa resiko yang mungkin saja bisa terjadi, akhirnya aku urungkan rencanaku itu.
Awalnya aku berjalan menuju pintu depan kamar Teti dan menghentikan langkahku di sana untuk memastikan reaksi Ning. Sengaja aku sedikit mengambil jarak sekitar 1,5 m dari kepala Ning.  Esh..., lonte..., benar-benar lonte si Ning itu..., birahiku semakin tidak bisa diajak kompromi yang membuat aku akhirnya semakin mendekat ke posisi Ning hingga akhirnya aku berdiri sambil ngocok sekitar 30 cm di dekat kepalanya. Dari posisiku nampak jelas wajah cantik si Ning, dan teteknya yang menyembul seperti memanggil aku untuk bermanja dan netek di teteknya. Jam dinding menunjukkan pukul 14:21 saat secara perlahan aku mulai mendekatkan kontolku yang sedang aku kocok itu ke kepala Ning hingga kepala kontolku menyentuh dan menempel di bagian atas kepala Ning. Begitu perlahan dan sangat berhati-hati aku menempelkan kepala kontolku di kepala Ning. Esh..., lonte pepek pantat torok kau Ning..., nikmatnya...
Walau tak menyentuh langsung ke kulit Ning dan kontolku itu hanya menyentuh rambutnya saja, tapi begitu terasa nikmat. Sambil memandang wajah Ning dan melihat reaksinya, santai saja aku ngocok di dekat kepala Ning. Esh..., lonte kau Ning..., begitu besar obsesi birahiku pada tubuhnya. Begitu menggoda pepek dan pantat si Ning itu. Jujur saja, kalaulah dia secara sadar mau aku ajak ngentot, pasti akan aku giliri pepek dan pantat si Ning itu secara bergantian. Akan aku buat si Ning itu sampai terkencing-kencing karena kocokan kontolku di pepek dan pantatnya. Esh..., dasar lonte kau Ning...
Jam menunjukkan pukul 14:23 saat aku menggeser posisiku yang awalnya berdiri di dekat kepala si Ning, menjadi berdiri tepat di samping Ning. Hanya sekitar 20 cm jarak antara kontolku yang sedang aku kocok dengan wajahnya. Saat itu aku benar-benar ngocok di depan wajah si Ning. Dan aku tahu, seandainya si Ning membuka matanya sedikit saja, pasti secara jelas dia dapat melihat kontolku yang sedang aku kocok tepat di depan wajahnya. Aku sadar, sepertinya aku gak punya alasan seandainya Ning terbangun dan mendapati aku sedang berdiri di sampingnya, walaupun kontolku dapat dengan cepat aku masukkan ke dalam celanaku. Tapi itu pula yang membuat adrenalinku semakin terpicu. Sambil memperhatikan wajah Ning, tanganku tak henti-hentinya mengocoki kontolku.
Lonte si Ning itu..., sehari semalampun aku sanggup memuaskan pepek dan pantatnya. Begitu sangat menggairahkan sekali si Ning itu. Esh..., lonte..., jujur yang aku suka dari Ning adalah pantatnya yang montok itu. Dan aku yakin jembutnya pasti lebat dan tebal karena banyak bulu halus di tubuh si Ning itu. Esh..., dasar lonte kau Ning...
Begitu aku dalami kecantikan wajah Ning dan tetek Ning yang ada di hadapanku. Begitu aku nikmati sensasi ngocok di depan wajah si Ning itu. Hingga akhirnya pada jam 14:31 sambil berkelonjot penuh kenikmatan, aku nembak mani tepat di depan wajah Ning. Tangan kiriku secara cepat langsung meremas kepala kontolku sambil menahan agar muncratan maniku itu tidak berceceran dan mengenai wajah maupun tubuh Ning. Karena pastilah dia tahu kalau yang menempel di wajahnya itu adalah mani seandainya muncrat mengenai wajahnya. Kalau dulu saat dia belum kawin, mungkin si Ning itu belum tahu secara pasti bentuk lendir mani itu seperti apa. Karena dulu, si Ning itu pernah menginjak maniku yang berceceran di depan pintu kamarnya sambil mengatakan, "Ihh...., apa ni...". Ah..., lonte kau Ning..., kalau sekarang dia sudah kawin, pastilah dia tahu lendir mani itu seperti apa.
Sambil sedikit menahan kelonjotan nikmat di tubuhku, aku tetap meremas kepala kontolku dan menampung maniku dengan tangan kiriku, dan perlahan aku berjalan menjauh dari hadapan Ning, lalu aku masuk ke kamar mandi. Esh..., dasar lonte si Ning itu..., nikmatnya nembak tepat di depan wajahnya. Lonte..., lonte...
Saat di kamar mandi aku tiba-tiba mempunyai ide untuk mencampurkan maniku itu dengan air yang ada di dalam ember. Ide itu muncul saat aku melihat hanya ember itu saja yang berisi air, sementara bak mandi dan beberapa ember lainnya dalam keadaan kosong. Dengan harapan yang dipenuhi oleh gejolak birahi agar Ning menggunakan air di dalam ember, santai saja aku mencelupkan tanganku ke dalam ember tersebut dan langsung aku membersihkan maniku yang kental dan lumayan banyak itu dengan air yang berada di dalam ember. Esh..., nampak bergumpal-gumpal maniku di dalam ember itu. Dan nampak ada beberapa gumpalan maniku yang terapung maupun yang melayang-layang di dalam air di ember itu.
Jujur, ada rasa khawatir kalau Ning dapat melihat gumpalan maniku yang berada di dalam ember itu yang membuat aku mempunyai ide untuk mematikan lampu kamar mandi dan membuatnya seolah rusak. Dan langsung saja setelah tanganku bersih dari maniku, aku kembali ke ruang tamu untuk mengambil obeng. Dengan gerakan sedikit tergesah aku membuka saklar lampu dan melepas kabelnya. Begitu juga kabel stop kontak untuk mesin air aku lepas juga, dengan tujuan agar Ning menggunakan air di dalam ember tersebut terlebih dahulu.
Setelah itu, aku kembali duduk di lantai di ruang tamu sambil pura-pura sedang memperbaiki rice cooker dengan memposisikan tubuhku mengarah ke Ning yang masih tidur. Lonte..., karena terlalu lama menunggu, akhirnya aku sempatkan juga keluar rumah mertuaku untuk melihat situasi yang ada. Dan saat aku kembali ke rumah mertuaku lagi, aku dapati Ning sudah bangun dan sedang duduk. Akupun langsung saja duduk dan pura-pura memperbaiki rice cooker sambil ngobrol ringan dengan Ning.
Selang beberapa waktu kami ngobrol, Ning bangkit dan berjalan ke arah dapur. Esh..., lonte..., begitu aku harapkan si Ning itu menggunakan kamar mandi. Jujur, begitu bergemuruhnya dadaku karena berharap agar si Ning itu menggunakan air yang ada di dalam ember yang telah bercampur dengan maniku. Dan benar saja, Ning masuk ke kamar mandi.
"Bang, lampu kamar mandi mati ya...", kata Ning dari dalam kamar mandi yang membuat gemuruh di dadaku semakin cepat.
"Oh..., gak tahu Ning", jawabku sambil bangkit dan berjalan menghampiri kamar mandi yang ternyata Ning sedang berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Ntar abang benerin ya...", kataku lagi.
"Iya bang, ini Ning pakai dulu kamar mandinya", kata Ning sambil masuk ke kamar mandi.
Esh..., lonte si Ning itu..., seandainya dia minta aku ikut masuk ke kamar mandi juga pasti aku mau menemaninya. Saat itu kontolku tidak dalam posisi ereksi. Ya kalau ereksi, gak mungkin aku berdiri di depan Ning. Tapi..., memang dasar lonte pepek pantat si Ning itu..., kontolku langsung ereksi saat aku dengan sangat jelas mendengar suara Ning yang sedang kencing. Begitu jelas suara semburan air kencing si Ning itu keluar dari pepeknya. Lonte kau Ning...
Antar kepingin ngocok sambil mendengarkan suara kencing Ning dan rasa gak enak aja kalau Ning melihat kontolku yang menyodok bagian depan celana pendekku membuat aku akhirnya berlalu dari dapur. Apalagi sesaat setelah aku beranjak dari posisiku, terdengar Ning cebok dan pastinya menggunakan air yang berada di dalam ember yang sudah bercampur dengan maniku. Esh..., lonte kau Ning...
Aku langsung duduk dan mengemasi rice cooker yang aku bongkar dengan tujuan untuk menghidupkan lagi lampu kamar mandi yang aku buka kabelnya dan untuk melihat sampai seberapa banyak Ning menggunakan air yang ada di dalam ember yang telah bercampur dengan maniku itu. Lonte..., terdengar si Ning itu beberapa kali menciduk gayung untuk membersihkan pepeknya yang membuat kontolku semakin ereksi.
Jujur, saat itu aku sedikit serba salah karena kontolku benar-benar sudah sangat ereksi. Apalagi saat Ning keluar dari kamar mandi dan aku dengar dia memainkan saklar untuk menghidupkan mesin pompa air. Begitu aku tenangkan birahiku agar ereksi kontolku mereda. Esh..., memang dasar lonte si Ning itu...
"Bang, ini mesin airnya gak nyala juga ya...", kata Ning yang aku jawab nanti sekalian aku benerin lampu kamar mandinya.
Lontenya si Ning itu adalah dia kembali duduk di ruang tamu, sementara kontolku benar-benar dalam kondisi ereksi. Sambil pura-pura memasang beberapa bagian dari rice cooker yang aku buka, sengaja aku tempatkan rice cooker tersebut di pahaku untuk menutupi kontolku yang sedang ereksi. Dan sebagai basa-basi, kami juga ngobrol sambil Ning terkadang melihat ke siaran TV. Esh..., lonte pantat pepek torok kau Ning...
Saat aku melihat Ning terfokus melihat siaran TV, dengan segera aku memasukkan peralatan kerjaku dan dengan sedikit tergesa aku bangkit berjalan menuju dapur sambil menempatkan rice cooker yang aku bawa tepat di bagian depan celanaku untuk menutupi kontolku yang masih ereksi, dasar lonte kau Ning. 
"Bang ***, abang sekalian benerin lampu ama pompa air...?", tanya Ning sesaat setelah melihat aku berjalan membawa rice cooker ke dapur.
"Iya Ning, ini sekalian abang kerjakan ya...", jawabku dengan debar di dada karena kontolku benar-benar dalam posisi menyodok bagian depan celanaku.
Hal yang pertama sekali aku lakukan adalah menyambung kembali kabel di saklar yang aku lepas dan kemudian aku masuk ke kamar mandi untuk melihat air yang ada di dalam ember. Ah..., pepek pantat lonte si Ning itu..., sisa air di dalam ember hanya tinggal sedikit dan aku tidak menemukan maniku ada di dalam ember tersebut. Esh..., lonte..., bisa saja maniku itu menempel di tangan ataupun di pepeknya si Ning. Ah..., dasar lonte kau Ning..., thanks sudah cebok dengan air di dalam ember yang telah bercampur dengan maniku. 
Akhirnya aku lebih memperhatikan lantai kamar mandi dan menemukan beberapa gumpalan maniku yang berceceran di lantai. Dengan sisa air yang ada di dalam ember aku membersihkan maniku itu. Kalau Ning melihatnya, pasti dia dapat mengetahui kalau ceceran itu adalah mani. Ah..., lonte kau Ning. Dan di dalam kamar mandi itu perlahan kontolku mulai tidak ereksi.
Karena kontolku sudah tidak ereksi, kemudian aku keluar dari kamar mandi dan pura-pura minum untuk mengetahui keberadaan si Ning. Saat Ning melihat ke arah aku, Ning kembali menanyakan tentang lampu dan mesin pompa air yang aku jawab kalau lampu sudah hidup dan pompa air sedang aku kerjakan.
"Agak gerah bang, dari pagi belum mandi...", kata Ning kepadaku.
"Ntar Ning...", jawabku sambil membuka penutup pompa, pura-pura melihat kerusakannya sebagai antisipasi kalau Ning datang melihat apa yang aku kerjakan.
Setelah beberapa saat aku tunggu tapi Ning tak datang juga, akhirnya aku memasang kembali kabel stop kontak mesin pompa air yang sengaja aku buka. Dan setelah itu aku menghidupkan saklar mesin pompa air tanpa memasang terlebih dahulu penutup pompanya.
"Wah..., dah hidup mesinnya ya bang...", kata Ning dari ruang tamu.
Dan tak lama kemudian Ning datang dengan membawa handuk dan pakaiannya. Saat itu aku masih berdiri di dekat pintu kamar mandi. Sambil menggeser posisiku untuk memberi jalan pada Ning, aku katakan pada Ning kalau aku masih mengecek mesin pompanya.
"Lah..., dimatikan lagi bang mesinnya...?", kata Ning dengan nada sedikit kecewa.
"Nggak Ning, gak papa..., biar hidup seperti itu aja, ni abang ngecek aja kok, dan memang mesinnya harus hidup, ada yang mau abang setel...", jawabku.
Dan akhirnya Ning masuk ke kamar mandi, berlalu dari hadapanku. Esh..., lonte kau Ning. Pasti nikmat rasanya mandi sambil ngentot bersama kau, Ning. Ah..., kontolku perlahan mulai ereksi lagi. Dalam posisi masih berdiri di depan meja kompor, aku meremas-remas kontolku dan mulai mendengar suara Ning sedang menggosok gigi. Esh..., lonte...
Jujur, saat itu aku begitu bimbang, ingin ngocok tapi aku gak tahu apakan Ning sudah membuka pakaiannya atau gimana, karena yang aku dengar saat itu dia sedang menggocok gigi. Aku ragu aja, takutnya Ning tiba-tiba keluar dari kamar mandi. Akhirnya aku membenahi mesin pompa yang telah aku buka dan benar saja, sesaat setelah aku mendengar Ning berkumur-kumur, dia kemudian keluar. Untungnya posisiku sudah berada di depan mesin pompa.
"Lah..., katanya mandi...", kataku pada Ning agar situasi nampak normal.
"Hehehe..., iya bang ada yang ketinggalan...", jawab Ning sambil berlalu dari hadapanku.
Dan untuk menjaga agar Ning gak curiga, akhirnya aku ke ruang tamu dan Ning nampak keluar dari kamar Teti dengan membawa lulur. Esh..., lonte si Ning itu..., kalau saja dia meminta aku untuk menggosoki tubuhnya dengan lulurnya itu, pasti dengan senang hati aku melakukannya.
"Bang, abang belum mau pulang kan...?, tanya Ning saat hendak melewati aku.
"Kenapa Ning...?", kataku balik bertanya.
"Nggak bang, minta tolong matikan airnya kalau udah penuh...", kata Ning sambil tertawa.
"Oala..., ya udah, abang nonton TV aja, ntar klo dah penuh bilang ya...", jawabku disertai sorak di hatiku karena Ning tidak merasa terganggu dengan kehadiranku di sana.
Akhirnya Ning berlalu dari hadapanku dan masuk ke kamar mandi. Sesaat setelah aku mendengar Ning menutup pintu kamar mandi, dengan perlahan aku berjalan ke dapur dan kemudian berdiri sekitar 3 m di depan pintu kamar mandi. Dari tempatku berdiri aku dapat mendengar jelas suara gerakan Ning seperti sedang membuka pakaiannya. Ah..., saat itu kontolku seperti memberontak ingin dikocok. 
Karena aku yakin Ning sudah membuka pakaiannya dan bersiap untuk mandi, santai aja aku melorotkan bagian depan celanaku sambil membuat kontolku ereksi. Sekitar 3 m di depan pintu kamar mandi itu aku mulai ngocok sambil membayangkan kondisi tubuh bugil Ning yang sedang berada di kamar mandi. Saat itu aku benar-benar merasa tertantang dan secara perlahan aku berjalan sambil ngocok mendekati pintu kamar mandi. Sekitar 1,5 m sebelum pintu kamar mandi aku menghentikan langkahku sambil terus saja mengocoki kontolku.
Entah lah, adrenalinku benar-benar terpicu dan aku merasa sangat tanggung hanya ngocok dalam posisi dan kondisi seperti itu, yang akhirnya membuat aku menghentikan kocokan tanganku di kontolku. Dan dengan perlahan aku kembali lagi ke ruang tamu.
Sambil melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul 15:02, secara santai aku membuka celanaku dan meletakkannya begitu saja di lantai ruang tamu. Dalam keadaan tanpa sehelai benangpun di tubuhku, aku berjalan sedikit menyamping agar tak terlihat dari luar rumah dan kembali ke dapur. Jujur, degup jantungku begitu terasa. Tapi karena kesempatan dan obsesiku pada tubuh Ning membuat aku begitu mengesampingkan resiko yang ada.
Begitu aku berada di dapur, langsung saja aku ngocok mengarah ke pintu kamar mandi. Esh..., lonte kau Ning..., begitu terpicunya birahi dan adrenalinku. Tak aku pikirkan posisi pintu rumah mertuaku yang terbuka lebar dan celanaku yang berada di ruang tamu. Malahan aku semakin nekat dengan lebih mendekatkan posisi tubuhku ke pintu kamar mandi. Ah..., lonte kau Ning..., aku benar-benar tak memikirkan resiko seandainya Ning membuka pintu kamar mandi dan pastinya si Ning itu akan mendapati aku dalam keadaan bugil berdiri hanya sekitar 1 m di depan pintu. Esh..., lonte pepek pantat torok kau Ning..., gak akan sempat aku untuk menghindar kalau kondisinya seperti itu...
Tanggung..., begitu tanggung rasanya..., dengan letupan dan gejolak birahiku serta kenikmatan kontolku yang sedang aku kocok membuat aku lebih merapatkan tubuhku ke pintu kamar mandi hingga jarak antara kepala kontolku dengan pintu kamar mandi kurang dari 15 cm. Suara riak air dari dalam kamar mandi yang menandakan kalau saat itu Ning sedang mengguyur tubuhnya serta pastinya mengusap-usap tubuhnya semakin menambah imajinasiku pada Ning yang sedang mandi. Esh..., dasar benar-banar lonte kau Ning...
Terkadang aku sampai memejamkan mataku menikmati sensasi kocokan tanganku di kontolku sambil mendengarkan Ning yang sedang mandi. Lonte si Ning itu..., semakin nikmat rasa kocokan tanganku di kontolku yang akhirnya secara perlahan aku merebahkan tubuhku di depan pintu kamar mandi dengan memposisikan kedua kakiku hampir menyentuh kusen pintu kamar mandi. Dengan posisi mengangkang dan menekukkan lututku, membuat posisi pantatku semakin mendekat ke arah pintu. Sambil telentang ngocok di depan pintu kamar mandi, begitu aku nikmati hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Terkadang aku sambil memejamkan mataku membayangkan tubuh bugil Ning yang sedang mandi di dalam kamar mandi itu. Apalagi saat itu aku mendengar suara Ning sedang mencuci yang pastinya posisi tubuhnya itu jongkok, membuat imajinasiku semakin liar. Esh..., seandainya Ning itu jongkok di atas tubuhku, pasti tanganku akan lebih mendorong pantatnya yang montok itu lebih ke depan agar aku lebih leluasa menjilati pepeknya...
Lonte kau Ning..., begitu banyaknya muncratan maniku yang keluar dari kontolku yang mengenai dada dan dagu serta mulutku. Benar-benar lonte kau Ning..., nikmatnya..., dalam keadaan bugil telentang di depan pintu kamar mandi begitu dahsyatnya kelonjotan nikmat yang aku rasakan. Esh...
Setelah reda kelonjotan di tubuhku, perlahan aku bangkit dan jujur, aku sedikit bingung untuk membersihkan maniku yang berceceran di tubuhku. Akhirnya aku menggunakan lap yang berada di meja kompor untuk membersihkan maniku dari tubuhku. Dan setelah itu, perlahan aku berjalan ke ruang tamu untuk memakai celanaku kembali. Esh..., lonte pepek pantat kau Ning..., inginnya aku melesakkan dan mengocoki pepek dan pantatmu dengan kontolku...
Saat aku sampai di ruang tamu, jam menunjukkan pukul 15:11. Berarti selama sekitar 9 menit aku dalam keadaan bugil ngocok di depan pintu kamar mandi. Itupun belum terhitung saat aku ngocok dalam keadaan masih menggunakan celana. Ah..., benar-benar lonte pepek pantat torok kau Ning...
"Bang ***, masih di sana...? Bisa minta tolong matikan air bang...", kata Ning dengan suara sedikit berteriak.
"Oooo, iya Ning ntar...", jawabku sambil bangkit dari kursi.
Saat aku bangkit untuk berjalan ke dapur, langsung aja aku keluarkan kontolku dan sesaat setelah aku sampai di dapur, langsung saja aku melorotkan celanaku. Begitu santai dalam keadaan celana yang sudah melorot hingga lututku itu aku menghampiri saklar mesin pompa air dan mematikannya. Jujur, saat itu begitu menggebunya birahiku pada Ning. Dan yang aku takutkan adalah terkentot paksa pula si Ning itu aku buat. Akhirnya dengan berat hati, setelah pompa air aku matikan, aku pamit pulang pada Ning. Aku kenakan kembali celana yang sudah aku lorotkan itu dan kemudian aku pulang ke rumahku. Toh besok pasti Ning akan aku jadikan target ngocokku lagi, begitu yang ada di benakku saat itu.
Tapi memang dasar lonte si Ning itu..., keesokan harinya, yaitu tanggal 22-04-2024 sekitar tengah hari, si Ning itu pulang ke A S. Hal itu aku ketahui setelah aku pulang dari aktifitas. Esh..., dasar lonte kau Ning..., cuma segitu doang... Bertengkar, pergi meninggalkan rumah dan pulang lagi.... Bukannya dekat jarak antara A S dengan M. Dasar lonte kau Ning..., buyar semua rencanaku. Padahal aku kepingin mencampurkan air kencingku ke bak mandi di rumah mertuaku agar Ning itu mandi dengan air kencingku. Ah..., mungkin saja semalam itu mertuaku kembali menasehati Ning sehingga akhirnya dia kembali ke A S. Pepek pantat kau lah Ning...


Minggu, 14 April 2024

Bugil Ngocok Di Depan "Fyra" -*-

Tanggal 14-04-2024, jam 01:07 aku bugil ngocok sampai nembak mani di depan Fyra yang sedang tidur di ruang tamu rumahku. Jujur saja, ada banyak perubahan di tubuh Fyra yang begitu menarik perhatianku. Ah..., lonte pepek torok..., lekuk tubuh Fyra dengan tetek gempalnya membuat pandangan mataku kadang secara terang-terangan memandang langsung ke arah teteknya. Hitam manis kulitnya, tapi tertutupi dengan cantik dan sensualnya bibir si Fyra. Esh..., lonte pepek torok..., masih perawan gak ya si Fyra itu. Soalnya dia itu sekolah di asrama. Bisa aja koyak perawannya karena jari tangannya... Dan memang nampak kalau Fyra itu type cewek yang mempunyai nafsu yang tinggi. Ah..., teteknya juga nampak besar yang mungkin saja sering dia remas-remas. Esh..., lonte pepek pantat torok lah kau Fyra, aku jadi sering ngelantur dalam berimajinasi saat aku menelusuri tubuhnya itu.
Awalnya di malam sebelum pergantian hari, sekitar jam 21:10 Fyra bersama dengan yang lainnya, pulang dari rekreasi dan dia langsung beristirahat di rumahku. Iseng aja aku tawarkan ke Fyra untuk menginap di rumahku.
"Jadi ***** tidur di mana? Itu klo waktu Nyra tidur di sini, ***** tidur di mana?, tanya Fyra saat aku tawarkan untuk menginap di rumahku.
"Ah..., ***** gampang aja, tidur di mana aja boleh. Dan klo Nyra di sini, ***** tidur di ruang tamu...", jawabku.
Singkatnya Fyra mau tidur di rumahku dan dia mau tidur di ruang tamu. Aku juga gak banyak berkomentar karena aku takut nanti dia akan berubah pikiran. Ah..., posisi Fyra yang mau menginap dan mau tidur di ruang tamu membuat aku mencari ide dengan apa yang bisa aku lakukan untuk menjadikan Fyra sebagai target ngocokku.
Ya namanya kumpul keluarga besar, jadi ya mau tidur di mana saja ya bebas. Begitu juga **** yang mengetahui kalau Fyra dan Nyra tidur di rumah, dia mengajak ***** untuk tidur di rumah mertuaku, bergabung dengan yang lainnya di sana sambil menawarkan agar aku tidur di kamarnya saja. Dan tak lama kemudian **** dan ***** tidur di rumah mertuaku sementara aku pura-pura masuk ke kamar **** dengan pintu yang tidak benar-benar aku tutup. 
"Belum tidur Fyra...", kataku saat aku keluar dari kamar **** dan mendapati Fyra masih menonton TV.
"Belum *****, sebenar lagi", jawab Fyra sambil melihat ke arah aku.
Esh..., lonte pepek torok..., nampak seperti melebar tetek si Fyra yang besar itu dalam posisi telentang menonton TV. Lonte..., kontolku menggeliat penuh kenikmatan saat mataku dimanjakan dengan penampakan bentuk tetek Fyra yang sedang tiduran menonton TV  sementara aku duduk di kursi pura-pura ikut menonton acara TVnya dengan pandangan mata yang tertuju pada teteknya. Tapi tak begitu lama, karena aku harus melihat situasi yang ada dan setidaknya membuat Fyra nyaman, aku pura-pura masuk ke kamar ****.
"***** tidur duluan ya...", kataku pada Fyra.
"Iya *****", jawab Fyra dengan tidak memalingkan wajahnya ke arah aku.
Jujur, aku begitu sangat berhati-hati. Di dalam kamar ****, aku hanya bisa menunggu kesempatan yang tepat sambil sesekali mengintip melalui celah pintu kamar yang sengaja tidak aku tutup dengan rapat. Gejolak birahiku begitu sangat menggelora. Aku begitu tidak sabar untuk mengekspresikan birahiku di depan Fyra dengan cara ngocok sampai aku nembak mani. Tapi aku juga gak mau gegabah. Sebenarnya begitu banyak kemungkinan resiko yang bisa saja terjadi dan aku harus sangat berhati-hati.
Sekitar jam 00:10 aku keluar dari kamar **** dan pura-pura ke dapur untuk minum sambil memastikan kondisi Fyra apakah sudah tidur atau belum. Saat itu aku hanya memakai celana pendek tanpa memakai sempak. Dan jujur saja, saat itu kontolku belum ereksi. 
Saat aku berjalan ke dapur dan kembali lagi ke ruang tamu, aku sempatkan juga masuk ke kamarku dan memastikan apakah Nyra juga sudah tidur, begitu juga *****ku dan **. Dan karena semua sudah pada tidur pulas, setelah menutup pintu kamarku, secara perlahan aku mulai mendekati Fyra yang nampak sudah tertidur. Aku bahkan mengambil remote TV dari tangan kanan si Fyra untuk mematikan siaran TV yang masih menyala, sekalian lebih memastikan kondisi Fyra. Dasar lonte..., teteknya itu lho, nampak gempal... Esh..., inginnya aku bermanja di tetek anak perempuan kelas 2 SMP itu.
Sayang sekali Fyra memakai baju terusan yang resleting atau kancingnya berada di bagian belakang. Kalau tidak..., bisa jadi aku akan membuka kancing bajunya dan menikmati besar dan gempalnya tetek si Fyra itu. Lonte..., dasar pepek torok lonte kau Fyra. Kontolku perlahan mulai ereksi.
Debar di dadaku terasa begitu berpacu seiring dengan gejolak birahiku. Terdengar dengkuran halus yang menandakan Fyra begitu nyenyak tidurnya. Dengan sedikit gemetar, tangan kananku perlahan mulai menyentuh tetek kiri Fyra yang gempal itu. Esh..., lonte..., begitu gempalnya teteknya. Sengaja aku masih memegang remote TV yang mungkin saja akan menjadi alasanku seandainya Fyra terbangun dari tidurnya. Awalnya aku hanya menyentuh tetek Fyra dengan ujung jari telunjukku. Tapi karena Fyra tidak bereaksi, akhirnya secara perlahan tangan kananku mulai meremas-remas tetek kirinya itu.
Begitu menggelegaknya birahiku saat itu dan akhirnya aku sudahi dulu acara meremas tetek Fyra dan aku masuk ke kamar **** untuk mengambil HPku. Karena akan sangat disayangkan kalau kesempatan seperti itu terlewatkan tanpa ada video ataupun photo yang nantinya bisa aku pakai sebagai bahan ngocoku di lain hari.
Di kamar **** aku mengeluarkan kontolku yang sudah ereksi sambil menghidupkan mode merekam video pada HPku. Sambil merekam video ke kontol yang sedang aku kocok, santai saja aku kembali menghampiri Fyra yang masih dalam posisi yang sama, tidur telentang di ruang tamu rumahku. 
Sambil melirik ke jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 00:21, aku menghentikan langkahku di sekitar kepala Fyra. Dan kemudian aku lebih mendekatkan kakiku di kepala Fyra sambil aku mengarahkan HPku ke kontol serta wajah Fyra yang berada diantara kakiku. Santai saja aku mulai mengocoki kontolku. Ah..., lonte kau Fyra..., tetekmu itu sungguh sangat menggoda yang membuat aku akhirnya menggeser posisiku ke samping Fyra. Dengan posisi kontol yang masih berada di luar celanaku, perlahan dengan bertumpu pada lututku, aku semakin mendekati posisi tubuhku dengan tubuh Fyra, dan aku mulai kembali meremas teteknya. Kamera HPku juga tak ketinggalan merekam bagaimana tangan kananku secara perlahan mulai meremas-remas gempalnya tetek si Fyra dan terkadang juga merekam wajah Fyra yang begitu pulas tidurnya. Aku yakin, dia sangat kecapean karena satu harian berekreasi bersama keluarga besar kami. Suara dengkuran halusnya terdengar jelas olehku karena suasana malam yang sunyi. Lonte kau Fyra...., terasa begitu lembut tetek si Fyra itu saat aku meremasnya. Puas rasanya kedua tetek Fyra itu aku remas-remas dan kontolku juga sudah begitu ereksi minta untuk dikocok. Jam menunjukkan pukul 00:29 saat aku mematikan dulu mode merekam di HPku dan menghentikan remasan tanganku di tetek Fyra. Sambil bangkit, aku puaskan pandangan mataku menelusuri wajah serta tubuh Fyra. Esh..., binal gak ya si Fyra yang masih duduk di bangku SMP itu kalau aku ajak ngentot... 
Birahiku begitu menggelegak, dan perlahan aku kembali masuk ke kamarku untuk melihat situasi yang ada. Lalu aku memeriksa tirai jendela ruang tamuku untuk memastikan posisinya benar-benar tertutup rapat. Dan setelah itu, aku kembali menghampiri Fyra sambil aku memposisikan tubuhku seperti bersimpuh di dekat kepalanya. Jam menunjukkan pukul 00:31 saat secara perlahan dengan posisi kontol yang sudah berada di luar celanaku dan HP sudah dalam posisi merekam video, aku semakin mendekatkan kontolku ke kepala Fyra. Sambil memperhatikan Fyra, perlahan aku meletakkan kontolku di dahinya. Esh..., lonte kau Fyra..., terasa hangat kontolku saat menyentuh dan menempel di dahinya. Sambil mengarahkan HPku yang sedang merekam video, perlahan aku menggesek-gesekkan kontolku di dahi serta bagian kepala Fyra sambil sesekali melihat reaksinya. Walau agak kesulitan dalam memegang HPku untuk merekam aksiku, tapi aku begitu menikmatinya. Esh..., dasar pepek pantat torok lonte kau Fyra... Setelah aku puas menikmati rasa hangat tubuh Fyra melalui dahinya yang mengalir ke kontolku, perlahan aku bangkit dan mematikan lagi mode merekam HPku.
Tapi tak lama setelah itu, dengan menggunakan kamera depan HPku, aku kembali menghidupkan mode merekam video sesaat setelah beberapa kali aku memposisikan letak HPku untuk dapat merekam dengan jelas saat nanti aku akan berdiri ngocok di depan Fyra. Lampu ruang tamu yang terang benderang membuat aku dan Fyra nampak jelas di layar HPku. Ah..., begitu menggairahkan sekali tubuh si Fyra itu. Esh..., benar-benar lonte kau Fyra, dengan sedikit tergesa aku masuk ke kamarku untuk memastikan kondisi di dalam kamar. Lalu, setelah aku menutup pintu kamarku, aku masuk ke kamar ****.
Penuh gejolak birahi akhirnya aku membuka celana pendek yang aku pakai dan dengan santai, dalam keadaan bugil aku keluar dari kamar ****. Jujur, gemuruh jantungku terasa menggedor dadaku. Tapi kesempatan yang sangat langka yang tak mungkin aku sia-siakan, mengalahkan gemuruh di dadaku. Dalam keadaan tanpa sehelai benangpun di tubuhku, aku semakin mendekat ke tubuh Fyra dan berdiri tepat di sekitar kepalanya. Bahkan kepala Fyra benar-benar berada di antara kedua kakiku. Esh..., lonte kau Fyra..., begitu santainya aku mulai ngocok dalam keadaan bugil di atas kepala Fyra. Ah..., aku begitu nikmati kocokan tanganku di kontolku, hingga terkadang aku memejamkan mataku merasakan sensasi bugil ngocok di atas kepala Fyra. Walau sebenarnya aku tahu, begitu besar resiko yang bisa saja terjadi, tapi begitu sangat menguji adrenalinku. Aku tandai saat aku mulai berdiri ngocok di atas kepala Fyra pada jam 00:40. Ah..., tubuh bugilku begitu jelas terlihat di layar depan HPku yang sedang merekam vidoe aksiku. Nampak jelas juga Fyra yang sedang tidur telentang dengan posisi kepala berada di antara kedua kakiku. Lonte pepek pantat torok kau Fyra... 
Adrenalinku semakin terpicu untuk melakukan hal yang lebih ektrim lagi. Perlahan aku jongkok dan aku gesek-gesekkan kontolku ke dahi dan kepala Fyra. Esh..., dasar lonte kau Fyra..., nikmatnya... Tak aku pikirkan lagi resiko yang mungkin saja terjadi semisalnya Fyra tersentak bangun dari tidurnya. Lonte kau Fyra..., entah kau memang saat itu tertidur nyenyak atau kau hanya pura-pura tidur untuk menikmati dan membiarkan aku ngocok dalam keadaan bugil di depanmu, aku sudah benar-benar sangat tidak perduli. Dan aku kembali bangkit berdiri tanpa menghentikan kocokan tanganku di kontolku. Benar-benar lonte si Fyra itu..., tak sedikitpun nampak reaksi dari tubuhnya melainkan tampak nyenyak dalam tidurnya.
Aku menghentikan kocokan tanganku di kontolku dan kemudian beranjak dari posisiku yang berdiri di sekitar kepala Fyra, saat jam menunjukkan pukul 00:51. Ah..., begitu santainya aku berjalan melewati Fyra untuk meraih HPku dan kemudian mematikan mode merekamnya. Padahal bisa saja Fyra terbangun dan pastinya dia akan mendapati aku dalam keadaan bugil tanpa sehelai benangpun. Lonte kau Fyra...
Hanya beberapa detik saja aku mematikan mode rekaman di HPku dan kemudian aku kembali menghidupkannya dengan mode merekam menggunakan kamera belakang karena aku punya rencana lain. Jam menunjukkan pukul 00:52 saat aku mengaktifkan kembali mode merekam video pada HPku sambil mengarahkannya ke cermin untuk merekam penampakan tubuh bugilku. Esh..., dasar lonte kau Fyra..., benar-benar lonte..., yang membuat aku begitu mengabaikan segala resiko karena letupan birahiku yang begitu menggelegak.
Entahlah..., aku begitu santai saat itu. Dengan tangan kanan yang sedang mengocoki kontolku, perlahan aku mendekati Fyra dan kemudian aku berdiri di atas tubuhnya. Esh..., dasar lonte torok pepek kau Fyra... Saat itu aku benar-benar berdiri bugil di hadapan Fyra. Tubuh Fyra yaitu sekitar pinggangnya berada diantara kedua kakiku. Esh..., walau hitam manis kulit tubuhnya, tapi gundukan kedua tetek Fyra yang gempal itu begitu sangat menggoda yang membuat birahiku semakin tinggi. Bibir Fyra nampak sangat sensual seakan memanggilku untuk melumatnya.
Begitu aku nikmati hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku, sementara tangan kiriku yang memegang HP juga merekam bagaimana buasnya kontolku itu aku kocok di hadapan Fyra. Tak lupa juga aku mengarahkan kamera HPku untuk merekam wajah serta tubuh Fyra yang berada di bawahku. Ah..., lonte kau Fyra..., teteknya itu lho...
Nyaman..., iya aku merasa begitu sangat nyaman dan santai ngocok di depan Fyra. Tubuh bugilku dengan kontol yang sedang aku kocok di hadapan Fyra nampak bagaikan aku mempersembahkan semua itu kepadanya. Kontolku yang begitu sangat ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku menambah sensasi kenikmatan ngocokku. Gak aku pikirkan resiko seandainya saat itu Fyra tiba-tiba terbangun yang pastinya akan mendapati aku yang sedang dalam keadaan tubuh bugil, ngocok di atas tubuhnya. Gak aku pikirkan posisi celanaku yang berada di dalam kamar ****, yang pastinya tidak dapat aku raih seandainya Fyra tiba-tiba terbangun. Lonte kau Fyra..., aku begitu mengabaikan semua itu.
Sensasi yang sangat luar biasa yang aku rasakan saat aku berdiri ngocok dalam keadaan bugil di depan Fyra, anak perempuan kelas 2 SMP itu. Ah..., luar biasa lonte kau Fyra... Aku begitu mengekspresikan birahiku di depan Fyra. Adrenalinku begitu terpicu yang membuat aku tertantang untuk beberapa kali memejamkan mataku saat aku bugil ngocok di hadapan Fyra, di atas tubuhnya. Lonte..., begitu jelasnya sorotan kamera HPku merekam kontolku yang sedang aku kocok bergantian dengan wajah serta tubuhnya.
Hingga akhirnya pada pukul 01:07 aku benar-benar tidak dapat menahan dorongan maniku untuk muncrat keluar dari kontolku. Dalam posisi berdiri mengangkang di atas tubuh Fyra, aku remas kepala kontolku dengan tangan kananku agar maniku tidak muncrat berceceran di tubuh Fyra. Esh..., lonte kau Fyra..., begitu hebatnya tubuhku berkelonjotan di atas tubuhnya. Aku bahkan tidak dapat menampung maniku sehingga ada yang muncrat mengenai ujung kiri bibirnya dan tangan kirinya. Esh..., dasar lonte anak perempuan kelas 2 SMP itu...
Setelah aku puas menikmati sensasi kelonjotan di tubuhku, kemudian aku mematikan mode merekam di HPku dan perlahan aku menjauh dari tubuh Fyra. Di dalam kamar ****, aku mengurut batang kontolku agar seluruh maniku benar-benar keluar dan setelah aku memakai celana pendekku, lalu aku ke kamar mandi untuk membersihkan mani yang berada di tanganku.
Jujur, saat aku kembali ke ruang tamu sambil memperhatikan Fyra, ada debar yang aku rasakan di dadaku karena nampak jelas maniku itu masih menempel di ujung bibir kirinya dan juga tangannya, walau sudah mulai mengencer. Dan aku kembali masuk ke kamar **** untuk mengambil HPku. Penuh rasa puas aku videokan wajah Fyra yang terkena maniku itu. Begitu juga aku videokan tubuh Fyra yang dalam posisi telentang seperti minta dikentot. Aku bahkan memphoto wajahnya dan beberapa photo terfokus pada maniku yang menempel di ujung kiri bibirnya. 
Jujur, sebenar ada keinginanku untuk membersihkan maniku itu, tapi entah kenapa aku urungkan. Bahkan yang aku lakukan adalah mengangkat tangan kiri Fyra dan memposisikan lipatan sikunya seperti menutup mulutnya. Saat itu aku berkeinginan agar maniku itu bisa bersatu dengan tubuh Fyra dengan membiarkannya tetap menempel sampai mengering di ujung kiri bibir dan tangannya.
Setelah itu aku masuk ke kamarku sambil memperhatikan Nyra yang sedang tidur menyamping ke kiri dengan tangan kanan sedikit menjuntai di ujung kasur. Santai saja aku keluarkan kontolku sambil membimbing tangan kanan Nyra untuk memegang kontolku. Sambil merekam video di HPku dengan tangan kiriku, tangan kananku perlahan menggenggam tangan si Nyra, lalu aku bimbing tangannya itu untuk meremas kontolku. Dan setelah itu, aku kembali masuk ke kamar **** sambil tersenyum penuh kepuasan.
Sayangnya aku bangun tidur sedikit telat dan mendapati Fyra maupun Nyra sudah mandi dan mereka sedang menonton TV di rumahku. Ah..., lonte pepek torok si Fyra itu..., aku jadi gak dapat melihat bagaimana maniku itu mengering di ujung kiri bibirnya. Lonte si Fyra itu..., aku jadi gak bisa melihat reaksinya saat menyadari ada sesuatu yang kering di tangan serta ujung bibirnya. Atau bahkan bisa jadi si Fyra itu tidak merasakannya. Ah..., dasar lonte kau Fyra...
Jujur, ada debar di dadaku saat aku mengajak Fyra ngobrol saat dia menonton TV. Tapi akhirnya aku begitu lega, karena reaksinya biasa aja. Dasar lonte si Fyra itu... Akhirnya aku bisa bugil ngocok mengekspresikan birahiku di depannya sampai aku nembak mani. Dan bahkan maniku itu menempel di ujung kiri bibir dan tangannya. Tapi sayangnya aku terlewatkan untuk membimbing tangan si Fyra itu untuk memegang kontolku. Esh..., dasar lonte kau Fyra...
Sekitar jam 08:30, seluruh keluarga besar termasuk Fyra kembali ke A S. Mereka sengaja konvoi dengan menggunakan mobil dan motor. Ah..., sangat disayangkan karena In maupun Ning belum sempat aku jadikan target ngocokku.

Sabtu, 13 April 2024

Ngocok Di Depan "Lia"

Tanggal 13-04-2024, jam 13:44 aku ngocok di depan Lia yang sedang mengangkat pakaiannya yang sedang dia jemur. Sebenarnya Lia sudah lama ingin aku jadikan target ngocokku. Tapi karena dia tinggal di luar kota dan kalaupun dia datang ke M, hampir tidak pernah aku melihatnya menjemur pakaian maupun mengangkat pakaiannya. Karena sepertinya tugas menjemur pakaian dilakukan oleh saudara lelakinya.
Awalnya, aku sedang sendiri di rumah karena semuanya pada pergi rekreasi. Di dalam kamar, iseng aku memutar ulang hasil rekaman ngocokku di depan Nyra dan juga rekaman lainnya. Esh..., aku jadi kepingin ngocok yang membuat aku secara santai membuka celanaku. Dalam keadaan bugil dan mempermainkan kontolku, begitu aku nikmati hasil rekaman video ngocok yang telah aku buat. Ah..., aku gak nyangka sudah banyak video ngocokku dengan berbagai target yang telah aku buat dan bahkan ada yang tidak aku tulis di dalam blogku ini. Bayangkan dari video tahun 2017 yang tersimpan di HPku dan mungkin ada beberapa yang tersimpan di laptopku yang belum aku pindahkan ke HPku. Dari awalnya aku hanya mempermainkan kontolku, akhirnya aku benar-benar ngocok. Lagi enak-enaknya ngocok, terdengar olehku pintu belakang rumah Lia terbuka dan iseng aku sedikit melihat ke arah jendela kamarku yang dapat langsung melihat pintu dapur rumah Lia. Eh..., lonte..., ternyata Lia yang keluar dari pintu tersebut yang membuat aku langsung bangkit dan berdiri di ranjangku sambil mendekati jendela kamarku. Dasar pepek lonte..., sepertinya Lia ke halaman rumahku, tapi entah mau ngapain dia.
Akupun kemudian memposisikan tubuh bugilku tepat di depan jendela kamarku, dan sambil ngocok aku menunggu Lia untuk kembali ke rumahnya. Esh..., pepek pantat lonte..., jujur saja, bohai juga tubuh si Lia itu. Pantatnya juga nampak besar seimbang dengan tubuhnya yang sedikit gemuk. Esh..., lonte pepek pantat torok kau Lia, apalagi saat itu Lia memakai baju daster yang menonjolkan bentuk pantatnya yang besar itu. Dasar lonte pepek torok...
Karena lama menunggu Lia, akhirnya aku meraih HPku dan menghidupkan mode merekam video. Dan tak berapa lama kemudian, nampak gerakan di jemuran yang aku tahu pasti itu adalah si Lia yang sedang mengangkat pakaiannya.
Begitu bersemangatnya tangan kananku mengocoki kontolku sementara tangan kiriku merekam aksiku dan kadang mengarah sedikit ke sisi samping kanan jendela untuk menanti detik-detik kehadiran Lia. Tak aku hiraukan suara hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku itu terdengar jelas. Ah..., Lia..., yang dulu dari samping dapur rumahnya itu aku berjalan ngocok hingga ke halaman depan rumahnya dalam keadaan bugil dan muncrat mani di sana saat aku menunggu Ning. Ah..., lonte pepek torok lah..., entah kenapa si Lia pindah ke luar kota dan hanya sesekali datang menginap di rumahnya itu. Padahal kalaulah dia tetap di M, pasti si Lia itu sudah menjadi salah satu target ngocokku.
Esh..., nikmatnya hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku dan semakin aku percepat di saat secara perlahan tapi pasti Lia mulai mendekat ke posisiku. Begitu berisiknya suara hentakan tanganku apalagi saat Lia benar-benar berada tepat di depan jendela kamarku. Tepat di depanku Lia sedikit menghentikan langkahnya sambil mengambil beberapa pakaian yang dia jemur. Ah..., lonte pepek pantat torok kau Lia..., nampak jelas si Lia itu pura-pura tidak melihat aku ngocok dan kemudian dia melanjutkan langkahnya ke sisi kiriku. Akupun mengikuti gerakannya seiring dengan semakin cepatnya kocokan tanganku di kontolku dan kamera HPku juga mengarah ke Lia dan juga ke kontolku yang sedang aku kocok.
Dasar pepek pantat lonte..., aku yakin Lia dapat mendengar dengan jelas suara hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Begitu tampak tenang gerakan si Lia itu mengangkat pakaian yang dia jemur dan kemudian dia masuk ke dalam rumahnya dengan meninggalkan beberapa pakaian yang sudah kering di jemuran. Ah..., pepek pantat lonte..., aku kira si Lia itu akan kembali keluar untuk mengambil sisa pakaiannya yang masih tertinggal di jemuran. Tapi rupanya si Lia menutup pintu dapur rumahnya. Ah..., lonte pepek torok si Lia itu..., aku belum sempat nembak mani. Lonte..., lonte...
Beberapa saat aku sengaja menunggu Lia untuk keluar dan mengambil sisa pakaian keringnya, hingga akhirnya karena terlalu lama, kemudian aku ke kamar mandi. Dan dasar pepek torok..., begitu aku masuk ke kamarku dan melihat kembali ke arah jendela kamar, ternyata pakaiannya sudah dia angkat. Berarti saat si Lia mendengar suara aktifitasku di kamar mandi, dia keluar untuk mengambil pakaiannya. Ah..., lonte pepek pantat torok lah kau Lia.

Ngocok 15 CM Di Depan Wajah "Nyra"

Tanggal 13-04-2024, jam 00:42 akhirnya Nyra mendapat kehormatan untuk aku jadikan target ngocokku. Jujur saja, sebenarnya aku juga bingung kenapa dalam beberapa waktu yang lalu aku begitu tidak tertarik untuk menjadikan Nyra sebagai target ngocokku. Padahal, anak perempuan yang duduk di bangku kelas 5 SD itu kalau datang dari A S, pasti tidur di rumahku. 
Dan mungkin karena efek dari aku yang menggesek-gesekkan kontolku di kaki Nyra membuat aku akhirnya mulai melirik ke Nyra untuk aku jadikan taget ngocokku. Ah..., teteknya masih belum tumbuh. Masih rata dengan puting yang sangat kecil. Berbeda dengan kakaknya, si Fyra yang mempunyai tetek yang besar. Esh..., lonte pepek pantat torok kau Fyra, kenapa bisa jadi besar seperti itu ya tetek si Fyra yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP.
Pada Nyra ada hal yang paling aku suka. Yaitu aku sering memperhatikan selangkangannya saat dia duduk mengangkang untuk menelusuri belahan pepeknya. Tapi ya cuma itu aja yang aku suka tanpa sedikitpun aku mempunyai niat untuk menjadikan Nyra sebagai target ngocokku.
Setelah aku menggesekkan kontolku di kaki Nyra, baru aku mulai terpicu dan berkeinginan untuk menjadikan Nyra sebagai target ngocokku. Aku juga tidak sungkan untuk berdiri di depan Nyra sambil mataku tertuju ke pepeknya saat dia duduk mengangkang. Aku juga tahu, beberapa kali Nyra sepertinya kurang nyaman saat mataku begitu tertuju pada pepeknya dengan dia pura-pura bangkit dan pindah posisi duduknya. Tapi aku masa boda aja. Karena aku benar-benar mulai meliriknya untuk aku jadikan target ngocokku.
Dan akhirnya pada malam sebelum pergantian hari, sengaja aku beberapa kali masuk ke kamarku saat Nyra sedang tidur untuk memastikan situasi yang ada. Pintu kamarkupun sengaja tidak aku tutup dengan rapat agar tidak bersuara saat aku membukanya. Esh..., lonte pepek torok kau Nyra, baru kali ini aku merasakan letupan birahiku pada Nyra padahal setiap dia datang dari A S, pasti dia itu menginap di rumahku dan dia selalu aku abaikan.
Setelah aku memastikan situasi sudah aman, pada jam 00:42 santai saja di ruang tamu aku mengeluarkan kontolku dari celanaku. Sambil berjalan mendekati pintu kamarku, tangan kiriku dalam posisi memegang HP yang sedang merekam video, sementara tangan kananku secara perlahan mengocoki kontolku.
Hanya dengan sedikit dorongan, pintu kamarku langsung terbuka dan aku sambil ngocok berjalan mendekati Nyra yang saat itu tidur menyamping ke arah kiri. Tepat di depan wajah Nyra akhirnya aku berhenti dan jarak kontolku dengan wajah Nyra hanya sekitar 15 cm.
Sangat santai sekali aku ngocok di depan wajah si Nyra. Sambil mengarahkan kamera HPku yang sedang merekam video ke kontolku yang sedang aku kocok, terkadang aku juga mengarahkan kameraku ke wajahnya. Begitu sangat santai dan terasa sangat bebas. Kamera HPku juga merekam bagaimana dekatnya kontolku yang sedang aku kocok di depan wajah Nyra hingga akhirnya aku nembak mani.
Muncratan maniku ada juga yang mengenai wajahnya Nyra serta tangannya dan itu aku biarkan saja. Begitu aku nikmati kelonjotan tubuhku saat tangan kananku meremas kepala kontolku sambil menahan maniku agar tidak berceceran di kasur maupun di lantai. Esh..., nikmatnya...
Mungkin suatu kehormatan bagi Nyra yang telah aku jadikan target ngocokku. Karena sudah sering dia menginap di rumahku dan terabaikan olehku, baru kali ini dia benar-benar menjadi target ngocokku.
Sayangnya hasil rekaman videoku sedikit buram karena faktor pencahayaan di kamarku. Tapi tak apalah dan tetap aku simpan di HPku.

Jumat, 12 April 2024

Gesek Kontol Di Kaki "Nyra"

Tanggal 12-04-2024, jam 05:45 dengan santainya aku menggesek-gesekkan kontolku di kaki Nyra yang sedang tidur di kamarku. Entahlah, dari sekian kali Nyra datang dan tidur di rumahku, baru kali ini aku sedikit melirik ke Nyra. 
Jujur, sebenarnya begitu banyak peluang yang bisa saja aku ambil untuk menjadikan Nyra sebagai target ngocokku. Tapi entah kenapa, aku tidak begitu melirik ke Nyra, anak perempuan yang masih duduk di bangku kelas 5 SD itu. Sebenarnya Nyra adalah tipe anak perempuan yang sedikit tomboy. Walau sudah kelas 5 SD, tapi dia sering hanya memakai singlet ataupun bertelanjang dada saat di rumahku. Ya memang teteknya masih belum berbentuk, masih rata. Nyra juga sering menggunakan celana pendek dan sering duduk mengangkang. Ya jujur saja, sering juga aku secara terang-terangan memandang ke selangkangan Nyra saat dia duduk mengangkang, mencoba menelusuri belahan pepeknya. Tapi jujur, aku begitu tak berselera menjadikan Nyra sebagai target ngocokku.
Hingga akhirnya saat aku iseng masuk ke dalam kamarku dan mendapati Nyra masih dalam keadaan tertidur, tiba-tiba birahiku sedikit tergelitik. Ah..., pepek torok..., secara perlahan aku naik ke ranjang sambil mengeluarkan kontolku. Santai saja aku kemudian menggesek-gesekkan kontolku di kaki Nyra, tepatnya di bagian betisnya. Esh..., pepek lonte torok kau Nyra. Birahiku seperti terpicu untuk menjadikan Nyra sebagai target ngocokku. 
Tapi karena situasi yang tidak memungkinkan, akhirnya, setelah aku menggesek-gesekkan kontolku di kaki Nyra, kemudian aku keluar dari kamar dan mengurungkan niatku untuk menjadikannya sebagai target ngocokku.
Ah..., pepek torok lonte kau Nyra...

Teti Datang

Tanggal 09-04-2024, sekitar jam 14:30 Teti datang bersama suami serta Dila, anaknya. Ah..., entah kenapa birahiku seperti menggelegak saat aku mendengar suara Teti dan Dila. Ada berbagai imajinasi yang bermain di benakku mengingat Dila sering aku jadikan target ngocokku.  
Ah..., Dila..., anak perempuan yang menjadi saksi dan penonton yang budiman di saat aku ngocok di depannya. Tak begitu banyak penolakan yang Dila lakukan di saat aku mengekspresikan birahiku di depannya.
Tapi sangat disayangkan, kedatangan mereka bersamaan dengan kedatangan keluarga besar dari A S yang membuat aku tidak dapat berbuat apa-apa. Terutama untuk Dila yang sepertinya sangat dibatasi gerakannya. Bahkan Dila juga sepertinya agak menjauh dariku.
Hanya ada satu kesan pada kedatangan Teti. Yaitu semakin besarnya bentuk teteknya. Hal itu dapat jelas aku lihat saat malam hari kami semua sedang ngobrol dan Teti juga berada di sana dengan menggunakan baju daster. Ah..., lonte pepek torok..., semakin menggoda birahiku saat aku menelusuri lekuk tubuhnya. Pantatnya itu lho yang montok menggoda. Dan akhirnya aku baru menyadari ada yang sedikit berbeda di tubuh Teti pada saat dia mengambil sesuatu dan duduk kembali tepat di depanku. 
Lonte..., nampak besar tetek Teti dan begitu menggoda. Mungkin saat itu Teti menggunakan BH yang longgar, jadi nampak menggantung dan kebetulan bagian depan baju daster Teti yang di bagian dadanya sedikit terlipat. Jadi nampak jelas bentuk teteknya. Ya jujur saja, entah dia tahu atau tidak, tapi pandangan mataku terus saja memandangi teteknya. Begitu aku manjakan pandanganku sambil menatap tetek Teti dan kadang menelusuri keindahan tubuhnya. Esh..., dasar lonte kau Teti.
Di sela-sela aktifitas Teti di hari-hari berikutnya selama dia berada di M tak pernah luput dari pandanganku. Esh..., dasar lonte..., pantatnya itu lho..., yang membuat letupan birahiku saat aku menelusuri tubuh si Teti.
Dan akhirnya pada tanggal 12-04-2024 pagi hari mereka kembali pulang tanpa aku bisa menjadikan Teti maupun Dila sebagai target ngocokku. Ah..., sayang sekali.

Selasa, 02 April 2024

Ngocok Di Depan Mertuaku

Tanggal 02-04-2024, jam 20:25-20:37 santai saja aku ngocok di depan mertuaku yang sedang berbaring di kursi tamu rumahnya yang menurutku saat itu dia sedang tertidur. Padahal, tak terbesit sedikitpun aku berencana ingin ngocok di depan mertuaku selain aku ingin ngocok di dapur rumahnya saat ***** mengatakan padaku kalau mesin air mertuaku itu rusak. 
Bahkan awalnya aku mengajak ***** untuk membantuku yang rencananya setelah hampir selesai pekerjaanku,  aku akan menyuruhnya untuk kembali ke rumahku. Tapi begitu berdesirnya birahiku saat aku masuk ke dalam rumah mertuaku dan mendapati dirinya sedang berbaring di kursi dengan mata yang sedikit terpejam. Esh..., begitu bergejolaknya birahiku. Dan aku juga tidak begitu mengomentari saat ***** ingin pergi bermain, tidak jadi membantu aku.
Beberapa kali aku pura-pura berjalan kembali ke rumahku untuk memastikan apakah mertuaku itu benar-benar tertidur atau nggak. Ah..., pepek pantat lonte..., bertambah menggelegak birahku saat itu. Sambil pura-pura memeriksa mesin air, aku kembali pura-pura mencari sesuatu di sekitar depan pintu belakang yang tertutup. Padahal saat itu sebenarnya aku sedang memastikan posisi mertuaku. Jujur, aku tidak begitu yakin apakah mertuaku itu benar tertidur atau tidak karena mata mertuaku itu tidak begitu terpejam. Lagian TV juga dalam kondisi menyala.
Ah..., pepek pantat torok lonte..., tiba-tiba adrenalinku terpicu dan dengan perlahan, di depan pintu belakang yang tertutup aku mulai menurunkan bagian depan celanaku untuk mengeluarkan kontolku. 
Aku tahu apa yang aku lalukan itu sangat beresiko. Karena pintu depan rumah mertuaku terbuka lebar dan dari halaman depan dapat dengan mudah melihat aku yang sedang berdiri dengan kontol yang sudah keluar dari celanaku seandainya aku bergeser sedikit saja dari tempat aku berdiri. Ditambah lagi kondisi mata mertuaku yang tidak begitu terpejam yang bisa jadi mertuaku saat itu sebenarnya tidak sedang tidur.
Ah..., pepek lonte pantat torok lah..., sudah tanggung rasanya. Dan dengan perlahan aku mulai menggeser posisiku lebih mendekat ke mertuaku hingga jarak kurang dari 3 m sambil tanganku mulai mengocoki kontolku. Tak aku hiraukan pintu depan rumah mertuaku yang terbuka lebar karena aku begitu menikmati hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Toh sebelum aku menggeser posisiku, aku sempatkan juga melihat situasi sekitar halaman rumah. Tapi ya setiap kemungkinan bisa saja terjadi.
Begitu aku hayati kenikmatan ngocok di depan mertuaku sambil menelusuri lekuk tubuhnya yang berbaring sedikit menyamping mengarah tepat ke aku. Lonte pepek torok..., toh mertuaku itu pernah memergoki aku ngocok. Jadi bisa saja mertuaku itu sebenarnya tidak sedang tidur dan membiarkan aku ngocok di depannya.
Dari jam 20:25-20:37 aku berdiri di depan mertuaku hingga akhirnya aku nembak mani. Esh..., pepek lonte..., nikmatnya... Begitu hebat kelonjotan tubuhku saat maniku muncrat tepat di depan mertuaku dengan jarak kurang dari 3 m.
Di depan mertuaku juga aku melap maniku dengan sempakku dan kemudian aku berjalan kembali ke dapur sambil menghidupkan mesin air. Begitu mesin air menyala, aku dengar suara mertuaku dan aku melihat bayangannya berjalan mendekati tempatku.
"Dah hidup mesin airnya ***", kata mertuaku.
Ah..., pepek pantat torok..., aku jadi sedikit berdebar karena begitu cepatnya mertuaku itu bangun dan menghampiri aku. Jadi, apakah sebenarnya mertuaku saat itu memang hanya berbaring dan tidak sedang tidur...?
Kalaupun tidak tidur, berarti mertuaku itu sebenarnya memperhatikan aku yang sedang berdiri ngocok sampai nembak mani di depannya karena mata mertuaku tidak benar-benar terpejam. Esh..., pepek lonte pantat torok...