Minggu, 15 November 2020

Ngocok Di Depan "Fani"

Tanggal 15-11-2020, jam 11:43 lagi asik-asiknya bugil ngocok di jendela, tiba-tiba nampak Fani berdiri di gerbang rumahnya sambil memegang handphone. Ah.., sudah lama juga Fani tidak menjadi target ngocokku. Jadi semangat, dan semakin aku rapatkan tubuh bugilku ini ke jerjak jendela.
Perlahan tapi pasti, Fani mulai berjalan menuju depan gang dan aku semakin merapatkan tubuhku ke jerjak jendela sambil tanganku begitu cepat mengocoki kontolku. Tak aku perdulikan suara hentakan tanganku yang begitu cepat penuh semangat mengocoki kontolku  begitu jelas terdengar. 
Ah.., nikmatnya...
Apalagi saat itu Fani hanya berdiri di depan gang sambil mempermainkan HPnya. Begitu terpuaskan pandangan mataku yang langsung mengarah ke pepeknya.
Desah nafasku, dibarengi semakin cepat tanganku mengocoki kontolku begitu membakar birahiku. Tak aku perdulikan saat itu terkadang Fani melirik ke jendela dimana aku begitu penuh birahinya mengarahkan kontolku dalam keadaan bugil, ngocok di depannya.
Aku semakin cuek dengan lirikan mata Fani yang semakin sering mengarah ke jendela rumahku, bahkan terkadang dia langsung mengarahkan wajah dan pandangannya ke arah jendela, sementara tanganku semakin cepat mengocoki kontolku.
Hingga akhirnya tak dapat aku bendung lagi muncratan maniku yang begitu banyak dan kental keluar dari kontolku. Begitu aku berkelonjotan penuh kenikmatan  sambil menahan dan menampung maniku dengan tangan kiriku saat Fani melirik dengan sedikit tersenyum ke jendela dan dia mulai beranjak dari depan gang menuju jalan diarah kiriku.
Ah.., pepekmu lah Fani...

Minggu, 19 Juli 2020

Bugil Ngocok Di Belakang "Teti" -*-

Tanggal 19-07-2020, walau tidak sesuai dengan rencana awal, tapi tidak sia-sia persiapan yang aku lakukan sebelum aku pergi ke rumah mertuaku. Malam hari sebelumnya, mertuaku menelpon aku dan minta tolong padaku untuk memperbaiki motornya. Mertuaku juga mengatakan kalau Teti dan suaminya akan pergi, makanya dia akhirnya minta tolong ke aku.
Dari rumah, sengaja aku hanya memakai celana pendek tanpa memakai sempak. Buah zakarku juga sengaja aku ikat. Rencananya setelah aku siap memperbaiki motor mertuaku, aku akan mencari kesempatan untuk menjadikan mertuaku sebagai target ngocokku.
Tapi sampai di sana sekitar jam 08:00, agak kecewa aku setelah mengetahui kalau si Teti masih berada di rumah dan ternyata mereka batal pergi karena suaminya lembur kerja. Pepek...pepek..., jadi buyar rencanaku.
Apalagi tak lama setelah aku sampai dan mengotak atik motor mertuaku, si Ning datang. Ugh..., dongkol sekali rasa hatiku. Sambil memperbaiki motor mertuaku, pikiranku mulai bermain dengan kemungkinan yang bisa aku lakukan untuk rencana ngocokku. Dan nampaknya keadaan mulai ada titik terang setelah aku lihat mertuaku keluar bersama Ning dan mengatakan kalau mereka akan belanja pakaian untuk dikirim ke A S.
"***, ibu pergi ke plaza ***** dulu sama Ning, takut keburu hujan, sudah mendung sekali ini", kata mertuaku berpamitan padaku.
"Iya bang, kalau hujan di sana gak papa, banyak barang yang mau dibeli dan malam ini harus dikirim", timpal Ning menyambung perkataan mertuaku.
Wah..., ada harapan ni. Walau tidak seperti rencana awal yang mertuaku akan aku jadikan target ngocokku, kini beralih ke Teti. Dan sekarang pikiranku mulai bermain dengan rencanaku untuk menjadikan Teti sebagai target ngocokku.
Setelah mertuaku dan Ning pergi, kini tinggal aku bersama Teti. Kontolku terasa begitu berdenyut dan membuat aku kadang tidak konsentrasi memperbaiki motor mertuaku. Mungkin juga karena buah zakarku yang aku ikat membuat semakin bertambahnya denyut-denyut kenikmatan di kontolku. Apalagi saat itu Teti dan anaknya berada di teras menemani aku yang sedang memperbaiki motor di halaman rumah, sambil sesekali mengajakku ngobrol.
Akhirnya sekitar setengah jam setelah mertuaku dan Ning pergi, dan sebenarnya motor itu sudah selesai aku perbaiki tinggal aku pasang kembali penutup mesinnya, hujan mulai turun.
"Bang, dah gerimis..., masuk aja lah...", kata Teti padaku.
Aku mengiyakan sambil memasukkan motor ke dalam bekas ruang tamu yang sekarang dipakai untuk menyimpan motor dan gudang.
"Teti..., ini pintu abang tutup aja ya..., takut tempias hujan masuk ke dalam nanti...", kataku pada Teti.
"Motor abang gak abang masukkan?", tanya Teti lagi setelah mengetahui aku akan menutup pintu dan membiarkan motorku kehujanan.
"Gak papa Teti, biar sekalian bersih kena hujan", jawabku.
"Oh..., ya udah bang, kalau gelap hidupkan aja lampunya", jawab Teti sambil masuk ke dalam rumah dan menghampiri aku.
Sambil menggendong anaknya dia berjalan melewati aku untuk menghidupkan lampu ruangan.
Ah..., pepek...pepek..., langsung bergerak ereksi kontolku saat Teti melewati aku.
Sambil pura-pura memperbaiki motor, sedikit membungkuk aku berusaha menutupi ereksi kontolku yang sudah menyodok bagian depan celanaku dengan bajuku karena Teti masih berada di dalam ruangan menemani aku.
Pingin rasanya saat itu aku menerkam si Teti, menyingkapkan dasternya dan membuka sempaknya sambil melesakkan kontolku ke dalam pepeknya. Ah..., letupan birahiku terasa begitu dahsyat.
Tak lama kemudian, Teti pamit mau ngajak anaknya menonton TV.
Begitu Teti berlalu dan berjalan membelakangi aku sekitar 1 meter di depanku, langsung saja aku tarik bagian depan celanaku dan mengeluarkan kontolku sambil terus ngocok.
Wuih..., benar-benar ereksi sempurna kontolku ini. Sambil berdiri ngocok aku perhatikan tubuh bagian belakang Teti dengan penuh tatapan birahi, hingga akhirnya Teti masuk ke dalam kamarnya yang hanya berjarak sekitar 3 m dari tempat aku berdiri.
Ah..., hanya beberapa detik saja kontolku ini aku kocok di belakang Teti karena keburu dia masuk ke dalam kamarnya.
Dengan nekat, walau terkadang tertutup bajuku, sengaja aku biarkan kontolku berada di luar celanaku. Buah zakarku yang aku ikat menjadi penahan bagian depan celanaku. Bahkan, sering sengaja aku berdiri sedikit lama dengan kontol yang begitu ereksi keluar dari celanaku mengarah ke kamar Teti. 
Tak lama kemudian Teti keluar kamarnya yang aku tandai dengan tirai pintunya nampak bergerak, lalu aku sedikit menggeser tubuhku berjaga-jaga mana tahu Teti kembali lagi menemani aku. Dengan penuh debar aku pertahankan posisi kontolku yang di luar celanaku saat Teti keluar kamarnya dan langsung menghidupkan TV.
Sedikit membungkuk untuk menutupi kontolku dengan bajuku, aku pura-pura sibuk memperbaiki motor saat Teti berjalan menuju pintu kamarnya dan akhirnya duduk di lantai di depan pintu kamarnya bersama anaknya.
Hatiku begitu bersorak dengan posisi Teti yang hanya berjarak sekitar 3 m dari tempatku memperbaiki motor ini. Dari jam dinding dapat aku lihat waktu menunjukkan pukul 08:56. Santai saja aku singkapkan bagian depan bajuku dan membiarkan kontolku begitu bebas nampak keluar dari celana pendekku.
Begitu denyut penuh kenikmatan...
Dari tempatku berdiri, begitu tampak jelas lekuk tubuh bagian belakang Teti yang membuat tangan kiriku lebih menarik ke bawah bagian depan celanaku dan tangan kananku mulai mengocoki kontolku. Tak aku perdulikan gerakan-gerakan tubuh Teti yang terkadang bermain bersama dengan anaknya sambil nonton TV. Imaginasiku sangat liar bermain dalam benakku. Kupandang dengan tatapan penuh birahi tubuh Teti yang duduk membelakangi aku. Begitu aku nikmati kocokan tanganku di kontolku.
Aku juga tidak perduli, apakah suara desahan nafasku yang begitu memburu seiring dengan hentakan tanganku yang mengocoki kontolku, dan suara kopyor-kopyor buah zakarku yang aku ikat beradu dengan celana dan tanganku apakah terdengar oleh Teti atau tidak, karena suara hujan yang begitu deras menurutku dapat menyamarkan suara aktifitas ngocokku. 
Jujur, debar jantungku begitu terasa memburu dan kenekatanku semakin menjadi, yang membuatku memberanikan diri, dalam keadaan ngocok, perlahan berjalan mendekati Teti yang asik bermain dengan anaknya hingga jarak kurang dari 50 cm, baru kemudian aku hentikan kocokan di kontolku sambil aku masukkan kontolku. Aku jepit kepala kontolku diantara pinggang celana dan perutku, karena kalau tidak seperti itu pasti nampak jelas menyodok bagian depan celanaku, sambil terus berjalan melewatinya menuju dapur dan pura-pura masuk ke kamar mandi.
Gemuruh jantungku begitu terasa, seiring dengan letupan birahiku. Dan aku sebenarnya tidak masuk ke kamar mandi, melainkan hanya berdiri di dapur, di depan pintu kamar mandi sambil mengatur nafasku yang masih memburu menahan birahiku.
Jujur saja, keringatku juga mengalir di tubuhku karena menahan gejolak birahi dan karena nikmatnya ngocok di belakang Teti tadi. Kondisi kontolku juga sangat mendukung, walaupun begitu ereksi penuh denyut kenikmatan, tapi belum ada tanda-tanda ingin nembak mani. Itulah sebabnya aku berkeringat karena begitu cepat dan kerasnya hentakan tanganku mengocoki kontolku di belakang Teti tadi.
Pepek...pepek..., dasar pepek si Teti ini. Akhirnya aku semakin hilang kendali dengan membuka baju dan celanaku di dapur. Perlahan dalam keadaan bugil sambil ngocok, aku berjalan lebih mendekat ke sekat dinding antara ruang TV dan dapur. Santai saja aku ngocok, padahal, begitu besar resiko yang mungkin saja terjadi. Bisa saja Teti tiba-tiba datang ke dapur, sementara aku dalam keadaan bugil berada di luar kamar mandi dengan kontol yang sangat ereksi, dan juga suara hujan yang sangat lebat benar-benar membuat suara gerakan langkah sama sekali tidak terdengar. Ah..., pepek kau lah Teti. Kemudian aku menjauh dari sekat dinding dapur dan berdiri di depan pintu kamar mandi. Sengaja aku menutup mataku sambil terus saja ngocok dengan cepat sehingga membuat kopyor-kopyor buah zakarku bergerak cepat naik turun beradu dengan tangan dan selangkanganku, nikmat..., begitu nikmat, dalam keadaan bugil ngocok penuh resiko yang bisa saja tiba-tiba Teti datang masuk ke dapur. Tak dapat aku katakan betapa nikmatnya saat itu. Walau penuh resiko.
Hanya beberapa menit saja aku bugil ngocok di dapur, kemudian aku merasa tertantang untuk melakukan aksi bugil ngocokku langsung di belakang Teti. Langsung saja aku menghentikan acara ngocokku, lalu aku memakai celanaku kembali, tapi tidak memakai baju, dan masuk ke kamar mandi. Sengaja aku sedikit menenangkan birahiku dengan menyiramkan air di kepala kontolku agar tidak ereksi lagi. Aku harus menetralkan dulu suasana, walau kesempatan ini bisa saja lenyap, tapi setidaknya aku tidak ingin membuat Teti curiga. Yang pastinya aku akan berbasa-basi dengan Teti setelah keluar dari dapur untuk mencairkan suasana sekaligus untuk melihat reaksinya. 
Setelah kontolku sudah tidak ereksi lagi, lalu aku keluar dari kamar mandi masih tanpa memakai baju. Lagian aku juga terbiasa buka baju di rumah mertuaku dan aku yakin Teti juga terbiasa dengan itu. Keringat di tubuhku masih nampak jelas, tapi aku tidak begitu memperdulikannya.
"Lha bang, kan ada kamar mandi di depan", kata Teti saat aku berjalan hendak melewatinya dengan posisi tangan kananku memegang baju yang aku buka tadi, sedikit menutupi bagian depan celanaku.
"Oh..., masih bisa dipakai ya Teti, abang kira sudah gak dipakai lagi...", jawabku asal saja sambil menghentikan langkahku dan langsung sedikit membungkuk sambil menggoda anaknya. Lalu aku juga ikutan duduk di lantai sekitar 1.5 m di depannya. Bajuku langsung aku letak tepat menutupi bagian depan celanaku.
"Banyak keringat abang ya...", tanya Teti sambil memandang tubuhku yang tidak mengenakan baju.
"Iya Teti sorry ya, abang buka baju, gak nyaman kalau pakai baju, keringatnya banyak, namanya sudah lama gak jadi montir...", jawabku bercanda. Kan gak mungkin aku katakan kalau keringatku ini adalah keringat birahi ngocok di belakangnya dan bugil ngocok di dapur tadi.
Teti hanya tertawa, sambil mengatakan kalau itu memang kebiasaan aku yang sering buka baju.
Sambil menggoda anak si Teti dan sedikit ngobrol berbasa basi dengan posisi serta sikap yang aku buat senatural mungkin, untuk menutupi bagian depan celanaku dan menyembunyikan gejolak birahiku saat memandang Teti, beberapa menit kemudian aku mengakhiri basa-basiku pada Teti. Karena semakin lama semakin menggelegak birahiku saat memandang Teti yang hanya memakai daster dan terkadang bagian depan dasternya itu ditarik-tarik anaknya. Ah..., membuat geregetan hatiku.
"Ok deh Teti, abang lanjut lagi jadi montir dulu", kataku sambil bercanda dan langsung bangkit berjalan melewatinya.
"Iya bang...", jawab Teti sambil menenangkan anaknya yang mungkin minta susu. Dan kemudian ikut bangkit dan masuk ke kamarnya.
Sial..., rutuk hatiku. Masuk kamar pula si Teti ini, pasti nyusui anaknya.
Pepek...pepek..., gagal rencananku.
Dongkol bercampur kecewa, tapi tetap juga aku keluarkan kontolku sambil pura-pura memperbaiki motor sambil mencari kesempatan yang mungkin saja bisa aku lalukan, dan ini hampir 10 menit Teti berada di dalam kamarnya. Kalaupun aku ngocok, sepertinya tak ada tantangannya. Bahkan kalaupun saat itu aku bugil ngocok, sepertinya kurang nikmat.
"Ish..., gak tidur-tidur ni anak...", terdengar suara Teti sedang berkata pada anaknya.
"Keluar lagi kita ya, lihat kartun, tapi bobo ya..., mama dah ngantuk sekali ini".
Wah.., kesempatan datang lagi......
Dan dengan perasaan penuh harapan aku berdiri dengan kontol yang ereksi keluar dari celanaku menunggu Teti keluar dari kamarnya. Posisiku saat itu ada di balik motor, jadi masih bisa aku tutupi kontolku kalau saja Teti keluar dari kamarnya.
Tak lama kemudian Teti keluar dari kamarnya dan aku pura-pura berdiri memperbaiki spion motor, walau gak ada hubungannya dengan motor mogok sih..., sambil menutupi kontolku dengan bagian depan motor.
"Gak mau tidur ni anak, padahal ngantuk kali aku", kata Teti begitu keluar dari kamarnya dan mendapati aku sedang berdiri menghadapnya.
Ah..., tak terbayangkan begitu bergemuruh penuh debar saat Teti mengajakku berbicara, sementara aku dengan kontol yang ereksi keluar dari celanaku berdiri berhadapan dengannya hanya tertutup bagian depan dari motor.
"Mau main kali dia", jawabku singkat.
Dan Teti mengiyakan dan terus berjalan ke arah TV sambil menghidupkan VCD.
Kembali Teti duduk di depan pintu kamarnya sambil memangku anaknya. Terdengar sedikit kesal dia dengan anaknya yang tidak mau tidur. Walau akhirnya Teti kembali bermain bersama anaknya. Bergejolak birahiku saat melihat Teti nungging. Aku gak tahu sebab si Teti mengambil posisi nungging seperti itu, apakah mau menidurkan anaknya atau hanya bermain dengan anaknya. Walau hanya sebentar, dan kemudian dia kembali ke posisi duduk biasa di lantai, tapi benar-benar memicu birahiku. Lonte...pepek...torok..., rutuk hatiku dibarengi denyut yang sangat hebat di kontolku.
Ah..., saat aku melihat Teti nungging seperti itu, ingin rasanya aku berlari menghampirinya sambil menyingkapkan dasternya dan melorotkan sempaknya, lalu melesakkan kontolku dari posisi belakang, pasti jepit ni pepek si Teti.
Kontolkupun tak dapat aku ajak kompromi dan terasa penuh denyut kenikmatan. Dan perlahan aku kembali ngocok sambil memandang Teti yang sedang bermain bersama anaknya sekitar 3 m di depanku, walau saat itu tidak terlalu banyak pergerakan dari tubuh Teti. Dan ini sebenarnya lebih menguntungkan buatku. Jadi aku lebih bisa membaca pergerakan tubuh Teti.
Jam menunjukkan pukul 09:33, saat perlahan aku mulai membuka celanaku dan aku campakkan celanaku itu begitu saja di lantai. 
Aku benar-benar bugil di belakang Teti yang saat itu sedang bermain dengan anaknya sambil menonton VCD. Dan aku mulai ngocok sambil menelusuri dengan tatapan penuh birahi bagian belakang tubuh Teti.
Bayangkan, aku bugil sekitar 3 m di belakang Teti dengan celanaku yang tergeletak begitu saja di lantai. Tak akan sempat aku raih dan memakai celanaku dengan cepat seandainya Teti bangkit dan berjalan ke arahku.
Bayangkan aku bugil ngocok dengan pelindung bagian depan motor untuk menutupi bagian bawah tubuhku, seberapa besar sih bagian depan motor matic, sementara Teti terkadang bergerak karena sedang bercanda dengan anaknya. Pasti nampak jelas seandainya Teti bangkit dan memandang ke arahku.
Begitu besar resiko yang aku pertaruhkan. Tapi ini yang semakin memacu birahiku.
Jangan ditanya debar dan gemuruh jantungku. Jujur, gemetar juga aku dalam posisi bugil seperti ini. Dan jujur juga, semakin menggelegak birahiku seperti ditantang untuk melakukan hal yang lebih ekstrem lagi.
Perlahan aku mulai menggeser posisi tubuh bugilku ini, sambil terus saja ngocok, aku berjalan melewati bagian depan motor mengambil posisi ke sebelah motor dan langsung berhadapan dengan bagian belakang tubuh Teti tanpa penghalang apapun.
Begitu cepat hentakan kocokan tanganku ini di kontolku. Suara desah nafasku yang begitu memburu penuh birahi dan hentakan tanganku mengocoki kontolku, serta suara buah zakarku yang aku ikat beradu dengan tangan dan selangkanganku begitu sangat jelas aku dengar, tapi mungkin tersamarkan dengan suara VCD dan suara hujan.
Aku benar-benar begitu tertantang dengan situasi ini. Walau hanya beberapa centimeter, aku akhirnya nekat menempatkan posisiku lebih mendekat ke Teti. Dan benar-benar tidak ada penghalang antara tubuhku yang berdiri bugil ngocok dengan tubuh Teti.
Pinggulku ikut bergoyang seiring dengan cepatnya tanganku ini mengocoki kontolku. Ah..., nikmatnya...
Begitu aku ekspresikan kenikmatan bugil ngocokku di belakang Teti. Terkadang aku sampai berjingkat-jingkat sangking menikmati hentakan tanganku yang begitu cepat mengocoki kontolku. Ngocok dalam keadaan bugil dengan jarak 3 m di belakang Teti yang asik bermain dengan anaknya begitu membuatku lupa akan resiko yang mungkin saja terjadi.
Iya, Teti sedang asik bermain di lantai bersama anaknya, sementara aku juga asik dengan tatapan penuh birahi menelusuri lekuk tubuhnya sambil mengekspresikan kenikmatan ngocokku tanpa sehelai benangpun tepat berdiri di belakangnya.
Kenikmatan dan sensasi yang sangat luar biasa yang aku rasakan, seiring degup jantung yang berpacu dan hentakan tanganku yang mengocoki kontolku. Sangat nikmat..., dan sensasi yang luar biasa ini membuat aku berkelonjotan sampai berjingkat-jingkat di belakang Teti. Terkadang aku sampai sedikit membungkukkan tubuhku dan lebih mengangkangkan kakiku karena makin cepatnya tanganku ini mengocoki kontolku.
Derasnya hujan sepertinya dapat menyamarkan suara hentakan dan kopyor-kopyor buah zakarku yang aku ikat naik turun beradu dengan tangan serta selangkanganku.
Ah..., nikmatnya...
Sensasi yang sangat luar biasa nikmat dan penuh resiko. Tanpa sehelai benangpun saat itu aku berdiri ngocok di belakang Teti dengan jarak sekitar 3 m.
Sampai akhirnya aku tidak dapat menahan dorongan maniku untuk keluar dari kontolku. Jam 09:50 aku berkelonjotan penuh kenikmatan sambil meremas kepala kontolku untuk menahan dan menampung muncratan maniku. Secara perlahan aku berjalan mundur sambil tetap mengawasi gerakan-gerakan tubuh Teti. Lalu aku raih dan aku pakai kembali celanaku. Walau sedikit susah karena tangan kiriku menggenggam mani, akhirnya aku bisa memakai celanaku kembali dan setelah aku menetralkan ereksi di kontolku, aku berjalan melewati Teti pura-pura ingin minum.
"Sorry Teti, abang mau ngambil minum", kataku pada Teti sambil terus saja berjalan melewatinya karena saat itu tangan kiriku menggenggam maniku.
"Eh bang, lupa aku buat minum untuk abang...", jawab Teti.
"Gak usah Teti, gak papa, aman tu...", kataku sambil terus berjalan masuk ke dapur. Dan kemudian aku masuk ke kamar mandi membersihkan maniku dari tangan kiriku.
Dan untuk mencairkan suasana, sambil membawa gelas aku duduk di kursi, minum menemani Teti bersama anaknya yang duduk di lantai.
Ngobrol dan berbasa-basi dengan Teti, tapi pikiranku melayang dengan kenikmatan bugil ngocokku di belakangnya tadi. Dengan gerakan yang tidak mencurigakan, sambil ngobrol, sesekali aku merapatkan pahaku untuk menjepit buah zakarku. Ah..., pepek...pepek..., terasa mulai menggeliat ereksi lagi kontolku ini, nikmat...
Akhirnya aku palingkan pandanganku ke TV agar letupan birahiku bisa aku kendalikan.
"Maaf bang, aku nidurkan anakku dulu ya bang, dah nampak ngantuk ni anak", kata Teti sambil membaringkan tubuhnya menidurkan anaknya.
"Oh..., iya Teti, sorry ya", jawabku sambil bangkit dari kursi.
"Waduh, gak papa bang, kalau abang mau nonton TV gak papa..., aku cuma nidurkan anak aja", kata Teti sambil bangkit lagi dan menyerahkan remote TV padaku.
"Klo pindah tempat, ni anak pasti gak mau tidur, maaf ya bang, kakiku ke arah abang", timpal Teti sambil berbaring kembali.
Aku hanya mengiyakan sambil aku rubah chanel VCD ke chanel TV.
Ah..., pepek lonte si Teti ini..., pingin sekali rasanya aku kentot dia saat ini. Apalagi tak berapa lama kemudian aku lihat si Teti ikut memejamkan matanya juga.
Aku pura-pura menonton TV, padahal lebih seringnya aku menelusuri tubuh Teti yang tiduran menyamping bersama anaknya. Dan benar saja, Teti akhirnya ketiduran juga. 
Masih dalam posisi tiduran menyamping bersama anaknya, dapat aku pastikan kalau Teti saat itu tertidur, kerana aku lihat gerakan nafas tubuhnya yang teratur. Apalagi saat itu kaki anaknya berada di perut Teti, otomatis gerakan perutnya yang begitu teratur dapat aku lihat dan pastikan kalau saat itu Teti benar-benar tidur.
Hujan yang masih deras membuatku nyaman untuk mengeluarkan kontolku yang kembali ereksi, walau saat itu aku duduk di kursi tepat di depan pintu yang kalaulah saat itu keadaan tidak hujan, pasti siapapun yang melihat ke dalam rumah dapat jelas melihat aku sedang mengelus-elus dan memainkan kontolku, tapi aku santai saja.
Jam 11:36 santai aku mulai ngocok sambil memandang Teti yang sedang tertidur di depanku. Tapi karena posisiku saat itu duduk, terasa kurang nikmat, karena buah zakarku tidak bebas bergerak.
Kembali kenekatanku muncul, lalu aku berdiri hanya beberapa centimeter di dekat kaki Teti sambil ngocok. Memandang penuh birahi ke wajah dan tubuh Teti yang tertidur. Ah..., begitu nikmatnya... Dan perlahan, karena aku lihat Teti tidak merespon keberadaanku yang sedang ngocok, aku melangkahkan kakiku dan menempatkan posisiku berdiri di dekat kepala Teti. Sambil terus saja ngocok, aku lihat betapa dekatnya jarak kakiku dengan kepala Teti, hanya berjarak beberapa centimeter saja. Aku melorotkan celanaku hingga ke lututku agar buah zakarku bebas bergerak seirama dengan naik turunnya kontolku yang aku kocok ini. Debar yang sangat luar biasa yang aku rasakan dengan kenekatanku melorotkan celanaku sampai ke lututku, sementara posisiku hanya beberapa centimeter saja dari kepala Teti.
Dasar pepek...pepek..., lonte pepek..., rutuk hatiku sambil lebih mempercepat kocokan di kontolku.
Dan seakan aku kehilangan kendali, aku menggeser posisiku sedikit menjauh sekitar 50 cm dari kepala Teti, lalu dengan begitu cepat aku buka kembali celanaku dan langsung aku lempar ke arah motor. Posisi celana yang aku lempar itu tersangkut di stang motor.
Bisa dibayangkan, saat itu jarak antara aku dan Teti hanya sekitar 50 cm. Dan aku benar-benar dalam kondisi bugil dengan kontol yang sangat ereksi, sementara celanaku berada beberapa meter dariku.
Tak akan dapat berkata apa-apa dan tak akan ada alasan apapun yang dapat aku berikan seandainya saat itu Teti terbangun dan mendapati aku dalam posisi bugil seperti itu.
Hal ini malah lebih menambah kenekatanku. Debar jantungku terasa tidak beraturan, seiring dengan semakin cepat naik turunnya tanganku ini mengocoki kontolku. 
Sudah kepalang tanggung, akhirnya aku semakin mendekatkan posisiku ke tubuh Teti. Jam menunjukkan pukul 11:41 saat aku berdiri ngocok tanpa sehelai benangpun di tubuhku di belakang Teti hanya beberapa centimeter jarak kakiku dengan kepalanya. Lebih aku condongkan tubuhku ini ke atas kepala Teti. Begitu cepat aku ngocok saat itu. Tak aku perdulikan suara berisik tanganku yang begitu cepat mengocoki kontolku beradu dengan buah zakarku.
Aku sadar, aku tak bisa berlama-lama dalam posisi seperti ini. Resikonya benar-benar fatal.
Kalau saja Teti tersentak dan membuka sedikit matanya, pasti dia reflex melihat ke atas di mana akan langsung dia nampak kontolku yang begitu sangat ereksi ini aku kocok tepat di atas kepalanya. 
Ah..., pepek lonte si Teti ini.
Hanya sekitar 1 menit aku ngocok di atas kepalanya, aku sudah nembak mani. Jam 11:42 sampai terasa kaku dan bergetar tertahan tubuhku ini saat puncak kenikmatan ngocok aku dapatkan dengan muncratnya air maniku di atas kepala Teti. 
Kalau saja saat terasa aku akan nembak mani aku tidak langsung menempatkan tangan kiriku untuk menahan dan menampung maniku, mungkin saja air maniku itu akan mengenai bagian kiri wajahnya, karena muncratan air maniku itu tidak terlalu kuat memancar dari kontolku. Ya..., itu normal lah..., karena sebelumnya aku sudah nembak begitu banyak mani yang sangat kental saat aku ngocok di belakangnya tadi.
Setelah menikmati puncak sensasi kenikmatan ngocokku, lalu aku menyingkir dari posisiku.
Jujur saja, sangat tergesa aku meraih celanaku yang tersangkut di stang motor dan langsung memakainya. Manikupun berselemak di bagian samping kiri celanaku.
Degup jantungku begitu cepat dan tak beraturan, serta nafasku terasa sangat memburu.
Ini begitu sangat nekat dan fatal resikonya. Dan aku mengambil semua resiko ini karena setiap kesempatan dan kondisi yang mendukung harus aku pergunakan dengan sebaiknya.
Aku juga memakai bajuku dan kemudian aku kembali duduk di kursi sambil mengeluarkan kontolku lagi untuk membuka ikatan di buah zakarku.
Jujur, kontolku saat itu sudah tidak ereksi lagi. Tapi benar-benar penuh denyut kenikmatan. Apalagi terbayang pada kenekatan yang baru saja aku lakukan terhadap Teti. Ah...
Hujan mulai mereda dan kontolku tak berhenti-hentinya berdenyut penuh kenikmatan karena tak lepas pandanganku mengarah ke tubuh Teti.
Sampai akhirnya jam 12:15, dengan perlahan aku mulai membangunkan Teti.
"Teti..., Teti...", panggilku untuk membangunkannya. Tapi mungkin karena terlalu lelap, dia tidak terbangun.
Sampai akhirnya terdengar suara motor masuk ke pekarangan rumah mertuaku dan ternyata suami Teti pulang. Sebelum mematikan mesin motornya, mungkin sengaja dia membunyikan klakson motornya yang bersuara keras itu dan langsung membuat Teti tersentak bangun.
Bukannya gembira, malahan Teti tampak marah dan sedikit ngomel karena suara klakson itu dapat membangunkan anaknya.
Aku hanya tertawa, walau terpaksa, untuk menetralkan suasana. Khususnya suasana hatiku yang masih penuh birahi pada Teti.
Suami Teti tidak terkejut dengan kehadiranku yang hanya berduaan dengan istrinya. Malahan dia bertanya tentang motor mertuaku yang aku perbaiki dan mengucapkan terima kasih padaku karena menyempatkan diri memperbaikinya.
Kalau ini aku benar-benar tertawa. Iya tertawa karena keleluasaan waktu dan kesempatan bisa menjadikan Teti, istrinya, sebagai objek ngocokku. Malah seharusnya aku yang  berterima kasih.
Kemudian, karena Teti tidak masak, suami Teti pergi keluar untuk membeli makanan. Kembali aku dan Teti serta anaknya saja yang berada di rumah.
Desiran-desiran birahi begitu nyata aku rasakan selama aku dan Teti ngobrol, yang dia selingi dengan mempersiapkan peralatan untuk makan kami, dan aku juga menyempatkan diri untuk memasang kembali tutup mesin motor yang belum aku pasang. Denyut kontolku begitu nikmat aku rasakan saat berbicara dan menatap wajah Teti.
Ah..., kapan ya bisa aku ulangi lagi hal seperti ini...
Pada saat kami makan bersama, sempat terbesit di benakku, pasti sangat nikmat seandainya saat itu Teti aku ajak ngentot sampai aku menembakkan maniku di dalam pepeknya, kemudian suaminya pulang dan mengajaknya ngentot kembali. Pasti double kepuasan yang akan dirasakan oleh si Teti. Pasti banjir mani pepek si Teti ini.
Dasar pepek... pepek...
Tak lama setelah kami makan bersama, aku pamit pulang, dan suami Teti juga pergi kerja kembali.

Kamis, 25 Juni 2020

Ngocok Di Belakang Mertuaku

Tanggal 25-06-2020, jam 06:08-06:12 begitu memburunya nafasku seiring dengan semakin cepatnya tanganku ini mengocoki kontolku sekitar 2 m di samping belakang mertuaku yang sedang duduk di ruang TV rumahku. 
Awalnya saat aku bangun tidur, ada rasa kecewa di hatiku karena sebenarnya aku sudah niat tadi malam untuk menjadikan mertuaku yang menginap di rumahku sebagai target ngocokku, tapi sayangnya karena capek aku jadi ketiduran. Padahal sudah sebegitu matangnya rencanaku yang akan ngocok di depan mertuaku saat dia tidur. Begitu aku merutuk karena terlewatkan kesempatan menjadikan mertuaku sebagai target ngocokku tadi malam. 
Pada saat aku bangun tidur dan keluar dari kamar, aku dapati mertuaku sedang duduk menonton TV. Sebagai basa basi, akhirnya aku duduk menemani mertuaku. Posisiku saat itu duduk di lantai. Sambil menonton TV kami berdua ngobrol, sementara istriku sedang menyiram bunga di depan rumah. 
Terus terang saja, begitu bergemuruhnya birahiku saat menemani mertuaku menonton TV dan ngobrol. Terasa denyut penuh nikmat kontolku ini dan semakin memberontak ingin dikocok. Akupun tidak begitu konsentrasi dengan obrolan kami. 
Sampai akhirnya, karena denyut kontolku semakin menjadi, dan aku lihat mertuaku mulai fokus melihat TV,  lalu aku berdiri dan mulai berjalan menuju dapur rumahku. Jujur saja, sangat jelas nampak kontolku menyodok bagian depan celana pendekku, dan dengan debar penuh birahi aku melewati mertuaku. 
Sambil berjalan menuju dapur, otakku berpikir cepat untuk mencari posisi yang strategis saat aku ngocok nanti. Dan langsung mataku tertuju ke kulkas yang berada di bagian kanan belakang mertuaku dengan jarak kurang dari 2 m dari posisinya yang duduk menonton TV. 
Sengaja aku sembunyikan sebagian tubuhku di balik kulkas sambil mataku terus saja memperhatikan mertuaku. Perlahan tapi pasti aku mulai menarik bagian depan celana pendekku dan mengeluarkan kontolku. Ah..., begitu ereksi, denyut penuh kenikmatan yang membuat tangan kananku mulai mengocoki kontolku. 
Perlahan tapi pasti aku mulai menikmati hentakan tanganku yang mengocoki kontolku. Aku tahu, gerakan kepala mertuaku sepertinya mulai mencari keberadaanku yang begitu saja meninggalkannya menonton TV sendiri. Nampak jelas mertuaku sedikit merubah posisi duduknya dan wajahnya dipalingkan ke arah jendela di sebelah kirinya seperti mencari aku. 
Dan akupun semakin nekat, dari aku ngocok dengan menyembunyikan sebagian tubuhku di balik kulkas, kini aku benar-benar berdiri di samping kulkas, sekitar 2 m di belakang mertuaku. Seandainya mertuaku memalingkan wajahnya ke kanan, sudah pasti dia akan melihat aku yang sedang ngocok dengan tatapan penuh birahi ke tubuhnya. 
Tak aku perdulikan desah suara nafasku yang begitu memburu seiring semakin cepatnya kocokan tanganku di kontolku. Debaran jantungku, rasa nikmat dan sensasi ngocok berdiri sekitar 2 m di belakang mertuaku membuat aku lebih mempercepat kocokan tanganku di kontolku, hingga akhirmya aku nembak mani yang aku tahan dan tampung dengan tangan kiriku. 
Ah..., begitu beresikonya aku berkelonjotan penuh kenikmatan saat aku nembak mani di belakang mertuaku. 
Lalu, dengan santai sambil tangan kiriku menampung air maniku, aku masuk ke kamar mandi. Dan setelah membersihkan tanganku dari mani, aku kembali duduk menemani mertuaku menonton TV sambil sesekali mengajaknya ngobrol. 
Ah..., inginnya aku merasakan bagaimana nikmatnya pepek mertuaku ini... 

Jumat, 08 Mei 2020

Bugil Ngocok Di Samping Rumah

Tanggal 08-05-2020, jam 19:45 dengan santai aku buka baju dan celanaku, lalu dalam keadaan bugil aku keluar dari rumahku melalu pintu samping dan selanjutnya aku ngocok di samping rumahku. Sudah lama memang aku tidak pernah bugil ngocok di samping rumahku ini. 
Jujur saja, sensasi nikmat ngocok di luar rumah dan di alam terbuka sungguh sangat luar biasa. Memacu adrenalin seiring dengan nikmatnya hentakan tanganku yang mengocoki kontolku. 
Aku tahu, ada beberapa cewek yang sedang ngobrol tepat di gang sebelahku, tapi aku masa bodo saja. Malah semakin cepat dan aku biarkan hentakan tanganku yang mengocoki kontolku terdengar begitu keras sampai akhirnya aku nembak mani yang sengaja aku tampung dengan tangan kiriku. 
Ah..., nikmatnya... 
Santai saja dalam keadaan bugil aku kembali masuk ke dalam rumahku dan kemudian aku mandi. 

Sabtu, 02 Mei 2020

Ngocok Di Depan Kak "Ila"

Tanggal 03-05-2020, jam 18:05 terasa begitu nikmat saat maniku ini muncrat di depan kak Ila yang melintas di depanku. 
Awalnya hanya Dewi yang menjadi target ngocokku saat itu karena berulang kali Dewi keluar masuk dari gang depan rumahku. Nampak jelas senyuman Dewi saat memandang ke arah jendela rumahku dimana pada saat itu aku dalam keadaan bugil dan dengan penuh birahi mengarahkan kontolku yang aku kocok ini kearahnya. 
Dan keberuntungan yang tidak terduga saat aku lihat kak Ila secara perlahan berjalan melewati rumahku. Begitu semangatnya aku hingga tak aku hiraukan suara keras hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku dan begitu rapatnya tubuhku di jerjak jendela hingga terkadang kepala kontolku menyentuh kaca jendela saat kak Ila berada di depanku.
Ah..., besarnya pantat kak Ila...
Aku tahu kak Ila pasti akan kembali melewati rumahku lagi. Dan akupun begitu bersemangat untuk menunggunya kembali melewati aku sambil aku ngocok menghayalkan montoknya pantat kak Ila. 
Aku lebih merapatkan tubuhku di jerjak jendela dan aku biarkan suara keras hentakan tanganku yang mengocoki kontolku saat aku lihat kak Ila mulai berjalan kembali melewati aku. 
Begitu berambisinya aku saat mengocoki kontolku. Begitu cepat kocokan tanganku di kontolku. Suara hentakan tanganku yang mengocoki kontolku dan juga suara tanganku yang beradu dengan jerjak jendela tidak aku hiraukan karena aku begitu menikmati keindahan tubuh kak Ila yang saat itu berada di depanku. 
Hingga akhirnya tidak dapat aku tahan muncratan maniku keluar dari kontolku saat begitu penuh birahi aku memandang indah dan montoknya pantat kak Ila yang mulai berjalan melewati aku. Berkelonjotan penuh kenikmatan sambil tangan kiriku menahan muncratan maniku agar tidak berceceran di lantai. 
Ah..., kak Ila.. 

Jumat, 10 April 2020

Ngocok Di Depan "Tum"

Tanggal 10-04-2020, pada saat aku melihat Tum, pasti yang aku lihat hanyalah pantatnya yang montok itu. Selalu terbayang bagaimana saat Tum naik sepeda, sepertinya tempat duduk sepedanya itu ditelan dan menghilang dalam pantat si Tum. Dan keberuntunganku saat ini adalah saat aku asik bugil ngocok di jendela, pada jam 11:12 aku lihat Tum keluar dari rumahnya. Dia berdiri lama di depan rumahnya sambil memandang ke jendela rumahku. Begitu aku rapatkan tubuh bugilku ini ke jerjak jendela sambil tanganku tak henti-hentinya mengocoki kontolku. Begitu nampak menarik selangkangan si Tum ini. Jelas nampak tembam pepeknya. 
Akupun semakin mempercepat kocokan di kontolku sambil terus saja memandang ke selangkangan Tum. Dan perlahan si Tum mulai berjalan keluar gang dan menyebrang jalan tepat di depanku yang semakin cepat mengocoki kontolku. Nampak jelas si Tum pura-pura tidak melihat aku, dan akupun berkelonjotan penuh kenikmatan saat memuncratkan maniku tepat saat si Tum berada di depanku. 
Menurutku memang sudah menjadi ciri si Tum yang pura-pura tidak melihat aku ngocok. Tapi mana bisa dibohongi lirikan matanya dan terkadang senyum tipisnya saat dia melihat aku ngocok. Bukan sekali dua kali aku ngocok dengan target si Tum, bahkan dulu aku sering ngocok di kursi tamu dengan pintu yang terbuka lebar dan si Tum lewat. Entah sudah berapa kali aku nembakan mani di depan si Tum saat pandangan mata kami saling beradu.
Jam 17:25 kembali si Tum keluar dari rumahnya, dan akupun begitu bersemangat menyongsongnya keluar dari gang dengan lebih merapatkan tubuhku yang bugil ini ke jerjak jendela. Tapi entah kenapa dia nampak terburu-buru menyebrang dan masuk ke dalam gang di samping rumahku. 
Sambil terus saja ngocok, aku menunggu Tum untuk melewati aku lagi. Dan tak berapa lama kemudian, aku dengar suara Tum sedang berbicara di gang sebelah dan akupun semakin mempercepat kocokan di kontolku. 
Benar saja, lalu Tum keluar dari gang sebelah dan menyebrang dengan sangat santai. Mataku tak lepas terus saja menandang pantatnya bergoyang-goyang seirama dengan langkah kakinya dan tanganku semakin cepat mengocoki kontolku sampai akhirnya aku nembak mani. 
Ah..., Tum... Tum..., dua kali ya kau buat aku muncrat mani di hari ini, dasar pepek pantat lonte kau Tum. 

Sabtu, 22 Februari 2020

Ngocok Di Samping "Jeni"

Tanggal 22-02-2020, sedari pagi aku sudah berbugil ria sambil ngocok di jendela. Pada jam 09:19, terdengar suara Jeni sedang berbicara dengan anaknya, lalu dia membuka gerbang dan mengeluarkan motornya. 
Jeni sepertinya sengaja duduk di motornya menunggu anaknya keluar tepat di depanku yang begitu antusias merapatkan tubuhku yang bugil ini ke jerjak jendela, sambil mengocokkan kontolku dengan begitu cepat kearahnya dengan jarak sekitar 2 m.
Dasar lonte pepek pantat si Jeni ini,  nampak jelas sekali kalau Jeni pura-pura menoleh ke belakang memanggil anaknya, padahal pada saat dia menolehkan kepalanya ke belakang, sengaja dia perlambat gerakannya sambil melihat ke jendela rumahku dimana saat itu aku dalam keadaan bugil begitu penuh birahi mengarahkan kontolku yang aku kocok dengan begitu cepat ke arahnya. Tak mungkin si Jeni tidak mendengar hentakan tanganku yang begitu keras terdengar mengocoki kontolku.
Bukan hanya sekali, tapi berulang kali si Jeni melirik ke jendela rumahku. Dan aku tidak tahu sengaja atau tidak, tapi anak si Jeni benar-benar lama keluar dari rumahnya dan saat menutup gerbang rumahnya juga terdengar begitu lambat. 
Kesempatan seperti ini benar-benar aku pergunakan dengan sebaik-baiknya. Begitu aku nikmati setiap hentakan tanganku yang mengocoki kontolku sekitar 2 m di samping Jeni. 
Memang dari segi wajah, kurang cantik..., menang kulit putih dan sedikit kemerah-merahan kulit si Jeni dan memang bodi si Jeni cukup serasi lah. Teteknya tidak terlalu besar tapi pantatnya itu lho yang montok dan pastinya kalau telanjang si Jeni sangat membakar birahiku. 
Sambil ngocok, aku telusuri lekuk tubuh Jeni lebih dalam lagi sambil membayangkan kenikmatan pepek dan pantatnya sampai akhirnya, saat anak perempuan Jeni berdiri di samping motor, nampak jelas Jeni dan anak perempuannya memandang ke jendela rumahku, aku tidak dapat menahan dorongan maniku untuk keluar dari kontolku. 
Muncrat maniku sambil berkelonjot penuh rasa nikmat disaat keduanya memandang ke jendela tempat aku berdiri bugil ngocok. 
Ah..., dasar pepek pantat lonte si Jeni dan anak perempuannya ini. Nikmat sekali rasanya.

Senin, 17 Februari 2020

Bugil Ngocok Di Pintu

Tanggal 17-02-2020, jam 18:35 aku ngocok di pintu ruang tamu rumahku yang sengaja aku buka lebar. Padahal keadaan masih sangat terang dengan beberapa orang yang kadang melintas di depan rumahku. 
Sebenarnya, saat aku pulang, aku dapati rumah dalam keadaan kosong. Dan santai saja aku menutup pintu dan mulai membuka seluruh pakaianku. 
Kemudian aku berdiri bugil ngocok di jendela sambil memandangi cewek-cewek yang melintas di depan rumahku sambil berharap Fani atau Yuli keluar dari rumahnya dan berdiri di gang depan rumahku. 
Sengaja aku ikat buah zakarku. Kopyor-kopyor seiring dengan naik turunnya tanganku yang sedang mengocoki kontolku. 
Karena sensasinya terasa masih kurang, kemudian aku tutup tirai jendela dan aku berdiri ngocok di dalam tirai jendela yang otomatis dari arah depan akan nampak jelas kalau saat itu aku sedang dalam keadaan bugil ngocok di jendela. 
Tak berapa lama kemudian aku lihat ada seorang cewek hendak melintas di depan rumahku. Dan tanpa basa basi, aku langsung membuka pintu depan rumahku dan terus saja ngocok di pintu saat cewek tersebut melewati aku. 
Tapi aku tidak nembak mani, dan memang sengaja agar aku bisa lebih lama lagi mengekspresikan birahiku ini dengan posisi bugil ngocok di pintu. 
Sensasi yang luar biasa. Adrenalin begitu terpacu seiring semakin cepatnya kocokan tanganku di kontolku. Begitu aku nikmati suasana bugil ngocok di pintu depan rumahku. Suara hentakan tanganku yang begitu keras terdengar mengocoki kontolku dan kopyor-kopyor buah zakarku yang aku ikat semakin menambah kenikmatan yang aku rasakan. Sampai akhirnya aku nembak mani dan aku tampung dengan tangan kiriku. 
Ah..., nikmatnya...

Sabtu, 15 Februari 2020

Ngocok Di Depan "Yuli"

Tanggal 15-02-2020, lagi asik-asiknya bugil ngocok di jendela, tiba-tiba aku lihat Yuli keluar dari rumahnya. Dan entah kenapa kontolku yang tadinya ereksi sempurna seperti biasa saat aku ngocok, tiba-tiba bertambah ereksi dengan urat di kontol yang ikut menonjol keras. 
Dasar lonte pantat torok pepek si Yuli ini, begitu aku rutuki seiring denyut kenikmatan yang terjadi di kontolku. Belum pernah aku merasakan urat kontolku yang menonjol keras seperti ini sebelumnya. Terasa begitu hebat ereksi yang terjadi di kontolku ini saat aku ngocok di depan Yuli yang secara perlahan mulai berjalan keluar menuju gang di depan rumahku. 
Lonte...lonte..., semakin aku merapatkan tubuhku ke jerjak jendela, hingga kontolku menyentuh kaca jendela dan tak aku perdulikan suara berisik tanganku yang mengocoki kontolku ini beradu dengan jerjak jendela seiring semakin mendekatnya Yuli ke arah mulut gang di depan rumahku sampai akhirnya dia melewati aku yang begitu penuh tatapan birahi, dengan kontol yang ereksi sampai urat kontolku menonjol keras keluar, mengarahkan kontolku yang aku kocok ini ke arahnya. 
Yuli berjalan melewati aku menuju samping kiriku dan dengan terpaksa aku hentikan acara ngocokku, sambil menunggu dia kembali lagi, aku pandangi kontolku yang lain dari biasanya. 
Jujur saja, kalau ereksi sempurna itu sudah biasa, ya setiap aku ngocok ya pasti ereksi sempurna. Bahkan saat aku ngocok dengan target langsungpun ya biasa..., ya seperti ereksi pada umumnya. 
Tapi, kali ini memang sangat berbeda. Urat-urat di kontolku begitu nampak jelas mengeras menonjol dari batang kontolku yang sudah sangat ereksi dan rasanya juga begitu berbeda. Terasa nikmat yang sangat luar biasa. 
Ah..., dasar pepek pantat lonte si Yuli ini. Baru dia seorang dan yang pertama sekali yang bisa membuat kontolku seperti ini, sambil aku elus dan aku pijit urat-urat di kontolku ini penuh ketidak percayaan. Ya klo dilihat memang lumayan cantiklah si Yuli ini, dengan tubuh yang menurutku kurus, tapi pantatnya itu lho yang sangat montok. 
Lonte...lonte... 
Dari ujung nampak Yuli mulai berjalan dan dengan penuh semangat, kembali aku menempatkan tubuhku begitu rapat dengan jerjak jendela dan aku ngocok dengan begitu cepat. Suara berisik tanganku yang mengocoki kontolku beradu dengan jerjak jendela membuatku semakin bersemangat dan berharap agar Yuli dapat mendengarkannya juga. 
Begitu aku nikmati hentakan tanganku yang begitu kuat dan cepat mengocoki kontolku saat Yuli semakin mendekati posisiku, hingga posisi Yuli benar-benar di depanku, dan jam menunjukkan pukul 09:15 akhirnya kontolku muncrat begitu banyak mani yang aku tampung dengan tangan kiriku. 
Berkelonjotan penuh kenikmatan yang luar biasa saat aku nembak mani di depan Yuli. 
Ah..., dasar pepek pantat lonte si Yuli ini. 

Jumat, 14 Februari 2020

Ngocok Di Depan "Fani"

Tanggal 14-02-2020, jam 08:46 terlihat jelas lirikan mata Fani mengarah ke tubuhku yang sedang bugil ngocok di jendela saat dia menyeberang dari gang depan menuju warung di sekitar samping rumahku. 
Memang sedari tadi aku ngocok di jendela dan sangat berharap akan kehadiran Fani. Sempat juga aku lihat Fani sedang menyapu teras rumahnya dan kembali masuk ke dalam rumahnya. Ah..., dasar pepek. 
Tapi tak lama kemudian, aku lihat Fani keluar dari rumahnya dan berdiri di jalan depan rumahnya. Semakin aku percepat kocokan di kontolku sambil menikmati keindahan tubuh Fani. Dan tanpa disangka, kemudian Fani berjalan menuju keluar gang. 
Begitu aku lihat Fani mulai melangkahkan kakinya dari depan rumahnya dan aku prediksikan Fani akan berjalan  menuju keluar, langsung saja dengan begitu berambisi aku semakin merapatkan tubuhku ke jerjak jendela hingga kepala kontolku menyentuh kaca jendela dan semakin aku percepat kocokan di kontolku. 
Aku abaikan suara berisik yang berasal dari tanganku yang sedang mengocoki kontolku beradu dengan jerjak jendela karena begitu aku sangat berambisi untuk nembak mani di depan Fani. 
Saat Fani berjalan keluar, aku lihat tatapan mata Fani terus saja mengarah ke jendela rumahku. Dimana saat itu aku dalam keadaan bugil ngocok dan mengarakan kontolku ke arahnya. 
Tapi sayangnya,  saat Fani sudah berada di mulut gang dan berhenti untuk menyebrang ke depan rumahku, wajahnya tampak dia arahkan ke kanan. Tapi aku tetap saja dengan penuh ambisi mengarahkan kontolku yang aku kocok ke arahnya. 
Dan saat Fani menyebrang ke depan rumahku itulah aku lihat Fani melirik kembali ke jendela rumahku, dan aku yakin Fani dapat melihat dengan jelas aku sedang berdiri dalam keadaan bugil mengarahkan kontolku dan ngocok di depannya. 
Akupun tidak menyia-nyiakan lirikan mata Fani dengan lebih cepat mengocoki kontolku hingga akhirnya aku nembak begitu banyak mani tepat dalam kondisi Fani masih melirik ke arahku. 
Ah..., berkelonjotan penuh kenikmatan padahal Fani sudah berlalu dari hadapanku. Nikmatnya... 

Selasa, 21 Januari 2020

Ngocok Di Depan Wajah Mertuaku -*-

Tanggal 21-01-2020, sekitar jam 14:00 iseng aku datang ke rumah mertuaku. Sebenarnya aku berniat untuk menjadikan Teti sebagai target ngocokku, karena tadi malam, tanpa sungkan si Teti mengeluarkan teteknya untuk menyusui bayinya saat ngobrol bersama aku dan istriku, walau kemudian dia tutupi dengan bajunya. Tapi ujung tetek dan sedikit putingnya kan masih nampak. Rasanya gimana gitu..., pingin melototi terus tetek si Teti, tapi ada istriku di sampingku. Tadi malam Teti berada di rumah sendirian karena suaminya, adik iparku, sedang bekerja dan pulang jam 21, sementara mertuaku berada di A S. Makanya dari rumah sengaja aku memakai celana pendek tanpa memakai sempak dan aku benar-benar sangat berambisi untuk menjadikan Teti sebagai target ngocokku. 
Tapi sampai di rumah mertuaku, aku lihat keadaan tampak sunyi dan aku pikir Teti mungkin sedang tidur siang. Lagian pintu depan tampak terbuka dan akupun langsung memanggil Teti sambil masuk ke dalam rumah. 
Saat masih di depan pintu, aku sedikit terkejut karena aku mendapati mertuaku sedang tidur di sofa. Ah..., berarti mertuaku itu baru tiba dari A S. Jadi kemungkinan besar akan batal niatku untuk menjadikan Teti sebagai target ngocokku. 
Ya sudah, aku langsung masuk saja ke dalam rumah sambil aku lirik ke kamar Teti yang tampak terbuka lebar. Aku lihat Teti tidak ada di dalam kamarnya dan perlahan aku ke dapur untuk mencari keberadaan Teti. Setelah aku cari di sekitar rumah dan tak juga aku temukan si Teti, akhirnya aku duduk dan posisiku tepat menghadap kearah mertuaku yang sedang tidur di sofa panjang. 
Aku jadi serba salah, kondisi rumah yang tampak sunyi, dengan posisi mertuaku yang sedang tidur di sofa, sementara aku tidak tahu keberadaan Teti di mana, ah... pepek lah, begitu merutuknya hatiku saat itu. 
Tak dapat aku pungkiri denyut-denyut nikmat yang aku rasakan di kontolku saat aku duduk di depan mertuaku, dengan jarak sekitar 3 m, dan aku mulai menelusuri lekuk-lekuk tubuh mertuaku yang tidur dengan posisi menyamping tepat menghadap ke aku. 
Kepala mertuaku tertumpu pada topangan tangan sofa dan kaki mertuaku sedikit menekuk yang membuat imaginasiku mulai bermain. Perlahan tapi pasti kontolku mulai ereksi seiring dengan semakin liarnya imaginasi birahiku terhadap mertuaku. Apalagi aku jadi ingat saat dulu aku juga pernah mendapati mertuaku sedang tidur dan kemudian secara nekat aku bugil ngocok di atas kepala mertuaku, semakin membuat kontolku memberontak ingin dikocok. 
Ah..., lonte pepek Teti..., entah dimana posisinya saat ini. 
Rasa penasaran dan merasa tertantang dalam kondisi seperti itu, membuatku akhirnya bangkit dari kursi dan aku biarkan kontolku nampak jelas menyodok bagian depan celanaku, lalu aku berjalan mendekati mertuaku. Aku telusuri lekuk tubuh mertuaku yang tampak sangat menggairahkan bagiku. 
Kemudian aku berjalan menuju pintu sambil melihat kondisi yang ada. Dari pintu ini nampak jelas begitu montoknya pantat mertuaku, karena posisi pantat mertuaku mengarah ke pintu rumah dan kepala mertuaku mengarah ke kamar Teti. Begitu menggelegak birahiku ini saat aku penuh birahi  menatap pantat mertuaku seperti menantang ingin dikocok oleh kontolku. Ah..., pasti nikmat rasanya kalau pada posisi mertuaku seperti itu lalu aku berada di belakangnya melesakkan kontolku ke dalam pepeknya. Mengocok pepek mertuaku dengan kontolku dari posisi belakang pasti sangat nikmat. Dan kalau kontolku sudah belepotan lendir pepek mertuaku, baru aku lesakkan kontolku ini ke dalam pantatnya. 
Saat itu aku berdiri di depan pintu, tapi masih di dalam ruangan dan membelakangi halaman, dan secara nekat, sambil menatap pantat mertuaku, perlahan aku mulai mengeluarkan kontolku dan santai saja aku mulai ngocok menikmati indahnya pantat mertuaku. 
Aku lirik jam dinding menunjukkan pukul 14.12 saat aku mulai mengeluarkan kontolku dan berdiri ngocok sambil memandang pantat mertuaku. Lalu sambil terus saja ngocok aku berjalan lewat di depan mertuaku dan berhenti tepat di atas kepala mertuaku. 
Ah..., nikmatnya rasa kontolku ini saat aku ngocok di dekat kepala mertuaku. Aku dengar dengkuran halus mertuaku yang membuat aku semakin nekat untuk lebih mendekatkan kepala kontolku di kepala mertuaku sampai akhirnya aku lepas kendali dengan menempelkan kepala kontolku di dahi mertuaku. 
Sangat perlahan aku kocok kontolku yang menempel di dahi mertuaku sambil aku tahan agar aku tidak cepat nembak mani. Nikmatnya..., dan sensasi luar biasa yang aku rasakan di kontolku yang aku kocok ini sambil menatap lebih dalam lekuk tubuh mertuaku. 
Terasa semakin membara dan begitu menggelegak birahiku ini hingga beberapa kali aku hentikan kocokan tanganku di kontolku agar aku tidak cepat nembak mani. Lalu aku menghentikan acara ngocokku dan melepaskan kontolku yang menempel di dahi mertuaku, kemudian aku berjalan mendekati pintu kamar Teti yang hanya berjarak 1.5 m dari kepala mertuaku. 
Kemudian aku ambil HPku dan langsung saja aku hidupkan mode perekam video di HPku dan aku letak di kursi rias yang ada di samping pintu masuk kamar Teti. Aku geser kursi itu untuk memposisikan perekaman video HPku tepat mengarah ke mertuaku. 
Jam menunjukkan pukul 14:23 saat perlahan tapi pasti, di depan pintu kamar Teti, aku mulai membuka baju dan celanaku. Jujur, gemetar juga tangan ini saat aku membuka baju dan celanaku. Ah..., entah lah, sangat nekat dan sangat beresiko karena aku juga tak tahu apakah mertuaku masih nyenyak tidurnya atau tidak, dan posisi Teti juga aku tidak tahu dimana. 
Tapi, mengingat kontolku sudah sangat memberontak ingin dikocok. Akhirnya, secara perlahan, dalam keadaan bugil dan pintu juga terbuka lebar, aku berjalan mendekati mertuaku. Sambil jalan tanganku mulai mengocoki kontolku. 
Aku berhenti sekitar 50 cm tepat di depan wajah mertuaku. Kontolku yang aku kocok ini benar-benar tepat berada di hadapan wajah mertuaku. Pinggulku ikut maju mundur seirama dengan hentakan tanganku yang mengocoki kontolku. 
Wuih..., nikmatnya... 
Begitu aku nikmati hentakan tanganku yang mengocoki kontolku, sementara aku dalam keadaan bugil berdiri ngocok semakin mendekatkan kontolku ke wajah mertuaku, sampai akhirnya kepala kontolku hanya beberapa centimeter saja di depan wajah mertuaku.
Mungkin kurang dari 5 cm kepala kontolku ini dari wajah mertuaku. Aku ngocok sambil terkadang mempermainkan kontolku yang masih terus saja aku kocok di depan wajah mertuaku. 
Nikmatnya hentakan tangan ini yang mengocoki kontolku. Nikmatnya bugil berdiri sambil ngocok di depan wajah mertuaku. 
Tak aku pikirkan lagi resiko yang mungkin saja terjadi. Dapat dibayangkan kalau saat itu tiba-tiba mertuaku bangun dan mendapati aku dalam keadaan bugil berdiri di hadapannya dengan kontol yang sangat ereksi hanya beberapa centimeter dari wajahnya. Belum lagi resiko Teti yang bisa saja tiba-tiba datang dan mendapati aku sedang berbugil ria di hadapan mertuaku. 
Tak aku pikirkan lagi resiko-resiko itu semua. Karena yang aku rasakan adalah rasa nikmat hentakan tanganku yang mengocoki kontolku dan rasa nikmat sensasi bugil ngocok di hadapan mertuaku. 
Sampai akhirnya aku tidak dapat membendung dorongan air maniku untuk muncrat dari kontolku. 
Berkelonjotan penuh kenikmatan saat maniku ini muncrat dan aku tampung dengan tangan kiriku. 
Aku lirik jam menunjukkan pukul 14:34 saat aku sudah meredakan kelonjotan nikmat tubuhku yang bugil di hadapan wajah mertuaku. 
Puasnya..., ah..., nikmatnya saat aku rasakan muncratan maniku keluar dari kontolku. 
Lalu, aku matikan mode rekaman video di HPku. Walau sedikit susah, karena tangan kiriku masih belepotan air mani, akhirnya aku bisa mengenakan kembali celanaku. Dan sambil mengambil bajuku yang masih tergeletak di depan pintu kamar Teti, aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan maniku yang ada di tangan kiriku. 
Ah..., nikmatnya... 
Masih saja terasa kenikmatan saat aku bugil ngocok sampai muncrat mani di hadapan mertuaku saat aku membersihan maniku di tangan kiriku. 
Kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap dan mengambil HPku yang tadi aku letak di kursi rias, lalu aku menghidupkan TV. 
Ya aku cuma menghidupkan TV tanpa aku tonton tayangannya, karena aku lebih memilih melihat hasil rekaman videoku yang baru saja aku rekam tadi. 
Ah..., hasil video yang sempuna. Walau sedikit jauh hasil rekamannya, tapi tampak jelas saat aku mulai membuka baju dan celanaku dan saat aku dalam keadaan bugil berjalan mendekati mertuaku, hingga tampak aku berkelonjotan hebat penuh nikmat saat aku menembakkan maniku di depan wajah mertuaku. 
Ah..., seandainya bisa kukentot lah mertuaku ini..., satu hari penuh akan aku kocok pepeknya  dengan kontolku sampai  becek pepeknya dan akan aku buat salah tingkah mertuaku itu saat aku kocok pantatnya dengan kontolku. 
Aku tandai saat mertuaku tersentak bangun pada pukul 15:06, karena bertepatan dengan datangnya Teti dan suaminya, yaitu adik iparku yang entah sengaja atau tidak menghidupkan klakson motornya yang bersuara sangat keras itu.
Sedikit terkejut mertuaku melihat aku yang sudah ada disana.
"Eh..., dah lama datangnya ***?", tanya mertuaku saat dia terbangun dan melihat aku. 
"Nggak bu, baru juga sampai, di rumah listriknya padam, suntuk, makanya *** kemari. Dan ibu nampak nyenyak ya sengaja *** tidak banguni", jawabku. 
Teti dan suaminya masuk ke rumah dan bergabung duduk bersama aku ngobrol dengan mertuaku. 
Rupanya mertuaku tadi sampai dari A S sekitar jam 11 siang dan karena lelah jadi tertidur di sofa. Dan juga adik iparku sedang libur kerjanya dan mengajak Teti serta anak bayinya jalan-jalan sambil belanja. 
Untuk mengantisipasi keadaan, sengaja aku berlama-lama di rumah mertuaku sambil nonton TV bersama adik iparku dan mertuaku sambil diselingi obrolan ringan tentang A S dan juga perkembangan anak adik iparku itu, sementara Teti dan anaknya masuk kamar karena mau menyusui bayinya. 
Aku pulang dari rumah mertuaku sekitar jam 17 dengan rasa puas. Puas karena dengan leluasa berbugil ria sambil ngocok dan muncrat mani di depan wajah mertuaku yang sedang tidur. 
Ah... benar-benar sangat beresiko, tapi nikmat... 
Makasih ya mertuaku..., terpuaskan birahiku dengan cara bugil ngocok sampai muncrat-muncrat maniku di depanmu.

Minggu, 19 Januari 2020

Muncrat Maniku Di Belakang Kak "Ila" -*-

Tanggal 19-01-2020, sekitar jam 07:30 aku ngocok sampai muncrat mani di belakang kak Ila dengan jarak kurang dari 2 meter saat kak Ila berjalan di depanku sambil ngobrol bersamaku di ruas jalan tol yang baru dibangun di sekitaran perumahanku. 
Aku gak nyangka bisa bertemu kak Ila di jalan tol yang baru dibangun ini yang sekarang sering digunakan untuk berolah raga pagi oleh orang-orang sekitar perumahan. Awalnya juga aku tidak menyangka kalau itu adalah kak Ila, karena saat itu dia mengenakan Tshirt dan celana jeans karet model legging yang menonjolkan lekuk tubuhnya, khususnya pantatnya dan rambutnya juga dia kucir. 
Dasar pepek pantat lonte torok, rutuk hatiku saat aku begitu terkesima melihat kak Ila yang begitu berbeda penampilannya dari hari biasanya. 
Kak Ila sendiri yang pertama menyapaku karena saat itu aku begitu terkesima melihat tubuhnya, walau hanya aku lihat dari depan, tapi nampak indah lekuk tubuhnya. 
Akhirnya kami berdua ngobrol dan saling berbasa-basi soal jalan tol yang sedang dibangun ini. Sampai akhirnya kak Ila menanyakan ujung jalan tol ini sampai dimana dan mengajakku untuk jalan bersama sampai ujung jalannya. 
Ya sudah, kemudian kami berdua jalan bersama sambil ngobrol santai tentang jalan tol ini dan perkampungan-perkampungan yang terkena dampak akibat pembangunan jalan tol. 
Selama kami berjalan bersama, sengaja aku atur irama langkahku terkadang cepat berjalan sedikit di depan kak Ila dan terkadang aku perlambat langkahku hingga aku berjalan di belakang kak Ila sambil menikmati montoknya pantat kak Ila. Dan tetap saja obrolan kami tidak pernah putus. Irama langkah seperti itu tetap saja aku lakukan sambil aku melihat situasi yang ada. Dan memang tidak ada kesempatan bagiku bisa ngocok di belakang kak Ila karena masih banyak rombongan yang berjalan di belakang kami. 
Tapi setelah sekitar 2 km kami berjalan, aku lihat beberapa rombongan mulai berbalik arah dan malah tak lama kemudian semuanya berbalik arah. Tinggal kami berdua saja yang masih berjalan menuju ujung jalan tol. 
Kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Setelah aku pastikan kondisi sudah memungkinkan, walau tangan sedikit gemetar, saat aku berada di belakang kak Ila, tangan kananku masuk ke celana dan sempakku untuk mengeluarkan kontolku dari samping sempakku. 
Memang rasanya kurang nyaman saat kontolku keluar dari samping sempakku, tapi hanya itu pula yang bisa aku lakukan untuk dapat dengan santai menarik bagian depan celana pendekku dan mengeluarkan kontolku sambil berjalan di belakang kak Ila. 
Pepek pantat lonte..., rutuk hatiku saat menikmati indahnya pantat kak Ila yang nampak besar dan montok itu sementara kontolku berada di luar celanaku siap untuk dikocok. Begitu aku puaskan pandangan mataku yang penuh birahi menatap dan menikmati montoknya pantat kak Ila yang berjalan tepat di depanku. Kontolku begitu memberontak ingin dikocok. 
Perlahan, tangan kananku mulai mengocoki kontolku. Sambil berjalan di belakang kak Ila, begitu aku nikmati hentakan halus tanganku yang sedang mengocoki kontolku sambil menikmati pemandangan indah pantat kak Ila yang montok dan sangat menggoda itu. 
Tapi aku sadar, aku tidak bisa berlama-lama untuk berjalan sambil ngocok di belakang kak Ila, aku takut nanti dia curiga. Lalu aku masukkan kembali kontolku ke dalam celana dan berjalan beriring dengan kak Ila sampai akhirnya kami tiba di ujung jalan tol yang sedang dibangun itu. 
Tak lama kemudian kami kembali berjalan pulang dan aku sengaja menampilkan ekpresi lelah di depan kak Ila sambil sesekali menghentikan langkahku dan aku buat seperti hendak berusaha menyamakan langkahku dengan kak Ila. 
Sambil tertawa kak Ila berkata padaku, kalau aku capek untuk tidak memaksakan diri. Dan sambil menunjukkan ekpresi lelah aku katakan pada kak Ila kalau aku minta izin berjalan di belakangnya aja. Dan yang menbuat hatiku bersorak adalah kak Ila tidak mempersoalkan kalau aku berjalan di belakangnya. 
Lalu aku biarkan kak Ila berjalan terlebih dahulu dengan alasan aku istirahat sebentar. Kemudian kak Ila berjalan dan akupun pura-pura bersandar di tembok jalan sambil tanganku perlahan mengeluarkan kembali kontolku dari dalam celanaku saat kak Ila sudah melewati aku. 
Sangat hebat denyut kontolku yang aku rasakan, walau saat itu posisi kontolku tidak begitu ereksi. Tak butuh waktu yang lama untuk membuat kontolku benar-benar ereksi sempurna. Dan kemudian aku kembali berjalan dengan kontolku berada diluar celanaku. Jarak antara aku dan kak Ila saat itu adalah sekitar 20 m. Sengaja lebih aku percepat langkahku untuk dapat lebih mendekat ke posisi kak Ila. 
Pandangan mataku tetap tertuju pada pantat kak Ila sementara tangan kananku mulai mengocoki kontolku. Walau aku berjalan sedikit cepat karena mau menyusul kak Ila, tapi tanganku santai saja mengocoki kontolku. 
Aku sempat terkejut saat dalam posisi ngocok berjalan di belakang kak Ila dengan jarak antara aku dan kak Ila sekitar 3 m, tiba-tiba kak Ila menghentikan langkahnya dan dengan sedikit terburu aku memasukkan kontolku ke celanaku. 
Rupanya, saat itu kami berada di atas jalan lintas, jadi kak Ila menghentikan langkahnya dan kemudian berdiri di samping tembok sambil melihat jalan lintas yang ada di bawah kami. 
Walau nampak jelas kontolku yang ereksi ini menyodok celana pendekku, tapi aku hampiri juga kak Ila dan aku juga berdiri di samping kirinya, karena aku lihat pandangan dan arah wajahnya ke arah kanan, makanya aku berani berdiri di sebelah kiri kak Ila dengan kontol yang jelas nampak menyodok bagian depan celanaku. 
Jujur, berdegup kencang jantungku saat itu. Tapi itulah sensasi yang penuh tantangan dan penuh kenikmatan yang aku rasakan. 
Kemudian aku pura-pura berjongkok dan akhirnya aku agak menjauh sambil memposisikan tubuhku berada tepat di belakang kak Ila sambil merebahkan diriku ke jalan. 
Kak Ila yang sedang berbicara padaku akhirnya membalikkan badannya dan mendapati aku sedang rebahan di jalan. Tertawa lepas dia melihat aku yang santai rebahan sambil menatap langit. Padahal, sebelum kak Ila membalikkan badannya ke arahku, begitu buasnya aku menatap pantat kak Ila yang saat itu seperti sedikit menungging karena tangannya menopang di tembok jalan yang tingginya kurang dari 130 cm, seperti minta dikocok oleh kontolku. 
Lalu kak Ila membalikkan badannya lagi dan kembali menatap ke jalan lintas sambil mengajakku ngobrol, sementara aku dengan nekatnya dalam posisi merebahkan diri di jalan, tepat di belakang kak Ila dengan jarak kurang dari 4 m perlahan mulai mengeluarkan kontolku dan dengan santai mulai ngocok sambil memandang indahnya pantat kak Ila. 
Sangat nekat memang, dalam posisi telentang rebahan di jalan aku ngocok di belakang kak Ila yang sedang berdiri sambil menatap ke jalan lintas dan dalam keadaan ngobrol denganku. 
Begitu aku tahan agar kontolku tidak terlalu cepat untuk memuncratkan maniku. Karena begitu aku nikmati momen yang sangat langka ini. Menikmati indahnya pantat kak Ila secara langsung sambil ngocok dan ngobrol dengannya. 
Terasa maniku sudah mau ke ujung kontol, akhirnya aku hentikan kocokan di kontolku dan dengan nekat aku berdiri dan mendekati kak Ila dengan posisi kontol di luar celanaku. Hingga sekitar 50 cm kontolku dari pantat kak Ila,  baru aku masukkan kontolku ke dalam celanaku. 
Lalu kami melanjutkan perjalan menuju pulang ke rumah. Dan di jalan juga sengaja aku jalan di belakang kak Ila. Ya pastinya sambil ngocok di belakang kak Ila. 
Memang luar biasa montok pantat kak Ila ini. Begitu besar dan nampak begitu menggoda. Sambil ngocok dan menatap langsung ke pantat kak Ila, aku bayangkan betapa nikmatnya apabila kontolku ini melesak ke dalam pepek kak Ila dan secara bergantian melesak juga ke dalam pantatnya.
Ah..., dasar pepek pantat lonte..., pastinya akan sangat nikmat klo saja kak Ila mau menghentikan langkahnya, lalu melorotkan celananya dan kemudian nungging di depanku, membiarkan aku melesakkan kontolku secara bergantian ke dalam pepek dan pantatnya. Ya pastinya target utamaku adalah pepek kak Ila, dan setelah kontolku belepotan lendir pepek kak Ila baru kemudian aku melesakkan kontolku ke dalam pantatnya. 
Ah..., nikmatnya.... 
Dan langkah kakiku semakin cepat menyongsong kak Ila yang berjalan di depanku, sementara semakin cepat juga tanganku mengocoki kontolku hingga jarak antara aku yang sedang ngocok dengan kak Ila kurang dari 2 m dan akhirnya aku benar-benar tidak dapat menahan letupan kenikmatan birahiku. 
Muncrat-muncrat maniku di belakang kak Ila saat itu, dan untung saja saat nembak mani, sengaja aku arahkan ke samping kiri. Karena sedari tadi aku tahan, makanya begitu banyak dan kental maniku yang begitu kuat muncrat dari kontolku. 
Berkelonjotan penuh kenikmatan tubuhku di belakang kak Ila dan maniku sengaja aku biarkan berceceran di jalan, tampak begitu putih kental.
Mungkin karena  kak Ila merasakan ada gerakan yang agak lain di belakangnya, secara reflex kak Ila memalingkan wajahnya ke samping dan akupun dengan segera memasukkan kontolku ke dalam celanaku lalu berjalan beriring dengan kak Ila sambil aku katakan, walau dengan suara yang bergetar karena merasakan kenikmatan, kalau aku tadi memijak batu kecil. 
Kak Ila hanya tertawa saja sambil mengatakan kalau memang di jalan ini banyak batu kecil. 
Entahlah, sepertinya saat ini kak Ila sedang senang, sering tertawa. Lonte pepek pantatmu lah kak Ila, apakah kau tahu aku sedari tadi ngocok di belakangmu sampai akhirnya aku nembak mani itu yang membuat kau sering tertawa aku tak perduli.
Yang penting bagiku adalah kepuasan birahiku saat menelusuri indahnya tubuhmu, menatap besar dan montoknya pantatmu dengan pandangan yang benar-benar penuh gejolak birahi, serta kenikmatan birahiku saat aku ngocok sampai muncrat-muncrat mani di belakangmu,  dan tubuhmu saat itu hanya berjarak kurang dari 2 m dari kontolku yang begitu penuh kenikmatan memuncratkan maniku.
Tapi aku dan kak Ila tidak sama pulangnya, karena saat kami tiba di tanjakan jalan tol yang belum jadi, suami kak Ila rupanya hendak menyusulnya. 
Ah..., makasih ya kak Ila... Luar biasa indah, besar dan montoknya pantatmu yang membuat muncrat-muncrat maniku saat aku memandang pantatmu itu.