Minggu, 19 Januari 2020

Muncrat Maniku Di Belakang Kak "Ila" -*-

Tanggal 19-01-2020, sekitar jam 07:30 aku ngocok sampai muncrat mani di belakang kak Ila dengan jarak kurang dari 2 meter saat kak Ila berjalan di depanku sambil ngobrol bersamaku di ruas jalan tol yang baru dibangun di sekitaran perumahanku. 
Aku gak nyangka bisa bertemu kak Ila di jalan tol yang baru dibangun ini yang sekarang sering digunakan untuk berolah raga pagi oleh orang-orang sekitar perumahan. Awalnya juga aku tidak menyangka kalau itu adalah kak Ila, karena saat itu dia mengenakan Tshirt dan celana jeans karet model legging yang menonjolkan lekuk tubuhnya, khususnya pantatnya dan rambutnya juga dia kucir. 
Dasar pepek pantat lonte torok, rutuk hatiku saat aku begitu terkesima melihat kak Ila yang begitu berbeda penampilannya dari hari biasanya. 
Kak Ila sendiri yang pertama menyapaku karena saat itu aku begitu terkesima melihat tubuhnya, walau hanya aku lihat dari depan, tapi nampak indah lekuk tubuhnya. 
Akhirnya kami berdua ngobrol dan saling berbasa-basi soal jalan tol yang sedang dibangun ini. Sampai akhirnya kak Ila menanyakan ujung jalan tol ini sampai dimana dan mengajakku untuk jalan bersama sampai ujung jalannya. 
Ya sudah, kemudian kami berdua jalan bersama sambil ngobrol santai tentang jalan tol ini dan perkampungan-perkampungan yang terkena dampak akibat pembangunan jalan tol. 
Selama kami berjalan bersama, sengaja aku atur irama langkahku terkadang cepat berjalan sedikit di depan kak Ila dan terkadang aku perlambat langkahku hingga aku berjalan di belakang kak Ila sambil menikmati montoknya pantat kak Ila. Dan tetap saja obrolan kami tidak pernah putus. Irama langkah seperti itu tetap saja aku lakukan sambil aku melihat situasi yang ada. Dan memang tidak ada kesempatan bagiku bisa ngocok di belakang kak Ila karena masih banyak rombongan yang berjalan di belakang kami. 
Tapi setelah sekitar 2 km kami berjalan, aku lihat beberapa rombongan mulai berbalik arah dan malah tak lama kemudian semuanya berbalik arah. Tinggal kami berdua saja yang masih berjalan menuju ujung jalan tol. 
Kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Setelah aku pastikan kondisi sudah memungkinkan, walau tangan sedikit gemetar, saat aku berada di belakang kak Ila, tangan kananku masuk ke celana dan sempakku untuk mengeluarkan kontolku dari samping sempakku. 
Memang rasanya kurang nyaman saat kontolku keluar dari samping sempakku, tapi hanya itu pula yang bisa aku lakukan untuk dapat dengan santai menarik bagian depan celana pendekku dan mengeluarkan kontolku sambil berjalan di belakang kak Ila. 
Pepek pantat lonte..., rutuk hatiku saat menikmati indahnya pantat kak Ila yang nampak besar dan montok itu sementara kontolku berada di luar celanaku siap untuk dikocok. Begitu aku puaskan pandangan mataku yang penuh birahi menatap dan menikmati montoknya pantat kak Ila yang berjalan tepat di depanku. Kontolku begitu memberontak ingin dikocok. 
Perlahan, tangan kananku mulai mengocoki kontolku. Sambil berjalan di belakang kak Ila, begitu aku nikmati hentakan halus tanganku yang sedang mengocoki kontolku sambil menikmati pemandangan indah pantat kak Ila yang montok dan sangat menggoda itu. 
Tapi aku sadar, aku tidak bisa berlama-lama untuk berjalan sambil ngocok di belakang kak Ila, aku takut nanti dia curiga. Lalu aku masukkan kembali kontolku ke dalam celana dan berjalan beriring dengan kak Ila sampai akhirnya kami tiba di ujung jalan tol yang sedang dibangun itu. 
Tak lama kemudian kami kembali berjalan pulang dan aku sengaja menampilkan ekpresi lelah di depan kak Ila sambil sesekali menghentikan langkahku dan aku buat seperti hendak berusaha menyamakan langkahku dengan kak Ila. 
Sambil tertawa kak Ila berkata padaku, kalau aku capek untuk tidak memaksakan diri. Dan sambil menunjukkan ekpresi lelah aku katakan pada kak Ila kalau aku minta izin berjalan di belakangnya aja. Dan yang menbuat hatiku bersorak adalah kak Ila tidak mempersoalkan kalau aku berjalan di belakangnya. 
Lalu aku biarkan kak Ila berjalan terlebih dahulu dengan alasan aku istirahat sebentar. Kemudian kak Ila berjalan dan akupun pura-pura bersandar di tembok jalan sambil tanganku perlahan mengeluarkan kembali kontolku dari dalam celanaku saat kak Ila sudah melewati aku. 
Sangat hebat denyut kontolku yang aku rasakan, walau saat itu posisi kontolku tidak begitu ereksi. Tak butuh waktu yang lama untuk membuat kontolku benar-benar ereksi sempurna. Dan kemudian aku kembali berjalan dengan kontolku berada diluar celanaku. Jarak antara aku dan kak Ila saat itu adalah sekitar 20 m. Sengaja lebih aku percepat langkahku untuk dapat lebih mendekat ke posisi kak Ila. 
Pandangan mataku tetap tertuju pada pantat kak Ila sementara tangan kananku mulai mengocoki kontolku. Walau aku berjalan sedikit cepat karena mau menyusul kak Ila, tapi tanganku santai saja mengocoki kontolku. 
Aku sempat terkejut saat dalam posisi ngocok berjalan di belakang kak Ila dengan jarak antara aku dan kak Ila sekitar 3 m, tiba-tiba kak Ila menghentikan langkahnya dan dengan sedikit terburu aku memasukkan kontolku ke celanaku. 
Rupanya, saat itu kami berada di atas jalan lintas, jadi kak Ila menghentikan langkahnya dan kemudian berdiri di samping tembok sambil melihat jalan lintas yang ada di bawah kami. 
Walau nampak jelas kontolku yang ereksi ini menyodok celana pendekku, tapi aku hampiri juga kak Ila dan aku juga berdiri di samping kirinya, karena aku lihat pandangan dan arah wajahnya ke arah kanan, makanya aku berani berdiri di sebelah kiri kak Ila dengan kontol yang jelas nampak menyodok bagian depan celanaku. 
Jujur, berdegup kencang jantungku saat itu. Tapi itulah sensasi yang penuh tantangan dan penuh kenikmatan yang aku rasakan. 
Kemudian aku pura-pura berjongkok dan akhirnya aku agak menjauh sambil memposisikan tubuhku berada tepat di belakang kak Ila sambil merebahkan diriku ke jalan. 
Kak Ila yang sedang berbicara padaku akhirnya membalikkan badannya dan mendapati aku sedang rebahan di jalan. Tertawa lepas dia melihat aku yang santai rebahan sambil menatap langit. Padahal, sebelum kak Ila membalikkan badannya ke arahku, begitu buasnya aku menatap pantat kak Ila yang saat itu seperti sedikit menungging karena tangannya menopang di tembok jalan yang tingginya kurang dari 130 cm, seperti minta dikocok oleh kontolku. 
Lalu kak Ila membalikkan badannya lagi dan kembali menatap ke jalan lintas sambil mengajakku ngobrol, sementara aku dengan nekatnya dalam posisi merebahkan diri di jalan, tepat di belakang kak Ila dengan jarak kurang dari 4 m perlahan mulai mengeluarkan kontolku dan dengan santai mulai ngocok sambil memandang indahnya pantat kak Ila. 
Sangat nekat memang, dalam posisi telentang rebahan di jalan aku ngocok di belakang kak Ila yang sedang berdiri sambil menatap ke jalan lintas dan dalam keadaan ngobrol denganku. 
Begitu aku tahan agar kontolku tidak terlalu cepat untuk memuncratkan maniku. Karena begitu aku nikmati momen yang sangat langka ini. Menikmati indahnya pantat kak Ila secara langsung sambil ngocok dan ngobrol dengannya. 
Terasa maniku sudah mau ke ujung kontol, akhirnya aku hentikan kocokan di kontolku dan dengan nekat aku berdiri dan mendekati kak Ila dengan posisi kontol di luar celanaku. Hingga sekitar 50 cm kontolku dari pantat kak Ila,  baru aku masukkan kontolku ke dalam celanaku. 
Lalu kami melanjutkan perjalan menuju pulang ke rumah. Dan di jalan juga sengaja aku jalan di belakang kak Ila. Ya pastinya sambil ngocok di belakang kak Ila. 
Memang luar biasa montok pantat kak Ila ini. Begitu besar dan nampak begitu menggoda. Sambil ngocok dan menatap langsung ke pantat kak Ila, aku bayangkan betapa nikmatnya apabila kontolku ini melesak ke dalam pepek kak Ila dan secara bergantian melesak juga ke dalam pantatnya.
Ah..., dasar pepek pantat lonte..., pastinya akan sangat nikmat klo saja kak Ila mau menghentikan langkahnya, lalu melorotkan celananya dan kemudian nungging di depanku, membiarkan aku melesakkan kontolku secara bergantian ke dalam pepek dan pantatnya. Ya pastinya target utamaku adalah pepek kak Ila, dan setelah kontolku belepotan lendir pepek kak Ila baru kemudian aku melesakkan kontolku ke dalam pantatnya. 
Ah..., nikmatnya.... 
Dan langkah kakiku semakin cepat menyongsong kak Ila yang berjalan di depanku, sementara semakin cepat juga tanganku mengocoki kontolku hingga jarak antara aku yang sedang ngocok dengan kak Ila kurang dari 2 m dan akhirnya aku benar-benar tidak dapat menahan letupan kenikmatan birahiku. 
Muncrat-muncrat maniku di belakang kak Ila saat itu, dan untung saja saat nembak mani, sengaja aku arahkan ke samping kiri. Karena sedari tadi aku tahan, makanya begitu banyak dan kental maniku yang begitu kuat muncrat dari kontolku. 
Berkelonjotan penuh kenikmatan tubuhku di belakang kak Ila dan maniku sengaja aku biarkan berceceran di jalan, tampak begitu putih kental.
Mungkin karena  kak Ila merasakan ada gerakan yang agak lain di belakangnya, secara reflex kak Ila memalingkan wajahnya ke samping dan akupun dengan segera memasukkan kontolku ke dalam celanaku lalu berjalan beriring dengan kak Ila sambil aku katakan, walau dengan suara yang bergetar karena merasakan kenikmatan, kalau aku tadi memijak batu kecil. 
Kak Ila hanya tertawa saja sambil mengatakan kalau memang di jalan ini banyak batu kecil. 
Entahlah, sepertinya saat ini kak Ila sedang senang, sering tertawa. Lonte pepek pantatmu lah kak Ila, apakah kau tahu aku sedari tadi ngocok di belakangmu sampai akhirnya aku nembak mani itu yang membuat kau sering tertawa aku tak perduli.
Yang penting bagiku adalah kepuasan birahiku saat menelusuri indahnya tubuhmu, menatap besar dan montoknya pantatmu dengan pandangan yang benar-benar penuh gejolak birahi, serta kenikmatan birahiku saat aku ngocok sampai muncrat-muncrat mani di belakangmu,  dan tubuhmu saat itu hanya berjarak kurang dari 2 m dari kontolku yang begitu penuh kenikmatan memuncratkan maniku.
Tapi aku dan kak Ila tidak sama pulangnya, karena saat kami tiba di tanjakan jalan tol yang belum jadi, suami kak Ila rupanya hendak menyusulnya. 
Ah..., makasih ya kak Ila... Luar biasa indah, besar dan montoknya pantatmu yang membuat muncrat-muncrat maniku saat aku memandang pantatmu itu.