Minggu, 23 Desember 2018

Ngocok Di Samping "In" Dan "Fyra"

Tanggal 23-12-2018, In dan Fyra beserta adiknya datang dan menginap di rumahku. Memang beberapa hari sebelumnya aku sudah tahu mereka akan datang. Aku sudah mempersiapkan beberapa rencana yang akan aku buat untuk Fyra sebagai target ngocokku. Tapi aku jadi kecewa, karena ternyata In, Fyra dan adiknya tidur di ruang TV. Tidak seperti yang aku harapkan sebelumnya, yaitu In dan adiknya Fyra tidur di kamar bersama istriku, dan **** serta ***** akan aku suruh tidur di kamar depan, karena aku punya rencana untuk Fyra agar mau tidur di kamar belakang. Ah..., jadi gak semangat karena mereka bertiga tidur di ruang TV. Apalagi saat In dan istriku ngobrol, perlahan In mulai merebahkan diri dengan kepala ke arah dinding kamarku dan posisinya melintang di jalan menuju dapur rumahku. Sementara, Fyra dan adiknya posisi tidurnya kepala mereka berada di dekat jendela samping. Istilahnya posisi In dan anak-anaknya seperti beradu kaki. 
Tak lama kemudian,  kami semua mulai tidur. Istriku, ** dan ***** di kamarku, sedangkan **** dan aku tidur di kamar depan, tapi aku masih dalam keadaan bimbang. Dilain sisi, terus terang saja aku jadi sedikit malas untuk menjadikan Fyra target ngocokku karena adik Fyra dan In juga tidur berbarengan. Apalagi posisi tubuh In tidur menyamping dengan wajah menghadap ke pintu kamar depan. Tapi disisi lain,  ini kesempatanku untuk menjadikan mereka bertiga sebagai target ngocokku. Apalagi tiba-tiba aku ingat saat-saat In yang dulu sering aku jadikan sasaran ngocokku yang membuat kontolku ereksi.
Dari dalam kamar, sekitar jam 22:50, perlahan aku mulai bangkit dari ranjang dan aku buka pintu secara perlahan sambil melihat kondisi dan situasi yang ada. Aku lihat In masih dalam posisi tidur menyamping dengan wajah menghadap ke pintu kamar depan dan Fyra serta adiknya tidur dalam posisi terlentang. 
Kontolku yang sudah sedari tadi ereksi sepertinya sudah tidak dapat diajak kompromi yang membuat aku secara santai dan perlahan mulai berjalan mendekati In dan Fyra. Sambil berjalan aku mengeluarkan kontolku dan langsung saja aku kocok walau sebenarnya resiko saat itu sungguh sangat besar. Secara perlahan aku berjalan mendekati In sambil tanganku mengocoki kontolku dan aku menghentikan langkahku saat sekitar 50 cm jarakku dengan In yang saat itu tertidur dengan wajah yang tepat menghadap ke aku. Kalau saja In belum tertidur dan sedikit membuka matanya, tentu saja kontolku yang aku kocok ini pertama sekali yang In lihat.
Ada sekitar 1 menit ngocok di depan In, dan terpaksa aku sambil tetap mengocokkan kontolku berjalan melewati In yang nampak olehku seperti menggeliat dan ingin bangun. Lalu aku berdiri di balik kulkas sambil memperhatikan gerak-gerik In yang ternyata hanya menggeliat saja tanpa bangun dari tidurnya. Tapi nampak olehku tidak tenang tidur si In, ditambah lagi suara batuk Fyra yang mungkin terdengar sangat mengganggu. Dari balik kulkas kemudian aku menghentikan kocokan di kontolku dan memasukkan kontolku ke dalam celana sambil aku kembali berjalan melewati In untuk masuk ke kamar depan. 
Ah...., tanggung rasanya. Begitu aku masuk ke kamar depan, langsung saja dari celah pintu kembali aku memperhatikan In. Kontolku sudah sangat memberontak ingin aku kocok membuat aku akhirnya kembali membuka pintu kamar dan langsung mengeluarkan kembali kontolku dari celana. Santai sambil berjalan aku mengocokkan kontolku sembari mendekati In. Kali ini aku menghentikan langkahku tepat di kaki In. Otomatis aku ngocok saat itu hanya menghadap In dan Fyra ada di belakangku. 
Dasar lonte pepek..., terbatuk-batuk saja si Fyra dan kemudian aku sedikit menggeser posisiku. Tepat saat aku menggeserkan posisiku, In tiba-tiba bergerak dari posisi tidur menyamping ke posisi tidur terlentang. 
Pepek... Pepek..., enak sekali kalau aku tindih si In dalam posisi terlentang begitu.
Saat itu tanganku tak henti-hentinya terus mengocoki kontolku. Memang pada saat In merubah posisinya menjadi terlentang, sedikit aku perlambat kocokan di kontolku sembari tangan kiriku bersiap-siap untuk menarik celanaku kalau saja In terbangun. 
Karena aku lihat In sepertinya hanya merubah posisi tidurnya, lalu dengan santai kembali aku ngocok di samping In. Kali ini aku berada di samping kirinya dengan penuh tatapan birahi memandang tubuh In yang tidur terlentang tepat di depanku kurang dari 50 cm dan secara otomatis juga aku menghadap Fyra.
Tak aku perdulikan saat itu aku lihat mata Fyra sedikit terbuka karena aku terlalu menikmati hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku di samping In. Memandang In sembari mengingat betapa seringnya In dulu aku jadikan target ngocokku. 
Entah sengaja atau tidak, Fyra batuk dengan suara cukup keras yang membuat In jadi tersentak bangun dari tidurnya. Saat itu aku mengambil resiko yang sangat besar dengan tetap melanjutkan kocokan kontolku sementara In aku lihat mulai nampak bergerak dan mulai bangkit dari tidurnya. 
Pada saat In bangkit dari tidurnya itulah aku menghentikan kocokan tanganku di kontolku sambil aku membalikkan badanku lalu memasukkan kontolku ke dalam celana dan aku beradu pandangan dengan In karena aku memalingkan wajahku ke belakang saat In bangkit menghampiri Fyra . Tapi aku santai saja berjalan menuju kulkas, dan kemudian pura-pura minum. Selanjutnya aku berjalan menuju jendela samping. 
Dari jendela nako samping ini dapat dengan jelas aku lihat In dan Fyra beserta adiknya, dan santai aku melorotkan celanaku hingga ke lantai. Dan aku tidak begitu perduli saat In dan Fyra masih dalam posisi terbangun seperti itu dengan melanjutkan acara ngocokku. Suara hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku tak aku hiraukan, sementara aku lihat In masih mengambil bantal dan menempatkan dirinya sejajar dengan Fyra dan adiknya. Masa bodo aja, malah semakin keras suara kocokan tanganku di kontolku. 
Jendela nako samping ini ada dua, salah satunya terbuka lebar, awalnya aku ngocok di jendela yang tertutup. Walau tertutup, yang namanya jendela kaca nako yang lebar ya pastilah sangat jelas dapat aku lihat setiap gerak-gerik In. 
Perlahan tapi pasti aku mulai menempatkan diriku di jendela nako yang terbuka. Sementara masih aku dengar suara In dan Fyra yang sedang berbicara dan aku mulai menempatkan kontolku yang aku kocok ini tepat di depan jendela yang terbuka. Penuh birahi begitu cepatnya kontolku ini aku kocok. Suara hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku jelas terdengar, sementara suara In dan Fyra tidak aku dengar lagi. 
Aku ambil resiko dengan lebih memasukkan kontolku yang aku kocok ini ke dalam jendela sampai melewati jerjak jendela. Tepat di atas kepala Fyra dan In. Kalau saja In melirik ke atas sedikit saja, tentu saja kontolku yang aku kocok ini yang terlihat olehnya. 
Akhirnya aku nembak mani pada jam 23:20. Dan maniku itu aku tampung dengan tangan kiriku. Dengan tangan kananku aku hanya menarik celanaku seadanya dan berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan maniku yang ada di tangan kiriku. 
Ah..., makasih ya In dan Fyra... 

Rabu, 21 November 2018

Met Ultah Mertuaku

Tanggal 21-11-2018 ini genap sudah 57 usiamu (21-11-1961). Kalau mau jujur, masih tetap besar harapanku untuk dapat menikmati pepekmu. Masih tetap bergelora birahiku padamu. 
Ah..., entah lah, aku begitu terobsesi padamu. Dalam usiamu yang sudah 57 tahunpun masih nampak begitu menggairahkan tubuhmu bagiku. Lekuk tubuhmu masih jelas dan nampak begitu menggoda. Pantatmu itu lho yang sedari dulu menggoda birahiku. Membuat imajinasi nakalku bermain dalam pikiranku. 
Pasti nikmat rasanya bila aku memendamkan kontolku ini di pepekmu. Pasti akan bertambah nikmat bila sebelum ngentot kau berak dulu. Dengan begitu, aku bisa secara bergantian memendamkan kontolku ini di pepek dan pantatmu secara bergantian. 
57 tahun usiamu mertuaku, tapi obsesi birahiku semakin bertambah padamu.

Jumat, 05 Oktober 2018

Muncrat Mani Kontolku Dikocok "Ica" -*-

Tadi malam tanggal 04-10-2018 sedikit bergemuruh jantungku saat temanku bersama keponakannya, Ica, datang ke rumahku. Aku jadi teringat saat aku ngocok di depan Ica dan mamanya yaitu Eli beberapa waktu yang lalu. Ada gelitik yang begitu membangkitkan birahiku saat aku memandang Ica. Ah..., kontolku mulai terasa menggeliat dan membuat aku jadi serba salah sendiri. Dan sejujurnya aku tidak begitu berharap juga mereka berlama-lama di rumahku. Oleh karena itu, aku katakan pada temanku untuk ke kosnya saja, santai di sana. 
Lalu kami ke kos temanku dan Ica juga ikut. Berhubung kos temanku itu tidak ada kursi, jadi kami duduk di lantai.  Ah..., dasar pepek..., bertambah denyut kontolku saat aku duduk di samping Ica. Teringat wajah lugunya saat menjadi penonton budiman sewaktu aku ngocok di belakang Eli, mamanya. 
Aku juga berpikir keras bagaimana agar temanku itu bisa sesaat saja keluar dari kosnya dan meninggalkan aku dan Ica berdua. Ingin sekali aku saat itu mengulang kembali ngocok di depan Ica. Selama aku duduk di samping Ica, tak aku perdulikan temanku, karena aku sibuk mencandai Ica sambil aku pegang-pegang tangannya. Ica sepertinya sudah tidak begitu kaku padaku walau masih sering menundukkan kepalanya. 
Akhirnya aku punya ide untuk menyuruh temanku membeli minuman ringan sambil aku serahkan kunci motorku pada temanku itu. Dan ternyata temanku mau. Saat itu temanku ingin mengajak Ica, tapi Ica sendiri yang gak mau ikut. Aku tahu, minuman ringan yang aku minta belikan itu agak jarang dijual di warung. Dan hanya ada satu warung di daerah itu yang menjualnya. Dapat aku prediksikan bahwa temanku itu setidaknya butuh waktu 10 menit untuk ke warung dan kembali ke kosnya lagi. Begitu temanku beranjak keluar dari kamar kos, langsung saja di depan Ica yang saat itu duduk berhadap-hadapan denganku, aku mulai membuat ereksi kontolku. Di depan Ica aku mulai meraba-raba kontolku dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku sesekali memegang dan mengelus tangan Ica. 
Dapat aku lihat dengan nyata, Ica langsung menundukkan kepalanya saat tahu aku mulai meraba-raba kontolku di depannya. Tapi aku cuek saja. Dengan perlahan dapat aku rasakan Ica mulai menarik tangannya dari genggaman tanganku. Dan sengaja aku biarkan tangan Ica lepas dari genggamanku, karena aku juga mulai memposisikan tubuhku untuk ngocok di depan Ica. 
Pintu kamar kos yang terbuka lebar menjadi kendala bagiku. Tak mungkin aku tutup pintunya. Sengaja aku melihat keluar pintu kamar kos untuk melihat situasi yang ada. Dan karena aman, lalu aku kembali duduk di lantai dan kali ini lebih memposisikan tubuhku lebih dekat dan benar-benar berhadapan dengan Ica. Sengaja aku mengangkangkan pahaku, di depan Ica kembali aku mulai meraba-raba dan membuat ereksi kontolku yang masih berada di dalam celanaku. 
Saat itu Ica nampak menunduk, tapi tatapan matanya jelas terlihat memperhatikan tanganku yang sedang meraba-raba kontolku. Dengan perlahan aku bertumpu pada lututku, rencananya aku akan menarik bagian depan celanaku.
Tapi belum sempat aku menarik bagian depan celanaku dan mengeluarkan kontolku, tiba-tiba aku dengar suara Eli memanggil Ica. Dan hanya beberapa detik kemudian Eli sudah berada di depan pintu kamar kos. Sempat terkejut juga Eli melihat keberadaanku. Tanpa ditanya aku menjelaskan pada Eli, kalau abangnya sedang keluar membeli minuman ringan dengan mengendarai motorku.
"Ica dah akrab ya sama si om...", kata Eli setelah mendengar penjelasanku dan melihat Ica berada di dekatku. 
Aku melihat Ica hanya tersenyum malu. 
"Iya nih Eli, gak mau dia tadi diajak dan maunya sama abang", kataku sambil mencolek pipi Ica. 
Kemudian aku dengar suara motorku memasuki pekarangan kos dan berhenti di depan pintu kamar kos. Sambil membawa minuman ringan pesananku dan menyerahkan minuman itu padaku, temanku itu bertanya pada Eli ada hal apa Eli datang ke kamar kosnya. 
Rupanya Eli ingin mengajak abangnya itu, yaitu temanku, untuk ke rumah pamannya yang tiba-tiba sakit. Agak menggerutu di dalam hati saat aku mendengar hal itu. Gagal sudah rencanaku ingin ngocok di depan Ica. Lagian dahpun pulang temanku itu ke kosnya. 
Akhirnya sambil membuka minuman ringanku, aku pamit pulang. 
"lho kok pulang bang", kata Eli padaku yang kemudian aku jawab karena mereka mau pergi. 
"eh, lu kan katanya mau santai, lagipun ini masih jam delapan kurang. Biasanya lu di sini sampai jam sepuluhan. Udah lu di sini aja...", kata temanku. 
"aku pinjam motor lu. Jerit motorku kalau bawa Eli", sambung temanku sambil berusaha menahan aku agar jangan pulang dulu. 
"iya, tiduran di sini aja dulu bang, atau Ica mau menemani om di sini....?", kata Eli. 
"paling mama satu atau dua jam di sana...", kata Eli sambil melirik ke Ica. 
Waw...., begitu bersoraknya hatiku saat mengetahui secara malu-malu Ica menganggukkan kepalanya.
"ya sudahlah kalau begitu, paling juga Ica aku kasih main games aja atau nonton film, tapi jangan terlalu lama kalian ya.., ntar si Ica ngantuk gmana..."
"iya bang, gak lama. Lagian kalau Ica ngantuk ya biarkan saja dia tidur, pintu tutup aja bang biar gak kemana-mana Ica nya".
Sekitar jam 20:00 akhirnya temanku dan Eli pergi meninggalkan aku dan Ica berdua di kamar kos temanku itu. Dan sesuai permintaan Eli, aku tutup pintu kamar, dan kemudian aku masuk ke kamar mandi untuk membuka sempakku dan aku kantongi sempakku itu di saku celana pendekku. Sengaja aku melorotkan bagian depan celana pendekku dan dengan santai aku berjalan keluar dari kamar mandi dengan kontolku sudah berada di luar celanaku, sambil terus mendekati Ica yang sedang duduk memainkan kotak rokokku. 
Jam menunjukkan pukul 20:03. Aku lihat Ica dengan pandangan lugunya memperhatikan kontolku yang sudah sangat ereksi itu berada di luar celanaku dan santai saja aku secara perlahan mengocoki kontolku saat aku sudah berada di depannya. Sangat dekat posisiku dengan Ica. 
Sambil ngocok di depan Ica, aku yang tadinya berdiri kemudian bertumpu pada lututku. Sengaja aku permainkan kontolku di depan Ica yang saat itu wajahnya hanya berjarak sekitar 15 cm dari kontolku. 
Sambil ngocok, aku ajak Ica ngobrol sambil sesekali aku ajak bercanda. Dan selama itu, walaupun Ica ikutan tertawa dengan candaanku, tapi pandangan matanya tetap mengarah ke kontolku. Dengan penuh rasa ingin tahu Ica memperhatikan dengan seksama bagaimana tanganku ini mengocoki kontolku. Akupun terkadang sengaja mengocoki kontolku dengan perlahan, hingga kocokan yang cepat di kontolku agar Ica bisa dengan jelas melihat gerakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. 
Sesekali, sambil mempermainkan kontolku yang aku kocok ini, aku gesekkan kepala kontolku ke dahi Ica. Sengaja aku buat Ica tertawa geli saat kontolku ini menggesek lehernya. 
Hal itu yang membuat aku semakin nyaman dan berani untuk melesakkan kontolku ke dalam mulut Ica yang saat itu sedang tertawa. Tapi mungkin karena masih kegelian, Ica merapatkan mulutnya dan kontolku tertahan oleh gigi Ica dan tak masuk ke dalam mulutnya. Di bibir Ica aku permainkan kontolku sambil tanganku tak henti-hentinya mengocoki kontolku.
Terus terang saja, aku jadi semakin nekat, aku hentikan acara ngocokku, lalu aku merebahkan tubuhku dan kepalaku bersandar di dinding. Aku melorotkan celanaku sampai sebatas lututku. 
"sini Ica, om ada film kartun nih...", kataku pada Ica yang saat itu memperhatikan aku yang sedang melorotkan celanaku. 
Malu-malu Ica secara perlahan mendekatiku dan setelah itu Ica aku suruh duduk di perutku, membelakangi aku. Dengan begitu posisi Ica benar-benar berhadapan dengan kontolku. Dengan tangan kiriku aku memegang HPku yang sudah aku putar film kartun dan sengaja aku posisikan di belakang kontolku. Jadi kontolku berada di depan HP yang otomatis saat Ica melihat film sekalian melihat kontolku. 
Begitu denyut kontolku saat posisi Ica yang duduk di atas perutku seperti itu. Aku lihat Ica begitu asik dan tertawa melihat film kartun itu. 
Dasar pepek lonte..., secara tiba-tiba tangan kanan Ica memegang kontolku. Lonte..., pepek lonte..., tangan Ica memegang kontolku yang begitu ereksi ini dan berusaha menekuknya ke kiri. Mungkin maksudnya agar kontolku ini tidak menghalangi pandangannya saat melihat film di HPku. 
Yang penting saat itu, suasana sengaja aku buat tidak kaku dengan selalu mengajaknya ngobrol dan bercanda, walau saat itu Ica sedang melihat film di HPku. 
Tangan Ica masih memegang kontolku dan menekan, membelokkan kontolku ke kiri. Dasar pepek lonte..., nikmatnya..., denyut sekali rasanya... 
Perlahan dan dengan lembut tangan kananku mulai meraba pepek Ica. Agak menggeliat juga Ica saat tanganku sudah meraba-raba pepeknya walau dari luar sempaknya. Dan karena tidak ada reaksi apa-apa dari Ica selain merasa geli, akhirnya dengan perlahan tanganku mulai masuk ke dalam sempak Ica. 
Wuih..., lembutnya pepek Ica..., begitu terasa saat tanganku ini benar-benar meraba dan menyentuh pepek Ica secara langsung. 
Langsung tertawa kegelian dan menggeliat sambil melepaskan tangannya dari kontolku saat jari tengahku menekan dan memutar itil Ica. Kedua tangan Ica berusaha untuk memegang tanganku yang sedang menggesek-gesekkan itilnya. Aku juga ikut tertawa agar suasana tetap seperti bercanda. 
Akhirnya aku mengeluarkan tanganku dari dalam sempak Ica dan kemudian aku suruh Ica untuk kembali menonton film sambil aku suruh Ica untuk berdiri dulu untuk merubah posisi.  
Kali ini Ica aku suruh duduk di pahaku dan menghadap ke aku. Sama seperti tadi, HPku aku posisikan di belakang kontolku. Dan dengan jelas aku bisa memperhatikan wajah Ica yang begitu lugu menonton film maupun memperhatikan kontolku yang sangat ereksi dan sedikit ngences ini. 
Sengaja aku buat kontolku menghalangi pandangan Ica ke layar HPku. Ah..., nikmatnya saat tangan kanan Ica kembali memegang kontolku dan berusaha menekuknya ke kanan. Begitu kuat cengkraman tangan Ica, anak perempuan usia 2 tahunan itu, memegang kontolku dan berusaha menekuknya karena terhalang pandangannya melihat film di HPku. Nikmatnya..., dan penuh denyut terasa memberontak kontolku ini dicengkram tangan Ica seperti itu. 
Akhirnya aku jauhkan kembali HPku dari kontolku, sementara tangan Ica masih memegang kontolku. Kali ini tidak begitu kuat cengkraman tangannya di kontolku. Bahkan kontolku sudah kembali pada posisi tegak ereksi karena sudah tidak Ica tekan dan tekuk lagi kontolku. 
Tangan Ica yang masih memegang kontolku itu akhirnya aku bimbing untuk mengocoki kontolku. 
"Ica, nanti lagi ya nonton filmnya", kataku sambil mematikan film dan merubahnya menjadi posisi merekam video. 
"Ica duduk disini aja dulu ya, nanti setelah ini om putar lagi filmnya ya...", kataku sambil memegang kembali tangan kanan Ica yang dia tarik dari pegangan tanganku yang tadi aku bimbing tangannya mengocoki kontolku karena filmnya aku hentikan. 
Ica hanya diam dan akhirnya menganggukkan sedikit kepalanya. Pandangannya sekarang tertuju pada kontolku. Begitu seksama aku pandangi wajah Ica untuk melihat reaksinya sambil sesekali aku lirik layar HPku yang sedang dalam posisi merekam video. 
Dengan lembut aku bimbing tangan kanan Ica dengan tangan kananku untuk memegang kembali kontolku. 
"pegang seperti tadi ya Ica cantik...", saat tangannya yang aku bimbing tadi sudah memegang kontolku. 
Ica nampak seperti grogi saat aku katakan cantik, dan sedikit tersenyum malu. Dan jam menunjukkan pukul 20:23 saat aku menyuruh Ica lebih kuat memegang kontolku.
"yang kuat ya pegangnya dan jangan dilepas ya Ica cantik...", kataku pada Ica sambil memegang pergelangan tangan Ica dan membuat gerakan naik turun. 
Otomatis karena pergelangan tangan Ica aku buat gerakan naik turun, tangan Ica yang sedang mencengkram kontolkupun menjadi ikut naik turun mengocoki kontolku. 
Aku gak tahu apa yang ada di dalam benak Ica, anak perempuan usia 2 tahunan itu, melihat, memegang dan mencengkram kontolku sambil membuat gerakan naik turun mengocoki kontolku selain wajah antara bingung dan antusias yang sebenarnya tidak dapat aku nilai antara perbedaan dari keduanya karena Ica kadang tersenyum malu sambil memperhatikan tangannya sendiri yang aku bimbing untuk mengocoki kontolku.
Terkadang Ica secara perlahan juga memperhatikan wajahku yang penuh kenikmatan karena dikocok tangannya. 
"Ica pegang sendiri dan buat seperti ini terus ya...", kataku pada Ica sambil aku lepaskan tanganku dari pergelangan tangan Ica. 
Dasar lonte..., pepek lonte..., walaupun sudah aku lepaskan pegangan tanganku di pergelangan tangan Ica, tapi secara perlahan Ica tetap meneruskan kocokan tangannya di kontolku seperti permintaan yang aku katakan pada Ica tadi. 
Lonte..., lonte..., nikmatnya... 
Walau perlahan tangan Ica mengocoki kontolku, tapi cengkraman tangan anak perempuan usia 2 tahunan itu begitu terasa. 
Tetap saja sambil merekam Ica yang secara perlahan mengocoki kontolku, aku ajak Ica ngobrol ini itu dan diselingi dengan canda. Walau terkadang aku harus membimbing tangannya kembali untuk mencengram dan mengocoki kontolku karena dia tertawa mendengar candaanku. 
Suasana tetap aku jaga agar seriang mungkin sambil terkadang aku mengingatkan Ica untuk kembali memegang dan mengocoki kontolku. 
"ish..., Ica..., buat lagi lah seperti tadi ya cantik...", begitu kataku pada Ica saat dia melepaskan tangannya dari kontolku. 
Dan Ica sepertinya selalu menuruti apa kataku. Jadi aku tidak perlu lagi membimbing tangannya untuk mengocoki kontolku. Apalagi akhirnya tangan kiri Ica ikutan memegang kontolku. 
"iya Ica, seperti tangan yang satu lagi ya cantik...", kataku saat tangan kiri Ica memegang kontolku dan tangan kanannya menghentikan kocokan di kontolku. 
Posisi Ica aku geser duduknya ke lututku. Dengan begitu posisi duduknya agak membungkuk sementara tangan kanan Ica memegang bagian atas batang kontolku dan tangan kiri Ica memegang bagian bawah batang kontolku. Kedua tangan Ica begitu terasa mencengkram batang kontolku. 
"iya Ica cantik..., buat seperti tadi ya...", kataku pada Ica. 
Sedikit tertunduk dan tersenyum malu Ica tanpa bimbingan tanganku mulai perlahan mengocoki kontolku. Ya pastinya aku yakin dalam benak Ica pasti bingung dengan apa yang dia lakukan. Manalah mungkin Ica, anak perempuan usia 2 tahunan tahu kalau saat itu sebenarnya dia sedang mengocoki kontolku. 
Terasa lembut dan perlahan kedua tangan Ica, tanpa bimbingan tanganku, mulai mengocoki kontolku. Nikmatnya... 
Begitu sangat aku nikmati bagaimana kedua tangan mungil Ica itu mengocoki kontolku. Merasakan kenikmatan sambil memandang ke wajah Ica yang nampak agak malu-malu karena tahu aku pandangi wajahnya. Ah..., luar biasa nikmatnya bergantian aku memandangi layar HPku yang sedang merekam Ica mengocoki kontolku, memandang langsung ke wajahnya dan juga tangannya yang mencengkram sambil mengocoki kontolku.
"begini Ica...", kataku pada Ica sambil menunjukkan bagaimana tangan kananku yang membuat gerakan kocokan yang  cepat.
"ini om...", kali ini Ica menjawab sambil sedikit tertawa membuat gerakan yang sedikit cepat saat mengocoki kontolku. 
Mungkin karena candaanku, akhirnya Ica sering bertanya dan menjawab dengan riang setiap arahan yang aku katakan padanya. 
"ini om...", begitulah perkataan Ica padaku.
"nggak..., seperti ini...", sambil aku bercanda, memperagakan dan mengarahkan Ica bagaimana mengocoki kontolku tanpa tanganku memegang tangannya. 
Ica nampak mulai tertarik dan menikmati permainan bagaimana mengocoki kontolku. Nampak riang dan kadang tertawa Ica saat mengocoki kontolku. 
Apalagi saat Ica dengan cepat mengocoki kontolku. Riang sekali dia tertawa sambil mengocoki kontolku, karena tak lepas aku terus saja membuat candaan untuk Ica agar dia merasa senang dan tertawa. 
"capek...", tiba-tiba Ica menghentikan kocokan kedua tangannya di kontolku. 
"ish..., Ica cantik..., lagi dong..., setelah ini kita lihat film lagi", kataku dan beberapa kata yang membuat Ica tersenyum malu. 
Mungkin karena terus saja aku puji, akhirnya dengan perlahan Ica kembali memegang kontolku dengan kedua tangannya. Tanpa harus aku bimbing, kedua tangan Ica kembali memegang kontolku dan perlahan mulai mengocoki kontolku. 
Ah..., nikmatnya...
Semua kejadian ini tak pernah luput dari rekaman kamera video HPku. Kuarahkan kamera video HPku ke wajah Ica dan kedua tangan Ica yang secara perlahan mengocoki kontolku. 
"lebih cepat Ica sayang...", kataku pada Ica yang membuat Ica tampak begitu senang karena aku panggil sayang. 
Begitu aku nikmati kocokan kedua tangan Ica di kontolku. Walau tidak terlalu cepat, dapat aku maklumi, karena hanya tangan Ica sendiri yang mengocoki kontolku tanpa bantuan dan bimbingan dari tanganku. 
Lalu aku singkapkan ke atas bajuku sambil aku katakan pada Ica untuk jangan berhenti mengocoki kontolku. 
"terus seperti itu ya Ica, jangan berhenti, yang lebih cepat lagi ya cantik...", kataku pada Ica dengan suara yang sedikit bergetar karena penuh kenikmatan karena semakin cepat kedua tangannya mengocoki kontolku. Ya secepat tangan anak-anak lah kalau bisa aku katakan. 
Ya kalau dibandingkan kecepatan biasa aku ngocok ya jauh sekali bedanya. Tapi berhubung karena yang mengocoki kontolku ini adalah anak perempuan usia 2 tahunan, dan tanpa bantuan bimbingan dari tanganku, terasa begitu nikmat. 
Ah..., lega dan penuh kenikmatan yang luar biasa saat muncratan maniku tak dapat aku tahan. 
Begitu kuat semburan maniku yang keluar hingga muncratan maniku itu sampai ke dada dan perutku. Beruntung tadi bajuku sudah aku singkapkan dan tidak mengenai HPku. Karena saat terasa sudah mulai memuncak kenikmatan yang aku rasakan, aku posisikan HP dan tangan kiriku sedikit ke samping sambil tetap merekam bagaimana Ica mengocoki kontolku sampai aku muncrat-muncrat mani dibuatnya. 
Ada ekspresi terkejut yang tampak dari wajah Ica saat melihat maniku keluar dari kontolku. Dan juga, begitu hebatnya aku berkelonjotan penuh kenikmatan hingga Ica yang duduk di lututku jadi ikut terguncang-guncang. Tapi saat tubuhnya berguncang-guncang, Ica tampak senang dan tertawa. Mungkin pikir Ica aku sedang bercanda. 
Walaupun Ica terguncang-guncang, dan melihat jelas muncratan maniku, tapi tangannya masih tetap mengocoki kontolku. 
"udah sayang..., lepas dulu tangannya ya...", kataku pada Ica sambil aku raih tangannya. 
Wuih..., nikmatnya... 
Begitu aku nikmati rasa denyut kontolku yang baru saja menyemburkan maniku di depan Ica. Luar biasa nikmatnya... 
Sementara itu Ica dengan seksama memperhatikan tingkahku yang sedang merasakan puncak kenikmatan birahi sambil memasukkan jari telunjuk tangan kanannya ke mulutnya. 
"Ica, tolong ambilkan minuman om itu ya...", kataku pada Ica. Dan Ica pun langsung bangkit mengambil minumanku. 
Lalu Ica berjongkok di sampingku. Pandangan matanya masih terus memperhatikan aku. Memperhatikan wajahku, memperhatikan maniku yang ada di dada dan perutku, hingga memperhatikan kontolku yang sudah mulai hilang ereksinya. Silih berganti Ica memperhatikannya. Kemudian aku letak HPku yang masih tetap dalam posisi merekam, lalu aku bersandar di dinding sambil membuka bajuku. Aku ambil botol minuman dan aku buka tutup botolnya. Tangan kiriku kembali meraih HPku untuk merekam kejadian yang pasti akan sulit untuk diulangi ini. 
Di depan Ica dan jelas diperhatikan Ica, melalui tutup botol minumanku, aku mengumpulkan maniku hingga tutup botol itu penuh dengan maniku. Dan sebenarnya masih ada beberapa sisa maniku di perutku yang mulai mengalir ke bagian bawah perutku. 
Kemudian aku sodorkan tutup botol yang sudah penuh dengan maniku itu ke Ica dan aku suruh Ica untuk meminumnya. 
Awalnya Ica menggelengkan kepalanya tanda tidak mau, tapi karena aku bujuk dan aku katakan rasanya enak, akhirnya secara perlahan Ica mulai mendekatkan mulutnya ke tutup botol yang penuh dengan maniku. 
Langsung saja aku tuangkan maniku yang ada di tutup botol itu saat Ica membuka mulutnya. Nampak lucu raut wajah Ica saat menelan maniku. Sampai habis maniku yang ada di tutup botol itu masuk dan diminum Ica. Lalu aku kembali mengumpulkan sisa maniku yang ada di perutku hingga bersih tak tersisa dan aku sodorkan kembali tutup botolku yang terisi maniku untuk Ica minum lagi. 
Ah..., Ica... Ica..., walau nampak seperti mau muntah, tapi Ica masih juga membuka mulutnya dan menghabiskan air maniku yang ada di tutup botol itu hingga tetes terakhir. 
Untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi sisa maniku di tutup botol, perlahan aku tuang minuman ringanku ke tutup botol sambil aku aduk-aduk dengan ujung jariku. Lalu aku kembali menyuruh Ica meminumnya.
"makasih ya Ica sayang...", kataku pada Ica setelah Ica menelan dan menghabiskan seluruh muncratan maniku. Lalu aku serahkan botol minuman ringanku ke Ica dan langsung saja Ica meneguk langsung minuman ringan di botol itu.  Dan saat itu jam menunjukkan pukul 21:01.
Lalu aku matikan rekaman video HPku dan sesuai dengan janjiku, kembali aku putar film kartun dan aku serahkan HPku untuk dipegang Ica. 
Ica tampak senang dan mulai asik dengan film kartunnya. 
Lalu aku bangkit dan tersadar kalau saat itu sebenarnya aku hampir bugil di depan Ica. Aku sudah tidak memakai bajuku, sedangkan celana pendekku melorot sampai lututku. 
Tanggung rasanya dalam kondisi seperti itu. Akhirnya tidak jadi aku mengenakan bajuku. Dan aku malah membuka celana pendekku hingga saat itu aku benar-benar bugil di depan Ica yang tampak masih asik pandangan matanya tertuju pada film di HPku. 
"Ica...", panggilku sambil membuat ereksi kembali kontolku. 
Ica yang aku panggil hanya sekilas melihat aku yang sudah benar-benar bugil di depannya dan kembali matanya tertuju pada film di HPku. 
Setelah kontolku kembali ereksi, aku kemudian ngocok lagi. Berdiri bugil ngocok di depan Ica.
Tampak memang sesekali Ica melihat dan melirik ke arah aku yang sedang bugil ngocok di depannya. 
"lihat om dong Ica", kataku pada Ica sambil aku dekati Ica.
"nanti lagi ya lihat filmnya...", sambil aku pause kan filmnya. 
Mau tak mau akhirnya Ica dengan wajah lugunya menyaksikan aku yang benar-benar bugil, berdiri ngocok di depannya.
"om...pilem pilem", kata Ica dengan wajah cemberut karena filmnya aku pause kan. 
Ah..., pepek lah..., daripada nanti nangis, akhirnya aku hentikan kocokan di kontolku dan kembali aku putar film kartunnya.
Jam menunjukkan pukul 21:07. Aku mengambil resiko untuk tetap dalam keadaan bugil dan karena Ica tampak asik dengan filmnya, dengan lembut aku baringkan tubuh Ica. 
"sambil tiduran aja lihat filmnya ya...", kataku sambil mendorong dengan lembut tubuh Ica sampai dia benar-benar dalam posisi berbaring. 
Nekat saja, pada saat Ica berbaring dan tetap asik melihat filmnya, aku singkap rok bajunya lalu melorotkan  sempaknya.
Tak ada reaksi yang berarti saat aku melorotkan sempaknya. Malah kaki Ica nampak bergerak seperti ingin melepaskan sempaknya. 
Ya sudah, karena nampak seperti itu, akhirnya sempak Ica benar-benar aku buka. Lalu aku posisikan paha Ica mengangkang. 
Wuih..., indahnya pepek Ica, anak perempuan usia 2 tahunan itu..., begitu montok bentuk pepeknya. 
Aku posisikan tubuhku tengkurap dan langsung saja aku jilat pepek Ica. 
Mungkin terasa geli makanya Ica sedikit memberontak dengan merapatkan kembali pahanya.
Sengaja aku hentikan aksiku sampai aku lihat Ica kembali asik dengan filmnya, lalu perlahan aku kembali mengangkangkan pahanya. 
Ah..., indahnya pepek Ica... 
Perlahan aku merekahkan pepek anak usia 2 tahunan itu dan kembali aku jilat rekahan pepek Ica. 
Ica kembali kegelian dan merapatkan pahanya. Dasar pepek lonte..., jadi hilang akal pula aku jadinya. Padahal gak begitu pesing bau pepek Ica dan pastinya gurih dan nikmat kalau aku benar-benar dapat bebas menjilatinya. 
Ah..., dasar lonte... 
Masih dalam keadaan bugil aku mendekati Ica. Dan Ica pun sepertinya tidak terlalu terpengaruh dengan kondisiku yang bugil di depannya. 
"Ica tidur di atas om sini sambil lihat film", kataku pada Ica. 
Ica menurut saja sambil matanya tetap ke layar HP,  lalu bangkit dan kemudian aku arahkan agar kepalanya berada di lututku. 
Pada posisi tidur mengangkang Ica berada di kakiku. 
Waduh..., pepeknya itu lho... 
Dekat sekali dengan kontolku...
Kembali aku atur posisi Ica sampai pepek Ica benar-benar menyentuh kepala kontolku. Awalnya Ica seperti tidak nyaman dengan posisi itu dan mencoba merapatkan kembali pahanya. Tapi karena asik, akhirnya perlahan dapat aku buat paha Ica mengangkang kembali dan kepala kontolku menyentuh pepek Ica, anak perempuan usia 2 tahunan itu. 
Aku buat Ica nyaman dan merasa terbiasa, kemudian secara perlahan, kembali aku rekahkan pepeknya dan aku ganjal dengan kepala kontolku. 
Dasar pepek lonte... 
Begitu hebatnya rasa denyut kontolku saat berada di tengah rekahan pepek Ica. 
Lonte..., pepek lonte... 
Akhirnya, aku memposisikan tubuh Ica agak menjauh sampai posisi beberapa centi jarak pepek Ica dari kontolku dan pahanya aku buat mengangkang kembali. 
Aku rebahkan tubuhku dan kepalaku bersandar di dinding. Kemudian aku ngocok sambil memandangi pepek Ica. Beberapa kali Ica mengangkat tubuhnya untuk melihat aku. 
Sengaja aku biarkan Ica tahu kalau saat itu aku sedang ngocok. Dan mungkin karena tidak nyaman, akhirnya Ica berusaha bangkit. 
Ya sudah lah, aku biarkan Ica bangkit dan berdiri. Aku juga berdiri dan langsung saja di depan Ica, dalam kondisi bugil aku lanjutkan acara ngocokku. 
Memang asik dan terasa nikmat saat melihat Ica dengan seksama memperhatikan aku yang bugil berdiri ngocok didepannya. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya memasukkan jari tangannya ke mulutnya. 
Begitu aku ekspresikan saat aku dalam kondisi bugil ngocok di depan Ica, sampai-sampai pinggulku ikut maju mundur penuh kenikmatan seiring dengan hentakan tanganku yang mengocoki kontolku. 
Cepat dan sangat cepat aku mengocokkan kontolku di depan Ica. Sampai akhirnya muncrat lagi maniku di depan Ica dan berceceran di lantai. 
Ah... nikmatnya...
Jam menunjukkan pukul 21:17 saat di depan mata Ica aku memuncratkan maniku hingga berceceran di lantai. 
Lalu aku raih celanaku dan aku keluarkan sempakku dari saku celana, kemudian aku lap ceceran maniku itu dengan sempakku. 
Kesemua itu tak luput dari perhatian Ica yang berdiri memperhatikan aku. Di depan Ica juga aku dengan santai memakai kembali pakaianku. Lalu aku kembali memakaikan sempak Ica dan mengajaknya menonton film kartun lagi. 
Sambil menonton sengaja Ica aku ajak bercanda dan bergembira agar perhatiannya tidak terlalu fokus pada kejadian tadi. 
Tampak tertawa dan bergembira hingga pada pukul 22:15 temanku bersama Eli pulang. Begitu aku mendengar suara motorku, langsung saja aku buka kunci dan pintu kamar, sementara Ica asik dengan film kartunnya. 
"sorry bro, kelamaan", kata temanku. 
"iya bang, jadi lama nih kami pulangnya, paman tadi di bawa ke rumah sakit, jadi kami ke sana juga. Eh Ica lagi main games ya..., dah akrab kan sama omnya...", kata Eli menyambung perkataan temanku. 
"never mind lah..", jawabku dengan debar jantung yang begitu bergemuruh. 
Aku gak tahu apa Ica akan lugu bercerita walau dengan tidak begitu jelas perkataannya pada mamanya tentang apa yang aku lakukan padanya. 
"pilem ma...", kata Ica sambil mendekati Eli dan menunjukkan film yang sedang dia tonton. 
"main apa aja tadi sayang sama si om...?"
Deg... jantungku seperti mau copot mendengar pertanyaan Eli pada Ica. 
"bobok..., pilem ma...", jawab Ica yang membuat aku merasa lega. 
"iya ni diajak tidur gak mau dia", kataku pada Eli. 
"jam segini Ica tidur bang...? Kiamat lah..", jawab Eli sambil bercanda. 
Dan aku serta temanku hanya tertawa. 
"gak papa kan bro, kelamaan kami pulangnya", kata temanku padaku. 
"its ok lah", jawabku singkat sambil menyalakan rokokku. 
"om... om... om..., lagi... pilem", kata Ica sambil mendekatiku. Mungkin karena film habis dia minta film yang lain. 
"tekor lah om itu Ca", kata temanku. 
"film dari mana bang", tanya Eli. 
"biasalah... youtube...", kataku
"waduh..., habis lah pulsa abang"
"gak papa Eli, masih banyak pulsanya kok"
Akhirnya sampai jam sebelas kurang juga aku baru pulang dari kos temanku. Dan yang membuat aku begitu tenang adalah karena Ica sepertinya tidak menyinggung tentang aku yang ngocok dan bugil di depannya, atau saat aku jilat pepeknya. Atau tentang memegang kontolku dan mengocokinya. Aman terkendali. 
Itulah yang membuat aku begitu nyaman ngocok di depan anak-anak perempuan, apalagi masih di bawah usia 4 tahunan. 
Sebelum pulang, aku antar Eli dan Ica ke rumahnya. Bahkan Ica minta di bonceng depan olehku. 
Ah..., Ica... Ica... 
Baru kali ini kontolku benar-benar dikocok sampai muncrat mani oleh tangan anak perempuan usia 2 tahunan tanpa aku pegangi tangannya untuk aku bimbing mengocokkan kontolku. 

Minggu, 26 Agustus 2018

Bugil Ngocok Di Depan "Weni" -*-

Hari minggu pagi ini aku berada di sekitaran L D. Aku mengambil barang pesananku dari temanku. Mau santai di rumah temanku makanya aku hanya memakai celana pendek serta t-shirt biasa, tapi rupanya dia ada kegiatan lain. Akhirnya aku permisi pulang dan di jalan aku teringat kalau rumah pamanku yang sudah RIP ada di daerah sini juga. 
Kemudian aku mengarahkan motorku ke rumah pamanku itu. Dan sampai di rumah pamanku, aku dapati bibi dan sepupuku sepertinya sudah bersiap-siap hendak keluar rumah. Ya sudah lah, begitu aku disuruh masuk dan duduk, tak berapa lama kemudian aku pamit pulang dengan alasan karena mereka hendak pergi dan aku sedikit pusing.
Tanpa disangka, bibiku menawarkan kepadaku untuk istirahat dulu di rumah mereka sambil mengatakan kalau di rumah ada Weni dan kalau aku sudah pulih serta ingin pulang, aku di suruh meletakkan kunci di suatu tempat sambil bibiku menunjukkan tempat tersebut. 
Aku kemudian bertanya kenapa Weni dikunci di dalam rumah dan bibiku menjawab kalau Weni masih seperti yang dulu, belum pulih gangguan psikologisnya. Bibikupun menambahi kalau nanti Weni keluar dari kamarnya, apakah dia mau menonton TV atau lainnya tanpa menyapa aku, agar aku memakluminya. 
"sudah beberapa tahun ini Weni gak mau ngomong, tapi kalau ada lagu yang dia suka, mau dia kadang ikutan menyanyi", kata bibiku. 
Dan entah kenapa akhirnya aku ada ide yang membuat aku mengatakan untuk ijin istirahat di rumah mereka. 
Ah..., banyak sekali anak-anak perempuan yang lewat dan bermain di jalan depan rumah pamanku ini. Dan setelah bibiku pergi, sengaja aku duduk di kursi tamu yang mengarah ke jalan. Perlahan dan dengan sangat santai aku keluarkan kontolku. Sambil membuat ereksi kontolku, aku memandang anak-anak perempuan itu bermain di jalan.
Santai aku duduk ngocok, mempermainkan kontolku dan mengarahkan kontolku ke arah anak-anak perempuan itu. 
Malahan, ada 3 anak perempuan yang usianya sekitar 3 tahunan, tiba-tiba berhenti bermain dan langsung ketiganya mengarahkan pandangannya ke aku yang sedang mengocokkan kontolku kearah mereka. 
Ah..., sepertinya mereka sangat tertarik melihat tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Begitu nampak antusias pandangan mereka sampai akhirnya mereka bertiga perlahan mendekati pintu yang sengaja aku buka lebar. 
Walau sedikit berdebar, tapi tetap aku lanjutkan kocokan tanganku di kontolku, sementara ketiga anak perempuan usia 3 tahunan itu sudah benar-benar berdiri di depan pintu dengan pandangan yang mengarah ke kontolku yang sedang aku kocok. Penuh rasa keingintahuan aku lihat pandangan ketiga anak perempuan itu memandang tanganku yang sedang turun naik memegang kontolku.
Tapi tak berapa lama kemudian, aku dengar suara pintu kamar dibuka dan dengan segera aku masukkan kontolku ke dalam celana pendek yang aku pakai. 
Seperti merasa tidak ada orang, Weni berjalan melewati aku yang masih dalam kondisi duduk dan dia langsung menutup pintu depan juga tanpa mengatakan apa-apa pada 3 anak perempuan yang saat itu masih berdiri di depan pintu.
Aku langsung memaklumi kondisi Weni yang seperti itu. Benar kata bibiku, kalau Weni tidak ada kemajuan pada gangguan psikologisnya, dan itu juga pernah aku lihat beberapa tahun yang lalu. 
Tapi aku tetap menyapanya saat dia melewati aku lagi.
"Weni..., ingat abang nggak... ", kataku pada Weni dan tidak ada ekspresi apapun yang nampak dari wajahnya. 
Lalu aku lihat Weni menghidupkan TV dan kemudian dia duduk di kursi ruang TV. Kalau dilihat sepintas,  sepertinya Weni tak nampak ada gangguan psikologisnya, karena dia bisa menghidupkan TV dan mencari serta memindahkan chanel program TV. Aku bangkit dari kursi dan mendekati Weni di ruang TV. 
Sengaja aku tarik dan menempatkan kursi ruang TV sedikit di depan Weni. Aku duduk dan memandang ke Weni yang sekarang lebih putih kulitnya dari waktu beberapa tahun yang lalu. Tampak cuek Weni tetap mengarahkan pandangannya ke TV. 
Sebenarnya wajah Weni dapat aku katakan cantik. Dulu aku juga sangat akrab dengannya. Sampai beberapa tahun yang lalu, tiba-tiba terjadi gangguan psikologis pada Weni dan dia terlalu banyak diam serta tidak mau keluar dari rumahnya. 
Jujur saja, dulu sempat juga Weni aku jadikan imaginasi ngocokku. Sebatas imaginasi saja, bukan langsung ngocok di depan ataupun di belakangnya. 
Dan sekarang..., tiba-tiba kenekatan aku terpicu dengan kondisi rumah yang hanya tinggal aku dan Weni yang tampak cuek dengan kehadiranku. 
"kok sombong ya Weni sama abang...?", kataku pada Weni. 
Kali ini tampak Weni melirik ke aku yang duduk sedikit di depannya, tapi tetap tanpa ada satu ekspresi apapun. 
Kembali nampak asik Weni mengarahkan pandangannya ke TV tanpa menghiraukan kehadiranku. Ah..., jadi muncul tiba-tiba niatku untuk menjadikan Weni target ngocokku. Dan setelah beberapa kali aku mencoba untuk mengalihkan perhatiannya, tapi tetap juga Weni sepertinya tidak terpengaruh, akhirnya aku bisa memastikan kalau saat inilah kesempatan yang langka itu bisa aku lakukan. 
Posisiku saat itu aku duduk di samping depan menghadap Weni. Dan secara perlahan, sambil aku tetap memperhatikan ekspresi wajah Weni, aku mengeluarkan kontolku dari celanaku. 
Sambil duduk di depan Weni aku biarkan kontolku berada di luar celanaku. Karena juga tidak ada ekspresi dari Weni, akhirnya aku mulai mempermainkan kontolku  yang saat itu belum terlalu ereksi di depan Weni sambil aku lihat jam menunjukkan pukul 10:17.
Perlahan tapi pasti akhirnya kontolku ereksi sempurna dan di depan Weni perlahan aku mulai mengocokkan kontolku. Jarak duduk sambil ngocok antara aku dengan Weni saat itu kurang dari 50 cm. 
Aku lihat pandangan mata Weni tetap tertuju pada siaran TV dan sangat mengabaikan aku yang sedang ngocok di depannya. Sambil ngocok aku mengatakan pada Weni tentang ambisiku beberapa tahun silam pada dirinya. Aku katakan padanya kalau dulu saat aku ngocok aku sering berimaginasi pada kecantikan dan tubuhnya. Ah..., entah apa-apa saja yang aku katakan pada Weni sambil tanganku tak henti-hentinya mengocoki kontolku. 
Akhirnya aku hentikan kocokan tanganku di kontolku lalu aku bangkit dari kursi sambil aku ambil HP dari saku celanaku dan menghidupkan perekam video lalu aku tempatkan di dispenser mengarah ke posisi dimana Weni dan TV dapat terlihat jelas. Kemudian aku berjalan hingga di depan TV. Sengaja aku berdiri di depan TV dan kembali aku ngocok menghadap ke Weni. 
Kali ini pandangan mata Weni  yang tertuju ke TV secara terpaksa mengarah ke aku yang sedang ngocok karena layar TVnya tertutup oleh aku. 
Entah kenapa, Weni sepertinya tidak terganggu dengan ulahku yang berdiri menutupi layar TV dan ngocok di depannya. Sengaja aku pertontonkan bagaimana aku mengocoki kontolku di depan Weni. Sengaja aku matikan TV, lalu aku permainkan kontolku di depannya. Dari perlahan cara aku mengocoki kontolku hingga sangat cepat tanganku ini mengocoki kontolku sengaja aku pertontonkan di depan Weni. 
Akhirnya kenekatan aku semakin bertambah setelah tidak ada reaksi dari Weni ditambah lagi aktifitas ngocokku di depan Weni ini sengaja aku rekam dengan video HPku membuat ide nakalku semakin menjadi. 
"sorry ya Weni, abang ngocok di depanmu. Sudah lama abang kepingin ngocok di depan Weni. Kalau abang ngentoti Weni gak mungkin lah, Weni sepupu sedarah abang... ", kataku pada Weni sementara tanganku tak henti-hentinya mengocoki kontolku. Dan masih banyak lagi perkataan-perkataanku pada Weni yang sengaja aku ucapkan sambil ngocok di depannya dan ini semakin menambah kenikmatan sensasi ngocokku di depan Weni. Apalagi saat itu aku rekam dengan video HPku. Ah..., menambah sensasi dan kenikmatan ngocokku.
Kesempatan ini akan sangat langka, apalagi ini aku rekam dengan video HPku dan tak akan aku sia-siakan. Reaksi Weni yang kali ini sudah benar-benar mengarahkan pandangannya ke aku juga semakin menantang bagiku. Terbukti dengan pandangan matanya mengikuti gerakan tubuhku, tapi masih tanpa ekspresi. 
Akhirnya aku hentikan kembali kocokan tanganku di kontolku. Secara santai dan perlahan aku membuka baju dan celanaku di depan Weni. 
"gak papa ya Weni abang bugil ngocok di depan Weni..., tuh abang rekam kalau abang sedang ngocok di depan Weni dan sekarang abang mau bugil ngocok di depan Weni..., nanti kalau mau kita nonton lagi video abang ngocok di depan Weni...", kataku pada Weni sambil aku tunjukkan HPku yang berada di atas dispenser yang mengarah ke kami. 
Hal yang luar biasa adalah sepertinya Weni mengerti ucapanku. Karena saat aku tunjukkan posisi HPku, pandangan matanya juga ke arah dispenser. Sempat berdebar kencang juga jantungku. Tapi karena sudah sedari tadi aku ngocok di depannya dan sudah tanggung, akhirnya lanjut lah.... 
Jujur saja, agak sedikit bergetar tanganku ini saat aku mulai melorotkan sempakku di depan Weni. Sudah basah ya mandi sekalian lah... Toh Weni bereaksi setelah aku buka baju dan celana pendekku di depannya sambil menunjukkan posisi HPku. Toh saat itu aku sudah setengah bugil karena tinggal sempakku saja yang belum aku buka. Dan ini sudah terlalu jauh untuk menghentikannya. Kalau aku boleh mengatakan kalaulah selama ini Weni pura-pura mempunyai gangguan psikologis, tapi aku sudah terlanjur ngocok dan mengekspresikan birahiku di depan Weni mau bilang apa lagi. Atau tiba-tiba gangguan psikologisnya sembuh ya mau apa lagi, toh sekarang tinggal sempak doang aku berdiri di depannya. 
Akhirnya aku benar-benar bugil di depan Weni. Jujur saja kontolku memang sedikit hilang ereksinya karena tadi aku sempat terkejut dengan reaksi Weni yang walau tanpa ekspresi, pandangannya mengikuti arah tanganku yang menunjukkan posisi HPku yang sedang merekam aktifitas ngocokku. 
Tapi masa bodo saja. Dengan perlahan aku mulai mengekspresikan birahiku di depan Weni. Santai aku kembali membuat ereksi kontolku. 
Bugil berdiri di depan Weni dan setelah kontolku kembali ereksi sempurna secara perlahan aku mulai mengocoki kontolku. Kuperlihatkan kepada Weni bagaimana secara perlahan aku mulai mengocoki kontolku hingga kecepatan biasa tanganku ini mengocoki kontolku. 
Sengaja aku ekspresikan secara penuh birahiku ini di depan Weni. Kubiarkan tatapan tanpa ekpresi Weni mengarah ke kontolku yang aku kocok. Pinggulkupun terkadang ikut maju mundur seirama dengan hentakan tanganku yang kadang dengan cepat mengocoki kontolku seiring kenikmatan yang aku rasakan saat aku bugil ngocok di depan Weni. 
Sudah tidak aku perdulikan lagi apakah saat itu Weni dalam kondisi sehat dari gangguan psikologisnya atau tidak. Dan akupun semakin mendekatkan tubuhku ke Weni hingga aku berdiri bugil ngocok sekitar 50 cm di depan Weni yang sedang duduk di kursi. 
Aku juga tidak memperdulikan reaksi Weni saat aku semakin mendekatkan tubuhku ke Weni hingga benar-benar kontolku yang aku kocok ini tepat di depan wajahnya. 
Iya, saat itu tangan Weni terlihat seperti bergerak hendak menahan tubuhku yang semakin rapat dengan wajahnya. Nampak jelas dari gerakan mata Weni memandang kontolku yang aku kocok ini di depan wajahnya sementara kedua tangan Weni memegang pahaku dan Weni sedikit memundurkan kepalanya menjauhkan sedikit dari kontolku dengan pandangannya tetap mengarah ke kontolku yang aku kocok. 
Aku juga terus semakin mendekatkan kontolku ke wajah Weni hingga akhirnya kepala kontolku menyentuh dahi Weni. Sambil ngocok aku gesekkan kepala kontolku ke dahi Weni, lalu kemudian ke hidung, pipi serta bibir Weni. 
Aku tahu dari tangannya yang memegang pahaku dapat aku rasakan Weni sepertinya secara perlahan mencoba mendorong atau menjauhkan tubuhku dari wajahnya. 
Tapi ada reaksi seperti orang kegelian saat kontolku ini menggesek wajahnya. Dan ini semakin membuat aku nekat. Dan secara perlahan aku memegang dagu Weni dan sengaja aku posisikan wajah Weni untuk menengadah lebih ke atas saat seluruh wajahnya telah aku gesek dengan kepala kontolku. 
Kuhentikan kocokan di kontolku dan saat itu wajah Weni dengan tangan kiriku yang memegang dagunya dan menjaga agar tetap dalam posisi lebih menatap ke atas, lalu aku kembali menggesekkan kontolku di wajahnya.
Nekat saja aku arahkan kepala kontolku ke bibirnya dan aku tekan kepala kontolku untuk masuk ke mulut Weni. 
Tapi sayangnya terhalang gigi Weni. Dan akhirnya aku permainkan kepala kontolku di bibir Weni. 
Tanpa ekspresi Weni saat menerima perlakuanku dan hanya dorongan-dorongan halus tangannya  yang dapat aku rasakan di pahaku. 
Entah apa-apa saja ucapanku yang aku katakan pada Weni seiring hentakan tanganku yang mengocoki kontolku dan saat aku gesek-gesekkan kontolku ini di wajahnya. 
Lalu aku memundurkan tubuhku dan menjauhkan kontolku dari wajah Weni. Saat itu wajah dan pandangan mata Weni sepertinya selalu mengarah ke aku.
Kemudian aku ambil HPku yang aku letak di dispenser dan masih dalam posisi merekam tanpa aku pause kan kembali aku dekati Weni. Secara close up aku videokan bagaimana tangan kananku mengocoki kontolku di depan wajah Weni dan terkadang aku gesekkan kepala kontolku ini ke wajahnya. Dan Weni seperti tadi masih tanpa ekspresi tapi pandangannya sudah nampak jelas memandang ke kontolku yang aku kocok. 
Karena sepertinya kurang nyaman karena tangan kiriku memegang HP dan sambil merekam, akhirnya aku geser kursi yang aku pakai tadi saat pertama sekali aku ngocok di depan Weni untuk aku jadikan support HPku.
Tak aku perdulikan tatapan mata Weni yang tampak memperhatikan gerak-gerikku. Setelah HP sudah tepat posisinya, kembali aku dekati Weni. Ngocok dalam keadaan bugil sekitar 1 meter di depan Weni, dan kemudian aku lebih mendekatkan tubuhku hingga benar-benar berada hanya beberapa cm di wajah Weni serta terkadang menggesekkan kepala kontolku di wajah Weni semua terekam jelas di kamera video HPku. 
Semua itu tanpa ada ekspresi apapun dari Weni. Dan aku semakin cepat mengocoki kontolku. 
Semakin aku ekspresikan gerakan-gerakan penuh kenikmatan saat semakin cepatnya tanganku ini mengocoki kontolku. Penuh gerakan kenikmatan yang aku pertontonkan langsung di depan Weni.
Hingga akhirnya jam 10:57 aku sudah tidak dapat menahan dorongan maniku yang sedari tadi aku tahan untuk tidak keluar. 
Begitu terasa maniku mau muncrat dari kontolku, secara cepat aku memundurkan  tubuhku serta kontolku menjauh dari wajah Weni. 
Aku tahu, walau tanpa ekspresi, tapi dengan mata kepalanya sendiri Weni menyaksikan bagaimana maniku muncrat keluar dari kontolku dan dengan disaksikan Weni yang pandangan matanya selalu mengarah ke aku,  aku begitu berkelonjotan penuh kenikmatan saat maniku muncrat dan sebagian muncratan maniku itu mengenai wajah Weni. 
Ah..., berkelonjotan penuh kenikmatan dalam posisi bugil di depan Weni setelah maniku muncrat yang sebagian mengenai wajah Weni dan sebagian lagi berceceran di lantai ruang TV. 
Lalu aku lap maniku yang berceceran di lantai dengan sempakku. Setelah maniku di lantai sudah bersih, lalu masih dengan sempakku itu aku lap maniku yang mengenai wajah Weni. 
"makasih ya Weni..., nikmatnya Weni...", bisikku di telinga Weni saat aku lap muncratan maniku di wajahnya. 
Begitu selesai aku bersihkan maniku di wajahnya, tiba-tiba Weni bangkit dari kursinya dan terus saja berjalan masuk ke kamarnya tanpa ada ekspresi apa-apa.
Jujur saja aku sedikit terkejut dengan gerakannya yang tiba-tiba bangkit dari kursi serta langsung masuk ke kamarnya, tapi aku biarkan saja. Lalu setelah aku matikan rekaman video HPku, kemudian aku kenakan kembali pakaianku.
Perlahan aku dekati kamar Weni, dan aku buka pintu kamarnya. Ternyata pintu kamarnya tidak terkunci dan aku dapati Weni di atas ranjangnya dalam posisi tertelungkup. Rupanya dia menangis. 
Aku lihat dinding kamar Weni penuh dengan coretan yang tak jelas. Lalu aku mendekati Weni dan saat tanganku memegang bahu belakangnya untuk mengatakan sesuatu, aku dengar Weni masih dalam kondisi menangis sambil bersenandung yang tak begitu jelas aku dengar. Aku urungkan niatku untuk mengatakan betapa aku begitu berterima kasih padanya karena dengan leluasa aku bisa bugil ngocok di depannya sampai muncrat-muncrat mani. 
Aku keluar dari kamarnya dan kemudian aku keluar rumah sambil aku kunci pintu rumah pamanku. Setelah kunci aku letak di tempat yang diberitahu bibiku, kemudian aku pulang penuh dengan kenikmatan yang tidak dapat aku gambarkan. Sepanjang jalan aku teringat betapa beruntungnya hari ini aku bisa bugil ngocok sambil berinteraksi dengan target ngocokku yang tak lain adalah adik sepupuku yang kami berbeda usia sekitar 5 tahun. 
Sore harinya aku telpon bibiku sambil aku ingin memastikan apakah aksiku itu Weni ceritakan atau tidak. Malahan bibiku menanyakan padaku kapan aku bisa ke rumahnya lagi agar bisa ketemu Weni dan bibiku bilang kalau dia yakin aku belum ketemu Weni karena TV belum hidup, biasanya kalau Weni keluar kamar pasti dia menghidupkan TV dan meningglkan TV hidup begitu saja walaupun dia sudah masuk ke kamar lagi. Dan kalau TV belum hidup berarti Weni belum ada keluar kamarnya kecuali bibiku yang memanggilnya dan itupun pasti Weni menghidupkan TV.
Hehehehe....., sudahpun aku jumpa sama si Weni...., sambil bugil ngocok mengekspresikan birahi dan sampai muncrat-muncrat mani aku di depan Weni... 

Senin, 30 Juli 2018

Ngocok Di Belakang "Eli", Di Depan "Ica" -*-

Tanggal 29-07-2018 tanpa rencana akhirnya aku singgah ke rumah Eli. Dia adalah adik temanku. Sebenarnya tadi aku ke kos temanku dan tidak mendapatinya di sana. Makanya aku kemudian mengarahkan motorku untuk mampir dan sekedar menanyakan keberadaan temanku pada adiknya, yaitu Eli. 
Di teras rumah Eli aku dapati Ica, anak Eli yang berumur 2 tahun sedang bermain dan aku langsung saja memanggil Eli sambil sedikit mencolek pipi Ica. Hehehe, aku suka sekali melihat Ica yang selalu saja seperti salah tingkah, begitu grogi padaku. Apalagi setelah aku colek tadi pipinya. Saat itu dalam hatiku sempat aku berkata, "kapan lah kau Ica bisa kujadikan target ngocokku".
Aku masih berdiri di depan pintu masuk saat aku lihat Eli keluar dari dapur dengan hanya memakai baju daster terusan yang pendek. Dasar pepek lonte, pepek torok dan entah apalagi rutukan hatiku saat melihat Eli. Jujur, baru kali ini aku melihat Eli dengan pakaian seperti itu. Biasanya kalaupun dia memakai daster terusan yang pendek pasti dia memakai legging. Dan terus terang saja, aku begitu menikmati keindahan tubuh Eli yang gemuk tapi sangat berbentuk. Apalagi saat ini Eli hanya memakai daster tanpa legging. Dasar lonte..., begitu jelas putihnya paha Eli dan begitu memicu birahiku. 
Eli mempersilahkan aku masuk dan aku duduk. Lonte... Lonte... Dasar lonte..., teriak dalam hatiku saat tanpa merasa bersalah Eli duduk di hadapanku dan mempertontonkan keindahan pahanya yang putih mulus itu. Ah..., dasar pepek..., kalau sedikit saja pakaian Eli agak ke atas, pasti nampak sempaknya. 
Kontolku terasa begitu memberontak dan sudah sangat ereksi. Untungnya tertutupi oleh bajuku. Tapi kalau saja aku berdiri, ya pasti lah langsung menyodok bagian depan celana pendekku. 
Aku jadi serba salah, seandainya aku cepat-cepat pamit pulang, pasti nampak kalau kontolku sedang ereksi. Kalau aku berlama-lama di rumah Eli, segan dengan suaminya. 
Eli mengatakan padaku kalau tadi memang abangnya, yaitu temanku, ada datang ke rumahnya dan berpesan kalau aku datang disuruh menunggunya di rumah ini. Temanku itu sedang ke rumah kakak mereka karena tadi ada kerusakan di sana. 
Aku akhirnya mencoba berbasa-basi, walau dengan resiko pasti terlihat ereksi kontolku oleh Eli dengan mengatakan kalau aku pulang saja karena juga segan dengan suami Eli. 
Dan tanpa di sangka Eli mengatakan dengan sedikit ketus, "sudah mau cerai aku bang dengan suamiku. Gak di sini lagi dia tinggalnya".
Dan aku hanya mengatakan, "waduh sorry lah Eli, abang gak tahu. Tapi kok bisa seperti itu?". Lha ini kan rumah mertua Eli, kok bisa pula suami Eli yang gak tinggal di sini? ".
"Mampus situ mereka. Mana berani mereka ngusir aku dari rumah ini. Mampus lah anaknya yang keluar dari sini", jawab Eli dengan sangat ketus. 
"aku lagi masak lah bang, duduk di dapur aja bang. Ni orang-orang gila itu lagi pergi", sambung Eli. Dan aku langsung dapat mengerti maksud orang gila yang dikatakan Eli itu mengarah ke mertuanya. 
Aku mengatakan pada Eli kalau aku duduk di ruang tamu dulu dan sebentar lagi aku menyusulnya ke dapur. 
Eli kemudian bangkit dari duduknya dan dasar pepek lonte..., pepek lonte..., nampak pula sempaknya warna coklat muda walau sekilas.
Saat Eli sudah membelakangi aku dan berjalan masuk ke dapur, begitu penuh tatapan birahi aku memandang tubuh Eli. Ah..., besarnya pantatmu Eli.. Big size tapi indah bentuknya... Lonte..., lonte... Kalau saja bisa kupendam kontolku di pantatmu itu dan kunikmati pepekmu Eli... 
Sebelum Eli benar-benar berlalu dan masuk ke dapur aku sempatkan mengeluarkan kontolku dan mengocokkannya sesaat sebelum Eli masuk ke dapur. 
Dan setelah Eli masuk ke dapurpun aku tetap melanjutkan acara ngocok kontolku sambil membayangkan keindahan tubuh Eli sampai akhirnya aku baru menyadari kalau Ica sedari tadi memandangiku dari jendela. 
Itupun aku baru menyadarinya saat aku sangat menikmati hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku sambil aku sedikit memalingkan wajahku ke arah pintu depan yang otomatis nampak juga jendelanya. Disitu aku lihat Ica sedang berdiri di kursi memandang aku dari jendela. 
Walau aku terkejut, tapi akhirnya aku masa bodo saja, lagian Ica juga sepertinya belum lancar berbicara, dan santai aku teruskan acara ngocokku walau saat itu Ica sedang memperhatikan dengan tatapan penuh keingin tahuan  melihat gerakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. 
Akhirnya aku bangkit dari tempat dudukku dan kemudian sambil tetap mengocoki kontolku, aku dekati jendela di mana Ica sedang memperhatikan aku. Di depan Ica aku permainkan kontolku, dan kubiarkan Ica yang tampak olehku begitu antusias memperhatikan aku ngocok. 
Begitu sangat aku ekspresikan cara ngocokku di depan Ica. Tak aku hiraukan suara Eli yang sedang berbicara padaku dengan hanya menjawab dengan suara sedikit bergetar dengan kata "iya Eli", "o", "hehehe" dan sebagainya.
Lalu dengan sedikit berbisik aku katakan kepada Ica, "sini Ica masuk".
Ica terlihat seperti sebelum-sebelumnya, yaitu nampak begitu salah tingkah saat aku ajak bicara. Dan akhirnya aku sudahi acara ngocokku sambil memasukkan kontolku ke celana pendek yang aku kenakan dan akhirnya aku berjalan keluar sambil membimbing tangan Ica yang nampak begitu grogi untuk aku ajak masuk ke dalam rumah. 
Ku dengar di dapur Eli sepertinya sedang menggoreng sesuatu dan dengan sedikit keras suaraku mengatakan pada Eli, "ngapain Eli".
"kemari lah bang, duduk disini aja", kata Eli dari dapur dan aku mengatakan sebentar lagi aku kesana. 
Ica sengaja aku ajak duduk di sebelahku, di kursi panjang. Dan sangat santai aku kembali mengeluarkan kontolku di samping Ica. Aku tahu Ica memperhatikan tanganku yang perlahan menarik bagian depan celanaku untuk mengeluarkan kontolku. 
"Ica cantik... ", kataku pada Ica saat kontolku sudah aku keluarkan dari celanaku sambil aku colek pipinya dan kulihat jam di tangan kiriku menunjukkan pukul 08:21. 
Benar-benar salah tingkah anak perempuan usia 2 tahunan ini padaku. 
Kubiarkan Ica memperhatikan tanganku yang mulai mengelus-elus kontolku dan kemudian dengan santai aku mulai ngocok di samping Ica. 
Walau duduk di sampingku, tapi wajah dan pandangan mata Ica mengarah ke kontolku. Ica memperhatikan dengan seksama sedari perlahan tanganku mengocoki kontolku hingga begitu cepat tanganku mengocoki kontolku. Bergantian dia memandang wajahku dan kontolku yang aku kocok. 
Lalu aku berdiri dan ngocok di depan Ica yang masih dalam posisi duduk. Ku dekatkan kepala kontolku ke wajah Ica yang nampak begitu grogi dan salah tingkah di depan aku sambil menggigit jari telunjuk tangan kanannya. Sampai akhirnya aku gesekkan kepala kontolku yang aku kocok ini ke wajah Ica, tapi dia diam saja. 
Itu yang membuatku semakin nekat. Aku raih tangan Ica dan aku bimbing tangannya untuk memegang kontolku sambil terus mengocoki kontolku. Terasa dingin tangan Ica saat memegang kontolku. Perlahan tangan Ica aku bimbing untuk mengocoki kontolku. Tangan Ica mulai mengocoki kontolku dari perlahan hingga sedikit cepat sampai akhirnya aku hentikan kocokan tangannya. 
Ini merupakan kesempatan langka. Di rumah ini hanya ada aku, Ica dan Eli. Saat aku hentikan kocokan tangan Ica di kontolku kulihat jam menunjukkan pukul 08:27. Lalu, masih dalam kondisi kontol yang keluar dari celanaku dan aku tutupi dengan ujung bajuku, aku ajak Ica untuk ikut denganku masuk ke dapur rumah dimana di sana Eli, mamanya Ica, sedang masak. 
Sengaja aku berjalan di belakang Ica sambil sesekali merapatkan kontolku kebagian atas belakang kepala Ica. Dan tak ada reaksi apapun dari Ica selain gerakan yang seakan begitu grogi dan salah tingkah di depanku. 
"wah..., Ica kok mau sekarang ya sama si om... ", kata Eli begitu mengetahui kami berdiri di depan pintu dapur. 
Sambil bercanda aku jawab kalau Ica mau tapi itu masih grogi kalau berdekatan denganku. Saat itu Ica berdiri di depan aku dan ada keuntungan kontolku tertutupi oleh kepala Ica dan ujung bajuku. 
Jujur saja, detak jantungku begitu bergemuruh. Sedari aku mulai berjalan masuk ke dapur begitu bergemuruh detak jantung. 
Nekat dan sangat nekat. Sangat beresiko. Dan jujur sangat menantang bagiku. 
Saat itu, aku dan Eli sedang berhadap-hadapan dan gemuruh jantungku semakin kencang. Aku tidak yakin apakah ini akan berhasil atau tidak, tapi setidaknya posisi Ica sudah sangat membantu menutupi ereksi kontolku, begitu juga ujung bajuku walau sebenarnya ujung bajuku sudah terangkat. 
"duduk bang, sorry aku masak dulu, tanggung ni", kata Eli sambil kembali membalikkan tubuhnya membelakangi aku.
Sambil memasak dan dalam posisi membelakangi aku, Eli mengajak aku ngobrol. Aku hanya mengomentari seadanya saja. Karena saat itu aku begitu menikmati pemandangan indah tubuh bagian belakang Eli. Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 08:31 saat Eli mulai mengajakku ngobrol, sementara pandangan mataku begitu penuh birahi mengarah ke pantat Eli yang besar dan montok itu sambil aku menelusuri setiap lekuk tubuh Eli. 
Kalau dikategorikan, Eli memang gemuk. Tapi gemuknya Eli berbentuk. Lekuk tubuhnya ada. Bukan gemuk pada umumnya. Ah..., bodoh sekali suaminya mau menceraikan Eli. Wajahnya juga lumayan cantik dan menambah keindahan tubuhnya. 
Ah..., dasar pepek pantat lonte..., torok lonte..., teriak hatiku. Dan gemuruh jantungkupun masih begitu terasa menyesakkan nafasku. 
Besar dan indahnya bentuk pantat Eli..., seandainya Eli sudah berak dan Eli mau aku pendamkan kontolku ke pantatnya..., ah..., dalam posisi berdiri masak seperti itu pasti nikmat... Apalagi bisa secara bergantian aku masukkan kontolku ke pantat dan pepek Eli... 
Dengan tangan sedikit gemetar aku mulai menyingkapkan bajuku yang menutupi kontolku. Aku tahu Ica merasakan gerakan tanganku dan Ica menoleh ke belakang. Kubiarkan Ica sedikit menggeserkan tubuhnya hingga posisi tubuh dan wajahnya menghadap ke aku. Ica memperhatikan bagaimana aku dengan perlahan mulai mengocoki kontolku di belakang mamanya, yaitu Eli. Kubiarkan juga akhirnya Ica berdiri sedikit menjauh, dia berdiri bersandar di dinding sekitar 50 cm di sampingku sambil tatapan matanya terkadang memperhatikan kontolku yang perlahan aku kocok dan mamanya yang sedang berdiri membelakangi aku. 
Kadang dengan sedikit terburu-buru kembali aku sembunyikan kontolku di balik bajuku saat tiba-tiba Eli membalikkan badannya mengambil sesuatu atau terkadang menunggu reaksi aku dalam obrolan kami. Dan semua itu tidak pernah luput dari perhatian Ica yang berdiri sambil menggigit jari telunjuk tangan kanannya sekitar 50 cm dari ku. 
Sensasi luar biasa..., penuh resiko, sangat nekat, dan entah mau bagai mana lagi yang dapat aku gambarkan dengan aksi ngocokku di depan mama dan anaknya kali ini, dan mungkin hanya sekali ini saja kesempatannya. 
Gila..., ya terserah mau di bilang begitu. Bayangkan saja aku ngocok di belakang mamanya, sementara anaknya juga melihat dan memperhatikan bagaimana aku begitu mengekspresikan birahi ini dan terkadang pinggulkupun ikutan maju mundur seirama dengan hentakan tanganku yang mengocoki kontolku dan itu di depan langsung anaknya, yaitu Ica. 
Eli sendiri sepertinya terlalu sibuk dengan aktifitas memasaknya hingga dia tidak menyadari kalau selama kami ngobrol, di belakangnya aku berdiri ngocok sambil menelusuri keindahan tubuhnya. 
"duduk lah bang, itukan ada kursi", kata Eli saat membalikkan badannya melihat aku masih berdiri, dan akupun saat melihat gerakan tubuh Eli yang sepertinya hendak membalikkan badan dengan cepat aku menyembunyikan kontolku di dalam bajuku. 
Lonte..., pepek lonte..., seandainya bisa aku singkapkan daster bagian belakang Eli dan bisa aku peluk saat itu si Eli... Kupendam kontolku ini di pantatnya itu... Kupendam kontolku di pepeknya... Kubuat pepek Eli becek penuh kenikmatan.
"iya Eli, biar abang berdiri aja sama si Ica. Lagian lebih enak begini", jawabku sambil mengeluarkan kembali kontolku dan mempermainkan kocokan kontolku di belakang Eli sesaat setelah Eli kembali membelakangi aku melanjutkan aktifitas memasaknya. 
Ah..., besar dan begitu menggoda sekali pantat si Eli... Pingin rasanya aku lebih mendekatkan posisiku ke Eli. Tapi, posisiku berdiri ngocok di belakang Eli saat ini saja sudah kurang dari 3 meter, gak mungkin aku lebih mendekat lagi... 
Tangankupun tak henti-hentinya mengocoki kontolku. Imaginasiku bermain seiring pandangan mataku yang menelusuri keindahan bagian belakang tubuh Eli. Tak begitu aku perhatikan obrolan antar aku dan Eli. Ah..., begitu sibuknya mataku menelusuri keindahan tubuh Eli dan tangankupun semakin cepat mengocoki kontolku. 
Ica tiba-tiba berjalan mendekati Eli. "ngapain kok dekat mama, Ica..., sama om saja sana", kata Eli pada Ica sambil sedikit memiringkan badannya ke arah aku. Dan akupun dengan sigap kembali menyembunyikan kontolku di balik bajuku. 
"malu mungkin Ica sama om ya...", kataku pada Eli dan Ica sekaligus. 
Ica kemudian berdiri di samping Eli, tapi tubuhnya mengarah ke aku sambil memegang ujung daster Eli. 
Lalu Eli kembali membelakangi aku melanjutkan aktifitas memasaknya sementara Ica di samping Eli, masih dalam posisi berdiri menghadap ke aku. 
Aku kemudian mencoba menanyakan sesuatu sebagai pemicu obrolan saja pada Eli dan perlahan kembali aku keluarkan kontolku dari balik bajuku. Disaksikan Ica aku kembali mengocoki kontolku. Kali ini aku sepertinya lebih agresif. Sering pinggulku ikutan maju mundur seiring kenikmatan kocokan tanganku di kontolku. 
Sambil ngocok, memperhatikan penuh birahi tubuh belakang Eli, khususnya pantatnya yang besar itu, kunikmati hentakan tanganku yang mengocoki kontolku. 
"Eli, itu kamar mandi ya...?", kataku berbasa-basi pada Eli saat aku baru menyadari kalau kamar mandi rumah mereka itu tepat di samping Eli. 
"iya bang, mau pakai kamar mandi abang?", jawab Eli sambil memalingkan sedikit wajahnya, dan aku mengambil resiko dengan tidak menyembunyikan kontolku dan sedikit memperlambat kocokan di kontolku.
"o..., ya udah ntar lagi", kataku
Kembali Eli meneruskan aktifitas memasaknya dan akupun semakin mempercepat kocokan di kontolku.
Obrolan ringan antara aku dan Eli tetap berlanjut walau sering hanya aku iya kan saja jawaban atau tanggapanku pada obrolan kami. 
Perlahan, dengan gemuruh jantung yang sedikit menyesakkan dadaku, aku beranikan diri sambil tetap tanganku mengocoki kontolku, berjalan mendekati Eli dan Ica sampai akhirnya sekitar kurang dari 1 meter aku tidak dapat menahan dorongan maniku yang ingin keluar dari kontolku. 
Saat jarak antara aku dan Eli kurang dari 1 meter, akhirnya aku nembak mani disaksikan Ica yang sedari tadi tanpa bicara memperhatikan aku yang begitu mengekspresikan birahiku ngocok di belakang mamanya. 
Nikmatnya... Dengan mata kepalanya sendiri Ica menyaksikan muncratan maniku keluar dari kontolku yang aku tampung dengan tangan kiriku. Tak dapat aku tahan kenikmatan saat nembak mani di belakang Eli yang membuat aku sedikit berkelonjotan. Dan itu semua disaksikan langsung oleh Ica. 
Sedikit berkelonjotan sambil aku tampung maniku, aku berjalan semakin mendekat ke Eli, lalu aku perlihatkan ke Ica mani yang aku tampung tadi. 
Beruntung, dengan cepat aku memasukkan kontolku ke dalam celana saat tiba-tiba Eli memalingkan wajahnya dan membalikkan badannya tepat sekitar 50 cm jarak antar aku dengan Eli. 
"uh..., numpang pipis lah Eli ya...", dengan spontan aja aku mengatakan itu pada Eli. 
"hahaha, sampai kek gitu bang jalannya nahan kencing", jawab Eli sambil tertawa melihat aku berjalan sambil sedikit berjinjit dan bergetar, padahal saat itu aku baru saja berkelonjotan penuh kenikmatan di belakangnya dan Eli sangka aku berjalan seperti itu karena menahan rasa ingin kencing. 
Dengan cepat aku berjalan melewati Eli dan masuk ke kamar mandi dan tawa Eli rupanya belum selesai juga. Beruntung Eli tidak memperhatikan tangan kiriku yang saat itu dalam posisi menggenggam maniku. Mungkin terlihat lucu melihat aku berjalan sambil berkelonjotan yang dia sangka menahan rasa sesak kencing. 
Dasar lonte..., pepek pantat lonte..., nikmatnya... 
Kubersihkan mani yang belepotan di tangan kiriku sambil aku lirik jam tangan kananku yang menunjukkan pukul 08:44, dan terlihat aku di ember sempak Eli tergeletak paling atas pula pada tumpukan pakaian yang hendak dicuci.
Dengan bajuku aku seka bekas air di tanganku dan kemudian aku ambil sempak tersebut. Ini pasti sempak Eli, nampak dari bentuknya yang besar. 
Pepek lonte..., torok lonte..., pantat lonte maki aku dalam hati saat aku mulai mencium sempak Eli. Pesing aroma sempak Eli itu... Dasar pepek lonte... Kontolku kembali denyut dan kembali tegak ereksi sempurna. 
"jangan lama-lama bang...", terdengar suara Eli diiringi tawanya kembali. 
Aku juga tertawa sambil terus saja menghirup aroma pesing sempak Eli. Begitu lekatnya sempak Eli menempel di hidungku tepat pada bagian pepeknya. Tangan kananku kembali mengocoki kontolku dengan cepat dan mungkin gak sampai 1 menit aku kembali nembak mani.
Sambil senyum aku keluar kamar mandi dan kembali tawa Eli sepertinya tidak dapat dia tahan. 
Sambil tertawa dia bilang, "abang..., abang..., kayak baru kenal aja sampai segitu segan mau numpang kamar mandi...".
"iya Eli, sorry ya agak lama pakai kamar mandi, soalnya dari tadi nahannya", jawabku dan kembali Eli tertawa, sementara kulihat Ica masih seperti biasanya. Ica masih berdiri di samping Eli dengan jari telunjuk yang dia gigit terlihat agak malu memandang aku. 
Lalu aku duduk di kursi dapur dan sepertinya Eli juga menghentikan aktifitas masaknya. Dia membuatkan aku teh hangat.
Pas lah, sudah dua kali nembak mani, dapat pula teh hangat... 
"sini Ica sama om", kataku pada Ica dan Ica hanya menggeleng penuh rasa malu. 
Tapi pandangan mata Ica sering mengarah ke kontolku. Nampak jelas pandangan matanya tertuju ke selangkangan pahaku yang saat itu dalam posisi duduk.
Lonte..., lonte..., kembali hatiku merutuk saat Eli dalam kondisi membelakangi aku, dia tiba-tiba nungging mengambil sesuatu yang jatuh... 
Menggoda sekali... 
Eli berdiri dan aku dalam posisi duduk kembali melanjutkan obrolan ringan kami sambil sesekali tertawa karena Eli mengulang kembali kejadian yang sangka dia aku menahan kencing tadi. 
Benar-benar pepek pantat lonte kau Eli..., begitu menggodanya tubuhmu... Gemuk tapi mempunyai bentuk yang indah. Kalau saja kau mau pantatmu dan pepekmu aku kocok pakai kontolku, pasti dengan senang hati aku mau melakukannya. Berak dulu kau Eli sebelum kontolku masuk ke pantatmu. Dan pastinya kau akan terkencing-kencing saat kontolku ini mengocoki pantatmu. Pepekmu pasti becek dengan lendir kenikmatan saat kontolku mengocoki pepekmu. 
Akhirnya, setelah aku habiskan teh hangat yang dia buat, aku pamit pulang dengan alasan terlalu lama abangnya belum datang juga.
Kembali aku dekati Ica sambil aku colek pipinya, "yuk ikut om...".
Jam 09:02 aku keluar dari rumah Eli dengan membawa berjuta rasa kenikmatan dan kepuasan. 
Kesempatan yang sangat langka. Entah kapan bisa aku ulangi lagi. 
Terima kasih Eli telah memuaskan aku. Walau cuma ngocok di belakangmu, tapi kenikmatan dan sensasinya sangat luar biasa. Debaran jantungku, getaran tanganku dan kelonjotan tubuhku saat nembak mani 1 meter di belakangmu serta di depan anakmu, Ica, begitu aku nikmati.

Sabtu, 14 Juli 2018

Ngocok Di Samping "dL"

Tanggal 14-07-2018, jam 13:55-14:00 aku berdiri ngocok di samping dL yang sedang tertidur di lantai ruang TV.
Sebenarnya aku kurang fit saat aku pulang dan masuk ke rumah, pinginnya langsung istirahat aja. Tapi begitu aku sampai di ruang TV, aku dapati dL sedang tidur. Walau aku tidak tahu pasti apakah dL benar-benar lelap atau tidak. Ah..., dL yang sekarang baru saja masuk SMA dengan tubuh yang masih sangat ranum. Teteknya masih kecil. Tak bosan pandangan mataku menelusuri keindahan tubuh dL yang saat itu posisi tidurnya terlentang. Beberapa kali aku pura-pura mengambil HP ku yang tadi sengaja aku cas sambil lebih mendalami pandanganku memperhatikan gambaran pepek dL yang nampak sedikit membayang melalui depan celana pendek yang dia pakai. Ah..., pepek dL... pasti begitu nikmat... 
Aku jadi serba salah, karena pandangan mataku terus saja memperhatikan dan mendalami setiap lekuk tubuh dL. Terasa seperti digelitiki kontolku. Tapi karena aku tidak fit, jadi kontolku cuma berdenyut penuh kenikmatan doang... 
Tiba-tiba istriku mengatakan kalau kami ada undangan dan aku langsung mengatakan kalau dia sajalah yang pergi, sementara si kecil ****** biar sama aku saja. Dia mau dan tak berapa lama kemudian akhirnya hanya aku dan si kecil yang sedang tidur serta dL yang mungkin tengah dalam posisi tertidur terlentang. Jujur saja aku benar-benar tak tahu apakah dL benar-benar tidur atau tidak. 
Tapi secara perlahan aku mulai bangkit dari kursi sambil menghidupkan HPku untuk merekam dL sambil aku mendekatkan diriku ke dL. Dan karena dL sepertinya posisinya tidak bergerak yang menunjukkan kalau saat itu dia sedang tertidur, akhirnya aku letak dan aku posisikan HPku di tempat strategis yang dapat merekam tubuh dL dan pastinya dapat merekam aku juga yang saat itu berniat berdiri ngocok di samping dL. 
Secara perlahan aku mulai membuat ereksi kontolku. Walau tidak ereksi sempurna, tapi aku rasa sudah cukuplah untuk dapat menikmati setiap hentakan tanganku yang mengocoki kontolku. Santai aku ngocok di kursi, lalu aku mulai merekam kamera video HPku dan langsung berjalan mendekati dL sambil tanganku terus saja mengocoki kontolku. 
Sudah lama memang dL tidak aku jadikan target dalam ngocokku. Dan kesempatan ini sengaja aku abadikan dengan merekamnya melalui kamera video HPku. Jujur saja ingin sekali aku pendamkan kontolku ini ke pepek dL. Sambil berdiri ngocok di samping dL yang terlentang seperti minta dikentot, mataku terus saja menikmati setiap lekuk tubuh dL yang sangat ranum itu. Teteknya belum lah terlalu besar. Sampai akhirnya puncak kenikmatan dapat aku rasakan walau kondisiku kurang fit dan kontolku yang aku kocok ini tidak terlalu ereksi, tapi sangat nikmat sekali yang aku rasakan saat maniku muncrat di samping dL yang aku tahan dan aku tampung dengan tangan kiriku. Ah..., dL..., pepekmu dan tubuhmu begitu menggoda aku. Setelah siap nembak mani kemudian aku berjalan menjauhi dL sambil mematikan rekaman video HPku dan langsung aku ke kamar mandi untuk membersihkan maniku yang belepotan di tangan kiriku. Ah..., nikmatnya... 
Ya jujur saja, sampai saat ini kalau dL sedang berdiri di depanku dan saat itu aku sedang duduk, terus terang saja,  hal yang ada di benakku adalah seandainya dalam posisi seperti itu tanganku bisa bermain di pepek dL dan akan aku jilati pepeknya. Sampai-sampai dalam hatiku berkata, "kamu kencing dL dan gak usah cebok, biar aku bersihkan dengan jilatan lidahku di pepekmu". Ah..., dL... 

Minggu, 01 Juli 2018

Muncrat Maniku Di Depan Cewek ABG

Tanggal 01-07-2018, jam 10:05-15:40 santai aku duduk ngocok di ruang tamu rumahku. Pintu depan sengaja aku buka dan akupun duduk ngocok tepat menghadap ke jalan sejajar dengan pintu yang aku buka lebar. 
Tak dapat aku tandai cewek-cewek ABG mana saja yang saat itu menjadi sasaran arah kontolku yang aku kocok saat mereka melewati aku. Tapi kadang yang buat aku merasa gregetan adalah kalau anak perempuan yang masih TK maupun SD yang melewati aku. Entah mereka tahu aku ngocok ke arah mereka atau tidak, karena terkadang lirikan maupun pandangan lugu doang yang mereka perlihatkan padaku saat melihat aku ngocok. 
Di rumah ini aku sedang sendirian, membuat aku lebih santai dan leluasa. Bosan aku duduk ngocok, kemudian aku bangkit dan menutup pintu, lalu aku bugil berdiri di depan jendela melanjutkan ngocokku. 
Aku sadar dan aku tahu kalau saat aku bugil ngocok berdiri di depan jendela itu hanya berbatas kaca jendela doang. Dari jalan depan rumahku ya sebenarnya posisiku sangat terlihat jelas. Iya aku tahu, sangat terpampang jelas tubuhku yang bugil sambil ngocok ini bila dilihat dari luar, tapi masa bodo aja... 
Malahan aku semakin menempelkan tubuhku ke jendela sampai kepala kontolku ini menempel di kaca jendela kalau ada cewek-cewek yang melintas di depanku. Begitu juga saat ada cewek yang keluar dari depan gang di seberang rumahku. 
Setelah sekian lama aku memuaskan birahiku dengan ngocok di depan jendela, tiba-tiba aku lihat seorang cewek ABG berjalan dari gang samping rumahku menuju gang di seberang rumahku. Semakin aku rapatkan tubuhku ke jendela dan semakin cepat aku kocok kontolku ini saat cewek itu melintas di depanku. Sengaja suara hentakan tanganku yang mengocoki kontolku ini aku biarkan jelas terdengar. Sebenarnya cewek ABG ini sering menjadi target ngocokku. Kali ini dia masih memakai seragam SMA nya memasuki rumah Tum. 
Aku yakin, pasti tidak akan lama cewek itu di rumah Tum. Lalu aku memakai kembali celanaku dan membuka pintu rumahku. Sambil duduk ngocok aku menunggu cewek itu keluar dari rumah Tum. Sengaja aku mempercepat kocokan tanganku di kontolku karena begitu inginnya aku nembak mani di depan cewek itu.
Tak berapa lama kemudian aku lihat cewek itu keluar dari rumah Tum, dan aku langsung bangkit dari kursiku sambil tanganku semakin cepat mengocoki kontolku. Sengaja aku pertahankan posisiku untuk ngocok berdiri saat cewek itu semakin dekat dengan mulut gang. 
Ah..., semakin kuat hentakan tanganku yang mengocoki kontolku ini saat cewek itu berhenti sejenak sebelum menyebrang jalan, lalu dia melewati aku yang dengan penuh birahi berdiri ngocok kearahnya sampai aku nembak mani di depannya. 
Aku tahu, saat dia berhenti sejenak sebelum menyebrang jalan, sepertinya dia berusaha tidak melihat aku yang dengan penuh tatapan birahi berdiri ngocok di depannya. Ah..., dasar lonte cewek itu, dasar pepek lonte cewek itu, belepotan mani tangan kiriku yang menahan muncratan maniku di depannya. 

Selasa, 26 Juni 2018

Bugil Ngocok Di Samping Cewek ABG

Tanggal 26-06-2018, jam 12:00-16:30 aku ngocok di ruang tamu rumahku. Duduk santai sambil ngocok di kursi yang langsung menghadap ke jalan depan rumahku dengan pintu yang aku buka lebar. Ah..., nikmatnya ngocok kontolku kali ini. Apalagi sengaja aku ikat telor kontolku dengan tali. Ini menambah sensasi kenikmatan kontolku. Jadi kopyor-kopyor dan gondal-gandul saat kontolku aku kocok. 
Dari posisi duduk sampai aku ngocok berdiri mengarahkan kontolku yang aku kocok ini ke cewek-cewek ABG melintas di depanku. Beberapa anak perempuan seusia SD nampak olehku mulai berjalan keluar dari gang di seberang rumahku. Dan aku langsung berdiri sambil lebih mempercepat dan menguatkan hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku sambil berharap agar mereka nyebrang dan melewati aku. Tak berapa lama kemudian, anak-anak perempuan itu semakin mendekati mulut gang dan kemudian menyebrang serta melewati aku yang saat itu dengan penuh birahi mengarahkan sambil mengocoki kontolku dengan cepat, sementara aku biarkan celana pendekku melorot hingga beberapa centi dari telor kontolku yang aku ikat tadi. Ah..., nikmatnya... Apalagi kocokan tanganku yang begitu cepat itu juga membuat telor kontolku juga ikut bergerak naik turun.
Nampak dua orang anak perempuan berhenti sebelum mereka menyeberang jalan karena beberapa motor terlihat berlalu dengan kecepatan tinggi. Jelas dari tatapan mata kedua anak perempuan itu mengarah ke kontolku yang aku kocok. Tak ada ekpresi apa-apa dari mereka yang membuat aku semakin berkelonjotan penuh kenikmatan saat mengocoki kontolku di hadapan mereka. 
Sayangnya tak lama kemudian kedua anak perempuan itu berlalu dari hadapanku seiring berlalunya motor-motor yang melintas. Dasar pepek lonte..., belum sempat aku nembak mani di depan mereka. 
Setelah beberapa anak perempuan usia SD itu berlalu dari hadapanku, terlihat jalanan mulai nampak ramai dan tak nampak cewek-cewek yang melintas di hadapanku. Akhirnya kumasukkan kontolku ke celana dan aku tutup pintu. 
Selanjutnya kembali aku buka celanaku, kemudian bugil berdiri di jendela ruang tamu rumahku sambil meneruskan acara ngocokku. Beberapa cewek ABG yang melintas tak pernah luput dari sasaran ngocokku. Semakin mereka mulai mendekati posisiku, semakin aku rapatkan tubuhku ke jerjak jendela dan kontolku berada di luar jerjak jendela sambil aku kocok dengan cepat yang membuat suara kocokan tanganku dikontolku begitu jelas terdengar.
Ah..., nikmatnya... 
Aku tandai ada satu orang cewek ABG yang berulang kali hilir mudik melewati tempat aku ngocok. Aku belum pernah nampak sebelumnya. Dan mungkin dia tamu dari tetanggaku. 
Cewek ABG itu bersama seorang anak laki-laki usia sekitar di bawah 2 tahunan yang baru nampak pandai jalan. Jadi saat cewek itu berjalan melewati aku ngocok, dia berjalan sangat lambat mengiringi anak yang dia bawa. 
Dan aku jadi begitu tersulut birahi, apalagi wajahnya lumayan cantik, walau tubuhnya sedikit kurus, tapi pantatnya lumayan montok juga. Kepala kontolku bahkan sampai menyentuh kaca jendela dan tanganku yang mengocoki kontolku semakin cepat bersamaan dengan suara hentakan tanganku yang begitu jelas terdengar dan telor kontolku yang aku ikat kopyor-kopyor seiring dengan kocokan tanganku di kontolku semakin menambah kenikmatan birahiku. 
Sampai akhirnya, saat untuk yang kesekian kalinya cewek itu kembali melewati aku, sengaja sebelum cewek itu benar-benar melewati aku, dengan santai aku buka kembali pintu rumahku.
Dengan pintu yang terbuka lebar, bersamaan dengan cewek itu mulai perlahan berjalan melewati rumahku, kemudian aku berdiri di pintu dalam keadaan bugil mengocokkan kontolku ke arah cewek itu. 
Dasar pepek pantat lonte, tepat di depanku yang dalam keadaan bugil ngocok di pintu, tiba-tiba cewek itu berhenti dan menundukkan badannya seperti nungging dan terlihat mengambil sesuatu di jalan. 
Di samping cewek itu, dalam keadaan bugil di pintu dengan jarak kurang dari 3 meter antara aku dengan cewek itu, semakin aku percepat kocokan tanganku di kontolku. Kopyor-kopyor telor kontolku ikut naik turun seiring dengan gerakan kontolku yang aku kocok. Suara telor kontolku yang memukul tangan dan pahaku karena aku ikat dan kopyor-kopyor naik turun mengikuti gerakan kontolku tak aku perdulikan begitu jelas terdengar. Sampai akhirnya muncratan maniku tak dapat aku bendung dan dengan cepat aku tahan dan aku tampung dengan tangan kiriku masih dalam posisi cewek itu berdiri menunduk sambil bercanda dengan anak yang dia bawa. 
Penuh kenikmatan aku dalam keadaan bugil berkelonjotan nembak mani di samping cewek itu. Lonte..., dasar pepek pantat lonte memang cewek itu, begitu banyak muncratan maniku hingga maniku yang aku tampung dengan tangan kiriku tumpah ke pahaku saat aku masih berkelonjotan di samping cewek itu. 
Ah..., nikmatnya...