Hari minggu pagi ini aku berada di sekitaran L D. Aku mengambil barang pesananku dari temanku. Mau santai di rumah temanku makanya aku hanya memakai celana pendek serta t-shirt biasa, tapi rupanya dia ada kegiatan lain. Akhirnya aku permisi pulang dan di jalan aku teringat kalau rumah pamanku yang sudah RIP ada di daerah sini juga.
Kemudian aku mengarahkan motorku ke rumah pamanku itu. Dan sampai di rumah pamanku, aku dapati bibi dan sepupuku sepertinya sudah bersiap-siap hendak keluar rumah. Ya sudah lah, begitu aku disuruh masuk dan duduk, tak berapa lama kemudian aku pamit pulang dengan alasan karena mereka hendak pergi dan aku sedikit pusing.
Tanpa disangka, bibiku menawarkan kepadaku untuk istirahat dulu di rumah mereka sambil mengatakan kalau di rumah ada Weni dan kalau aku sudah pulih serta ingin pulang, aku di suruh meletakkan kunci di suatu tempat sambil bibiku menunjukkan tempat tersebut.
Aku kemudian bertanya kenapa Weni dikunci di dalam rumah dan bibiku menjawab kalau Weni masih seperti yang dulu, belum pulih gangguan psikologisnya. Bibikupun menambahi kalau nanti Weni keluar dari kamarnya, apakah dia mau menonton TV atau lainnya tanpa menyapa aku, agar aku memakluminya.
"sudah beberapa tahun ini Weni gak mau ngomong, tapi kalau ada lagu yang dia suka, mau dia kadang ikutan menyanyi", kata bibiku.
Dan entah kenapa akhirnya aku ada ide yang membuat aku mengatakan untuk ijin istirahat di rumah mereka.
Ah..., banyak sekali anak-anak perempuan yang lewat dan bermain di jalan depan rumah pamanku ini. Dan setelah bibiku pergi, sengaja aku duduk di kursi tamu yang mengarah ke jalan. Perlahan dan dengan sangat santai aku keluarkan kontolku. Sambil membuat ereksi kontolku, aku memandang anak-anak perempuan itu bermain di jalan.
Santai aku duduk ngocok, mempermainkan kontolku dan mengarahkan kontolku ke arah anak-anak perempuan itu.
Malahan, ada 3 anak perempuan yang usianya sekitar 3 tahunan, tiba-tiba berhenti bermain dan langsung ketiganya mengarahkan pandangannya ke aku yang sedang mengocokkan kontolku kearah mereka.
Ah..., sepertinya mereka sangat tertarik melihat tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Begitu nampak antusias pandangan mereka sampai akhirnya mereka bertiga perlahan mendekati pintu yang sengaja aku buka lebar.
Walau sedikit berdebar, tapi tetap aku lanjutkan kocokan tanganku di kontolku, sementara ketiga anak perempuan usia 3 tahunan itu sudah benar-benar berdiri di depan pintu dengan pandangan yang mengarah ke kontolku yang sedang aku kocok. Penuh rasa keingintahuan aku lihat pandangan ketiga anak perempuan itu memandang tanganku yang sedang turun naik memegang kontolku.
Tapi tak berapa lama kemudian, aku dengar suara pintu kamar dibuka dan dengan segera aku masukkan kontolku ke dalam celana pendek yang aku pakai.
Seperti merasa tidak ada orang, Weni berjalan melewati aku yang masih dalam kondisi duduk dan dia langsung menutup pintu depan juga tanpa mengatakan apa-apa pada 3 anak perempuan yang saat itu masih berdiri di depan pintu.
Aku langsung memaklumi kondisi Weni yang seperti itu. Benar kata bibiku, kalau Weni tidak ada kemajuan pada gangguan psikologisnya, dan itu juga pernah aku lihat beberapa tahun yang lalu.
Tapi aku tetap menyapanya saat dia melewati aku lagi.
"Weni..., ingat abang nggak... ", kataku pada Weni dan tidak ada ekspresi apapun yang nampak dari wajahnya.
Lalu aku lihat Weni menghidupkan TV dan kemudian dia duduk di kursi ruang TV. Kalau dilihat sepintas, sepertinya Weni tak nampak ada gangguan psikologisnya, karena dia bisa menghidupkan TV dan mencari serta memindahkan chanel program TV. Aku bangkit dari kursi dan mendekati Weni di ruang TV.
Sengaja aku tarik dan menempatkan kursi ruang TV sedikit di depan Weni. Aku duduk dan memandang ke Weni yang sekarang lebih putih kulitnya dari waktu beberapa tahun yang lalu. Tampak cuek Weni tetap mengarahkan pandangannya ke TV.
Sebenarnya wajah Weni dapat aku katakan cantik. Dulu aku juga sangat akrab dengannya. Sampai beberapa tahun yang lalu, tiba-tiba terjadi gangguan psikologis pada Weni dan dia terlalu banyak diam serta tidak mau keluar dari rumahnya.
Jujur saja, dulu sempat juga Weni aku jadikan imaginasi ngocokku. Sebatas imaginasi saja, bukan langsung ngocok di depan ataupun di belakangnya.
Dan sekarang..., tiba-tiba kenekatan aku terpicu dengan kondisi rumah yang hanya tinggal aku dan Weni yang tampak cuek dengan kehadiranku.
"kok sombong ya Weni sama abang...?", kataku pada Weni.
Kali ini tampak Weni melirik ke aku yang duduk sedikit di depannya, tapi tetap tanpa ada satu ekspresi apapun.
Kembali nampak asik Weni mengarahkan pandangannya ke TV tanpa menghiraukan kehadiranku. Ah..., jadi muncul tiba-tiba niatku untuk menjadikan Weni target ngocokku. Dan setelah beberapa kali aku mencoba untuk mengalihkan perhatiannya, tapi tetap juga Weni sepertinya tidak terpengaruh, akhirnya aku bisa memastikan kalau saat inilah kesempatan yang langka itu bisa aku lakukan.
Posisiku saat itu aku duduk di samping depan menghadap Weni. Dan secara perlahan, sambil aku tetap memperhatikan ekspresi wajah Weni, aku mengeluarkan kontolku dari celanaku.
Sambil duduk di depan Weni aku biarkan kontolku berada di luar celanaku. Karena juga tidak ada ekspresi dari Weni, akhirnya aku mulai mempermainkan kontolku yang saat itu belum terlalu ereksi di depan Weni sambil aku lihat jam menunjukkan pukul 10:17.
Perlahan tapi pasti akhirnya kontolku ereksi sempurna dan di depan Weni perlahan aku mulai mengocokkan kontolku. Jarak duduk sambil ngocok antara aku dengan Weni saat itu kurang dari 50 cm.
Aku lihat pandangan mata Weni tetap tertuju pada siaran TV dan sangat mengabaikan aku yang sedang ngocok di depannya. Sambil ngocok aku mengatakan pada Weni tentang ambisiku beberapa tahun silam pada dirinya. Aku katakan padanya kalau dulu saat aku ngocok aku sering berimaginasi pada kecantikan dan tubuhnya. Ah..., entah apa-apa saja yang aku katakan pada Weni sambil tanganku tak henti-hentinya mengocoki kontolku.
Akhirnya aku hentikan kocokan tanganku di kontolku lalu aku bangkit dari kursi sambil aku ambil HP dari saku celanaku dan menghidupkan perekam video lalu aku tempatkan di dispenser mengarah ke posisi dimana Weni dan TV dapat terlihat jelas. Kemudian aku berjalan hingga di depan TV. Sengaja aku berdiri di depan TV dan kembali aku ngocok menghadap ke Weni.
Kali ini pandangan mata Weni yang tertuju ke TV secara terpaksa mengarah ke aku yang sedang ngocok karena layar TVnya tertutup oleh aku.
Entah kenapa, Weni sepertinya tidak terganggu dengan ulahku yang berdiri menutupi layar TV dan ngocok di depannya. Sengaja aku pertontonkan bagaimana aku mengocoki kontolku di depan Weni. Sengaja aku matikan TV, lalu aku permainkan kontolku di depannya. Dari perlahan cara aku mengocoki kontolku hingga sangat cepat tanganku ini mengocoki kontolku sengaja aku pertontonkan di depan Weni.
Akhirnya kenekatan aku semakin bertambah setelah tidak ada reaksi dari Weni ditambah lagi aktifitas ngocokku di depan Weni ini sengaja aku rekam dengan video HPku membuat ide nakalku semakin menjadi.
"sorry ya Weni, abang ngocok di depanmu. Sudah lama abang kepingin ngocok di depan Weni. Kalau abang ngentoti Weni gak mungkin lah, Weni sepupu sedarah abang... ", kataku pada Weni sementara tanganku tak henti-hentinya mengocoki kontolku. Dan masih banyak lagi perkataan-perkataanku pada Weni yang sengaja aku ucapkan sambil ngocok di depannya dan ini semakin menambah kenikmatan sensasi ngocokku di depan Weni. Apalagi saat itu aku rekam dengan video HPku. Ah..., menambah sensasi dan kenikmatan ngocokku.
Kesempatan ini akan sangat langka, apalagi ini aku rekam dengan video HPku dan tak akan aku sia-siakan. Reaksi Weni yang kali ini sudah benar-benar mengarahkan pandangannya ke aku juga semakin menantang bagiku. Terbukti dengan pandangan matanya mengikuti gerakan tubuhku, tapi masih tanpa ekspresi.
Akhirnya aku hentikan kembali kocokan tanganku di kontolku. Secara santai dan perlahan aku membuka baju dan celanaku di depan Weni.
"gak papa ya Weni abang bugil ngocok di depan Weni..., tuh abang rekam kalau abang sedang ngocok di depan Weni dan sekarang abang mau bugil ngocok di depan Weni..., nanti kalau mau kita nonton lagi video abang ngocok di depan Weni...", kataku pada Weni sambil aku tunjukkan HPku yang berada di atas dispenser yang mengarah ke kami.
Hal yang luar biasa adalah sepertinya Weni mengerti ucapanku. Karena saat aku tunjukkan posisi HPku, pandangan matanya juga ke arah dispenser. Sempat berdebar kencang juga jantungku. Tapi karena sudah sedari tadi aku ngocok di depannya dan sudah tanggung, akhirnya lanjut lah....
Jujur saja, agak sedikit bergetar tanganku ini saat aku mulai melorotkan sempakku di depan Weni. Sudah basah ya mandi sekalian lah... Toh Weni bereaksi setelah aku buka baju dan celana pendekku di depannya sambil menunjukkan posisi HPku. Toh saat itu aku sudah setengah bugil karena tinggal sempakku saja yang belum aku buka. Dan ini sudah terlalu jauh untuk menghentikannya. Kalau aku boleh mengatakan kalaulah selama ini Weni pura-pura mempunyai gangguan psikologis, tapi aku sudah terlanjur ngocok dan mengekspresikan birahiku di depan Weni mau bilang apa lagi. Atau tiba-tiba gangguan psikologisnya sembuh ya mau apa lagi, toh sekarang tinggal sempak doang aku berdiri di depannya.
Akhirnya aku benar-benar bugil di depan Weni. Jujur saja kontolku memang sedikit hilang ereksinya karena tadi aku sempat terkejut dengan reaksi Weni yang walau tanpa ekspresi, pandangannya mengikuti arah tanganku yang menunjukkan posisi HPku yang sedang merekam aktifitas ngocokku.
Tapi masa bodo saja. Dengan perlahan aku mulai mengekspresikan birahiku di depan Weni. Santai aku kembali membuat ereksi kontolku.
Bugil berdiri di depan Weni dan setelah kontolku kembali ereksi sempurna secara perlahan aku mulai mengocoki kontolku. Kuperlihatkan kepada Weni bagaimana secara perlahan aku mulai mengocoki kontolku hingga kecepatan biasa tanganku ini mengocoki kontolku.
Sengaja aku ekspresikan secara penuh birahiku ini di depan Weni. Kubiarkan tatapan tanpa ekpresi Weni mengarah ke kontolku yang aku kocok. Pinggulkupun terkadang ikut maju mundur seirama dengan hentakan tanganku yang kadang dengan cepat mengocoki kontolku seiring kenikmatan yang aku rasakan saat aku bugil ngocok di depan Weni.
Sudah tidak aku perdulikan lagi apakah saat itu Weni dalam kondisi sehat dari gangguan psikologisnya atau tidak. Dan akupun semakin mendekatkan tubuhku ke Weni hingga aku berdiri bugil ngocok sekitar 50 cm di depan Weni yang sedang duduk di kursi.
Aku juga tidak memperdulikan reaksi Weni saat aku semakin mendekatkan tubuhku ke Weni hingga benar-benar kontolku yang aku kocok ini tepat di depan wajahnya.
Iya, saat itu tangan Weni terlihat seperti bergerak hendak menahan tubuhku yang semakin rapat dengan wajahnya. Nampak jelas dari gerakan mata Weni memandang kontolku yang aku kocok ini di depan wajahnya sementara kedua tangan Weni memegang pahaku dan Weni sedikit memundurkan kepalanya menjauhkan sedikit dari kontolku dengan pandangannya tetap mengarah ke kontolku yang aku kocok.
Aku juga terus semakin mendekatkan kontolku ke wajah Weni hingga akhirnya kepala kontolku menyentuh dahi Weni. Sambil ngocok aku gesekkan kepala kontolku ke dahi Weni, lalu kemudian ke hidung, pipi serta bibir Weni.
Aku tahu dari tangannya yang memegang pahaku dapat aku rasakan Weni sepertinya secara perlahan mencoba mendorong atau menjauhkan tubuhku dari wajahnya.
Tapi ada reaksi seperti orang kegelian saat kontolku ini menggesek wajahnya. Dan ini semakin membuat aku nekat. Dan secara perlahan aku memegang dagu Weni dan sengaja aku posisikan wajah Weni untuk menengadah lebih ke atas saat seluruh wajahnya telah aku gesek dengan kepala kontolku.
Kuhentikan kocokan di kontolku dan saat itu wajah Weni dengan tangan kiriku yang memegang dagunya dan menjaga agar tetap dalam posisi lebih menatap ke atas, lalu aku kembali menggesekkan kontolku di wajahnya.
Nekat saja aku arahkan kepala kontolku ke bibirnya dan aku tekan kepala kontolku untuk masuk ke mulut Weni.
Tapi sayangnya terhalang gigi Weni. Dan akhirnya aku permainkan kepala kontolku di bibir Weni.
Tanpa ekspresi Weni saat menerima perlakuanku dan hanya dorongan-dorongan halus tangannya yang dapat aku rasakan di pahaku.
Entah apa-apa saja ucapanku yang aku katakan pada Weni seiring hentakan tanganku yang mengocoki kontolku dan saat aku gesek-gesekkan kontolku ini di wajahnya.
Lalu aku memundurkan tubuhku dan menjauhkan kontolku dari wajah Weni. Saat itu wajah dan pandangan mata Weni sepertinya selalu mengarah ke aku.
Kemudian aku ambil HPku yang aku letak di dispenser dan masih dalam posisi merekam tanpa aku pause kan kembali aku dekati Weni. Secara close up aku videokan bagaimana tangan kananku mengocoki kontolku di depan wajah Weni dan terkadang aku gesekkan kepala kontolku ini ke wajahnya. Dan Weni seperti tadi masih tanpa ekspresi tapi pandangannya sudah nampak jelas memandang ke kontolku yang aku kocok.
Karena sepertinya kurang nyaman karena tangan kiriku memegang HP dan sambil merekam, akhirnya aku geser kursi yang aku pakai tadi saat pertama sekali aku ngocok di depan Weni untuk aku jadikan support HPku.
Tak aku perdulikan tatapan mata Weni yang tampak memperhatikan gerak-gerikku. Setelah HP sudah tepat posisinya, kembali aku dekati Weni. Ngocok dalam keadaan bugil sekitar 1 meter di depan Weni, dan kemudian aku lebih mendekatkan tubuhku hingga benar-benar berada hanya beberapa cm di wajah Weni serta terkadang menggesekkan kepala kontolku di wajah Weni semua terekam jelas di kamera video HPku.
Semua itu tanpa ada ekspresi apapun dari Weni. Dan aku semakin cepat mengocoki kontolku.
Semakin aku ekspresikan gerakan-gerakan penuh kenikmatan saat semakin cepatnya tanganku ini mengocoki kontolku. Penuh gerakan kenikmatan yang aku pertontonkan langsung di depan Weni.
Hingga akhirnya jam 10:57 aku sudah tidak dapat menahan dorongan maniku yang sedari tadi aku tahan untuk tidak keluar.
Begitu terasa maniku mau muncrat dari kontolku, secara cepat aku memundurkan tubuhku serta kontolku menjauh dari wajah Weni.
Aku tahu, walau tanpa ekspresi, tapi dengan mata kepalanya sendiri Weni menyaksikan bagaimana maniku muncrat keluar dari kontolku dan dengan disaksikan Weni yang pandangan matanya selalu mengarah ke aku, aku begitu berkelonjotan penuh kenikmatan saat maniku muncrat dan sebagian muncratan maniku itu mengenai wajah Weni.
Ah..., berkelonjotan penuh kenikmatan dalam posisi bugil di depan Weni setelah maniku muncrat yang sebagian mengenai wajah Weni dan sebagian lagi berceceran di lantai ruang TV.
Lalu aku lap maniku yang berceceran di lantai dengan sempakku. Setelah maniku di lantai sudah bersih, lalu masih dengan sempakku itu aku lap maniku yang mengenai wajah Weni.
"makasih ya Weni..., nikmatnya Weni...", bisikku di telinga Weni saat aku lap muncratan maniku di wajahnya.
Begitu selesai aku bersihkan maniku di wajahnya, tiba-tiba Weni bangkit dari kursinya dan terus saja berjalan masuk ke kamarnya tanpa ada ekspresi apa-apa.
Jujur saja aku sedikit terkejut dengan gerakannya yang tiba-tiba bangkit dari kursi serta langsung masuk ke kamarnya, tapi aku biarkan saja. Lalu setelah aku matikan rekaman video HPku, kemudian aku kenakan kembali pakaianku.
Perlahan aku dekati kamar Weni, dan aku buka pintu kamarnya. Ternyata pintu kamarnya tidak terkunci dan aku dapati Weni di atas ranjangnya dalam posisi tertelungkup. Rupanya dia menangis.
Aku lihat dinding kamar Weni penuh dengan coretan yang tak jelas. Lalu aku mendekati Weni dan saat tanganku memegang bahu belakangnya untuk mengatakan sesuatu, aku dengar Weni masih dalam kondisi menangis sambil bersenandung yang tak begitu jelas aku dengar. Aku urungkan niatku untuk mengatakan betapa aku begitu berterima kasih padanya karena dengan leluasa aku bisa bugil ngocok di depannya sampai muncrat-muncrat mani.
Aku keluar dari kamarnya dan kemudian aku keluar rumah sambil aku kunci pintu rumah pamanku. Setelah kunci aku letak di tempat yang diberitahu bibiku, kemudian aku pulang penuh dengan kenikmatan yang tidak dapat aku gambarkan. Sepanjang jalan aku teringat betapa beruntungnya hari ini aku bisa bugil ngocok sambil berinteraksi dengan target ngocokku yang tak lain adalah adik sepupuku yang kami berbeda usia sekitar 5 tahun.
Sore harinya aku telpon bibiku sambil aku ingin memastikan apakah aksiku itu Weni ceritakan atau tidak. Malahan bibiku menanyakan padaku kapan aku bisa ke rumahnya lagi agar bisa ketemu Weni dan bibiku bilang kalau dia yakin aku belum ketemu Weni karena TV belum hidup, biasanya kalau Weni keluar kamar pasti dia menghidupkan TV dan meningglkan TV hidup begitu saja walaupun dia sudah masuk ke kamar lagi. Dan kalau TV belum hidup berarti Weni belum ada keluar kamarnya kecuali bibiku yang memanggilnya dan itupun pasti Weni menghidupkan TV.
Hehehehe....., sudahpun aku jumpa sama si Weni...., sambil bugil ngocok mengekspresikan birahi dan sampai muncrat-muncrat mani aku di depan Weni...