Jumat, 05 Oktober 2018

Muncrat Mani Kontolku Dikocok "Ica" -*-

Tadi malam tanggal 04-10-2018 sedikit bergemuruh jantungku saat temanku bersama keponakannya, Ica, datang ke rumahku. Aku jadi teringat saat aku ngocok di depan Ica dan mamanya yaitu Eli beberapa waktu yang lalu. Ada gelitik yang begitu membangkitkan birahiku saat aku memandang Ica. Ah..., kontolku mulai terasa menggeliat dan membuat aku jadi serba salah sendiri. Dan sejujurnya aku tidak begitu berharap juga mereka berlama-lama di rumahku. Oleh karena itu, aku katakan pada temanku untuk ke kosnya saja, santai di sana. 
Lalu kami ke kos temanku dan Ica juga ikut. Berhubung kos temanku itu tidak ada kursi, jadi kami duduk di lantai.  Ah..., dasar pepek..., bertambah denyut kontolku saat aku duduk di samping Ica. Teringat wajah lugunya saat menjadi penonton budiman sewaktu aku ngocok di belakang Eli, mamanya. 
Aku juga berpikir keras bagaimana agar temanku itu bisa sesaat saja keluar dari kosnya dan meninggalkan aku dan Ica berdua. Ingin sekali aku saat itu mengulang kembali ngocok di depan Ica. Selama aku duduk di samping Ica, tak aku perdulikan temanku, karena aku sibuk mencandai Ica sambil aku pegang-pegang tangannya. Ica sepertinya sudah tidak begitu kaku padaku walau masih sering menundukkan kepalanya. 
Akhirnya aku punya ide untuk menyuruh temanku membeli minuman ringan sambil aku serahkan kunci motorku pada temanku itu. Dan ternyata temanku mau. Saat itu temanku ingin mengajak Ica, tapi Ica sendiri yang gak mau ikut. Aku tahu, minuman ringan yang aku minta belikan itu agak jarang dijual di warung. Dan hanya ada satu warung di daerah itu yang menjualnya. Dapat aku prediksikan bahwa temanku itu setidaknya butuh waktu 10 menit untuk ke warung dan kembali ke kosnya lagi. Begitu temanku beranjak keluar dari kamar kos, langsung saja di depan Ica yang saat itu duduk berhadap-hadapan denganku, aku mulai membuat ereksi kontolku. Di depan Ica aku mulai meraba-raba kontolku dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku sesekali memegang dan mengelus tangan Ica. 
Dapat aku lihat dengan nyata, Ica langsung menundukkan kepalanya saat tahu aku mulai meraba-raba kontolku di depannya. Tapi aku cuek saja. Dengan perlahan dapat aku rasakan Ica mulai menarik tangannya dari genggaman tanganku. Dan sengaja aku biarkan tangan Ica lepas dari genggamanku, karena aku juga mulai memposisikan tubuhku untuk ngocok di depan Ica. 
Pintu kamar kos yang terbuka lebar menjadi kendala bagiku. Tak mungkin aku tutup pintunya. Sengaja aku melihat keluar pintu kamar kos untuk melihat situasi yang ada. Dan karena aman, lalu aku kembali duduk di lantai dan kali ini lebih memposisikan tubuhku lebih dekat dan benar-benar berhadapan dengan Ica. Sengaja aku mengangkangkan pahaku, di depan Ica kembali aku mulai meraba-raba dan membuat ereksi kontolku yang masih berada di dalam celanaku. 
Saat itu Ica nampak menunduk, tapi tatapan matanya jelas terlihat memperhatikan tanganku yang sedang meraba-raba kontolku. Dengan perlahan aku bertumpu pada lututku, rencananya aku akan menarik bagian depan celanaku.
Tapi belum sempat aku menarik bagian depan celanaku dan mengeluarkan kontolku, tiba-tiba aku dengar suara Eli memanggil Ica. Dan hanya beberapa detik kemudian Eli sudah berada di depan pintu kamar kos. Sempat terkejut juga Eli melihat keberadaanku. Tanpa ditanya aku menjelaskan pada Eli, kalau abangnya sedang keluar membeli minuman ringan dengan mengendarai motorku.
"Ica dah akrab ya sama si om...", kata Eli setelah mendengar penjelasanku dan melihat Ica berada di dekatku. 
Aku melihat Ica hanya tersenyum malu. 
"Iya nih Eli, gak mau dia tadi diajak dan maunya sama abang", kataku sambil mencolek pipi Ica. 
Kemudian aku dengar suara motorku memasuki pekarangan kos dan berhenti di depan pintu kamar kos. Sambil membawa minuman ringan pesananku dan menyerahkan minuman itu padaku, temanku itu bertanya pada Eli ada hal apa Eli datang ke kamar kosnya. 
Rupanya Eli ingin mengajak abangnya itu, yaitu temanku, untuk ke rumah pamannya yang tiba-tiba sakit. Agak menggerutu di dalam hati saat aku mendengar hal itu. Gagal sudah rencanaku ingin ngocok di depan Ica. Lagian dahpun pulang temanku itu ke kosnya. 
Akhirnya sambil membuka minuman ringanku, aku pamit pulang. 
"lho kok pulang bang", kata Eli padaku yang kemudian aku jawab karena mereka mau pergi. 
"eh, lu kan katanya mau santai, lagipun ini masih jam delapan kurang. Biasanya lu di sini sampai jam sepuluhan. Udah lu di sini aja...", kata temanku. 
"aku pinjam motor lu. Jerit motorku kalau bawa Eli", sambung temanku sambil berusaha menahan aku agar jangan pulang dulu. 
"iya, tiduran di sini aja dulu bang, atau Ica mau menemani om di sini....?", kata Eli. 
"paling mama satu atau dua jam di sana...", kata Eli sambil melirik ke Ica. 
Waw...., begitu bersoraknya hatiku saat mengetahui secara malu-malu Ica menganggukkan kepalanya.
"ya sudahlah kalau begitu, paling juga Ica aku kasih main games aja atau nonton film, tapi jangan terlalu lama kalian ya.., ntar si Ica ngantuk gmana..."
"iya bang, gak lama. Lagian kalau Ica ngantuk ya biarkan saja dia tidur, pintu tutup aja bang biar gak kemana-mana Ica nya".
Sekitar jam 20:00 akhirnya temanku dan Eli pergi meninggalkan aku dan Ica berdua di kamar kos temanku itu. Dan sesuai permintaan Eli, aku tutup pintu kamar, dan kemudian aku masuk ke kamar mandi untuk membuka sempakku dan aku kantongi sempakku itu di saku celana pendekku. Sengaja aku melorotkan bagian depan celana pendekku dan dengan santai aku berjalan keluar dari kamar mandi dengan kontolku sudah berada di luar celanaku, sambil terus mendekati Ica yang sedang duduk memainkan kotak rokokku. 
Jam menunjukkan pukul 20:03. Aku lihat Ica dengan pandangan lugunya memperhatikan kontolku yang sudah sangat ereksi itu berada di luar celanaku dan santai saja aku secara perlahan mengocoki kontolku saat aku sudah berada di depannya. Sangat dekat posisiku dengan Ica. 
Sambil ngocok di depan Ica, aku yang tadinya berdiri kemudian bertumpu pada lututku. Sengaja aku permainkan kontolku di depan Ica yang saat itu wajahnya hanya berjarak sekitar 15 cm dari kontolku. 
Sambil ngocok, aku ajak Ica ngobrol sambil sesekali aku ajak bercanda. Dan selama itu, walaupun Ica ikutan tertawa dengan candaanku, tapi pandangan matanya tetap mengarah ke kontolku. Dengan penuh rasa ingin tahu Ica memperhatikan dengan seksama bagaimana tanganku ini mengocoki kontolku. Akupun terkadang sengaja mengocoki kontolku dengan perlahan, hingga kocokan yang cepat di kontolku agar Ica bisa dengan jelas melihat gerakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. 
Sesekali, sambil mempermainkan kontolku yang aku kocok ini, aku gesekkan kepala kontolku ke dahi Ica. Sengaja aku buat Ica tertawa geli saat kontolku ini menggesek lehernya. 
Hal itu yang membuat aku semakin nyaman dan berani untuk melesakkan kontolku ke dalam mulut Ica yang saat itu sedang tertawa. Tapi mungkin karena masih kegelian, Ica merapatkan mulutnya dan kontolku tertahan oleh gigi Ica dan tak masuk ke dalam mulutnya. Di bibir Ica aku permainkan kontolku sambil tanganku tak henti-hentinya mengocoki kontolku.
Terus terang saja, aku jadi semakin nekat, aku hentikan acara ngocokku, lalu aku merebahkan tubuhku dan kepalaku bersandar di dinding. Aku melorotkan celanaku sampai sebatas lututku. 
"sini Ica, om ada film kartun nih...", kataku pada Ica yang saat itu memperhatikan aku yang sedang melorotkan celanaku. 
Malu-malu Ica secara perlahan mendekatiku dan setelah itu Ica aku suruh duduk di perutku, membelakangi aku. Dengan begitu posisi Ica benar-benar berhadapan dengan kontolku. Dengan tangan kiriku aku memegang HPku yang sudah aku putar film kartun dan sengaja aku posisikan di belakang kontolku. Jadi kontolku berada di depan HP yang otomatis saat Ica melihat film sekalian melihat kontolku. 
Begitu denyut kontolku saat posisi Ica yang duduk di atas perutku seperti itu. Aku lihat Ica begitu asik dan tertawa melihat film kartun itu. 
Dasar pepek lonte..., secara tiba-tiba tangan kanan Ica memegang kontolku. Lonte..., pepek lonte..., tangan Ica memegang kontolku yang begitu ereksi ini dan berusaha menekuknya ke kiri. Mungkin maksudnya agar kontolku ini tidak menghalangi pandangannya saat melihat film di HPku. 
Yang penting saat itu, suasana sengaja aku buat tidak kaku dengan selalu mengajaknya ngobrol dan bercanda, walau saat itu Ica sedang melihat film di HPku. 
Tangan Ica masih memegang kontolku dan menekan, membelokkan kontolku ke kiri. Dasar pepek lonte..., nikmatnya..., denyut sekali rasanya... 
Perlahan dan dengan lembut tangan kananku mulai meraba pepek Ica. Agak menggeliat juga Ica saat tanganku sudah meraba-raba pepeknya walau dari luar sempaknya. Dan karena tidak ada reaksi apa-apa dari Ica selain merasa geli, akhirnya dengan perlahan tanganku mulai masuk ke dalam sempak Ica. 
Wuih..., lembutnya pepek Ica..., begitu terasa saat tanganku ini benar-benar meraba dan menyentuh pepek Ica secara langsung. 
Langsung tertawa kegelian dan menggeliat sambil melepaskan tangannya dari kontolku saat jari tengahku menekan dan memutar itil Ica. Kedua tangan Ica berusaha untuk memegang tanganku yang sedang menggesek-gesekkan itilnya. Aku juga ikut tertawa agar suasana tetap seperti bercanda. 
Akhirnya aku mengeluarkan tanganku dari dalam sempak Ica dan kemudian aku suruh Ica untuk kembali menonton film sambil aku suruh Ica untuk berdiri dulu untuk merubah posisi.  
Kali ini Ica aku suruh duduk di pahaku dan menghadap ke aku. Sama seperti tadi, HPku aku posisikan di belakang kontolku. Dan dengan jelas aku bisa memperhatikan wajah Ica yang begitu lugu menonton film maupun memperhatikan kontolku yang sangat ereksi dan sedikit ngences ini. 
Sengaja aku buat kontolku menghalangi pandangan Ica ke layar HPku. Ah..., nikmatnya saat tangan kanan Ica kembali memegang kontolku dan berusaha menekuknya ke kanan. Begitu kuat cengkraman tangan Ica, anak perempuan usia 2 tahunan itu, memegang kontolku dan berusaha menekuknya karena terhalang pandangannya melihat film di HPku. Nikmatnya..., dan penuh denyut terasa memberontak kontolku ini dicengkram tangan Ica seperti itu. 
Akhirnya aku jauhkan kembali HPku dari kontolku, sementara tangan Ica masih memegang kontolku. Kali ini tidak begitu kuat cengkraman tangannya di kontolku. Bahkan kontolku sudah kembali pada posisi tegak ereksi karena sudah tidak Ica tekan dan tekuk lagi kontolku. 
Tangan Ica yang masih memegang kontolku itu akhirnya aku bimbing untuk mengocoki kontolku. 
"Ica, nanti lagi ya nonton filmnya", kataku sambil mematikan film dan merubahnya menjadi posisi merekam video. 
"Ica duduk disini aja dulu ya, nanti setelah ini om putar lagi filmnya ya...", kataku sambil memegang kembali tangan kanan Ica yang dia tarik dari pegangan tanganku yang tadi aku bimbing tangannya mengocoki kontolku karena filmnya aku hentikan. 
Ica hanya diam dan akhirnya menganggukkan sedikit kepalanya. Pandangannya sekarang tertuju pada kontolku. Begitu seksama aku pandangi wajah Ica untuk melihat reaksinya sambil sesekali aku lirik layar HPku yang sedang dalam posisi merekam video. 
Dengan lembut aku bimbing tangan kanan Ica dengan tangan kananku untuk memegang kembali kontolku. 
"pegang seperti tadi ya Ica cantik...", saat tangannya yang aku bimbing tadi sudah memegang kontolku. 
Ica nampak seperti grogi saat aku katakan cantik, dan sedikit tersenyum malu. Dan jam menunjukkan pukul 20:23 saat aku menyuruh Ica lebih kuat memegang kontolku.
"yang kuat ya pegangnya dan jangan dilepas ya Ica cantik...", kataku pada Ica sambil memegang pergelangan tangan Ica dan membuat gerakan naik turun. 
Otomatis karena pergelangan tangan Ica aku buat gerakan naik turun, tangan Ica yang sedang mencengkram kontolkupun menjadi ikut naik turun mengocoki kontolku. 
Aku gak tahu apa yang ada di dalam benak Ica, anak perempuan usia 2 tahunan itu, melihat, memegang dan mencengkram kontolku sambil membuat gerakan naik turun mengocoki kontolku selain wajah antara bingung dan antusias yang sebenarnya tidak dapat aku nilai antara perbedaan dari keduanya karena Ica kadang tersenyum malu sambil memperhatikan tangannya sendiri yang aku bimbing untuk mengocoki kontolku.
Terkadang Ica secara perlahan juga memperhatikan wajahku yang penuh kenikmatan karena dikocok tangannya. 
"Ica pegang sendiri dan buat seperti ini terus ya...", kataku pada Ica sambil aku lepaskan tanganku dari pergelangan tangan Ica. 
Dasar lonte..., pepek lonte..., walaupun sudah aku lepaskan pegangan tanganku di pergelangan tangan Ica, tapi secara perlahan Ica tetap meneruskan kocokan tangannya di kontolku seperti permintaan yang aku katakan pada Ica tadi. 
Lonte..., lonte..., nikmatnya... 
Walau perlahan tangan Ica mengocoki kontolku, tapi cengkraman tangan anak perempuan usia 2 tahunan itu begitu terasa. 
Tetap saja sambil merekam Ica yang secara perlahan mengocoki kontolku, aku ajak Ica ngobrol ini itu dan diselingi dengan canda. Walau terkadang aku harus membimbing tangannya kembali untuk mencengram dan mengocoki kontolku karena dia tertawa mendengar candaanku. 
Suasana tetap aku jaga agar seriang mungkin sambil terkadang aku mengingatkan Ica untuk kembali memegang dan mengocoki kontolku. 
"ish..., Ica..., buat lagi lah seperti tadi ya cantik...", begitu kataku pada Ica saat dia melepaskan tangannya dari kontolku. 
Dan Ica sepertinya selalu menuruti apa kataku. Jadi aku tidak perlu lagi membimbing tangannya untuk mengocoki kontolku. Apalagi akhirnya tangan kiri Ica ikutan memegang kontolku. 
"iya Ica, seperti tangan yang satu lagi ya cantik...", kataku saat tangan kiri Ica memegang kontolku dan tangan kanannya menghentikan kocokan di kontolku. 
Posisi Ica aku geser duduknya ke lututku. Dengan begitu posisi duduknya agak membungkuk sementara tangan kanan Ica memegang bagian atas batang kontolku dan tangan kiri Ica memegang bagian bawah batang kontolku. Kedua tangan Ica begitu terasa mencengkram batang kontolku. 
"iya Ica cantik..., buat seperti tadi ya...", kataku pada Ica. 
Sedikit tertunduk dan tersenyum malu Ica tanpa bimbingan tanganku mulai perlahan mengocoki kontolku. Ya pastinya aku yakin dalam benak Ica pasti bingung dengan apa yang dia lakukan. Manalah mungkin Ica, anak perempuan usia 2 tahunan tahu kalau saat itu sebenarnya dia sedang mengocoki kontolku. 
Terasa lembut dan perlahan kedua tangan Ica, tanpa bimbingan tanganku, mulai mengocoki kontolku. Nikmatnya... 
Begitu sangat aku nikmati bagaimana kedua tangan mungil Ica itu mengocoki kontolku. Merasakan kenikmatan sambil memandang ke wajah Ica yang nampak agak malu-malu karena tahu aku pandangi wajahnya. Ah..., luar biasa nikmatnya bergantian aku memandangi layar HPku yang sedang merekam Ica mengocoki kontolku, memandang langsung ke wajahnya dan juga tangannya yang mencengkram sambil mengocoki kontolku.
"begini Ica...", kataku pada Ica sambil menunjukkan bagaimana tangan kananku yang membuat gerakan kocokan yang  cepat.
"ini om...", kali ini Ica menjawab sambil sedikit tertawa membuat gerakan yang sedikit cepat saat mengocoki kontolku. 
Mungkin karena candaanku, akhirnya Ica sering bertanya dan menjawab dengan riang setiap arahan yang aku katakan padanya. 
"ini om...", begitulah perkataan Ica padaku.
"nggak..., seperti ini...", sambil aku bercanda, memperagakan dan mengarahkan Ica bagaimana mengocoki kontolku tanpa tanganku memegang tangannya. 
Ica nampak mulai tertarik dan menikmati permainan bagaimana mengocoki kontolku. Nampak riang dan kadang tertawa Ica saat mengocoki kontolku. 
Apalagi saat Ica dengan cepat mengocoki kontolku. Riang sekali dia tertawa sambil mengocoki kontolku, karena tak lepas aku terus saja membuat candaan untuk Ica agar dia merasa senang dan tertawa. 
"capek...", tiba-tiba Ica menghentikan kocokan kedua tangannya di kontolku. 
"ish..., Ica cantik..., lagi dong..., setelah ini kita lihat film lagi", kataku dan beberapa kata yang membuat Ica tersenyum malu. 
Mungkin karena terus saja aku puji, akhirnya dengan perlahan Ica kembali memegang kontolku dengan kedua tangannya. Tanpa harus aku bimbing, kedua tangan Ica kembali memegang kontolku dan perlahan mulai mengocoki kontolku. 
Ah..., nikmatnya...
Semua kejadian ini tak pernah luput dari rekaman kamera video HPku. Kuarahkan kamera video HPku ke wajah Ica dan kedua tangan Ica yang secara perlahan mengocoki kontolku. 
"lebih cepat Ica sayang...", kataku pada Ica yang membuat Ica tampak begitu senang karena aku panggil sayang. 
Begitu aku nikmati kocokan kedua tangan Ica di kontolku. Walau tidak terlalu cepat, dapat aku maklumi, karena hanya tangan Ica sendiri yang mengocoki kontolku tanpa bantuan dan bimbingan dari tanganku. 
Lalu aku singkapkan ke atas bajuku sambil aku katakan pada Ica untuk jangan berhenti mengocoki kontolku. 
"terus seperti itu ya Ica, jangan berhenti, yang lebih cepat lagi ya cantik...", kataku pada Ica dengan suara yang sedikit bergetar karena penuh kenikmatan karena semakin cepat kedua tangannya mengocoki kontolku. Ya secepat tangan anak-anak lah kalau bisa aku katakan. 
Ya kalau dibandingkan kecepatan biasa aku ngocok ya jauh sekali bedanya. Tapi berhubung karena yang mengocoki kontolku ini adalah anak perempuan usia 2 tahunan, dan tanpa bantuan bimbingan dari tanganku, terasa begitu nikmat. 
Ah..., lega dan penuh kenikmatan yang luar biasa saat muncratan maniku tak dapat aku tahan. 
Begitu kuat semburan maniku yang keluar hingga muncratan maniku itu sampai ke dada dan perutku. Beruntung tadi bajuku sudah aku singkapkan dan tidak mengenai HPku. Karena saat terasa sudah mulai memuncak kenikmatan yang aku rasakan, aku posisikan HP dan tangan kiriku sedikit ke samping sambil tetap merekam bagaimana Ica mengocoki kontolku sampai aku muncrat-muncrat mani dibuatnya. 
Ada ekspresi terkejut yang tampak dari wajah Ica saat melihat maniku keluar dari kontolku. Dan juga, begitu hebatnya aku berkelonjotan penuh kenikmatan hingga Ica yang duduk di lututku jadi ikut terguncang-guncang. Tapi saat tubuhnya berguncang-guncang, Ica tampak senang dan tertawa. Mungkin pikir Ica aku sedang bercanda. 
Walaupun Ica terguncang-guncang, dan melihat jelas muncratan maniku, tapi tangannya masih tetap mengocoki kontolku. 
"udah sayang..., lepas dulu tangannya ya...", kataku pada Ica sambil aku raih tangannya. 
Wuih..., nikmatnya... 
Begitu aku nikmati rasa denyut kontolku yang baru saja menyemburkan maniku di depan Ica. Luar biasa nikmatnya... 
Sementara itu Ica dengan seksama memperhatikan tingkahku yang sedang merasakan puncak kenikmatan birahi sambil memasukkan jari telunjuk tangan kanannya ke mulutnya. 
"Ica, tolong ambilkan minuman om itu ya...", kataku pada Ica. Dan Ica pun langsung bangkit mengambil minumanku. 
Lalu Ica berjongkok di sampingku. Pandangan matanya masih terus memperhatikan aku. Memperhatikan wajahku, memperhatikan maniku yang ada di dada dan perutku, hingga memperhatikan kontolku yang sudah mulai hilang ereksinya. Silih berganti Ica memperhatikannya. Kemudian aku letak HPku yang masih tetap dalam posisi merekam, lalu aku bersandar di dinding sambil membuka bajuku. Aku ambil botol minuman dan aku buka tutup botolnya. Tangan kiriku kembali meraih HPku untuk merekam kejadian yang pasti akan sulit untuk diulangi ini. 
Di depan Ica dan jelas diperhatikan Ica, melalui tutup botol minumanku, aku mengumpulkan maniku hingga tutup botol itu penuh dengan maniku. Dan sebenarnya masih ada beberapa sisa maniku di perutku yang mulai mengalir ke bagian bawah perutku. 
Kemudian aku sodorkan tutup botol yang sudah penuh dengan maniku itu ke Ica dan aku suruh Ica untuk meminumnya. 
Awalnya Ica menggelengkan kepalanya tanda tidak mau, tapi karena aku bujuk dan aku katakan rasanya enak, akhirnya secara perlahan Ica mulai mendekatkan mulutnya ke tutup botol yang penuh dengan maniku. 
Langsung saja aku tuangkan maniku yang ada di tutup botol itu saat Ica membuka mulutnya. Nampak lucu raut wajah Ica saat menelan maniku. Sampai habis maniku yang ada di tutup botol itu masuk dan diminum Ica. Lalu aku kembali mengumpulkan sisa maniku yang ada di perutku hingga bersih tak tersisa dan aku sodorkan kembali tutup botolku yang terisi maniku untuk Ica minum lagi. 
Ah..., Ica... Ica..., walau nampak seperti mau muntah, tapi Ica masih juga membuka mulutnya dan menghabiskan air maniku yang ada di tutup botol itu hingga tetes terakhir. 
Untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi sisa maniku di tutup botol, perlahan aku tuang minuman ringanku ke tutup botol sambil aku aduk-aduk dengan ujung jariku. Lalu aku kembali menyuruh Ica meminumnya.
"makasih ya Ica sayang...", kataku pada Ica setelah Ica menelan dan menghabiskan seluruh muncratan maniku. Lalu aku serahkan botol minuman ringanku ke Ica dan langsung saja Ica meneguk langsung minuman ringan di botol itu.  Dan saat itu jam menunjukkan pukul 21:01.
Lalu aku matikan rekaman video HPku dan sesuai dengan janjiku, kembali aku putar film kartun dan aku serahkan HPku untuk dipegang Ica. 
Ica tampak senang dan mulai asik dengan film kartunnya. 
Lalu aku bangkit dan tersadar kalau saat itu sebenarnya aku hampir bugil di depan Ica. Aku sudah tidak memakai bajuku, sedangkan celana pendekku melorot sampai lututku. 
Tanggung rasanya dalam kondisi seperti itu. Akhirnya tidak jadi aku mengenakan bajuku. Dan aku malah membuka celana pendekku hingga saat itu aku benar-benar bugil di depan Ica yang tampak masih asik pandangan matanya tertuju pada film di HPku. 
"Ica...", panggilku sambil membuat ereksi kembali kontolku. 
Ica yang aku panggil hanya sekilas melihat aku yang sudah benar-benar bugil di depannya dan kembali matanya tertuju pada film di HPku. 
Setelah kontolku kembali ereksi, aku kemudian ngocok lagi. Berdiri bugil ngocok di depan Ica.
Tampak memang sesekali Ica melihat dan melirik ke arah aku yang sedang bugil ngocok di depannya. 
"lihat om dong Ica", kataku pada Ica sambil aku dekati Ica.
"nanti lagi ya lihat filmnya...", sambil aku pause kan filmnya. 
Mau tak mau akhirnya Ica dengan wajah lugunya menyaksikan aku yang benar-benar bugil, berdiri ngocok di depannya.
"om...pilem pilem", kata Ica dengan wajah cemberut karena filmnya aku pause kan. 
Ah..., pepek lah..., daripada nanti nangis, akhirnya aku hentikan kocokan di kontolku dan kembali aku putar film kartunnya.
Jam menunjukkan pukul 21:07. Aku mengambil resiko untuk tetap dalam keadaan bugil dan karena Ica tampak asik dengan filmnya, dengan lembut aku baringkan tubuh Ica. 
"sambil tiduran aja lihat filmnya ya...", kataku sambil mendorong dengan lembut tubuh Ica sampai dia benar-benar dalam posisi berbaring. 
Nekat saja, pada saat Ica berbaring dan tetap asik melihat filmnya, aku singkap rok bajunya lalu melorotkan  sempaknya.
Tak ada reaksi yang berarti saat aku melorotkan sempaknya. Malah kaki Ica nampak bergerak seperti ingin melepaskan sempaknya. 
Ya sudah, karena nampak seperti itu, akhirnya sempak Ica benar-benar aku buka. Lalu aku posisikan paha Ica mengangkang. 
Wuih..., indahnya pepek Ica, anak perempuan usia 2 tahunan itu..., begitu montok bentuk pepeknya. 
Aku posisikan tubuhku tengkurap dan langsung saja aku jilat pepek Ica. 
Mungkin terasa geli makanya Ica sedikit memberontak dengan merapatkan kembali pahanya.
Sengaja aku hentikan aksiku sampai aku lihat Ica kembali asik dengan filmnya, lalu perlahan aku kembali mengangkangkan pahanya. 
Ah..., indahnya pepek Ica... 
Perlahan aku merekahkan pepek anak usia 2 tahunan itu dan kembali aku jilat rekahan pepek Ica. 
Ica kembali kegelian dan merapatkan pahanya. Dasar pepek lonte..., jadi hilang akal pula aku jadinya. Padahal gak begitu pesing bau pepek Ica dan pastinya gurih dan nikmat kalau aku benar-benar dapat bebas menjilatinya. 
Ah..., dasar lonte... 
Masih dalam keadaan bugil aku mendekati Ica. Dan Ica pun sepertinya tidak terlalu terpengaruh dengan kondisiku yang bugil di depannya. 
"Ica tidur di atas om sini sambil lihat film", kataku pada Ica. 
Ica menurut saja sambil matanya tetap ke layar HP,  lalu bangkit dan kemudian aku arahkan agar kepalanya berada di lututku. 
Pada posisi tidur mengangkang Ica berada di kakiku. 
Waduh..., pepeknya itu lho... 
Dekat sekali dengan kontolku...
Kembali aku atur posisi Ica sampai pepek Ica benar-benar menyentuh kepala kontolku. Awalnya Ica seperti tidak nyaman dengan posisi itu dan mencoba merapatkan kembali pahanya. Tapi karena asik, akhirnya perlahan dapat aku buat paha Ica mengangkang kembali dan kepala kontolku menyentuh pepek Ica, anak perempuan usia 2 tahunan itu. 
Aku buat Ica nyaman dan merasa terbiasa, kemudian secara perlahan, kembali aku rekahkan pepeknya dan aku ganjal dengan kepala kontolku. 
Dasar pepek lonte... 
Begitu hebatnya rasa denyut kontolku saat berada di tengah rekahan pepek Ica. 
Lonte..., pepek lonte... 
Akhirnya, aku memposisikan tubuh Ica agak menjauh sampai posisi beberapa centi jarak pepek Ica dari kontolku dan pahanya aku buat mengangkang kembali. 
Aku rebahkan tubuhku dan kepalaku bersandar di dinding. Kemudian aku ngocok sambil memandangi pepek Ica. Beberapa kali Ica mengangkat tubuhnya untuk melihat aku. 
Sengaja aku biarkan Ica tahu kalau saat itu aku sedang ngocok. Dan mungkin karena tidak nyaman, akhirnya Ica berusaha bangkit. 
Ya sudah lah, aku biarkan Ica bangkit dan berdiri. Aku juga berdiri dan langsung saja di depan Ica, dalam kondisi bugil aku lanjutkan acara ngocokku. 
Memang asik dan terasa nikmat saat melihat Ica dengan seksama memperhatikan aku yang bugil berdiri ngocok didepannya. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya memasukkan jari tangannya ke mulutnya. 
Begitu aku ekspresikan saat aku dalam kondisi bugil ngocok di depan Ica, sampai-sampai pinggulku ikut maju mundur penuh kenikmatan seiring dengan hentakan tanganku yang mengocoki kontolku. 
Cepat dan sangat cepat aku mengocokkan kontolku di depan Ica. Sampai akhirnya muncrat lagi maniku di depan Ica dan berceceran di lantai. 
Ah... nikmatnya...
Jam menunjukkan pukul 21:17 saat di depan mata Ica aku memuncratkan maniku hingga berceceran di lantai. 
Lalu aku raih celanaku dan aku keluarkan sempakku dari saku celana, kemudian aku lap ceceran maniku itu dengan sempakku. 
Kesemua itu tak luput dari perhatian Ica yang berdiri memperhatikan aku. Di depan Ica juga aku dengan santai memakai kembali pakaianku. Lalu aku kembali memakaikan sempak Ica dan mengajaknya menonton film kartun lagi. 
Sambil menonton sengaja Ica aku ajak bercanda dan bergembira agar perhatiannya tidak terlalu fokus pada kejadian tadi. 
Tampak tertawa dan bergembira hingga pada pukul 22:15 temanku bersama Eli pulang. Begitu aku mendengar suara motorku, langsung saja aku buka kunci dan pintu kamar, sementara Ica asik dengan film kartunnya. 
"sorry bro, kelamaan", kata temanku. 
"iya bang, jadi lama nih kami pulangnya, paman tadi di bawa ke rumah sakit, jadi kami ke sana juga. Eh Ica lagi main games ya..., dah akrab kan sama omnya...", kata Eli menyambung perkataan temanku. 
"never mind lah..", jawabku dengan debar jantung yang begitu bergemuruh. 
Aku gak tahu apa Ica akan lugu bercerita walau dengan tidak begitu jelas perkataannya pada mamanya tentang apa yang aku lakukan padanya. 
"pilem ma...", kata Ica sambil mendekati Eli dan menunjukkan film yang sedang dia tonton. 
"main apa aja tadi sayang sama si om...?"
Deg... jantungku seperti mau copot mendengar pertanyaan Eli pada Ica. 
"bobok..., pilem ma...", jawab Ica yang membuat aku merasa lega. 
"iya ni diajak tidur gak mau dia", kataku pada Eli. 
"jam segini Ica tidur bang...? Kiamat lah..", jawab Eli sambil bercanda. 
Dan aku serta temanku hanya tertawa. 
"gak papa kan bro, kelamaan kami pulangnya", kata temanku padaku. 
"its ok lah", jawabku singkat sambil menyalakan rokokku. 
"om... om... om..., lagi... pilem", kata Ica sambil mendekatiku. Mungkin karena film habis dia minta film yang lain. 
"tekor lah om itu Ca", kata temanku. 
"film dari mana bang", tanya Eli. 
"biasalah... youtube...", kataku
"waduh..., habis lah pulsa abang"
"gak papa Eli, masih banyak pulsanya kok"
Akhirnya sampai jam sebelas kurang juga aku baru pulang dari kos temanku. Dan yang membuat aku begitu tenang adalah karena Ica sepertinya tidak menyinggung tentang aku yang ngocok dan bugil di depannya, atau saat aku jilat pepeknya. Atau tentang memegang kontolku dan mengocokinya. Aman terkendali. 
Itulah yang membuat aku begitu nyaman ngocok di depan anak-anak perempuan, apalagi masih di bawah usia 4 tahunan. 
Sebelum pulang, aku antar Eli dan Ica ke rumahnya. Bahkan Ica minta di bonceng depan olehku. 
Ah..., Ica... Ica... 
Baru kali ini kontolku benar-benar dikocok sampai muncrat mani oleh tangan anak perempuan usia 2 tahunan tanpa aku pegangi tangannya untuk aku bimbing mengocokkan kontolku.