Tanggal 23-12-2018, In dan Fyra beserta adiknya datang dan menginap di rumahku. Memang beberapa hari sebelumnya aku sudah tahu mereka akan datang. Aku sudah mempersiapkan beberapa rencana yang akan aku buat untuk Fyra sebagai target ngocokku. Tapi aku jadi kecewa, karena ternyata In, Fyra dan adiknya tidur di ruang TV. Tidak seperti yang aku harapkan sebelumnya, yaitu In dan adiknya Fyra tidur di kamar bersama istriku, dan **** serta ***** akan aku suruh tidur di kamar depan, karena aku punya rencana untuk Fyra agar mau tidur di kamar belakang. Ah..., jadi gak semangat karena mereka bertiga tidur di ruang TV. Apalagi saat In dan istriku ngobrol, perlahan In mulai merebahkan diri dengan kepala ke arah dinding kamarku dan posisinya melintang di jalan menuju dapur rumahku. Sementara, Fyra dan adiknya posisi tidurnya kepala mereka berada di dekat jendela samping. Istilahnya posisi In dan anak-anaknya seperti beradu kaki.
Tak lama kemudian, kami semua mulai tidur. Istriku, ** dan ***** di kamarku, sedangkan **** dan aku tidur di kamar depan, tapi aku masih dalam keadaan bimbang. Dilain sisi, terus terang saja aku jadi sedikit malas untuk menjadikan Fyra target ngocokku karena adik Fyra dan In juga tidur berbarengan. Apalagi posisi tubuh In tidur menyamping dengan wajah menghadap ke pintu kamar depan. Tapi disisi lain, ini kesempatanku untuk menjadikan mereka bertiga sebagai target ngocokku. Apalagi tiba-tiba aku ingat saat-saat In yang dulu sering aku jadikan sasaran ngocokku yang membuat kontolku ereksi.
Dari dalam kamar, sekitar jam 22:50, perlahan aku mulai bangkit dari ranjang dan aku buka pintu secara perlahan sambil melihat kondisi dan situasi yang ada. Aku lihat In masih dalam posisi tidur menyamping dengan wajah menghadap ke pintu kamar depan dan Fyra serta adiknya tidur dalam posisi terlentang.
Kontolku yang sudah sedari tadi ereksi sepertinya sudah tidak dapat diajak kompromi yang membuat aku secara santai dan perlahan mulai berjalan mendekati In dan Fyra. Sambil berjalan aku mengeluarkan kontolku dan langsung saja aku kocok walau sebenarnya resiko saat itu sungguh sangat besar. Secara perlahan aku berjalan mendekati In sambil tanganku mengocoki kontolku dan aku menghentikan langkahku saat sekitar 50 cm jarakku dengan In yang saat itu tertidur dengan wajah yang tepat menghadap ke aku. Kalau saja In belum tertidur dan sedikit membuka matanya, tentu saja kontolku yang aku kocok ini pertama sekali yang In lihat.
Ada sekitar 1 menit ngocok di depan In, dan terpaksa aku sambil tetap mengocokkan kontolku berjalan melewati In yang nampak olehku seperti menggeliat dan ingin bangun. Lalu aku berdiri di balik kulkas sambil memperhatikan gerak-gerik In yang ternyata hanya menggeliat saja tanpa bangun dari tidurnya. Tapi nampak olehku tidak tenang tidur si In, ditambah lagi suara batuk Fyra yang mungkin terdengar sangat mengganggu. Dari balik kulkas kemudian aku menghentikan kocokan di kontolku dan memasukkan kontolku ke dalam celana sambil aku kembali berjalan melewati In untuk masuk ke kamar depan.
Ah...., tanggung rasanya. Begitu aku masuk ke kamar depan, langsung saja dari celah pintu kembali aku memperhatikan In. Kontolku sudah sangat memberontak ingin aku kocok membuat aku akhirnya kembali membuka pintu kamar dan langsung mengeluarkan kembali kontolku dari celana. Santai sambil berjalan aku mengocokkan kontolku sembari mendekati In. Kali ini aku menghentikan langkahku tepat di kaki In. Otomatis aku ngocok saat itu hanya menghadap In dan Fyra ada di belakangku.
Dasar lonte pepek..., terbatuk-batuk saja si Fyra dan kemudian aku sedikit menggeser posisiku. Tepat saat aku menggeserkan posisiku, In tiba-tiba bergerak dari posisi tidur menyamping ke posisi tidur terlentang.
Pepek... Pepek..., enak sekali kalau aku tindih si In dalam posisi terlentang begitu.
Saat itu tanganku tak henti-hentinya terus mengocoki kontolku. Memang pada saat In merubah posisinya menjadi terlentang, sedikit aku perlambat kocokan di kontolku sembari tangan kiriku bersiap-siap untuk menarik celanaku kalau saja In terbangun.
Karena aku lihat In sepertinya hanya merubah posisi tidurnya, lalu dengan santai kembali aku ngocok di samping In. Kali ini aku berada di samping kirinya dengan penuh tatapan birahi memandang tubuh In yang tidur terlentang tepat di depanku kurang dari 50 cm dan secara otomatis juga aku menghadap Fyra.
Tak aku perdulikan saat itu aku lihat mata Fyra sedikit terbuka karena aku terlalu menikmati hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku di samping In. Memandang In sembari mengingat betapa seringnya In dulu aku jadikan target ngocokku.
Entah sengaja atau tidak, Fyra batuk dengan suara cukup keras yang membuat In jadi tersentak bangun dari tidurnya. Saat itu aku mengambil resiko yang sangat besar dengan tetap melanjutkan kocokan kontolku sementara In aku lihat mulai nampak bergerak dan mulai bangkit dari tidurnya.
Pada saat In bangkit dari tidurnya itulah aku menghentikan kocokan tanganku di kontolku sambil aku membalikkan badanku lalu memasukkan kontolku ke dalam celana dan aku beradu pandangan dengan In karena aku memalingkan wajahku ke belakang saat In bangkit menghampiri Fyra . Tapi aku santai saja berjalan menuju kulkas, dan kemudian pura-pura minum. Selanjutnya aku berjalan menuju jendela samping.
Dari jendela nako samping ini dapat dengan jelas aku lihat In dan Fyra beserta adiknya, dan santai aku melorotkan celanaku hingga ke lantai. Dan aku tidak begitu perduli saat In dan Fyra masih dalam posisi terbangun seperti itu dengan melanjutkan acara ngocokku. Suara hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku tak aku hiraukan, sementara aku lihat In masih mengambil bantal dan menempatkan dirinya sejajar dengan Fyra dan adiknya. Masa bodo aja, malah semakin keras suara kocokan tanganku di kontolku.
Jendela nako samping ini ada dua, salah satunya terbuka lebar, awalnya aku ngocok di jendela yang tertutup. Walau tertutup, yang namanya jendela kaca nako yang lebar ya pastilah sangat jelas dapat aku lihat setiap gerak-gerik In.
Perlahan tapi pasti aku mulai menempatkan diriku di jendela nako yang terbuka. Sementara masih aku dengar suara In dan Fyra yang sedang berbicara dan aku mulai menempatkan kontolku yang aku kocok ini tepat di depan jendela yang terbuka. Penuh birahi begitu cepatnya kontolku ini aku kocok. Suara hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku jelas terdengar, sementara suara In dan Fyra tidak aku dengar lagi.
Aku ambil resiko dengan lebih memasukkan kontolku yang aku kocok ini ke dalam jendela sampai melewati jerjak jendela. Tepat di atas kepala Fyra dan In. Kalau saja In melirik ke atas sedikit saja, tentu saja kontolku yang aku kocok ini yang terlihat olehnya.
Akhirnya aku nembak mani pada jam 23:20. Dan maniku itu aku tampung dengan tangan kiriku. Dengan tangan kananku aku hanya menarik celanaku seadanya dan berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan maniku yang ada di tangan kiriku.
Ah..., makasih ya In dan Fyra...