Senin, 18 April 2016

Ngocok Di Belakang "Cindi"

Dulu aku paling suka sekali memperhatikan Cindi pergi ataupun pulang sekolah. Yang tak dapat aku lepaskan pandanganku terhadap Cindi adalah rok sekolah bagian belakang Cindi yang tampak lebih naik dibanding rok bagian depannya. Dan itu menandakan betapa besar dan montoknya pantat Cindi. Bentuk tubuhnya juga nampak padat, seimbang antara teteknya yang besar menonjol menantang dengan pantatnya yang montok itu.
Memang sih..., hitam manis warna kulitnya. Dan hanya itu saja yang membuat nilai kurang pada Cindi. Kalau saja dia putih..., mungkin sangat plus sekali nilainya.
Tapi walau bagaimanapun juga, pantatnya itu lho yang sampai sekarangpun selalu membuat kontolku memberontak ingin dikocok bila aku memandang tubuh Cindi.
Sering Cindi saat lewat pergi atau pulang sekolah kujadikan sasaran arah kontolku yang aku kocok di belakangnya. Dan terkadang, malah aku sengaja ngocok di depan pintu dapur walau saat itu Cindi masih jauh, sampai akhirnya dia tiba di depanku yang berdiri ngocok di depan pintu dapur, lalu aku nembak mani di sampingnya.
Tapi hal yang aku sukai saat aku ngocok dengan sasaran Cindi adalah sengaja aku tahan agar jangan sampai nembak mani terlebih dahulu sebelum Cindi melewati aku. Sampai aku puas mandangi pantatnya yang montok itu, baru kemudian aku nembak mani di belakangnya.
Sayangnya momen saat aku jadikan Cindi sebagai sasaran ngocokku tidak dapat aku tulis karena fileku rusak.
Tapi yang pasti, sering Cindi saat dia masih sekolah aku jadikan target dalam ngocokku. Ngocok di belakang Cindi, sambil mandangi montoknya pantat Cindi yang membuat muncratan maniku tak tertahankan. Dan aku juga yakin, Cindi sebenarnya tahu kalau aku sering ngocok di belakangnya. Hal itu dapat aku tandai, kalau Cindi berjalan berdua dengan temannya, pasti dia melihat ke pintu dapur. Dan bila berjalan sendiri, terkadang kulihat jalannya sedikit terburu untuk segera melewati aku yang sedang ngocok di depan pintu dapur. Sampai sekarangpun, Cindi masih terlihat kaku bila berjumpa denganku. Dan bila sangat terpaksa dia baru menyapaku.
Ah..., Cindi... Cindi...