Tanggal 01-07-2024, jam 17:11-17:20 aku ngocok di belakang Novi yang sedang memetik sayuran di halaman belakang rumah mertuaku. Saat itu aku sebenarnya sedang ngocok sambil memutar rekaman video ngocokku di depan Kia dan yang lainnya melalui casting dari HP ke TV. Kondisi rumah yang sepi karena semua sedang berlibur di A S, menjadikan aku begitu santai berbugil ria di dalam rumah. Sebenarnya aku juga mengambil cuti selama 4 hari yang sengaja aku rahasiakan, agar aku bisa santai mengekspresikan birahiku di rumah maupun di rumah mertuaku.
Sedari pagi hari aku sudah dalam keadaan bugil dengan pintu depan rumah yang sengaja aku buka lebar. Begitu santai aku beraktifitas di dalam rumah dalam keadaan bugil. Dan di sepanjang pagi hingga hampir sore hari, sesekali aku isi dengan merasakan sensasi bugil ngocok di depan pintu rumah yang terbuka lebar itu. Tapi aku sengaja tidak nembak mani karena aku punya rencana mau bugil ngocok di halaman rumah pada malam harinya. Dan aku tahu, semakin aku tahan maniku, pasti akan semakin kental dan banyak, yang aku harapkan akan berceceran di halaman rumahku. Aku hanya mengenakan celana pendek tanpa memakai sempak jika aku keluar rumah untuk menyapu halaman ataupun saat aku ke warung saja.
Dan di sore hari saat aku sedang asik-asiknya ngocok sambil menonton videoku, terdengar suara perempuan di halaman rumahku. Secara perlahan aku bangkit dan mematikan TV lalu aku masuk ke kamar **** untuk memastikan siapa yang sedang berada di halaman rumahku. Esh..., lonte pepek torok..., ternyata Novi dan anak perempuannya yang sedang berbicara di halaman rumahku. Akupun dengan penuh semangat mengambil kursi yang kemudian aku letak di depan jendela kamar, kemudian aku berdiri di atas kursi tersebut sambil terus saja ngocok mengarah ke Novi yang sedang ngobrol dengan anaknya.
Sambil ngocok dan menelusuri tubuh Novi dan anak perempuannya yang saat itu masih berdiri di tengah halaman rumahku, aku sempat berpikir, mau apa si Novi itu. Hingga akhirnya Novi berjalan lebih mendekat dan berdiri sekitar 2 m di depan jendela kamar ****, tepat di depan aku yang sedang bugil berdiri ngocok. Esh..., lonte si Novi itu..., seperti ngocok secara langsung aku di depan Novi. Jujur, ada debar yang begitu terasa di dadaku saat Novi mengarahkan pandangannya ke jendela. Karena kalau dia memperhatikan secara teliti, pasti dia dapat melihat aku yang sedang ngocok di depannya. Esh..., lonte kau Novi...
"Iya ma..., om ***** ada di rumah tu, tadi *** nampak dia nyapu halaman...", kata anak Novi sesaat setelah Novi berdiri di depan jendela kamar ****.
"Ooom..., om *****...", lanjut anak Novi memanggil namaku.
Sesaat setelah aku melihat Novi berjalan menuju pintu rumahku, akupun secara perlahan turun dari kursi dan ke ruang tamu rumahku untuk mengambil celanaku. Kemudian aku masuk ke kamarku untuk mengambil sempak karena kalau tidak, pasti akan nampak jelas kondisi kontolku yang sangat ereksi itu seandainya aku berhadap-hadapan dengan Novi. Dan benar saja Novi mengetuk pintu rumahku.
"Bang *****...", kata Novi sambil mengetuk pintu.
"Oh iya sebentar...", jawabku dari dalam kamar sambil memakai sempak dan celana pendekku.
"Eh..., ada apa Nov...", kataku saat membuka pintu rumahku.
"Em..., iya bang agak ganggu dikit ni... Kemarin nenek sebelum berangkat ke A S bilang ke Novi untuk mengambil sayuran yang ada di halaman belakang. Sayang kata nenek kalau gak diambil...", kata Novi menjelaskan.
"Ooo, ya udah..., ambil aja...", jawabku.
"Ntar abang buka dulu pintunya ya...", sambungku lagi.
"Ma..., *** pergi dulu ya...", kata *** pada Novi.
"Lah..., *** mau kemana..., gak nemani mamanya...?", tanyaku saat mendengar perkataan ***.
"Les dia bang...", jawab Novi padaku.
"Iya om, hari ini *** les om...", timpal ***.
"Ooo, ya udah, yuk ni abang bukakan pintunya...", kataku pada Novi sambil aku berjalan menuju rumah mertuaku dan membuka pintunya.
Setelah anak Novi berlalu, kemudian Novi menyusulku dan dengan sedikit rasa segan dia masuk ke rumah mertuaku. Akupun langsung membuka pintu belakang sambil mempersilahkan Novi.
"Agak semak ya Novi..., tinggi-tinggi ilalangnya..., maklumlah yang di sana itu bukan halaman rumah nenek, gak mungkin juga nenek yang merawatnya...", kataku sambil mengiringi Novi berjalan keluar dari pintu dapur rumah mertuaku.
"Gak papa bang, kan semaknya di sana..., halamannya bersih kok...", jawab Novi sambil melihat sekeliling.
Jujur, saat itu kontolku sudah tidak begitu ereksi. Lagian saat itu aku juga merasa gak akan ada kesempatanku untuk menjadikan Novi sebagai target ngocokku karena posisi pintu depan yang terbuka lebar. Tapi ya gak aku pungkiri, keinginan untuk ngocok dan menjadikan Novi sebagai targetku sempat terbesit juga di benakku.
"Ok deh Novi..., abang balik ke rumah dulu ya..., kalau dah siap, panggil abang aja ya...", kataku pada Novi.
"Eh bang..., tunggu la..., temani Novi dulu...", jawab Novi.
"Ye..., kenapa..., masih terang gini kok takut...", kataku lagi.
"Hehehe..., iya bang..., temani bentar ya...", jawab Novi yang akhirnya membuat aku mengalah.
Padahal aku punya rencana ingin menunggu Novi keluar dari rumah mertuaku dan kemudian aku ngocok di jendela ruang tamu rumahku saat dia memanggil aku. Esh..., lonte la...
"Tapi Nov, klo abang nunggu di sini, pintu rumah abang mau abang tutup dulu lah dan ini pintu depan rumah nenek juga abang tutup, takut kucing masuk. Kemarin gitu, gak ketahuan kalau kucing masuk dan semalaman di dalam rumah...", kataku sedikit memancing Novi karena tiba-tiba aku merasa tertantang untuk ngocok di sekitar Novi. Bahkan seandainya dia keberatan aku menutup pintu depan, aku akan tetap ngocok walau dengan berpura-pura masuk ke dalam rumah dan aku akan ngocok di dapur rumah mertuaku saja.
"Oh iya bang..., gak papa...", jawab Novi yang membuat hatiku bersorak riang.
Dengan segera aku kembali masuk ke rumah mertuaku dan ke rumahku juga, untuk mengambil HP. Dan setelah aku menutup pintu depan rumah mertuaku, aku kembali menemani Novi. Sengaja aku berdiri di depan pintu dapur sambil mengajaknya ngobrol. Esh..., kontolku mulai berdenyut dan jujur..., pandangan mataku begitu buas menelusuri tubuh Novi di saat beberapa kesempatan dia membelakangi aku.
"Nov, kalau bisa, arah badannya menghadap ke sana, ke ilalang itu, atau kalau nggak ya sering-sering melihat ke sana, jadi kalau ada sesuatu bisa tahu...", kataku sedikit menakuti Novi karena saat itu aku tidak mempunyai kesempatan untuk meraba kontolku yang sudah berdenyut nikmat.
"Ah..., abang nakuti aja...", jawab Novi.
"Hehehe..., ya udah biar abang yang mengawasi lah..., abang pantau dari sini...", kataku sambil bercanda.
"Kemari kenapa bang...", kata Novi mengajakku untuk mendampinginya.
"Ntar..., abang lihat dulu, banyak nyamuk nggak..., ntar abang ke sana...", jawabku.
Dan benar saja, rupanya Novi menuruti saranku, yang sebenarnya itu adalah modusku untuk membuat Novi membelakangi aku. Saat Novi memilih-milih sayuran dengan posisi membelakangi aku, perlahan tanganku mulai meraba-raba kontolku. Sesekali aku mengeluarkan kontolkku sambil mengocokinya agar lebih cepat ereksi.
Aku ngocok di pintu belakang rumah mertuaku sambil memperhatikan Novi yang berada sekitar 6 m di depanku. Lonte si Novi itu..., sensasinya begitu menggelitik adrenalinku. Sambil ngobrol, aku tetap ngocok di belakang si Novi. Sengaja aku menghentikan kocokan tanganku di kontolku saat aku yang mengajak si Novi itu ngobrol. Hal itu aku lakukan agar suaraku tidak bergetar karena efek dari gerakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Dan setelah si Novi merespon atau dia sedang berbicara, aku kembali ngocok dengan tatapan penuh birahi ke arah tubuhnya.
Sambil ngocok dan menelusuri tubuh bagian belakang Novi, pandangan mataku tetap mengawasi setiap pergerakan tubuhnya. Begitu nampak olehku ada tanda si Novi itu ingin berbalik arah ke posisiku, langsung saja aku menghentikan acara ngocokku dan memasukkan kontolku ke dalam celana. Esh..., lonte..., begitu nikmatnya rasa debar di dadaku dan penuh sensasi. Santai aja aku ngocok di belakang Novi sambil mengajaknya ngobrol. Walau sudah beberapa kali aku lihat dia itu berpindah posisinya, tapi sama sekali dia tidak mengarah atau menghadap ke aku.
Esh..., dasar lonte kau Novi..., adrenalinku terasa begitu terpicu yang membuat aku akhirnya semakin nekat. Dengan kontol yang tetap berada di luar celanaku, kemudian aku berjalan ke arah Novi. Sambil mengambil HP dari saku celanaku untuk melihat jam, perlahan aku mendekati posisi Novi.
Saat itu jam menunjukkan pukul 17:11. Dan sesaat setelah aku memasukkan kembali HPku ke saku celana, langsung aja aku lanjutkan acara ngocokku sambil terus mendekat ke posisi Novi yang sedang jongkok memetik sayuran. Esh..., pandangan mataku terus saja mengawasi pergerakan tubuh Novi sambil aku menelusuri setiap lekuk tubuh bagian belakangnya. Dengan tangan kiri yang menahan bagian depan sempak dan celana pendekku, begitu perlahan tangan kananku mengocoki kontolku sambil memposisikan berdiriku sekitar 2 m di belakang Novi.
Akupun sempat dengan buru-buru memasukan kontolku ke dalam celana setelah melihat pergerakan kepala Novi yang sepertinya akan menoleh ke arah aku. Dan setelah mengetahui keberadaanku, dia kembali sibuk memilih sayuran yang akan dia petik dan aku kembali mengajaknya ngobrol. Saat aku lihat si Novi memetik sayuran sambil berbicara padaku, perlahan aku kembali mengeluarkan kontolku dan melanjutkan acara ngocokku. Dan agar Novi tidak curiga, sengaja aku pura-pura berjalan menjauh, tapi tetap dalam keadaan ngocok karena pandangan serta arah tubuhku selalu mengarah ke tubuh Novi.
Dengan berjalan mundur, sambil ngocok aku sedikit menjauh dari posisi Novi. Dan kemudian berjalan lagi mendekatinya. Hingga yang paling nekat adalah saat aku berdiri ngocok sekitar 1 m di dekat bagian belakang kepala Novi karena saat itu dia dalam keadaan jongkok memetik sayuran.
Entah lah..., sebenarnya resiko yang bisa saja terjadi itu sangat besar kemungkinannya. Tapi karena aku sudah membaca setiap gerakan tubuh Novi, membuat aku tetap bertahan ngocok di belakangnya. Memang hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku itu begitu sangat perlahan aku lakukan. Tapi jujur..., sensasinya seperti menguji adrenalinku.
Bahkan saat Novi bangkit berdiri sambil pindah posisi ke pohon singkong, aku yang saat itu sedang berdiri ngocok sekitar 4 m di belakangnya tidak menghentikan aktifitas ngocokku. Malahan sambil ngocok aku berjalan mendekatinya. Lonte..., benar-benar lonte si Novi itu..., begitu nikmat dan menguji adrenalinku. Obrolan yang tak terputus membuat aku juga begitu santai, walau penuh debar, ngocok di belakang Novi.
Hingga akhirnya, pada saat aku mulai merasa ada dorongan mani yang akan keluar dari kontolku, aku lebih mendekat ke posisi Novi yang sedang berdiri memetik daun singkong. Sengaja saat itu aku berjalan sambil ngocok di sebelah kiri belakang Novi. Lonte kau Novi..., begitu penuh birahi aku arahkan kontolku yang sedang aku kocok itu ke pantatnya yang berada di samping depan kananku. Perlahan tapi pasti, aku ngocok sambil berjalan mendekati Novi hingga akhirnya jarak kontolku yang sedang aku kocok dengan pantat si Novi yang berdiri membelakangi aku itu sekitar 1 m. Dan dasar lonte pepek pantat torok si Novi itu..., begitu aku hampir sampai pada puncak kenikmatan birahiku, tiba-tiba dia bergerak seperti hendak berbalik badan. Akupun dengan segera memasukkan kontolku ke dalam celanaku.
Saat aku berpapasan dan berhadapan dengan si Novi itulah aku nembak mani di dalam sempak. Lonte..., benar-benar lonte kau Novi... Dan untuk tidak membuatnya curiga, aku tetap melanjutkan langkahku dan melewatinya. Begitu aku tahan kenikmatan muncratan maniku di dalam sempakku sambil aku mengeluarkan HP yang ada di saku celanaku untuk menyamarkan kelonjotan di tubuhku. Dan saat itu jam menunjukkan pukul 17:20.
Kemudian aku pura-pura mengambil photo yang mengarah ke tanaman di sekitar halaman sambil aku katakan pada Novi, "ntar mau abang kirim ke nenek, klo sayurannya sudah dipanen Novi ya...".
"Hahaha..., ada-ada aja abang ini...", kata Novi.
"Iya lho..., tahu lah nenek, nanti dia kira sayurannya gak ada yang memanen dan abang pula yang disuruhnya memetik sayuran, kan gak lucu juga kan...", kataku lagi yang membuat Novi tertawa.
Dan biar sempurna alasanku, sambil bercanda aku menyuruh Novi untuk menunjukan sayurannya dan aku photo.
"Lihat ni, langsung abang kirim ya ke nenek...", kataku lagi sambil memperlihatkan chat WA aku ke mertuaku setelah Novi mau aku photo.
"Hehehe..., ada-ada aja abang ini...", kata Novi lagi sambil melihat ke chat aku itu.
Setelah itu kami kembali masuk ke rumah mertuaku dan akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing. Ah..., sensasi yang luar biasa...
Ya jujur saja, saat itu sempat juga terbesit di pikiranku, apakah Novi tahu kalau aku ngocok di belakangnya dan dia hanya berbasa-basi tertawa sambil bercanda denganku padahal dia berusaha untuk menghibur diri karena frustrasi dengan ketidak berdayaannya sebagai target ngocokku. Ah..., pepek lonte kau Novi...
Dan sekitar jam 20 malam, saat aku masih dalam keadaan bugil di dalam rumah, tiba-tiba terdengar Novi mengetuk pintu rumahku. Jujur, agak berdebar juga aku saat itu. Dengan buru-buru aku memakai celana pendekku tanpa memakai sempak menjumpai Novi yang ternyata membawa masakan sayuran yang dia petik tadi.
"Bang, ini untuk makan malam..., cuma bisa buat seperti ini", kata Novi disertai senyum manisnya sambil menyerahkan piring yang berisi sayuran.
"Oh..., thanks ya Nov..., kok repot-repot jadinya..., masuklah...", kataku sambil menerima piring tersebut.
"Makasih bang, di sini aja...", kata Novi saat aku mempersilahkan dia masuk ke rumahku.
Dan kemudian Novi pamit pulang setelah aku menyerahkan kembali piringnya sambil dengan nada bercanda aku katakan padanya kalau piringnya kembali dalam keadaan kosong. Esh..., lihat senyum dan tawa si Novi itu..., ingin sekali aku cium dan aku ajak ngentot dia. Berani bertaruh aku, sampai terkencing-kencing pepeknya aku buat seandainya dia mau aku ajak ngentot. Ok..., berarti aman, dia tidak curiga dengan gerak-gerikku yang sedang ngocok di belakangnya saat dia memetik sayuran tadi. Dan aku kembali santai berbugil ria di dalam rumahku sambil mempermainkan kontolku sembari mengingat kenekatan yang aku lakukan di belakang si Novi.