Selasa, 02 Juli 2024

Hari Spesial Buat "Diba" -*-

Pagi hari tanggal 02-07-2024, jam 09:15-09:22 aku bugil ngocok di depan Diba, anak perempuan yang berusia sekitar 4 tahun, yang sedang kencing di halaman rumahku, sekitar 3 m di depan pintu rumahku. Semua itu berawal saat aku sedang bugil di dalam rumahku dengan pintu depan yang sengaja aku buka lebar, menikmati sensasi kopyor-kopyor telor kontolku yang aku ikat beradu dengan selangkanganku. Dan saat aku mendengar suara Novi sedang ngobrol dengan seseorang, kemudian aku masuk ke kamar **** sambil melihat ke jendela untuk mengetahui dengan siapa Novi itu sedang mengobrol. Ah..., lonte..., aku lihat Novi sedang berdiri di depan pintu gerbang rumahnya sambil ngobrol dengan Ica yang saat itu ditemani oleh keponakannya, Diba, yang terlihat bermain di ujung halaman depan rumahku, tepat di samping gerbang rumah Novi. Jujur, saat itu aku begitu berimajinasi seandainya Novi dan Ica maupun Diba berada di halaman rumahku, yang membuat aku akhirnya keluar dari kamar **** dan melanjutkan imajinasiku itu dengan berdiri ngocok sekitar 30 cm sebelum pintu depan rumahku. Dan tiba-tiba muncul ideku untuk merekam aktifitas ngocokku karena suara tawa Ica dan Novi begitu jelas terdengar dan aku berharap suara mereka itu dapat terekam dan menjadi suara latar saat aku bugil ngocok di pintu rumahku. 
Dan untuk lebih memastikan posisi mereka, kemudian aku memakai celana pendekku, lalu aku pura-pura keluar rumah, berjalan langsung menuju teras rumah mertuaku sambil melirik ke arah mereka karena saat itu kontolku benar-benar menyodok bagian depan celana pendekku. Mungkin karena Ica dan Novi sedang asik ngobrol, sehingga mereka tidak menoleh ke aku. Sementara Diba yang sedang bermain di ujung halamanku nampak memperhatikan aku. Bahkan Diba sepertinya memperhatikan bagian depan celanaku saat aku kembali masuk ke dalam rumahku.
Setelah aku masuk ke dalam rumahku, lalu aku meraih HPku dan melalui kamera depan aku mencari posisi yang tepat agar dapat merekam dengan jelas saat aku bugil ngocok di depan pintu, sekaligus dapat merekam bagian halaman depan rumahku. Sesaat setelah aku lihat letak sudut perekamannya sudah sesuai, kemudian pada jam 09:01, aku mulai merekam dan membuka celana pendekku yang begitu saja aku campakkan ke dalam kamar ****, lalu aku kembali berdiri sekitar 30 cm sebelum pintu depan rumahku.
Ah..., suara obrolan disertai tawa si Ica dan Novi begitu menambah imajinasiku. Kontolku yang sudah begitu ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku perlahan mulai aku kocok sambil membayangkan seandainya mereka berdua mau aku ajak ngentot secara bergilir. Esh..., aku juga teringat bagaimana nekatnya aku ngocok di belakang Novi pada sore kemarin. Lonte..., begitu nikmatnya setiap hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Suara kopyor-kopyor telor kontolku yang beradu dengan selangkangan dan tanganku terdengar begitu seirama. Esh..., lonte..., aku benar-benar gak perduli apakah Ica dan Novi mendengar suara hentakan tanganku itu atau tidak.
Aku tahu, bisa saja Novi dan Ica itu tiba-tiba masuk ke halaman rumahku dan memergoki aku yang sedang bugil berdiri ngocok di pintu rumahku, mengingat kemarin sore Novi memetik sayuran di halaman belakang rumah mertuaku yang gak menutup kemungkinan dia akan mengajak Ica untuk kembali memetiknya. Esh..., tapi hal itulah yang membuat adrenalinku begitu terpicu, ditambah lagi keberadaan Diba di sekitar halaman rumahku. Esh..., lonte...
Sambil ngocok, begitu bermainnya imajinasiku pada Novi, Ica dan Diba. Begitu nikmat sensasi bugil ngocokku di depan pintu saat itu. Terkadang aku sampai memejamkan mataku menikmati setiap hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Esh..., begitu nikmatnya..., bugil ngocok hanya sekitar 30 cm di depan pintu rumahku yang terbuka lebar, sementara Novi dan Ica sedang ngerumpi dengan jarak hanya beberapa meter dari tempatku bugil berdiri ngocok.
Ah..., pepek pantat torok lonte..., aku merasa sensasinya kurang kalau aku hanya bugil berdiri ngocok di pintu rumahku saja, sementara posisi mereka masih berada di depan gerbang rumah Novi. Dan akhirnya aku menyudahi dulu acara ngocokku, lalu aku masuk ke kamar **** sambil dengan perlahan aku membuka jendela agar aku dapat secara langsung mengarahkan kontolku yang nantinya akan aku kocok ke arah mereka melalui celah jendela yang aku buka. Esh..., lonte..., binal gak ya kalau seandainya Ica dan Novi itu aku ajak ngentot...
Tapi baru saja aku selesai membuka jendela kamar, aku lihat Diba secara perlahan berjalan masuk ke halaman rumahku. Esh..., pepek lonte..., terasa begitu meledak birahiku. Nampak Diba berjalan sambil sesekali memalingkan wajahnya ke arah Ica dan Novi. Dan kemudian dia berhenti sekitar 3 m di depan pintu rumahku. Ah..., jujur..., sebenarnya aku mau saja untuk langsung keluar dari kamar **** dan menyambut kehadiran Diba itu. Tapi aku juga gak mau gegabah dan secara perlahan menutup kembali jendela kamar.
Di saat aku menutup jendala itulah aku melihat Diba sepertinya hendak membuka celananya. Ah..., desiran birahiku begitu terasa yang membuat aku akhirnya keluar dari kamar sambil melirik ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul 09:15. Esh..., dasar lonte si Diba itu..., sambil melihat ke arah Ica dan Novi, tangannya perlahan membuka celana pendeknya. Saat itu dia belum melihat aku yang sudah berdiri di depan pintu kamar ****, padahal posisinya tepat menghadap ke pintu rumahku.
Dasar lonte..., montoknya pepek mungil si Diba itu..., sangat sesuai dengan tubuh montoknya yang masih berusia sekitar 4 tahun. Sambil memperhatikan Diba, tanganku juga secara perlahan mulai mengocoki kontolku. Esh..., sambil tetap melihat ke arah Ica dan Novi, perlahan Diba mulai jongkok dan kencing. Dan akupun seperti dimanja dengan pemandangan indah pepek Diba yang sedang menyemburkan air kencingnya. Rekahan pepek si Diba itu lho..., dasar lonte kau Diba..., membuat tanganku semakin cepat mengocoki kontolku.
Suara kopyor-kopyor kontolku yang beradu dengan selangkanganku terdengar begitu jelas. Dan di saat Diba masih dalam posisi kencing yang awalnya memandang ke arah Ica dan Novi, lalu memandang ke pintu rumahku, nampak dia begitu terkejut dengan kehadiranku yang sedang berdiri dalam kondisi telanjang. Terlihat jelas raut wajah terkejut Diba saat melihat aku hingga terhenti sesaat semburan kencingnya. Akupun yang saat itu dalam posisi ngocok sekitar 3 m di depannya langsung tersenyum sambil mendekatkan posisi tubuhku sekitar 30 cm sebelum pintu rumahku. Ah..., lonte..., aku jadi teringat saat aku ngocok di depan Dea yang sedang kencing di halaman samping rumah mertuaku pada 19-10-2011 silam. 
Dan mungkin karena aku tersenyum, membuat raut wajah terkejut si Diba perlahan mulai mereda dan dia melanjutkan kencingnya hingga selesai dengan pandangan matanya yang begitu tertuju pada kontolku yang sedang aku kocok. Seperti nampak tertegun, tapi si Diba memang memperhatikan dengan seksama bagaimana aku ngocok di depannya. Walaupun dia sudah selesai kencing, tapi Diba masih dalam posisi jongkok, yang membuat pandangan mataku begitu penuh birahi menelusuri rekahan pepeknya.
Di depan Diba aku juga mempermainkan kontolku dan membiarkan Diba memperhatikan bagaimana tubuh bugilku itu kadang aku arahkan ke samping sambil menunjukkan bagaimana tanganku mengocoki kontolku secara perlahan hingga kocokan yang begitu cepat menghentak kontolku. Esh..., suara kopyor-kopyor kontolku seirama dengan desah nafasku yang sedikit aku tahan. Lonte..., nikmatnya...
Begitu antusiasnya Diba memperhatikan aku yang sedang bugil ngocok di depannya. Pandangan matanya begitu terarah pada kontolku. Beberapa kali juga dia kadang memandang ke wajahku dan kemudian dia kembali memperhatikan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Akupun selalu tersenyum saat pandangan mata kami saling beradu. Dan kemudian, dengan masih tetap memandang ke kontolku, perlahan Diba bangkit berdiri dengan membiarkan celananya masih berada di sekitar lututnya. Esh..., lonte..., seperti sengaja mempertontonkan keindahan pepeknya di depan aku. Ah..., hampir sama kejadiannya dengan Dea. Bedanya Dea waktu itu sempat mengenakan kembali celananya sesaat setelah kencing dan kemudian dia melorotkan celananya lagi seperti mempertontonkan pepeknya sambil memandang ke arah aku yang sedang ngocok di depannya.
Ah..., belahan pepek Diba itu lho..., dasar lonte kau Diba..., membuat tanganku semakin cepat mengocoki kontolku. Dan secara iseng tangan kiriku memberi isyarat agar Diba lebih mendekat ke posisiku. Ah..., dasar lonte..., sambil perlahan mengenakan kembali celananya, dengan sedikit ragu Diba akhirnya berjalan mendekat ke posisiku, dan  berhenti sekitar 1 m di depanku.
Dalam kondisi bugil aku begitu mengekspresikan birahku di depan Diba yang begitu antusias menyaksikan aku ngocok. Hanya sekitar 1 m jarak tubuh bugilku dengan Diba yang begitu seksama memperhatikan aku yang sedang ngocok. 
"Apain om...", tanya Diba dengan mata yang tertuju pada kontolku yang sedang aku kocok.
"Om lagi senam...", jawabku asal saja dengan suara yang sedikit tertahan karena desah nafas yang memburu sambil lebih mempercepat kocokan tanganku di kontolku.
Esh..., suara kopyor-kopyor telor kontolku yang beradu dengan selangkangan serta tanganku begitu jelas terdengar seiring dengan semakin cepatnya kocokan tanganku di kontolku dan desahan kenikmatan yang aku rasakan. Dan Diba hanya berdiri sambil terus memperhatikan aku.
Hingga akhirnya aku gak bisa menahan dorongan maniku untuk muncrat keluar dari kontolku. Esh..., dengan sedikit terkejut Diba menyaksikan langsung bagaimana maniku itu secara liar muncrat keluar dari kontolku dan berceceran di lantai hingga ada yang sampai keluar ke depan pintu rumahku. Lonte..., nikmatnya..., begitu aku pertontonkan pada Diba bagaimana tubuhku itu berkelonjotan penuh kenikmatan. Dari ujung kaki hingga ujung kepalaku Diba memperhatikan aku yang sedang berkelonjotan dan kemudian matanya tertuju pada batang kontolku yang sedang aku peras agar tidak ada maniku yang tersisa di kontolku. Dan setelah aku selesai menikmati puncak birahiku, santai saja aku meninggalkan Diba yang masih berdiri, kemudian sambil melirik ke jam dinding yang telah menunjukkan pukul 09:22, aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan mani yang ada di tanganku. Ah..., dasar lonte si Diba itu.  
Dan setelah aku selesai membersihkan maniku, kemudian aku keluar dari kamar mandi masih tetap dalam keadaan telanjang. Saat aku kembali masuk ke ruang tamu rumahku, ternyata Diba sudah berlalu dari depan pintu rumahku dan dia sedang memetik bunga yang ada di depan teras rumah mertuaku. Akupun dengan santai mengenakan kembali celanaku sambil meraih HPku untuk mematikan mode merekamnya. Kemudian aku keluar rumah untuk mengambil kain lap yang berada di jok motorku. Dan Diba yang mengetahui keberadaanku, dia langsung memandang ke aku. Akupun langsung tersenyum agar dia merasa nyaman.
Disaksikan Diba yang sedang berdiri di depan teras rumah mertuaku, santai saja aku membersihkan maniku yang berceceran di bagian luar pintu rumahku. Dan saat aku masuk ke dalam rumah untuk membersihkan maniku di lantai, Diba berpindah posisi menjadi berdiri sekitar 2 m di depan pintu rumahku, sambil memperhatikan apa yang sedang aku lakukan. 
"Diba..., ngapain di situ..., yuk pulang...", terdengar suara Ica memanggil Diba.
Ah lonte..., padahal rencananya setelah aku selesai membersihkan maniku di lantai, aku ingin membuka celanaku kembali di depan Diba. Dasar pepek lonte..., Diba yang mendengar panggilan dari Ica perlahan beranjak dari hadapanku. Dan aku juga sengaja tidak menampakkan diriku ke Ica agar dalam benak Ica kalau si Diba hanya sedang bermain dan kebetulan sedang berdiri di sekitar depan pintu rumahku saja. Ah..., benar-benar puas aku. Thanks ya Diba...
Dan di malam harinya aku berada di rumah mertuaku, sambil mengulang kembali hasil rekaman video ngocokku di depan Diba. Kemudian aku berdiri ngocok di kasur mertuaku sampai aku nembak mani dan membiarkan maniku itu berceceran di kasur mertuaku. Ah...