Minggu, 30 Juni 2024

Spesial "Kia"

Tanggal 30-06-2024, sekitar jam 07:10, mertuaku, In, Nilma dan Kia datang dari A S. Kedatangan mereka memang sudah aku tunggu karena mereka datang untuk berlibur di P P Bt sekalian membawa *****ku dan anak-anak ke A S. Walau mereka itu pulang hari, tapi tak mengapa karena ada hadiah istimewa yang sudah aku persiapkan semenjak 2 hari sebelumnya. Hadiah itu adalah aku sengaja mengosongkan 2 bak penampungan air dan sengaja nembak mani ke dalamnya. Selama 2 hari aku melakukannya. Begitu juga saat pagi hari sebelum mereka tiba, aku sempatkan juga untuk kencing ke dalam dispenser. Ah..., entahlah..., seandainya mereka mau aku ajak ngentot..., pasti akan aku giliri mereka secara bergantian.
Tapi saat ini aku gak menceritakan bagaimana tentang mereka, yaitu mertuaku, In dan Nilma karena ya sudah pasti mereka mandi dengan air yang ada di dalam bak penampungan air yang sudah bercampur dengan maniku. Begitu juga ya pastilah mereka minum air yang ada di dalam dispenser air yang telah bercampur dengan kencingku. Itu semua sudah pasti, karena tidak ada alasan mereka untuk tidak menggunakannya.
Saat ini aku ingin lebih terfokus pada Kia yang kemungkinan besarnya tidak dapat aku jadikan sebagai target ngocokku lagi. Karena akhirnya aku menyadari dengan mempertimbangkan berbagai hal tentang resiko yang bisa saja terjadi. Kia sekarang sudah berusia kurang lebih 5 tahun, karena aku tahu dia sudah sekolah pra TK dan akan masuk TK. Ada beberapa reaksi yang Kia tunjukkan padaku saat aku ngocok di depannya membuat aku harus berhati-hati pada Kia. Memang sampai saat ini, Kia hanya menunjukkan reaksi ketidak nyamanannya saat aku gendong, atau saat aku cium bibirnya. Begitu juga saat aku ngocok di depannya. Tapi ya sebatas itu saja, karena setelah aku turunkan dari gendonganku, atau rangkulanku, Kia kembali biasa aja, tidak langsung pulang atau menjauh dariku. Begitu juga saat aku cium bibirnya atau saat aku ngocok di depannya. Sudah 2 kali Kia menunjukkan reaksi yang nyata atas ketidak nyamanannya saat aku ngocok di depannya. Yang pertama kali tanggal 17-09-2023, dia hanya mendorong sedikit pahaku dengan tangannya karena mungkin kontolku yang sedang aku kocok itu terlalu dekat dengan wajahnya. Dan yang kedua pada tanggal 22-10-2023, yang mana dia memang benar-benar menunjukkan reaksi paniknya saat aku ngocok di depan wajahnya dengan dia menendang hingga 2 kali pahaku untuk kemudian dia bangkit dari kursi, mencoba menghindar dariku. Tapi saat dia bangkit dan melihat kontolku sedang memuncratkan mani, bukannya dia pulang, melainkan dia berjalan di belakangku yang sedang berkelonjotan sambil meremas kontolku untuk kemudian dia kembali duduk di kursi yang sama. Itupun saat Kia berjalan melewati aku, pandangan matanya tetap melihat ke arah kontolku. Iya, Kia itu seperti jinak-jinak merpati dan tidak dapat diprediksi. Tapi, walau bagaimanapun juga aku salut pada Kia, karena dia tetap bertahan. Esh..., dasar lonte kau Kia...
Ada beberapa alasan penguat yang membuat aku akhirnya mulai kedepannya harus mengesampingkan Kia sebagai target ngocokku. Alasan utamaku adalah Kia sekarang sudah dapat menunjukkan ekspresi dan reaksinya padaku. Karena, pada hari ini, saat Kia datang dan aku gendong, Kia benar-benar meronta minta turun. Memang dia masih tetap ramah padaku, dengan memanggil aku disertai senyuman dan rasa gembira saat melihat aku. Tapi ya itu, aku gak bisa memaksanya untuk tetap aku gendong karena aku takut nantinya dia akan pulang ke rumah mertuaku dan mengurungkan niatnya untuk bermain di rumahku. Walaupun begitu, aku sempatkan juga saat aku menurunkan Kia dari gendonganku, sengaja aku angkat tubuhnya dan memposisikannya tepat di atas wajahku. Saat aku menurunkannya, secara perlahan wajahku mendekati pepeknya dan mencium pepeknya. Walau terhalang dengan celana panjang yang dia kenakan, tapi wajahku, khususnya hidungku menempel lekat di pepek Kia dan tercium jelas aroma pesing dari pepek Kia yang telah semalaman berada di mobil menuju M.
Begitu turun dari gendonganku, aku tahu Kia menyadari kalau sesaat sebelum aku menurunkannya, aku itu mencium pepeknya, dan dia menatap ke wajahku dengan tatapan seperti mau menangis. Walaupun akhirnya dia kembali bermain bersama ** dan *****, serta ***, anaknya In. Hal sama juga terjadi saat secara iseng aku ikut nimbrung bermain bersama mereka dan aku merangkul Kia, nampak dia itu begitu berusaha menghindar dari rangkulanku.
Sampai akhirnya pada jam 07:28, saat Kia duduk di kursi panjang ruang tamu rumahku, perlahan aku mendekati Kia dan aku mencium bibirnya. Esh..., memang lonte si Kia itu..., nampak jelas dia berusaha memberontak sambil mengeluarkan suara "eeeeh" saat bibirku melumat bibirnya. Dan tangannya juga berusaha mendorong tubuhku. Dasar lonte, sampai kena giginya si Kia itu bibirku saat aku menciumnya. Dan yang lebih lonte lagi si Kia itu adalah saat setelah selesai aku melumatkan bibirku ke bibirnya, si Kia itu langsung membersihkan bibirnya dengan tangannya secara berulang kali. Esh..., dasar lonte..., begitu nyata Kia menunjukkan ekspresi ketidak sukaannya pada ciuman bibirku.
Setelah itu aku tetap berusaha untuk mencari kesempatan agar dapat mencium bibirnya dan gagal. Kia seperti tahu dan membaca gerakanku. Hingga Kia akhirnya turun dari kursi dan dia duduk di lantai. Akupun ikut duduk di lantai sambil mengajaknya bercanda. Dan jujur, nampak Kia seperti menjaga jarak padaku. Dasar lonte..., sepertinya Kia sudah tahu modusku. Berulang kali aku mencoba merangkul tubuhnya, tapi dia tetap berusaha untuk menghindar. 
Pada suatu kesempatan di saat Kia berdiri, tanganku langsung meraba dan memegang pepeknya. Memang ada reaksi Kia, yaitu tangannya langsung memegang tanganku yang sedang memegang pepeknya. Tapi kemudian teralihkan karena aku mengajaknya bercanda sementara tanganku tetap dalam posisi memegang pepeknya. Esh..., lonte kecil kau Kia...
Setelah puas memegang dan meraba pepek Kia, kemudian aku melepaskan tanganku itu dari pepeknya dan kemudian Kia itu kembali duduk di lantai. Walau suasana di ruang tamu rumahku ramai karena ada **, ***** dan ***, tapi setiap kesempatan tetap aku pergunakan dengan sebaiknya.
Pada saat aku mengajak Kia bercanda dan tanganku kembali memegang pepeknya, Kia nampak berusaha melepaskan tanganku dari pepeknya. Bahkan Kia setelah itu nampak sangat berhati-hati terhadap tanganku. Begitu dia melihat tanganku seperti hendak mengarah ke pepeknya, Kia langsung melindungi pepeknya dan menutup pepeknya dengan tangannya. Dasar lonte si Kia itu...
Begitu juga pada jam 07:47, saat aku kembali berhasil mencium bibirnya. Aku benar-benar melumat bibirnya dengan bibirku dan jujur saat itu aku begitu menghayatinya. Sambil memegang bagian kepala belakang si Kia, aku mendekatkan bibirku dan menciumnya. Memang..., sesaat Kia seperti terdiam saat menerima lumatan bibirku di bibirnya, tapi kemudian dia sedikit meronta melepaskan dirinya dariku, dan dengan buru-buru melap mulutnya dengan ujung bajunya. Ah..., dasar lonte si Kia itu..., memang agak beda dia. Dan jujur, dari sekian banyak target ngocokku, hanya Kia yang aku perlakukan secara khusus karena ketidak stabilan reaksinya.
Aku juga menyadari, yang akhirnya membuat aku akan mengesampingkan dia sebagai target ngocokku, karena Kia juga sudah menandai aku kalau masuk ke kamar dengan pintu yang aku biarkan terbuka, pasti aku akan ngocok atau mungkin dalam pikirannya yang masih berusia sekitar 5 tahun itu aku sedang "memegang burung". Hal itu memang sangat terbukti dengan aku yang memang masuk ke kamar berniat ngocok mengarah ke dia, dan saat dia mengetahui aku masuk ke kamar, dia langsung menundukkan wajahnya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia tidak mau melihat ke arah kamarku. Padahal posisi awal tubuhnya memang menghadap ke kamarku. Esh..., dasar lonte. Akupun akhirnya hanya ngocok sebentar kemudian aku menyudahinya karena Kia tidak mau melihat ke arah aku.
Dan penguatan dari kesimpulanku kalau Kia itu sudah sangat berbeda dan gak mungkin aku jadikan target ngocokku lagi adalah saat kami bermain plastisin yang aku buat dalam bentuk boneka. Saat plastisin itu masih di tanganku, tiba-tiba sambil tertawa, tangan Kia menunjuk ke bagian selangkangan boneka itu dan mengatakan padaku, "ini..., *****...". Dan ketawa serta pandangannya ke aku begitu sangat bermakna. Iya..., maknanya Kia sudah mengerti soal kontol ataupun pepek walau dia tidak tahu dalam penyebutannya. Dan memang terbuktikan saat aku yang masuk ke kamar dengan pintu yang sengaja aku buka lebar aja dia sudah menandainya dan tak mau melihat ke dalam kamar. Berarti dia juga sudah tahu tentang ngocok kontol walau belum tahu namanya.
Ah..., dah gak mungkin lagi Kia bisa aku jadikan target ngocokku. Sangat beresiko karena bisa aja Kia akhirnya bercerita pada Nilma atau pada siapa aja. Dasar pepek lonte kau Kia..., aku jadi teringat kejadian tanggal 17-01-2012 silam, saat Yen, anak perempuan yang berusia sekitar 4 tahun, melihat aku sedang ngocok di depannya dan dia langsung ngomong pada temannya dengan intonasi suara yang lumayan keras, "eh..., ayahnya **** burungnya nampak". Ah..., pepek lonte lah..., kan bisa aja itu juga terjadi pada Kia. Bisa aja Kia melaporkan pada Nilma kalau dia pernah melihat "burung *****" dan memperagakan tangannya seperti gerakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku yang sering dia lihat saat aku ngocok di depannya.
Dan memang aku juga menyadari, hanya Kia yang terlalu sering melihat aku ngocok secara langsung. Sering aku ngocok tepat di depan wajahnya dan dia memang benar-benar memperhatikannya. Memang ada beberapa targetku yang juga sering melihat aku ngocok secara langsung, tapi tidak sesering yang aku lakukan pada Kia. Jadi menurutku, ada kemungkinan besar Kia itu memang sudah terbiasa dan sudah mulai tahu dengan aktifitas ngocokku. 
Dan hari ini aku sepertinya tersentak dengan kenyataan pada perubahan sikap Kia. Kejadian tanggal 17-09-2023 dan 22-10-2023 itu bagiku sudah cukup mewakili perubahan pada diri Kia. Jujur..., yang menjadi kekhawatiranku adalah karena terbiasanya Kia melihat aku ngocok, gak menutup kemungkinan dia akan menanyakan atau menunjukkan gerakan tangan yang sedang mengocok kontol itu kepada Nilma. Itu terlalu beresiko bagiku. 
Jujur, ada banyak video rekamanku saat aku ngocok di depan Kia yang aku simpan dan sering aku putar ulang saat aku ngocok sendirian di rumah. Bahkan ada beberapa aktifitas ngocokku di depan Kia yang tidak aku tulis karena terlalu sering aku melakukannya pada Kia yang menjadikan aku lupa rentetan kejadiannya. Iya..., Kia memang terlalu sering menjadi target ngocokku. Kia terlalu sering menjadi penonton saat aku ngocok tepat di depan wajahnya. Kia juga terlalu sering memperhatikan bagaimana tanganku ini sedang mengocoki kontolku hingga aku nembak mani. Dan aku khawatir suatu waktu Kia akan menanyakan hal itu pada Nilma.
Ah..., walaupun berat, tapi aku harus mengesampingkan Kia untuk menjadi target ngocokku. Paling yang bisa aku lakukan adalah mencari kesempatan ngocok di depan Kia saat dia tidur.
Pada malam hari, Kia beserta rombongan termasuk ***** dan anak-anak berangkat ke P P Bt yang kemudian setelah itu meneruskan perjalanan ke A S.