Tanggal 09-06-2024, jam 11:23-11:44 aku bugil ngocok sampai nembak mani di depan Dina, anak perempuan yang berusia kurang dari 3 tahun. Dan pada jam 12:01-12:05, kontolku di kocok oleh Dina sampai aku nembak mani. Dina adalah keponakan dari sahabatku, Sari. Awalnya aku gak menyangka akan mendapatkan kesempatan seperti itu. Karena aku kira Sari hanya seorang diri di rumahnya. Jujur, rencanaku saat datang ke rumah Sari adalah aku ingin merasakan sensasi ngocok di rumahnya. Posisi rumah Sari yang berada di gang buntu dan tepat berada sekitar 50 m di ujung gang menghadap ke jalan raya begitu menggelitik adrenalinku. Dan aku benar-benar tidak ada niat untuk menjadikan Sari itu sebagai target ngocokku. Dia itu sahabat kentalku, jadi aku memang gak punya niat apapun pada Sari. Aku hanya berencana saat aku datang ke rumahnya, aku akan menyuruhnya untuk membeli sesuatu dan saat dia pergi itulah, aku ingin memvideokan diriku sedang ngocok di rumahnya.
Rencanaku itu timbul karena sudah beberapa hari Sari WA ke aku dan dia mengatakan ingin ngobrol denganku. Maklumlah Sari itu merupakan single parent dan mempunyai seorang anak yg bersekolah di luar daerah dan dia juga sedang menjalin hubungan yang rumit dengan seseorang, jadi ya wajar saja dia itu sering galau dan sering menelpon aku untuk berkeluh kesah walau itu kadang sangat mengganggu aku.
Jadi karena aku tahu dari ceritanya beberapa waktu yang lalu kalau dia itu sedang sendirian di rumahnya, karena orang tuanya sedang ke luar negeri, membuat aku punya rencana untuk ngocok di rumahnya. Sengaja juga aku datang sekitar jam 10:30 pagi yang nantinya sebagai alasanku untuk menyuruhnya membeli sesuatu. Dan saat dia keluar dari rumahnya itulah aku bisa ngocok. Sebelum aku datang, aku katakan pada Sari kalau aku sedang di bengkel motor dan akan singgah ke rumahnya.
Singkatnya setelah aku sampai di rumahnya dan saat Sari membuka pintu teralis teras rumahnya, aku melihat ada seorang anak perempuan bersamanya.
"Gila lu ***, kemari cuma pakai kaos ama celana pendek doang, model kolor lagi...", begitu kata sambutan Sari saat membuka pintu teralisnya sambil mempersilahkan aku masuk.
"Hehehe..., dah dibilang gw dari bengkel..., ngapain juga gw ke bengkel pakai pakaian formal...", jawabku sambil masuk dan memperhatikan anak perempuan yang sedang bersamanya.
Seraya duduk di kursi teras, di dalam hatiku, aku sedikit merutuk karena kemungkinan besar si Sari itu tidak sedang sendirian di rumahnya. Pasti ada orang tua dari anak perempuan itu di rumahnya juga. Ah..., pepek lah..., rutuk hatiku. Mana aku sengaja gak memakai sempak dari rumahku untuk mempermudah aku ngocok di rumahnya. Bahkan telor kontolku sudah aku ikat. Ah..., pepek lah..., aku jadi kurang bersemangat.
Sambil ngobrol, sesekali aku mencoba menggoda anak perempuan itu untuk mengobati rasa kekecewaanku karena saat itu aku sudah sangat yakin bahwa Sari tidak sendirian di rumahnya. Dan Sari cukup terkejut karena biasanya anak perempuan itu jarang mau bergaul dengan orang asing, tapi reaksinya saat aku goda, dia malah mau berinteraksi denganku.
"Tumben ni bocil nurut ama orang lain...", kata Sari kepadaku sambil memperkenalkan nama anak perempuan itu adalah Dina.
Jujur saja, anak perempuan itu lumayan menggemaskan dengan wajah yang manis serta kulit yang putih. Dan selama kami ngobrol, sengaja aku mengajak Dina untuk mau duduk di sebelahku, hingga akhirnya dia mau aku pangku. Esh..., lonte pepek..., kontolku begitu menggeliat saat Dina berada di pangkuanku. Beruntungnya, aku memakai baju kaos yang bagian bawahnya sedikit panjang, hingga kalaupun aku berdiri, masih dapat menutupi bentuk sodokan kontolku di bagian depan celanaku.
Di sela-sela kami ngobrol itu juga aku tahu, kalau di rumah Sari memang hanya mereka berdua. Rumah anak perempuan itu berada di lain gang dan memang setiap sabtu dia menginap di rumah si Sari.
"Dari kemarin malam ni bocil ada di rumah gw, ***. Sengaja setiap sabtu gw bawa, dah hampir 3 bulanan ini lah, setiap malam minggu di sini. Anaknya adik gw lho, si ****...", kata Sari padaku.
Dan aku langsung bersorak dalam hati karena mengetahui bahwa rumah Sari dalam keadaan kosong dan bisa aku jadikan tempat ngocokku seandainya dia nanti mau aku suruh membeli sesuatu. Dari Sari juga aku tahu bahwa usia Dina belum genap 3 tahun. Sambil ngobrol, tetap saja terkadang aku mencandai Dina. Hingga akhirnya sambil bercanda dengan Dina aku meminta Sari untuk menceritakan masalahnya.
"Tapi enaknya ini ada cemilan lah Sari...", kataku sesaat setelah aku menanyakan permasalahannya.
"Sambil ngemil ada kopi pasti enak ni kita ngerumpi...", kataku lagi sambil bercanda.
"Kampret lu ***, belum apa-apa dah minta cemilan dan kopi. Mana pandai gw buat kopi. Lu aja lah yang beli...", jawab Sari.
"Lha kan gw tamu..., lagian tadi bosan nunggu motor diservis, kan enaknya duduk santai...", jawabku sambil bercanda.
"Tapi ya udahlah gak papa klo gak ada...", sambungku lagi.
"Sialan lu..., ya udah la, gw beli...", kata Sari.
"Eh sist, gak papa lho...", kataku karena takutnya Sari merasa terpaksa.
"Gak papa, gw sekalian mau beli jajanan ni bocah. Kopi instan botol aja ya, ni gw mau ke alfamart...", jawab Sari sambil beranjak hendak mengeluarkan sepeda listriknya.
"Bawa motor gw aja knapa..., atau ya udah gw anter..., jauh lho alfamart itu...", kataku menawarkan kepada Sari, walau di dalam hati aku merasa sangat terpaksa karena pasti gagal rencana ngocokku.
"Gak la, gw mau santai naik sepeda. Lagian biar lu juga santai. Panjang ni ceritanya..., biar lu santai dan fresh ngasih solusi ke gw", jawab Sari menolak tawaranku sembari membawa keluar sepeda listriknya.
"Dina sama om aja ya..., biar nemani om", kataku secara iseng.
"Ooo, iya, sama om aja sana, biar mami sendiri aja...", kata Sari kepada Dina.
Dan tanpa diduga, Dina mau tinggal bersamaku. Ah..., sungguh di luar rencana. Padahal aku hanya iseng aja. Sambil menggendong Dina, aku berdiri mengiringi kepergian Sari. Dan sebelum Sari pergi, dia mengatakan padaku untuk menutup kembali pintu teralisnya.
"***, lu tutup aja pintunya ya..., paling setengah jam gw dah balik lagi dan HP sengaja gw tinggal ya biar ni bocil lihat youtube klo rewel. HPnya gak gw kunci, klo rewel aja lu kasih dia lihat youtube ya...", kata Sari.
Esh..., jujur birahiku tiba-tiba begitu menggelegak mengingat keberadaan Dina yang tinggal bersamaku. Berubah rencanaku untuk santai ngocok sendirian di rumah Sari menjadi lebih terfokus menjadikan Dina sebagai target ngocokku. Sambil menggendong Dina, aku masih berdiri hingga Sari berbelok ke kanan keluar dari gang rumahnya dan aku juga melihat ke arah rumah tetangga Sari yang tertutup pintunya. Sambil mengajak Dina bercanda, secara samar aku mencium tengkuknya. Lalu aku masuk ke dalam teras sambil menutup pintunya. Kemudian saat aku hendak membawa Dina duduk lagi di kursi, sengaja aku menurunkan bagian depan celanaku dan membiarkan kontolku itu keluar dari celanaku.
Sambil memangku Dina di paha kiriku, sengaja aku ajak dia bercanda. Aku tahu saat itu Dina belum menyadari dan belum melihat kontolku yang sudah keluar dari celanaku. Lagian saat itu kontolku belum begitu ereksi, hanya berdenyut nikmat. Sambil bercanda, tanganku mulai mengusap-usap pepek Dina. Dan nampak Dina seperti kegelian saat tanganku mengusap-usap pepeknya.
Perlahan, sambil tetap memangku Dina, aku meraih HPku yang aku letak di atas meja dan langsung menghidupkan mode merekam video dengan menggunakan kamera depan. Jam menunjukkan pukul 11:23 saat aku kembali menciumi tengkuk serta pipi Dina. Semua itu aku lakukan dengan modus bercanda dan membuat Dina tertawa. Hingga akhirnya, aku merubah posisi duduk Dina yang tadinya aku pangku membelakangi dan sedikit menyamping dariku, menjadi berhadapan denganku. Sengaja aku tempatkan Dina di paha kananku dengan kedua kakinya mengapit pahaku. Dan secara perlahan aku mulai mengecup bibirnya. Dari sekedar mengecup bibir Dina, kemudian aku melumatkan bibirku ke bibirnya.
Ah..., pandangan mata Dina sesaat setelah mendapatkan lumatan bibirku itu lho..., semakin membuat birahiku memberontak. Begitu juga dengan kontolku. Dan santai saja aku membimbing tangan kanan Dina untuk memegang kontolku. Dan saat itulah, Dina melihat ke arah tangannya yang aku bimbing untuk memegang kontolku. Begitu jelas dia nampak memperhatikan kontolku yang sedang dia pegang itu sambil bertanya "apa...", secara berulang kali padaku sambil dia sedikit meremas kontolku, yang aku jawab dengan "gak papa". Dan akupun langsung sigap mengajaknya bercanda dengan tanganku yang tetap menahan tangan Dina untuk terus memegang kontolku yang sudah benar-benar ereksi. Akupun memvideokan bagaimana tangan Dina yang sedang memegang kontolku dan terkadang aku juga mengarah rekaman videoku itu ke wajah Dina. Kembali aku mencium bibir Dina, dan setelah aku puas melumat bibir si Dina itu sambil menikmati sensasi kontolku yang sedang dia pegang, lalu aku matikan rekaman videonya dan kembali aku hidupkannya dengan mode merekam melalui kamera belakang.
Perlahan aku bangkit dan menurunkan Dina dari pangkuanku. Dalam posisi saling berhadapan, nampak Dina begitu antusias memperhatikan kontolku yang begitu ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku. Apalagi saat dia melihat telor kontolku yang aku ikat. Tanpa aku suruh Dina memegang telor kontolku dan mencubitnya sambil dia bertanya dengan pertanyaan sama, "apa...", secara berulang-ulang. Dan mungkin karena dia merasa gemas melihat bentuk telor kontolku yang nampak seperti bulat karena terikat tali, tanpa aku suruh, Dina menyentuhnya dengan jari telunjuk tangan kanannya. Dan sesekali aku kembali menggesekkan kontolku ke wajahnya. Mungkin karena dalam keadaan yang sengaja aku buat riang sambil bercanda, Dina hanya tertawa saat mendapat perlakuanku itu.
Aku bahkan berani menyodok-nyodokkan kontolku ke mulut Dina. Sampai akhirnya aku memperagakan kepada Dina bagaimana aku membuka mulut sambil menghisap telunjukku dan membuat suara dari hisapanku itu. Dan Dina tertawa saat melihat aku melakukannya.
"Buka mulutnya kaya om tadi ya Dina..., a...a...a...", kataku sambil aku juga membuka mulutku untuk memperagakannya.
Dan secara perlahan aku memasukkan kepala kontolku di saat Dina membuka mulutnya. Berulang kali kepala kontolku itu keluar masuk di mulut mungil si Dina dan begitu jelas terlihat di layar HPku. Esh..., terasa begitu terbakar birahiku, yang membuat aku akhirnya mendudukkan Dina di kursi sambil menyerahkan HP si Sari dan menghidupkan youtube, memutar film kartun.
Kemudian aku berjalan melihat dari pintu teras ke arah sekitar untuk melihat situasi yang ada. Dan perlahan aku menempatkan HPku di toples tempat snack Dina sambil melihat ke layar HP posisi yang ideal untuk merekam. Sengaja HPku tidak aku matikan mode merekam videonya, agar momen yang langka itu benar-benar natural. Dan setelah tepat posisi HPku untuk merekam, aku kembali menghampiri Dina sambil membuka bajuku. Dina yang sedang asik dengan HPnya nampak cuek dengan kehadiranku. Hal itu yang membuat aku memanggil namanya sesaat sebelum aku membuka celanaku.
"Dina..., lihat om dulu sini...", kataku sambil memperhatikan Dina dan saat Dina melihat ke arah aku, lalu aku membuka celanaku.
"Knapa...", tanya Dina saat melihat aku bugil tanpa sehelai benangpun di hadapannya.
"Knapa..., apa...", tanya Dina sambil bangkit menghampiri aku.
Dan begitu Dina sudah berada di hadapanku, tangan kanannya langsung memegang telor kontolku dan juga terkadang menyentuh-nyentuh batang kontolku.
"Apa...", tanya Dina lagi sambil memegang telor kontolku yang aku jawab dengan kata "gak papa".
Perlahan aku menggendong Dina dan aku suruh dia berdiri di atas kursi. HP yang dia pegang dengan tangan kirinya aku ambil sambil aku katakan "nanti lihat youtubenya lagi". Tubuh bugilku berdiri berhadapan dengan tubuh Dina. Sambil aku ajak bercanda, aku membuka singlet yang dia pakai dan perlahan aku melorotkan celana panjangnya.
Pemandangan yang indah begitu nyata terpampang di hadapanku saat secara perlahan aku melorotkan celananya. Esh..., begitu putih dan mungil bentuk pepek si Dina itu. Akupun langsung meraih HPku dari atas meja dan mengarahkan kamera HPku yang sedang merekam itu ke arah pepeknya. Ah..., Dina hanya diam sambil memperhatikan apa yang sedang aku lakukan. Dengan sedikit menurunkan posisi berdiriku, perlahan aku kecup pepek mungil si Dina itu dan Dina tertawa mungkin karena merasa geli. Sambil terus mengajaknya bercanda, akhirnya aku merebahkan tubuh Dina di kursi panjang dan mengganjal bagian pinggulnya dengan bantal kursi agar posisinya lebih tinggi. Ah..., entah lah..., aku gak tahu apa makna pandangan Dina saat dia melihat ke wajahku. Tapi semua itu aku alihkan dengan memberikan Dina HP dan memutarkan kembali film kartun yang dia tonton. Dalam posisi telentang dengan pinggul dan kaki sedikit lebih tinggi dari tubuhnya, begitu dimanja pandanganku dengan keindahan bentuk pepek mungil si Dina itu.
Tangan kiriku memegang HP yang sedang merekam keindahan pepek si Dina, sementara tangan kananku perlahan mulai mengelus pepeknya. Dina nampak kegelian. Dan perlahan jari jempol dan jari telunjuk tangan kananku mulai merekahkan pepek mungilnya. Esh..., mungil sekali pepek si Dina itu...
Dan mungkin secara naluri saja, perlahan Dina lebih mengangkangkan pahanya yang membuat birahiku begitu terbakar. Sambil mengajaknya bercanda, begitu buasnya aku menjilati pepek si Dina. Sambil tertawa, Dina menggeliatkan tubuhnya. Esh..., lonte pepek torok..., bau pesing pepek Dina begitu aku abaikan karena begitu nikmatnya lidahku bermain di rekahan pepek mungilnya itu. Semua itu aku lakukan dengan terus mengajak Dina bercanda, sementara jilatan lidahku di pepeknya begitu gencar aku lakukan.
Setelah puas aku menjilati pepeknya, lalu aku mengajak Dina untuk duduk dan memposisikannya seperti berjongkok. HP yang dia pegang kembali aku ambil dan aku letak di atas meja. Di depan Dina sambil memperhatikan keindahan pepeknya, perlahan aku mulai ngocok. Dan Dina kembali bertanya padaku dengan pertanyaan "knapa...", dan hanya aku jawab dengan "gak papa...".
Begitu aku nikmati hentakan tangan kananku yang sedang mengocoki kontolku, sementara tangan kiriku memegang HP yang sedang merekam aktifitasku. Sesekali aku arahkan HPku ke kontolku yang sedang aku kocok, dan sesekali ke wajah Dila yang sedang memperhatikan aku ngocok. Begitu juga dengan pepek Dina yang nampak sedikit merekah karena posisi duduknya seperti jongkok mengangkang dengan kedua tangannya memegang masing-masing kedua kakinya. Esh..., nikmatnya mengekspresikan birahiku di depan Dina sambil menelusuri pepek mungilnya...
Sesekali, sambil ngocok aku menggesekkan kontolku ke wajah Dina dan dia diam saja. Begitu aku pertontonkan bagaimana tanganku itu mengocoki kontolku dari gerakan perlahan hingga gerakan yang cepat. Dan Dina begitu antusias memperhatikan aku yang sedang berdiri bugil ngocok di hadapannya. Seperti penonton yang budiman, pandangan mata Dina mengarah ke kontolku yang sedang aku kocok dan terkadang dia juga memandang ke wajahku.
Esh..., crot..., crot..., crot..., akhirnya disaksikan langsung oleh Dina aku nembak mani. Nampak Dina sedikit terkejut saat menyaksikan bagaimana maniku itu muncrat dari kontolku. Akupun begitu berkelonjotan penuh kenikmatan di hadapan Dina. Sebagai maniku mengenai wajah serta tubuhnya, dan sebagian lagi bercereran di lantai. Aku gak sempat menampung maniku karena tangan kiriku memegang HP yang sedang merekam. Di depan Dina, begitu bebasnya maniku itu muncrat dan aku sangat menikmati dorongan maniku yang keluar dari kontolku.
Beruntungnya Dina juga dalam keadaan bugil. Kalau singletnya tidak aku buka, pasti mengenainya dan akan nampak bekas maniku itu di singletnya. Dan setelah aku selesai berkelonjotan penuh kenikmatan di depan Dina, lalu aku gesekkan kepala kontolku ke wajah Dina untuk membersihkan sisa maniku yang masih menempel di kepala kontolku itu. Kemudian, dengan jari telunjukku aku menyeka maniku yang berada di wajah Dina sambil menyuruhnya untuk membuka mulut, lalu aku masukkan telunjukku yang berlumuran mani itu ke dalam mulut Dila. Begitu seterusnya hingga maniku yang berada di wajah serta tubuh Dina bersih tanpa tersisa. Begitu lucunya wajah Dina saat telunjukku itu masuk ke dalam mulutnya dan dia aku suruh merapatkan mulutnya agar aku bisa membersihkan maniku yang menempel di jariku itu di dalam mulutnya. Apalagi saat Dina menelan maniku. Ah..., lonte kecil kau Dina...
Sambil tetap mengajak Dina bercanda, perlahan aku melesakkan kontolku yang sudah tidak ereksi itu ke dalam mulutnya. Hal itu aku lakukan karena aku ingin kencing di dalam mulutnya. Sambil aku suruh Dina untuk menghisap kontolku, dengan sangat perlahan aku kencing di dalam mulut Dina dan dia meminumnya. Begitu aku nikmati sensasi kencing di dalam mulut Dina karena aku harus mengatur kencingku agar sedikit demi sedikit keluar dan Dina benar-benar meminumnya tanpa tersisa. Beberapa kali Dina berusaha melepaskan kontolku dari mulutnya, dan itu memang aku biarkan, untuk kemudian aku kembali memasukkannya dan kencing lagi. Itulah sensasi kenikmatan yang aku rasakan.
Memang gak banyak sih air kencingku itu..., tapi sensasinya lho... Apalagi melihat reaksi wajah Dina yang secara perlahan menghisap sambil menelan air kencingku. Ah..., dan setelah selesai kencing, lalu aku mematikan mode merekam video di HPku. Saat aku mematikan mode merekam di HPku, aku lihat jam menunjukkan pukul 11:44. Lalu aku mengenakan kembali baju serta celanaku. Kemudian aku keluar untuk mengambil kain lap yang ada di motorku. Dina yang masih dalam keadaan bugil hanya duduk diam sambil memperhatikan aku yang sedang membersihkan ceceran maniku di lantai. Dan kemudian, setelah bersih lantai itu dari maniku, aku kembali ke motorku untuk menyimpan kain lapku.
Sambil menyuruh Dina berdiri di atas kursi, aku kembali menelusuri wajah serta tubuh Dina untuk memastikan bahwa tidak ada bekas maniku itu di tubuhnya. Beberapa kali aku memberi ludah pada jari telunjukku untuk kemudian aku oleskan ke bagian tubuh Dina yang terkena maniku agar lebih memastikan tidak ada bercak maniku di tubuhnya. Dan sebelum aku mengenakan kembali singlet si Dina itu, aku sempatkan juga dengan penuh perasaan mengecup serta menghisap puting teteknya yang masih rata itu. Begitu juga saat aku mengenakan kembali celananya, aku sempatkan juga untuk mengecup dan menjilat pepeknya. Dan Dina hanya tertawa kegelian saja.
Setelah semua sudah selesai dan aman, aku mengalihkan perhatian si Dina dengan mengajaknya main games yang ada di HPku. Sambil aku pangku, aku memainkan games dan menyelinginya dengan mengajaknya bercanda. Dina nampak senang melihat permainan yang aku mainkan dan dia tertawa riang saat aku ajak bercanda.
Saat itu kontolku kembali menggeliat dan aku sudahi dulu permainan gamesku. Sambil menyuruh Dina untuk turun dari pangkuanku, aku kembali mengeluarkan kontolku. Dina yang saat itu berdiri di depanku menyaksikan dengan seksama bagaimana tanganku secara perlahan mulai membuat kontolku ereksi. Sampai akhirnya, sambil meraih HPku dan menghidupkan kembali mode merekam video, aku raih tangan kanan Dina dan aku bimbing untuk memegang serta mencengram batang kontolku. Di tangan Dina itulah perlahan kontolku mulai ereksi. Pandangan matanya begitu tertuju pada kontolku dan saat dia merasakan kontolku perlahan mulai ereksi mengeras di tangannya, pandangannya beralih melihat ke wajahku. Akupun dengan sigap mengajaknya bercanda sambil membimbing tangannya untuk mengocoki kontolku.
Begitu aku nikmati bagaimana tangan mungil si Dina itu secara perlahan mengocoki kontolku. Tanganku yang menggenggam tangan Dina terus saja membimbingnya untuk tetap mengocoki kontolku. Sensasi yang luar biasa, di tambah lagi dengan pandangan mata Dina yang tertuju pada tangannya yang sedang mengocoki kontolku membuat pikiranku melayang dengan apa yang ada di dalam benak si Dina itu. Lonte kecil kau Dina..., aku tidak dapat menahan dorongan maniku untuk kembali muncrat. Nampak Dina terkejut saat menyaksikan maniku itu muncrat secara perlahan keluar dari kontolku dan melumuri tanganku serta tangannya. Sambil mengajaknya bercanda, aku suruh Dina berbaring di kursi. Lalu aku menyandarkan kembali HPku di toples dan aku menyuruh Dina untuk membuka mulutnya. Perlahan aku raih tangan kanan Dina dan aku letak tepat di atas mulutnya. Dengan jari telunjuk tangan kiriku, kemudian aku bersihkan maniku itu dengan menyisihkan serta mengusap maniku yang menempel di tangan Dina dan aku biarkan menetes masuk ke dalam mulutnya si Dina. Begitu juga dengan mani yang menempel di tanganku. Sambil aku ajak bercanda, terus saja aku bersihkan maniku itu hingga benar-benar bersih. Begitu menggemaskan melihat Dina yang diam memperhatikan aku dengan mulut yang terbuka menerima dan menelan tetesan maniku. Dan setelah aku pastikan maniku itu sudah benar-benar Dina telan tanpa tersisa, kemudian aku melumatkan bibirku ke bibir Dina. Setelah puas aku mencium bibir Dina, kembali aku menyuruh Dia untuk membuka mulutnya. Sambil meraih HPku, kemudian aku mematikan mode merekam untuk mengalihkannya ke mode merekam dengan kamera depan, dan perlahan aku kembali mendekati wajah Dina. Dalam jarak sekitar 10 cm antara mulutku dengan mulut Dina yang sudah terbuka itu, kemudian aku meludah ke dalam mulutnya dan aku suruh juga si Dina untuk menelannya. Esh..., dasar lonte cilik...
Walau durasinya sangat singkat, yaitu dari jam 12:01-12:05, tapi begitu sangat mengesankan. Dan setelah itu aku kembali mengajak Dina untuk main games sambil sesekali mengajaknya bercanda. Begitu riang Dina saat itu karena permainan games serta candaanku. Hingga sekitar jam 12:27 Sari pulang dengan sedikit terburu-buru.
"Sorry bro, gw kelamaan. Bannya bocor jadi gw nambal dan ni gw sekalian beli makan siang...", kata Sari sambil masuk ke dalam teras.
"Aman sist..., ni bocil juga anteng kok...", sahutku dengan sedikit berdebar karena menunggu reaksi dari Dina.
"Ni mami bawa jajanan, tadi sama om main games aja ya Dina... Uh..., dasar ni si om, mau jalan pintas aja...", kata Sari kepada Dina dan juga kepadaku dengan nada bercanda. Dan aku juga hanya tertawa dalam menanggapinya.
Singkatnya kami ngobrol sambil makan siang dan selama aku ngobrol dengan Sari, tak pernah luput perhatianku pada Dina untuk memastikan reaksinya. Begitu juga saat setelah kami selesai makan dan melanjutkan obrolan, Dina sengaja aku ajak untuk duduk di pangkuanku dan dia mau. Hingga sore sekitar jam 14:45 aku pulang dari rumah Sari.
Ah..., gak nyangka mendapat kesempatan emas. Rencana awal ingin ngocok di rumah Sari untuk mendapatkan sensasi kenikmatan, malahan dapat yang lebih luar biasa sensasinya, dengan aku bugil ngocok di rumah Sari, di depan keponakannya. Ditambah lagi sensasi bagaimana melihat maniku itu di minum oleh Dina, begitu juga dengan air kencingku dan ludahku. Esh..., dasar lonte cilik kau Dina...