Tanggal 08-06-2022, jam 08:45 aku tidak menyadari bahwa si Meisya sedang memperhatikan aku yang sedang asik bugil ngocok di jendela. Saat itu tangan Meisya memegang jerjak pagar sementara wajahnya benar-benar mengarah ke jendela memperhatikan aku ngocok. Jarak antara aku dengan Meisya kurang dari 2 m, dan Meisya berada di samping kanan posisi aku ngocok tepat di sudut tembok pembatas antara rumahku dengan rumah Jeni.
Lonte pepek torok si Meisya ini... sambil ngocok aku biarkan Meisya memuaskan pandangannya memperhatikan tanganku yang semakin cepat mengocoki kontolku. Ah..., benar-benar torok kau Meisya, anak perempuan yang akan naik kelas 6 SD ini, karena begitu sangat antusias dia memperhatikan kontolku yang sedang aku kocok hingga dia tidak menyadari kalau aku juga sambil ngocok memperhatikan wajahnya. Hingga saat pandangannya mengarah ke wajahku dan tatapan mata kami saling beradu, baru si Meisya menyadari kalau aku juga sedang menatap wajahnya, eh... dasar lonte lah... menyadari hal itu Meisya langsung menggeser posisinya menjauh.
Aku tahu, posisi Meisya saat itu berada di depan gerbang rumahnya, karena masih dapat aku lihat kepala Meisya dari posisi aku ngocok. Makanya tetap saja aku lanjutkan acara ngocokku sambil berharap Meisya akan kembali menonton aku ngocok.
Tak berapa lama kemudian aku dengar suara Jeni berbicara pada Meisya. Perlahan nampak Jeni mendorong motornya dari teras rumahnya dan akhirnya sampai di depan pintu gerbangku sambil menyuruh Meisya menutup pintu rumah dan gerbangnya.
Ah..., lonte pepek torok..., semakin aku dekatkan tubuhku ke jerjak jendela rumahku. Bahkan kepala kontolku beberapa kali menyentuh kaca jendelaku. Begitu penuh semangat aku ngocok di depan Jeni yang sedang menunggu Meisya menutup pintu rumah dan gerbangnya.
Tak aku hiraukan suara berisik tanganku yang begitu cepat mengocoki kontolku terdengar begitu sangat jelas. Ditambah lagi kopyor-kopyor telor kontolku yang aku ikat dengan tali ikut naik turun seiring dengan kocokan tanganku terkadang beradu dengan jerjak jendela menambah suara berisik suasana ngocokku saat itu.
Aku tahu Jeni sepertinya mendengar jelas suara ngocokku, sesekali si Jeni melirik ke jendela. Nampak jelas dari bahasa tubuhnya si Jeni begitu grogi. Apalagi saat dia memanggil Meisya, aku tahu dia pura-pura memalingkan wajahnya ke belakang, tapi sebelumnya dia sempatkan untuk melihat ke jendela dimana aku dengan begitu penuh birahi ngocok ke arahnya dengan jarak kurang dari 2 m.
Dasar lonte pepek torok..., semakin cepat tanganku ini mengocoki kontolku disaat Meisya sudah menutup pintu dan gerbangnya, kemudian seperti disengaja Meisya berdiri sedikit lama di samping motor sambil melirik ke jendela. Jeni juga sepertinya sengaja berbincang dengan Meisya sambil memalingkan wajahnya ke belakang.
Kemudian Meisya naik di boncengan belakang motor sambil terus saja pandangan matanya mengarah ke jendela dimana aku begitu sangat bersemangat semakin mempercepat kocokan tanganku di kontolku.
Momen yang sangat langka dan sepertinya Jeni juga sengaja. Karena setelah Meisya naik ke motor, Jeni belum juga menyalakan motornya. Malahan mereka nampak berlama-lama berada di depan gerbangku. Dan jujur saja, Meisya terus saja memandangku yang sedang ngocok mengekspresikan birahiku di depan mereka berdua. Ah..., begitu nikmatnya aku ngocok di depan ibu dan anak ini. Begitu rapatnya tubuhku ini di jerjak jendela sambil mengocoki kontolku di depan mereka hingga akhirnya sambil berkelonjot penuh kenikmatan aku nembak mani.
Begitu selesai aku nembak mani dan berkelonjotan penuh kenikmatan, kemudian Jeni menghidupkan motornya dan berlalu dari gerbang rumahku.
Ah..., dasar lonte pepek torok..., apa mungkin si Jeni sengaja membiarkan anaknya, yaitu Meisya untuk menonton aku ngocok?