Minggu, 18 Desember 2022

Wajah Cuek "Kia"

Tanggal 18-12-2022, jam 08:29-08:33 saat Kia berak dengan pintu luar kamar mandi yang terbuka lebar, aku yang sedang berada di dapur rumahku dengan sangat santai ngocok dengan telor kontol yang aku ikat dan menghadapkan tubuhku ke arahnya. Beberapa kali Kia menundukkan kepalanya sesaat setelah dia melihat aku yang berdiri ngocok sekitar 5 m di depannya. Walau tidak sampai nembak mani, tapi bagiku Kia dapat melihat dengan jelas bagaimana telor kontolku yang kopyor-kopyor bergerak naik turun seirama dengan kocokan tanganku di kontolku.
Selang beberapa waktu kemudian, Kia bermain di halaman rumah tepat di depan pintu rumahku. Dari balik jendela begitu aku awasi pergerakan Kia yang sedang bermain bersama ***** dan **. Hingga saat Kia dalam posisi sendiri, perlahan aku keluar dari kamar **** dan langsung ngocok menghadap Kia yang sedang asik jongkok bermain. Jam 10:44-10:47 dengan jarak sekitar 3 m aku ngocok sambil memperhatikan Kia.
"Main apa Kia...", kataku pada Kia yang membuat dia menghentikan permainannya dan melihat ke arah aku yang sedang berdiri ngocok.
Dasar lonte pepek torok..., begitu cuek sekali Kia saat itu. Setelah melihat aku ngocok dengan telor kontolku yang aku ikat kopyor-kopyor di depannya, dia kembali melanjutkan aktifitas bermainnya. Ah..., pepek lonte..., saat Kia kembali melihat sekilas ke arah aku, muncrat maniku di depannya. Uh..., seperti jinak-jinak merpati si Kia itu. Dasar pepek...



Rabu, 30 November 2022

Wajah Masam "Kia"

Tanggal 30-11-2022, jam 10:38-10:42 disaksikan oleh Kia, aku ngocok sampai nembak mani di depannya. Ini adalah yang paling perdana aku benar-benar ngocok disaksikan Kia secara langsung.
Jujur saja, aku benar-benar sangat nekat. Suasana hiruk pikuk di rumah karena aktifitas tidak membuat aku menyia-nyiakan kesempatan untuk dapat ngocok di depan Kia yang saat itu sedang duduk di kursi tamu.
Dari dalam kamarku, begitu sabar aku menunggu kesempatan untuk dapat ngocok di depan Kia. ***** dan ** yang bermain bersama Kia membuat aku harus menunggu kesempatan yang ada. Pintu kamarku hanya sedikit saja aku buka untuk melihat situasi yang ada. 
Hingga akhirnya Kia sedang dalam posisi sendiri di ruang tamu rumahku dan secara perlahan sambil terus saja ngocok aku berjalan keluar kamar untuk mendekatinya. Kia nampak sedang asik dengan mainannya dan sesaat setelah aku keluar dari kamar, langsung saja aku memanggil nama Kia agar dia menoleh ke arah aku.
"Kia...", kataku memanggil namanya dengan tidak menghentikan kocokan tanganku di kontolku dan tetap meneruskan langkahku lebih mendekati Kia hingga jarak antara aku dengan Kia hanya 1 m.
Dari wajah Kia, nampak dia sedikit gugup melihat aku yang secara perlahan berjalan ke arahnya dengan posisi kontol yang sedang aku kocok. Sesaat setelah Kia melihat aku ngocok dan aku sudah berada sekitar 1 m di depannya, Kia turun dari kursi dan langsung bilang minta pulang.
"Mana Kia...", kataku dengan sedikit bergemuruh saat aku melihat Kia turun dari kursi.
"Pulang...", kata Kia sambil memperhatikan kontolku yang sedang aku kocok dan telor kontolku yang membulat karena aku ikat.
"Sini aja...", kataku dengan suara yang sedikit bergetar karena aku masih terus saja ngocok di depannya.
"Pulang...", kata Kia dengan wajah yang begitu masam dan berusaha menghindari tangan kiriku yang hendak menahan langkahnya.
Ah..., dasar lonte pepek torok..., di depan Kia yang berusaha menghindar dariku, muncratan maniku tidak dapat aku tahan yang akhirnya aku tampung dan tahan dengan tangan kiriku. Dasar pepek..., Kia akhirnya pulang, sementara aku berkelonjotan penuh nikmat sambil menahan muncratan maniku dengan tangan kiriku.
Ada satu kesan yang sedikit mengganjal saat Kia pulang. Karena dia langsung menutup pintu rumah mertuaku. Apakah dia ngerti saat itu aku sedang ngocok di depannya? 

Selasa, 01 November 2022

VC Dan Photo Bugil "Dewi"

Sudah hampir 8 bulan aku sepertinya hilang kontak dengan teman kecilku, Dewi. Dia adalah temanku sedari masih duduk di bangku SD. Aku tahu, Dewi dari dulu menaruh perhatian padaku dan bahkan dulu dia berharap untuk menjadikan aku sebagai pacarnya. Itu dia lakukan semasa kami SMP hingga pada saat kuliah. Jujur, aku hanya menanggapinya sebagai teman dan bahkan sebagai sahabatku. Hingga waktu terus berjalan dan masing-masing dari kami sudah mempunyai pasangan serta anak. Hubungan kami dari jaman masih menggunakan surat, SMS, BBM dan lain sebagainya berjalan seperti hubungan pertemanan sebagaimana umumnya.
Hingga suatu malam, saat aku sedang kumpul bersama teman-teman club motorku, tiba-tiba Dewi WA aku dengan mengirimkan sebuah photo. Iya, photo dia sedang menggunakan tank top dan akupun langsung menjauh dari kumpulan clubku agar mereka tidak melihat photo tersebut. Saat itu aku tidak berpikir apa-apa selain menjawab kalau dia salah kirim photo. Aku sangat ingat, Dewi saat itu hanya menjawab "ooops, sorry salah kirim", yang langsung aku jawab hanya dengan ketawa aja. 
Dan entah kenapa saat itu aku iseng dengan menjawab "gak mau" saat Dewi meminta aku untuk menghapusnya. Ya, walaupun dia temanku, tapi ya denyut juga kontolku melihat tetek Dewi yang hanya menggunakan tank top tanpa memakai BH.
Jujur saja, dari situlah keisenganku pada Dewi aku mulai yang mungkin saja dia anggap aku menerima kehadirannya lebih dari teman biasa. Dan mulai dari malam itu, Dewi sering mengirim aku photo-photo seksinya yang aku jawab dengan mengikuti arus dari percakapan WA kami. 
Dari photo-photo seksinya yang sedang senam, perlahan Dewi mulai menyingkapkan pahanya. Berlanjut dengan photonya yang setengah bugil dengan tetek yang tertutup BHnya. Dan secara perlahan Dewi mulai mengirimkan photo tubuhnya secara utuh dengan hanya memakai sempak dan BH sebagai penutupnya. Kadangpun Dewi mengirimkan photonya saat dia hanya memakai handuk.
Saat itu tak ada niat aku untuk memanfaatkan situasi yang aku tahu Dewi merasa aku membuka diriku untuknya. Aku hanya mengikuti alur dari percakapan maupun WA yang kami lakukan. Dan Dewi sepertinya begitu terbuai dengan mengirimkan photo bugilnya padaku, walau dia sengaja melintangkan pahanya untuk menutupi pepeknya di setiap dia mengirim photo bugilnya. Iya, photo seluruh tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Ah..., dasar lonte si Dewi itu, membuat keisenganku sepertinya menjadi tidak terkendali.
Jujur saja, yang awalnya aku hanya mengikuti alur percakapan, makin lama aku mulai meminta langsung photo bugil si Dewi saat dia sudah mulai jarang mengirimi aku photonya. Dan tentu saja Dewi begitu senang hati untuk mengirim photo bugilnya. Sudah ratusan photo bugil Dewi yang aku simpan di HP maupun di laptopku.
Dari awalnya photo bugil yang hanya menampakkan lekuk tubuhnya Dewi, akhirnya aku berani minta photo close up pepeknya. Iya, aku benar-benar meminta photo pepek si Dewi secara khusus yang hanya terfokus pada pepeknya saja dan Dewi mau. Dasar benar-benar lonte si Dewi itu.
Aku bahkan sudah mulai berani mengajaknya Video Call sambil sesekali merayunya. Memuji tentang keindahan tubuhnya. Dan dengan sangat suka rela Dewi melepas seluruh pakaiannya hingga kami sering VC dalam keadaan Dewi tanpa sehelai benangpun di tubuhnya. 
Semakin hari, Dewi sering VC denganku dalam keadaan bugil. Dan itu sudah menjadi hal yang biasa bagi aku dan Dewi. Dan tetap, aku hanya mengikuti alur dari pembicaraan kami dengan kadang aku meminta Dewi memfokuskan kameranya ke teteknya hingga ke pepeknya. Ya memang, dalam beberapa kesempatan ngobrol kami, aku katakan aku kepingin ngentot dengannya. Begitu nampak berbinar mata Dewi mendengar ucapanku itu. 
Hingga suatu hari, obrolan kami terfokus pada cara mengurut kontol. Oh ya..., dalam hal sex, Dewi nampak lebih banyak mengetahui soal kesehatan kontol. Hal itu menjadi bahan obrolan yang panjang antara aku dan Dewi. Dan aku secara iseng bilang ke Dewi, bagaimana sih cara mengurut kontol. Melalui VC Dewi memperagakan bagaimana cara mengurut kontol yang dia dapat dari saran dokter pribadinya saat suami si Dewi ada masalah dengan sexnya.
Sengaja aku pura-pura bego dan menanyakan hal ini dan itu pada Dewi yang akhirnya aku meminta jumpa pada Dewi kalau aku kembali ke kotaku.
Singkatnya, saat aku kembali ke kotaku, aku katakan ke Dewi kalau aku ingin jumpa. Begitu nampak wajah gugup Dewi mendengar kalau aku sudah tiba dan mengajak ketemuan. Setelah beberapa kali buat janjian, akhirnya kami sepakat jumpa di toko si Dewi. Dan akupun sudah mempersiapkan rencana apa yang akan aku buat pada Dewi.
Saat hari pertemuan kami, sengaja dari rumah aku tidak memakai sempak. Jujur, aku hanya nekat saja dengan berencana memperlihatkan kontolku pada Dewi dan ingin ngocok di depannya. Tak aku pikirkan apakah Dewi akan menerima perlakuanku atau tidak, karena bagiku toh aku juga sudah puas melihat seluruh tubuhnya hingga pepeknya saat aku VC dengannya.
Saat berjumpa, dengan sedikit ngobrol soal kabar dan lainnya, akhirnya obrolan kami langsung ke cara mengurut kontol. Aku tahu, rona wajah Dewi begitu berubah saat itu. Mungkin dia gak menyangka aku berani bertanya langsung padanya soal itu. Di dalam tokonya kami duduk di lantai dan nampak begitu grogi Dewi menjelaskan padaku sambil memperagakan bagaimana cara mengurut kontol di depanku. Jujur, aku hanya mencari waktu saat itu untuk mengeluarkan kontolku.
Dan akhirnya, sambil bertumpu dengan lututku, di depan Dewi aku membuka resleting celanaku sambil terus mengeluarkan kontolku.
"Sorry Dewi, dari pada ribet jelasin dan memperagakannya, ini lebih bagus praktek langsung aja...", kataku sambil bangkit dan bertumpu pada lututku serta mengeluarkan kontolku.
"Sengaja tadi dari rumah gak pakai sempak biar enak praktek langsung...", kataku lagi pada Dewi.
"Ish..., nekat kali..., ini di toko lho...", kata Dewi sedikit berbisik dengan mata berbinar melihat kontolku.
"Ah..., masa bodo aja, kan nampak kalau nanti ada orang yang mau masuk ke toko...", jawabku yang membuat Dewi semakin mendekatkan dirinya ke arah aku.
Dan perlahan tangan kanan Dewi mulai memegang kontolku. Begitu nampak jelas birahi yang tertahan di wajah Dewi. Sambil memegang dan menarik kontolku seperti sedang mengurut, perlahan Dewi mendekatkan wajahnya ke wajahku. Jujur, begitu buas Dewi melumat bibirku dengan bibirnya. Ada desah yang begitu jelas terdengar olehku dan jujur, aku sedikit geli karena hal itu.
Apalagi mungkin karena birahi Dewi sudah tak tertahankan lagi olehnya, tanpa aku duga, Dewi yang memegang kontolku itu tiba-tiba memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Iya, Dewi karoake kontolku. Begitu buas Dewi mengulum dan menghisapi kontolku dengan desah birahi yang terdengar begitu nyata. Begitu lama dia melakukan oral sex padaku. Seperti tidak menyadari tempat, yang awalnya dia mengingatkan padaku kalau kami sedang berada di tokonya yang sedang terbuka lebar, malahan Dewi begitu menikmati kontolku yang keluar masuk di mulutnya.
Ah..., Dewi..., sabahat kecilku... 
Akupun akhirnya meminta Dewi menyingkapkan bajunya dan aku netek di teteknya. Jujur, puting tetek Dewi itu lumayan besar. Dan setelah itu, kembali Dewi menghisap kontolku hingga puas. Nampak Dewi begitu berat hati mengeluarkan kontolku dari dalam mulutnya. Saat Dewi selesai, perlahan aku membuka kancing serta resleting celana Dewi. Dasar lonte..., Dewi hanya diam sambil menunggu apa yang akan aku lakukan berikutnya.
Tapi karena memang sebenarnya posisi kami yang sedang berada di toko dan banyak aktifitas di luar yang membuat tidak begitu nyaman. Akhirnya walau terasa gantung, kami sudahi dulu dan kami berencana untuk keluar minum kopi. Tapi sebelum itu, saat Dewi membelakangi aku, sengaja aku tarik celana Dewi hingga nampak pantat dan pepeknya. Secara nyata aku juga sempat ngocok kontolku di depan Dewi walau hanya sebentar. Dan memang dasar lonte si Dewi itu..., dia hanya tertawa sambil mengatakan padaku, "nanti ya kita nyari tempat kalau mau yang lebih...". Wah..., jujur saja aku gak begitu tertarik. Lagian aku hanya iseng aja dan tujuan awalku hanya ingin ngocok di depan dia. 
Setelah kejadian itu, makin sering Dewi mengirimi photo bugilnya dan tanpa aku suruh Dewi kadang mengirim photo pepeknya juga. Begitu juga saat kami VC, tanpa malu, Dewi ngocok pepeknya walau dia tidak mengarahkan langsung kameranya ke pepeknya yang sedang dia kocok. Hanya nampak gerakan tubuh dan gerakan tangannya yang mengarah ke pepeknya yang tidak dapat dia sembunyikan dari aku bahwa saat itu dia sedang ngocok pepek.
Sering Dewi sambil VC melakukan hal itu yang membuat aku akhirnya punya rencana untuk merekam VC kami melalu fasilitas screen recorder. Dan akhirnya, setelah rencanaku sudah matang, aku VC si Dewi sambil langsung mengatakan kalau aku ingin Dewi bugil. Ah..., dasar benar-benar lonte si Dewi itu..., setelah beberapa saat kami ngobrol, perlahan Dewi mulai menanggalkan satu persatu pakaiannya hingga Dewi benar-benar dalam keadaan bugil tanpa sehelai benangpun. Dan entah kenapa, aku begitu melihat birahi yang sangat tertahan di wajah Dewi. Akupun semakin mengikuti alur pembicaraan kami sambil sesekali meminta Dewi memperlihatkan pepeknya. 
Nampak jelas wajah Dewi yang begitu penuh birahi dan Dewi memenuhi permintaanku agar mengarahkan kameranya ke arah pepeknya. Sambil aku sedikit memuji keindahan tubuhnya, kembali Dewi mengarahkan kameranya ke arah teteknya sambil mempermainkan putingnya. Sambil ngobrol, aku mulai melihat gerakan-gerakan tubuh Dewi. Tangannya yang sebelumnya mempermainkan puting teteknya sudah nampak mengarah ke bagian bawah tubuhnya. Sesekali aku mendengar desah Dewi yang membuat aku untuk beberapa saat membiarkan Dewi melakukan itu sambil terus mengajaknya ngobrol.
Saat aku melihat gerakan tangannya yang nampak semakin cepat, aku langsung meminta Dewi untuk kembali mengarahkan kameranya ke pepeknya. Dan benar saja, mungkin Dewi sudah merasa tanggung, yang membuat dia tidak menghentikan kocokan tangannya di pepeknya saat dia mengarahkan kameranya ke pepeknya. Esh..., benar-benar lonte si Dewi itu. Nampak sekitar pepek Dewi sudah berlendir dan jari telunjuknya tak henti-hentinya keluar masuk di pepeknya sementara jari tengahnya sesekali nampak seperti mengelus sekitar pepeknya yang sudah berlendir itu. Begitu nyata terdengar desahannya. Dasar lonte kau Dewi.
Sambil ngocok Dewi tetap mengarahkan kameranya ke arah pepeknya seperti membiarkan aku untuk ikut merasakan kenikmatan jari tangannya yang sedang mengocoki pepeknya. Ah..., benar-benar lonte kau Dewi... Ya jujur saja, ngences juga kontolku saat itu. Bayangkan saja saat itu aku VC dengan Dewi yang sedang ngocok pepek sambil ngobrol langsung denganku.
Singkatnya, ada beberapa rekaman dari hasil screen recorder yang aku lakukan saat aku VC dengan Dewi. Untungnya HPku beserta sistem dan memorinya sangat mendukung untuk menyimpan file yang sangat besar. Jadi setelah aku menemukan ide untuk merekam VC kami, hampir setiap VC yang kami lakukan itu aku rekam dan tetap kondisi Dewi saat itu adalah dalam keadaan bugil.
Sampai akhirnya Dewi meminta lebih padaku dengan permintaan yang konyol. Dan aku tahu, permintaan itu sepertinya berasal dari saran temannya. Teman perempuannya yang punya trauma pada hubungan dengan lelaki. Aku tahu jalan cerita temannya itu. Makanya aku bisa tebak permintaan yang Dewi lakukan padaku itu berasal dari temannya. Dan akhirnya kami bertengkar hingga Dewi sudah tidak mau berkomunikasi lagi dengan aku.
Hingga saat ini kami benar-benar hilang komunikasi. Dan untuk mengenang Dewi, sengaja aku buat photo profile dengan gambar dari crop screenshot pepek Dewi yang sedang dia kocok dengan jarinya. Dan terkadang aku ganti dengan photo tubuh setengah bugil Dewi yang sedang memakai handuk yang menutupi sedikit bagian depan tubuhnya. Ya aku juga ngerti, gak mungkin juga aku tunjukkan wajahnya. Jadi sengaja aku crop sebatas tubuhnya saja.
Ah..., Dewi...

Sabtu, 29 Oktober 2022

Pepek Mungil "Kia" -*-

Tanggal 28-10-2022, jam 09:14 secara tak sengaja aku mendapati Kia sedang mandi sendiri di kamar mandi rumah mertuaku. Awalnya saat aku keluar dari kamar mandi aku lihat Kia sedang mandi dan bermain air. Tak aku lihat ada seorangpun di kamar mandi itu selain hanya Kia seorang diri. Hal itu membuat aku menghentikan langkahku sambil terus saja memandang Kia yang sedang asik bermain air. Saat itu Kia masih membelakangi aku. Dan karena aku yakin kalau Kia hanya seorang diri di kamar mandi, perlahan aku mengeluarkan kontolku dari dalam celanaku sambil membuatnya ereksi. Walau membelakangi aku, tapi tubuh bugil Kia membuat kontolku berdenyut hebat dan tak butuh waktu lama untuk membuatnya ereksi. 
Santai saja, sekitar 1 m di depan pintu kamar mandi rumahku, perlahan aku mulai mengocoki kontolku sambil memandang tubuh bugil Kia. Dan aku semakin mendekatkan posisiku ke pintu dapur rumahku sambil terus saja mengocoki kontolku saat Kia membalikkan tubuhnya ke arah aku dan memperlihatkan bagaimana indahnya bentuk pepek mungilnya itu. Tapi sayangnya Kia tidak memandang ke arah aku karena asiknya dia bermain air. Dan akupun tidak sempat nembak mani karena aku mendengar suara Nilma memanggil nama Kia. Ah..., dasar lonte pepek torok...

Jumat, 14 Oktober 2022

Bugil Ngocok Di Kamar "Nilma" -*-

Memang dasar lonte pepek torok si Nilma itu. Cara dia berpakaian itu lho yang membuat birahiku begitu terpicu. Baju daster longgar dengan lengan pendek merupakan pakaian yang sering dia gunakan. Sering aku ngobrol dengan dia yang secara sadar atau tidak, terkadang Nilma menaikkan tangannya yang membuat bagian samping teteknya nampak olehku. Bahkan menarik bagian sisi samping baju dasternya merupakan hal biasa bagi Nilma saat aku berada di dekatnya yang otomatis menonjolkan lekuk tubuhnya, khususnya pantatnya. Ah..., lonte kau Nilma...
Jujur saja, aku begitu sulit untuk menjadikan Nilma sebagai target ngocokku. Karena tidak ada alasan bagiku untuk datang ke rumah mertuaku saat mertuaku sedang tidak berada di rumah dan Nilma sedang sendiri bersama Kia di sana. Setiap kesempatan selalu saja aku pergunakan dengan sebaik-baiknya walau hanya mengeluarkan kontolku di belakang Nilma saat dia menjemur pakaian dan aku juga menjemur pakaianku. Padahal memang sudah aku rencanakan perkiraan kapan Nilma menjemur pakaian dan kemudian aku keluar sambil menjemur pakaianku dengan sedikit memperlambat aktifitasku untuk menunggu Nilma keluar menjemur pakaiannya juga. Dan itu memang berhasil, karena sudah dua kali aku melakukan hal seperti itu, walau tidak sempat ngocok di belakang Nilma.
Kia juga dalam beberapa hari setelah kepindahan mereka sudah mulai mau aku ajak bercanda walau masih nampak agak takut padaku. Sampai-sampai untuk membuatnya lebih akrab denganku, sengaja aku sering menggendongnya sambil mengajaknya bercanda.
Tanggal 14-10-2022, jam 08:58-09:33 begitu nekatnya aku bugil ngocok di kamar Nilma, sementara Nilma, Kia dan mertuaku juga ada di rumah itu juga. Gak terbayang resiko yang akan aku hadapi seandainya tiba-tiba Nilma masuk dan mendapati aku dalam keadaan bugil dengan kontol ereksi di dalam kamarnya.
Awalnya sekitar jam delapanan aku mendengar suara mertuaku yang memanggil namaku. Saat itu aku berada di dalam kamarku sedang ngocok sambil memutar ulang hasil rekamanku saat ngocok di depan Dila dan dengan sedikit rasa malas akhirnya aku memakai celanaku untuk membuka pintu rumahku. Sengaja sebelum aku keluar dari kamar untuk membuka pintu depan, aku mengepit telor kontolku yang sudah aku ikat itu dengan kedua pahaku agar ada sensasi saat aku bertemu dengan mertuaku.
"***, tadi di kamar Nilma ada suara meledak la..., bisa tolong lihatkan kenapa itu dan ini rumah juga listriknya mati...", kata mertuaku saat aku membuka pintu.
Ya udah sambil aku katakan pada mertuaku bahwa aku akan mempersiapkan peralatan kerja, lalu aku masuk ke kamar ****, sementara mertuaku kembali lagi ke rumahnya. Ah..., saat itu begitu berkecamuknya hatiku. Karena keinginan ngocokku tiba-tiba muncul, walau aku tidak tahu kesempatan apa yang dapat aku pergunakan untuk dapat ngocok di rumah mertuaku itu. Sengaja aku tidak memakai sempak dan membiarkan telor kontolku tetap dalam posisi terikat. Entahlah, saat itu aku hanya mencoba keberuntunganku.
Singkatnya, setelah aku memeriksa kendala yang terjadi di kamar Nilma, kemudian aku menghidupkan listrik mertuaku. Saat aku keluar dari kamar Nilma, mertuaku sedang duduk di dapur bersama si Nilma dan Kia. Ah..., lonte pepek torok... Aku merasa ada kesempatan untuk dapat ngocok di kamar Nilma.
"Ini listrik saya hidupkan ya...", kataku pada mereka sesaat setelah aku menghidupkan listrik rumah mertuaku.
"Oh..., dah siap ya ***...", kata mertuaku yang aku jawab kalau kerjaannya belum siap dan harus diperiksa kabelnya.
"Ni saya mau bawa tangga dulu, mau lihat kabel-kabelnya", kataku menerangkan pada mertuaku sambil aku kemudian keluar rumah mertuaku untuk mengambil tangga.
"Nanti jangan masuk ya Nilma..., karena kabel-kabelnya mau saya buka", kataku pada Nilma saat aku hendak masuk ke kamarnya. 
"Iya bang, tapi gak bahaya itu...", jawab Nilma.
"Ya klo saya gak papa, takutnya nanti klo Nilma atau Kia masuk ke kamar kena kabelnya pula itu...", kataku lagi pada Nilma dengan gemuruh di dada karena aku sudah memantapkan rencananku untuk ngocok di kamarnya.
"Dah biasa itu si ***** kerja seperti itu", timpal mertuaku yang membuat Nilma sedikit mengangguk-anggukkan kepalanya.
"TV bisa ibu hidupkan, ***...?", kata mertuaku lagi yang langsung aku iyakan dan kemudian aku masuk ke dalam kamar Nilma.
Beberapa saat aku berdiam di kamar Nilma sambil memikirkan sensasi apa yang akan aku lakukan. Dan dengan berpura-pura melihat kondisi kabel yang berada di dinding, aku berdiri di atas tangga. Berhubung di kamar Nilma belum terpasang plafon, dari posisiku berdiri di atas tangga itu aku dapat melihat dengan jelas keberadaan mertuaku serta Nilma yang sudah duduk menonton TV. Secara sengaja, aku sedikit membuat suara aktifitas pekerjaanku yang membuat Nilma melirik ke atas dan melihat aku.
"Hati-hati bang..., itu di meja rias ada tisu bang. Kalau mau pakai ambil aja", kata Nilma saat melihat aku.
"Iya Nilma, nanti saya ambil ya...", jawabku sambil pura-pura serius bekerja.
Ah..., lonte pepek torok pantat kau Nilma... Aku tahu, saat itu Nilma dapat melihat sebagian dari tubuhku, yaitu sekitar dada dan kepalaku. Makanya dia menawarkan tisu yang dia punya karena mungkin dia melihat keringat di tubuhku. Dan jujur, aku jadi dapat ide untuk melakukan sensasi ngocokku. 
Karena pandangan Nilma kembali ke arah TV, secara santai aku menurunkan bagian depan celana pendekku untuk mengeluarkan kontolku. Sambil memandangi mertuaku dan Nilma serta Kia yang sedang menonton TV, tanganku perlahan mulai mengelus-elus kontolku agar ereksi. Esh..., lonte dasar lonte kau Nilma..., gak butuh waktu yang lama untuk membuat kontolku benar-benar ereksi sempurna saat aku memandang Nilma dan melihat lekuk tubuhnya dari tempat aku berdiri. Kia juga terkadang melihat ke arah aku sambil tersenyum. Ah..., kapan ya aku bisa ngocok di depannya...
"Sini aja Kia, jangan masuk ke kamar, ada ***** lagi kerja itu", kata Nilma saat melihat Kia beranjak dan sepertinya akan mengarahkan langkahnya ke kamar.
Jujur, aku begitu memompa keberanianku untuk melakukan hal yang lebih nekat lagi. Tanganku yang awalnya hanya mengelus-elus kontolku, secara perlahan mulai mengocoki kontolku. Dari posisiku dapat dengan jelas aku melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 08:58 saat aku benar-benar mulai mengocoki kontolku.
Esh..., lonte pepek torok pantat kau Nilma..., hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku semakin terdengar jelas dan aku yakin tersamarkan oleh suara TV yang sedang mereka tonton. Dasar pepek torok..., kenekatanku semakin bertambah dengan aku yang secara perlahan sedikit menurunkan posisi berdiriku di tangga agar aku dapat melepas celanaku. 
Dan setelah aku berhasil membuka celanaku, secara sembarang saja aku melemparkan celana itu ke lantai. Aku kembali menunjukkan sebagian tubuhku sambil pura-pura mengerjakan sesuatu. Sengaja tangan kiriku memegang tembok dan seperti sedang memegang kabel, sementara tangan kananku mengocoki kontolku. 
"Banyak rusaknya bang...", kata Nilma tiba-tiba sambil memandang ke atas ke arah aku. 
Lonte kau Nilma..., aku sedikit terkejut karena  dia tiba-tiba memalingkan wajahnya ke arah aku.
"Nggak..., cuma diperiksa dan memastikan aja ni...", jawabku dengan suara sedikit bergetar karena tangan kananku tak berhenti mengocoki kontolku saat aku menjawab pertanyaan Nilma dan saat pandangan mataku dan Nilma saling beradu. 
Esh..., lonte..., setelah itu Nilma kembali memalingkan wajahnya ke arah TV dan aku semakin tertantang untuk melakukan hal yang lebih gila lagi. Padahal, posisiku saat itu saja sudah sangat beresiko, di mana aku dalam kondisi bugil berdiri di atas tangga sambil ngocok dan celanaku berada sekitar 2 m dari tangga. Bayangkan saja seandainya Nilma tiba-tiba punya keperluan dan masuk ke dalam kamarnya. Untuk turun dari tangga saja tak akan mungkin aku bisa cepat. Belum lagi posisi celanaku yang tergeletak di lantai sekitar 2 m dari tangga, membuat aku pastinya gak akan punya kesempatan untuk meraihnya saat seandainya Nilma tiba-tiba beranjak dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Yang pasti dia akan mendapati aku dalam keadaan bugil berdiri di atas tangga dengan kontol yang sangat ereksi.
Ah..., kenekatanku semakin menjadi dengan aku turun dari tangga dan kemudian secara perlahan berjalan lebih mendekat ke pintu kamar. Hanya sekitar ½ m dari pintu kamar Nilma aku menghentikan langkahku dan meneruskan acara ngocokku. Esh..., nikmatnya karena penuh dengan debar saat aku berdiri ½ m sebelum pintu kamar sambil lebih mempercepat kocokan tanganku di kontolku. Sensasi telor kontolku yang aku ikat menambah kenikmatan ngocokku saat itu. Tak dapat aku bayangkan seandainya Nilma tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya dan mendapati aku sedang bugil berdiri ngocok mengarah ke pintu. Gak akan ada alasan pembenaran yang dapat aku sampaikan seandainya hal itu benar-benar terjadi.
Esh..., nikmatnya...
Aku bahkan sesekali memejamkan mataku sambil menghayalkan keindahan tubuh Nilma dan menikmati sensasi hentakan tanganku di kontolku, sementara pintu kamar Nilma dalam posisi terbuka lebar. Aku sadar, gak akan ada kesempatan untuk aku meraih celanaku dengan cepat seandainya Nilma berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Ah..., sengaja aku menahan dorongan maniku agar tidak segera keluar karena aku benar-benar menikmati sensasi bugil ngocok di dalam kamar Nilma, sekitar ½ m sebelum pintu kamarnya yang dalam posisi benar-benar terbuka lebar dan Nilma, Kia serta mertuaku sedang menonton TV yang berjarak hanya beberapa meter dari tempatku ngocok.
Saat aku sudah tidak dapat menahan dorongan maniku untuk muncrat dari kontolku, dengan sedikit terburu aku mengarahkan sedikit ke kiri dan membiarkan muncratan maniku itu berceceran di lantai kamar Nilma. Kalau seandainya aku bertahan dengan posisiku dan muncrat mani, pasti akan mengenai pintu kamar dan dinding. Dan pasti aku akan sangat sulit membersihkannya.
Esh..., berkelonjotan penuh kenikmatan tubuhku saat itu. Berkelonjotan sambil memejamkan mataku menikmati sensasi puncak birahiku. Dan setelah itu, aku langsung naik ke tangga lagi sambil melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 09:33. Jadi selama sekitar 35 menit aku bugil sambil ngocok di dalam kamar Nilma sampai aku nembak mani. Dan sesaat setelah aku melihat ke arah jam dinding dan melihat Nilma yang sedang menonton TV bersama mertuaku dan Kia, kemudian aku kembali turun dari tangga sambil mengambil tisu di meja rias Nilma untuk membersihkan sisa mani yang berada di kepala kontolku serta membersihkan ceceran maniku di lantai kamar Nilma.
Setelah semuanya aman, kemudian aku memakai kembali celanaku dan merapikan kabel-kabel yang sebelumnya sengaja aku buka sebagai alasanku pada mereka agar aku bisa berlama-lama berada di kamar Nilma. Sambil menyimpan tisu bekas mani di saku celanaku, kemudian aku keluar menuju kamar mandi.
"Ih..., gerah kali ya bang, banyak kali keringatnya...", kata Nilma yang membuat mertuaku juga mengarahkan wajahnya ke aku saat dia melihat aku berjalan keluar dari kamarnya.
"Iya, biasalah..., klo kerja dekat atap rumah ya seperti ini...", jawabku sembarangan sambil aku berjalan menuju kamar mandi. Kan gak mungkin juga aku jawab dengan sebenarnya kalau keringat itu berasal dari keringat kenikmatan saat aku bugil ngocok di kamarnya.
Dan setelah aku membuang tisu di toilet, kemudian aku kembali masuk ke kamar Nilma dan memberesi peralatan serta mengeluarkan tangga. Lalu aku masuk ke rumahku dan kembali ke rumah mertuaku dengan membawa stok lampuku. 
Aku jelaskan ke Nilma kalau yang rusak itu awalnya lampu, tapi berakibat kabelnya jadi rusak. Hehehe, walau penjelasannya hanya asal aku buat saja, Nilma dan mertuaku hanya menganggukkan kepala saja, percaya pada penjelasanku.
Setelah beberapa saat aku ngobrol dengan Nilma serta mertuaku, lalu aku pamit pulang. Ah..., benar-benar nekat dan penuh resiko. Thanks ya Nilma sudah menyediakan kamarnya untuk tempat aku ngocok sambil berbugil ria sampai aku nembak mani...

Kamis, 06 Oktober 2022

Target Baruku "Nilma" -*-

Setelah kepindahan Teti, akhirnya aku juga pindah ke samping rumah mertuaku, karena gak mungkin juga mertuaku itu tinggal sendiri di sana. Gak sampai 1 bulan proses aku merenovasi ruangan yang dulunya dijadikan tempat menyimpan motor di rumah mertuaku itu untuk aku jadikan rumah dengan lebih memperluas ruangan yang memangkas ukuran dari halaman rumah mertuaku. Walaupun antara rumahku dengan rumah mertuaku itu tidak ada pintu penghubung, tapi setidaknya kami berada di dekatnya dan kami jadi sering duduk maupun ngobrol di rumah mertuaku. Lagian **** juga tiap malam tidur di rumah mertuaku. Ah..., hampir setiap saat aku merasa salah tingkah karena keindahan tubuh mertuaku yang menggelitik birahiku. Pantatnya itu lho... Dan imajinasiku juga selalu pada pepeknya yang jembutnya sudah beruban itu. Ah..., di usia mertuaku yang hampir 61 tahun itu kemolekan tubuhnya begitu mempesona bagiku. Hampir setiap hari aku mencuri-curi kesempatan untuk dapat ngocok di dekat mertuaku. Ah..., aku begitu tergila-gila pada keindahan tubuh mertuaku. Masih terasa aroma bawang di pepek mertuaku yang beberapa waktu lalu pernah aku cium dan jilat. Masih terbayang olehku bagaimana keringnya pepek mertuaku saat aku rekahkan. Ah..., setiap saat aku selalu saja menghayalkan kenikmatan pepek mertuaku itu...
Dalam suatu obrolan dengan mertuaku, aku mendengar kabar kalau keluarga mertuaku yang di A S, yaitu Nilma beserta keluarga kecilnya akan tinggal sementara di rumah mertuaku karena keperluan pekerjaan suaminya. Sebenarnya mereka berencana akan mengontrak sebuah rumah, tapi oleh mertuaku mereka disuruh untuk tinggal di rumah mertuaku dan mereka mau. Aku kenal mereka karena beberapa kali mereka pernah singgah ke rumah mertuaku. Ya jujur saja, Nilma yang sudah beberapa kali pernah aku jumpai itu mempunyai tubuh yang lumayan juga. Gak terlalu kurus sih..., dan pantatnya itu lho...
Ah..., dasar lonte pepek torok si Nilma itu... Saat mereka datang di pagi hari tanggal 03-10-2022, pandangan mataku tak pernah lepas memperhatikan montoknya pantat si Nilma. Sambil membantu mengangkat barang-barang mereka, selalu saja aku mencuri kesempatan menikmati pemandangan indah dari montoknya pantat si Nilma.
Nilma mempunyai seorang anak perempuan mungkin berusia sekitar usia 3 tahunan. Dan gak tahu kenapa, sepertinya anak Nilma itu takut padaku. Ya..., mungkin saja karena jarang bertemu. Akupun sepertinya gak terlalu memikirkan anak perempuan yang bernama Kia itu karena aku benar-benar terfokus menikmati keindahan tubuh Nilma. Bagiku Kia bisa aku kesampingkan dulu, karena pastinya butuh proses agar dia bisa akrab denganku.
Ah..., lonte pepek pantat torok si Nilma itu... Begitu menggelegaknya birahiku saat memandang montok pantatnya. Kalau Nilma berjalan, dia seperti memakai buttplug di pantatnya. Esh..., lonte si Nilma itu..., begitu bermainnya imajinasiku pada Nilma. Cara dia berjalan itu lho yang membuat aku begitu gregetan, dengan pantat montoknya seperti dia sumpal dengan buttplug.
Aku begitu berambisi sekali menjadikan Nilma sebagai target ngocokku. Lagian sepertinya Nilma tidak begitu sungkan dalam hal berpakaian. Karena pada malam harinya, saat mereka sedang merapikan barang-barangnya di kamar bekas Teti, aku datang dan pura-pura ngobrol dengan mertuaku. Dan tak berapa lama kemudian suami Nilma juga ikutan ngobrol bersama kami di ruang TV mertuaku. Hal yang membuat aku berdesir adalah saat aku melihat Nilma keluar dari kamarnya dan ikut duduk bersama kami. Dengan baju daster lengan pendek yang bagian lehernya lebar, tanpa sungkan Nilma ikutan nimbrung ngobrol. Dan dasar lonte..., begitu jelas aku lihat belahan tetek Nilma dengan BH berwarna hitam saat dia menundukkan tubuhnya mengambil sesuatu di sela obrolan kami. Jujur, aku begitu salah tingkah, sementara suaminya nampak santai aja. Dasar lonte si Nilma itu..., bagaimanapun juga, Nilma harus aku jadikan target ngocokku.
Dan akhirnya tanggal 05-10-2022 pagi hari sekitar jam 08:15 Nilma benar-benar dapat aku jadikan sebagai target ngocokku. Saat itu aku sedang menonton TV di rumahku dan mendengar suara seperti ada orang yang sedang menjemur pakaian karena ada suara perasan air. Aku tahu suara itu berasal dari belakang rumah. Dan tak berapa lama kemudian, aku mendengar suara Nilma sedang berbicara yang aku dengar pasti, dia itu berbicara pada anaknya, Kia. Sambil berjalan perlahan, aku menuju dapur rumahku dan kemudian langsung menghampiri kulkas. Sambil pura-pura membuka pintu kulkas, aku lirik posisi Nilma yang rupanya sedang membelakangi aku. Tubuhnya menghadap ke pintu kamar mandi mertuaku. Rupanya sambil menjemur pakaian, Nilma membiarkan Kia bermain air di dalam kamar mandi. Oh ya..., dari pintu dapur rumahku bisa langsung melihat ke dalam kamar mandi mertuaku karena pintu keluar rumah mertuaku untuk menjemur pakaian berada di kamar mandi itu. Kamar mandi mertuaku itu mempunyai dua pintu. Yang salah satunya sebagai pintu keluar atau masuk bila ingin menjemur pakaian. Bahkan aku sering masuk ke dalam rumah mertuaku melalui pintu kamar mandi tersebut.
Dari awalnya aku hanya melirik posisi Nilma, perlahan aku benar-benar menoleh ke arahnya. Dan dasar pepek torok pantat lonte si Nilma itu..., begitu menggelegaknya birahiku saat melihat Nilma dengan baju daster yang dia ikat di bagian samping pinggangnya yang otomatis menampakkan bentuk pantatnya yang montok itu dalam posisi membelakangi aku... Esh..., lonte kau Nilma..., kontolku begitu berdenyut dan perlahan mulai ereksi saat Nilma berjalan lebih mendekat ke pintu kamar mandi mertuaku sambil dia terus jongkok memanggil Kia. Ah..., dasar lonte..., sayang sekali saat Kia mendekati Nilma, Kia rupanya memakai sempak, jadi aku gak dapat melihat pepeknya. Saat Kia melihat aku, dia langsung menundukkan wajahnya dan lebih sering memandang ke Nilma tanpa berani melihat ke aku lagi. Dasar lonte...
Dan karena aku lihat Nilma mengelap air di tubuh Kia dengan handuk, perlahan aku menurunkan bagian depan celana pendekku sambil terus mengeluarkan kontolku. Tak butuh waktu lama untuk membuat kontolku ereksi. Secara perlahan, sambil mengarahkan posisi tubuhku ke Nilma, aku mulai ngocok. Esh..., pantatnya itu lho... Dengan posisi Nilma yang sedang jongkok membelakangi aku, begitu nampak jelas bagaimana montoknya pantat si Nilma itu. Sambil ngocok dengan jarak sekitar 6 m di belakang Nilma, aku berharapkan agar Nilma sedikit menggeser tubuhnya saat membuka sempak Kia agar aku bisa melihat pepeknya Kia. Tapi dasar lonte..., nampak sih tubuh Kia sedikit menunduk yang menandakan kalau sempaknya itu sedang dibuka Nilma, tapi sayangnya tertutup oleh tubuh Nilma. Ah..., lonte...
Begitu aku nikmati kocokan tanganku di kontolku hingga akhirnya dengan begitu cepat aku menarik bagian depan celanaku untuk memasukkan kontolku saat aku melihat ada gerakan Nilma yang sepertinya akan bangkit berdiri. Sambil aku menyingkir dari depan kulkas, aku pura-pura berjalan masuk ke dalam kamar mandi rumahku. Aku sengaja bertahan di dalam kamar mandi sambil meneruskan acara ngocokku untuk memberi jeda waktu agar Nilma tidak curiga seandainya dia melihat aku berjalan masuk ke dalam kamar mandiku. Kemudian, kontolku yang masih ereksi sempurna itu aku masukkan ke dalam sempak dan celanaku, lalu aku keluar dari kamar mandi. 
Saat aku keluar dari kamar mandi, aku lihat Nilma sedang meneruskan pekerjaannya menjemur pakaian, dan dia menyapa aku. Sambil berbasa-basi, aku juga menyapanya dan beberapa saat kami ngobrol. Kemudian aku pura-pura beraktifitas di dapur rumahku yang membuat obrolan kami jadi terhenti. Aku sadar, Nilma mengetahui keberadaanku, tapi aku yakin, dia pasti berfikir aku sedang mengerjakan sesuatu di dapur rumahku yang membuat akhirnya dia juga melanjutkan aktifitasnya menjemur pakaian. 
Jujur, dalam beberapa kesempatan, aku menyempatkan untuk mengeluarkan kontolku saat Nilma sedang tidak melihat ke arah aku. Hingga akhirnya, saat aku pura-pura mengerjakan sesuatu di depan kulkasku yang berada di dekat pintu dapur, Nilma membelakangi aku sambil memeras dan menjemur beberapa pakaian basahnya. Ah..., dasar lonte torok pepek pantat si Nilma itu...
Sekitar 4 m di belakang Nilma yang posisi tubuhnya sedikit membungkuk karena sedang memeras pakaiannya, dengan cepat aku ngocok sambil memperhatikan montoknya pantat si Nilma itu. Ah..., lonte kau Nilma...
Begitu nekatnya aku saat itu. Ambisiku untuk menjadikan Nilma sebagai target ngocokku membuat aku mengabaikan posisi Nilma yang sedang menjemur pakaian itu terkadang membelakangi dan kadang sedikit menyamping mengarah ke aku. Begitu banyak muncratan maniku yang keluar dan berceceran di lantai. Esh..., sambil berkelonjotan penuh nikmat, aku berjalan menyingkir dari pintu dapur rumahku. Karena kalau aku bertahan untuk tetap berkelonjotan di belakang Nilma, aku gak tahu berapa lama dia membelakangi aku. Kan gak enak juga rasanya saat enak-enak menikmati kelonjotan puncak birahi, tiba-tiba terhenti karena si Nilma membalikkan tubuhnya ke arah aku. Begitu juga dengan ceceran maniku di lantai yang sengaja aku biarkan, kan gak mungkin juga si Nilma masuk ke dalam rumahku. 
Ah..., hari perdana aku ngocok dengan target langsung si Nilma yang baru beberapa hari tinggal di rumah mertuaku. Dasar lonte kau Nilma...

Senin, 08 Agustus 2022

Teti Pindah Rumah -*-

Tanggal 07-08-2022, akhirnya bulat sudah keputusan Teti dan **** untuk pindah rumah. Aku juga sangat terkejut mendengar kabar tentang keinginan Teti untuk keluar dan pindah dari rumah mertuaku, apalagi kepindahannya ke luar kota. Walaupun akhirnya keputusan mereka itu tidak begitu kami pertentangkan. Mungkin saja Teti kurang merasa nyaman untuk satu rumah dengan mertuaku. Dan ****, lebih banyak mengikuti apa mau Teti.
"Biar aja bang, biar si Teti tahu tanggung jawab rumah...", kata **** saat aku memberi pandangan dengan keputusan mereka sehari sebelum kepindahannya.
Jujur saja, sambil membantu mengemasi dan mengangkati barang-barang pindahan mereka, aku selalu saja berusaha mendekati Dila. Beberapa kali saat ada kesempatan, kontolku sengaja aku gesekkan di kepalanya, dan Dila hanya diam saja. Sangat jelas Dila melihat bagaimana aku menurunkan bagian depan celana pendekku sambil mengeluarkan kontolku dari sempakku dan menggesek-gesekkannya di kepalanya, bahkan terkadang ke dahi serta pipinya. Ah..., lonte pepek torok..., Dila sepertinya begitu cuek mendapati perlakuanku pada dirinya.
Hingga akhirnya, karena aku sudah kebelet mau ngocok, aku pamit mau pulang ke rumahku sambil beralasan untuk mandi dan mengganti pakaianku. Lagian keberangkatan mereka itu pada malam hari karena mengejar agar sampai di sana pagi hari. Dan faktor kesempatan ngocok di rumah mertuaku yang tidak memungkinkan itu juga yang membuatku ingin pulang terlebih dahulu.
"Ikut *****...", kata Dila saat melihat aku hendak pergi dengan motorku.
"Iya..., Dila mau ikut...? Tapi ***** lama...", jawabku dengan penuh pengharapan agar Dila benar-benar mau ikut denganku.
"Iya lho..., ***** lama...", timpal **** dan Teti yang mencoba membujuk Dila untuk tidak ikut denganku.
"Ikut..., ikut...", kata Dila sambil terus merengek ingin ikut denganku.
"Ya udah ikut sana, tapi jangan nakal ya..., itu *****nya mau ngajak gak tu...", kata ****  sambil menggoda Dila, sementara hatiku penuh sorak kegirangan mendapat kesempatan untuk membawa Dila ke rumahku.
Singkat cerita, akhirnya Dila ikut denganku. Dan begitu sampai di rumah, langsung saja aku bergerak cepat untuk terus menjadikan Dila sebagai target ngocokku.
"Dila mau main games...?", tanyaku sambil memperlihatkan HPku di depan Dila sesaat setelah aku menutup pintu depan rumahku.
Karena Dila mengangguk, aku menjadi yakin untuk menjalankan aksiku padanya. Posisi kami saat itu masih berada di ruang tamu, HPku sengaja aku letak di meja, sementara Dila masih berdiri dan memperhatikan aku yang sedang membuka bajuku. 
"Main gamesnya ntar ya Dila, ***** mau buka dulu...", kataku yang berdiri 50 cm di depan Dila. Dan Dila hanya mengangguk sambil memperhatikan aku yang secara perlahan membuka bajuku. Ah..., kontolku mulai terasa berdenyut nikmat dengan situasi yang hanya aku dan Dila saja yang berada di rumah. Sebenarnya saat itu aku sudah ingin cepat saja membuka celanaku dan bugil di depan Dila. Tapi setelah aku pertimbangkan, sepertinya akan lebih aman jika Dila sudah benar-benar merasa nyaman bersamaku.
Sambil duduk di ruang tamu, aku menyerahkan HP dan menyuruh Dila memilih games yang ada. Awalnya Dila duduk di sampingku, dan kemudian aku pangku sambil memainkan gamesnya. Ah..., dasar lonte pepek torok kau Dila..., terasa berdenyut hebat kontolku ditindih pantat Dila. Sesekali secara tersamar aku menciumi leher dan tengkuk Dila. Reaksi Dila yang merasa geli dengan ciuman di lehernya itu semakin membuatku berani untuk benar-benar mengecup leher dan tengkuknya. Ah..., lonte pepek torok...
Dila akhirnya aku turunkan dari pangkuanku dan dia duduk di kursi sementara aku berdiri sambil memperhatikannya main games. Jam menunjukkan pukul 14:13 saat perlahan aku menurunkan bagian depan celanaku dan mengeluarkan kontolku. Dan tepat di saat aku menurunkan bagian depan celanaku, Dila memandang ke arahku, tepatnya ke kontolku yang sudah keluar dari celana. Dila nampak terpaku melihat kontolku yang belum ereksi itu.
"Napa *****..., napa...", tanya Dila saat melihat posisi kontolku keluar dari celanaku.
"Gak papa...", jawabku sambil menanyakan permainan games yang sedang dia mainkan.
Tukar *****...", kata Dila sambil pandangan matanya tertuju pada kontolku.
Setelah menukar permainan games di HP, dengan tetap membiarkan kontolku keluar dari celana aku masuk ke kamar untuk mengambil handycam yang ternyata sedang habis baterai. Ah..., lonte pepek torok..., rutukku sambil berjalan menghampiri Dila yang sedang main games.
Sambil memperhatikan Dila yang sedang main games, tanganku perlahan mulai bermain di kontolku. Dan ternyata Dila merasakan gerakan-gerakanku. Kadang Dila menghentikan permainannya dan memandang ke arah aku yang sedang mempermainkan kontolku di depannya.
"Napa *****...", kata Dila lagi.
"Gak papa, gatal tangan *****, main gamesnya nanti ya Dila...", kataku pada Dila sambil mengambil HP dari tangannya dan dengan sengaja aku lebih mendekatkan kontolku ke wajah Dila.
Setelah HP aku letakkan di meja, perlahan aku sedikit berjongkok di depan Dila dan dengan lembut aku melumatkan bibirku ke bibir Dila. Esh..., lonte pepek torok..., nikmatnya berciuman bibir dengan anak perempuan yang belum genap berusia tiga tahun itu. Beberapa kali aku mengulangi ciuman bibirku di bibir Dila yang membuat kontolku berdenyut hebat dan terasa akan ereksi. Aku kembali berdiri sekitar 30 cm di depan Dila sambil aku raih HPku dan menghidupkan mode merekam video.
Di depan Dila, pada jam 14:34 perlahan aku melorotkan celanaku hingga sebatas lututku sambil merekam video dan melihat reaksi Dila yang matanya begitu tertuju pada kontolku. Nampak beberapa kali Dila seperti menelan ludahnya sendiri sambil memandangi kontolku yang belum ereksi dan sesekali memandang ke wajahku.
Jujur saja, begitu buasnya aku memandang ke Dila dan membiarkan Dila menikmati bagaimana secara perlahan kontolku mulai bergerak ereksi di depannya. Iya, Dila menyaksikan bagaimana proses kontolku ereksi sedari awal hingga benar-benar kokoh ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku. Dan kemudian aku benar-benar membuka seluruh celanaku. Aku gak tahu apa yang ada di dalam benak Dila melihatku bugil di depannya. Lagian Dila hanya diam saja sambil memperhatikan kontolku. 
Kembali aku mendekatkan wajahku ke wajahnya dan melumatkan bibirku ke bibir Dila. Dan setelah puas mencium bibirnya, sambil aku ajak ngobrol perlahan kontolku mulai aku gesek ke wajahnya. Ah..., semua itu tak lepas dari rekaman videoku.
"Ini ***** mau buat film, nanti kita lihat ya...", kataku pada Dila saat kontolku itu aku gesek-gesekkan di wajahnya. Dila hanya diam dan nampak sedikit tersamar menganggukkan kepalanya. Ah..., lonte pepek torok..., tangan Dila nampak berada di antara kedua pahanya seperti ingin memintaku untuk meraihnya dan meletakkan di kontolku.
Tapi saat aku ngobrol dan mengajaknya bercanda, di luar dugaanku, tiba-tiba tangannya bergerak dan memegang kontolku yang sedang aku gesek-gesekkan di wajahnya. Uh..., lonte..., benar-benar di luar dugaanku.
"Napa *****..., ini apa...", kata Dila sambil tangan kanannya bergerak memegang kontolku.
"Gak papa Dila..., pegang aja kalau mau", kataku membiarkan Dila secara mandiri, tanpa aku suruh memegang kontolku.
Uh..., lonte pepek torok kau Dila..., tangan mungilnya terasa hangat memegang kontolku. Sambil menggenggam tangan Dila yang memegang kontolku, perlahan aku mulai mengocoki kontolku.
Birahiku begitu meledak-ledak yang membuat aku menghentikan gerakan tangan Dila yang mengocoki kontolku. Kemudian aku menyuruh Dila berdiri di atas kursi. Dan sambil aku ajak bercanda, satu persatu pakaian Dila mulai aku lucuti hingga akhirnya Dila juga dalam kondisi bugil.
"Sama kan kayak *****", kataku pada Dila saat seluruh pakaiannya telah aku lepas dari tubuhnya.
"Napa *****...", tanya Dila yang aku jawab dengan alasan biar gak panas dan keringatan.
Dan tiba-tiba terdengar suara pintu gerbang Jeni terbuka. Akupun langsung sigap menghampiri jendela memastikan siapa yang keluar dari rumahnya. Ah..., lonte pepek pantat torok kau Jeni..., nampak dia mengeluarkan motornya sambil berbicara dengan anaknya dan kemudian Jeni duduk menunggu di atas motornya tepat di depan gerbang rumahku.
Sambil lebih merapatkan tubuhku ke jerjak jendela, kemudian aku ngocok dan penuh tatapan birahi menelusuri keindahan tubuh Jeni. Ya jujur saja, dari segi wajah, ya kurang lah si Jeni itu, tapi kalau dari segi tubuh..., benar-benar lonte pepek torok si Jeni itu. Pantatnya nampak begitu sekal. Uh..., lonte kau Jeni..., nampak beberapa kali pandangan mata Jeni tertuju pada jendela di mana saat itu aku sedang bugil ngocok mengarah ke dirinya. 
Aku tahu, Dila yang awalnya berdiri di atas kursi, begitu melihat aku ngocok di jendela, kemudian dia turun dan berdiri di sampingku sambil memandangi kontolku yang sedang aku kocok mengarah ke Jeni. Ehs..., nikmatnya ngocok disaksikan Dila... Tapi sayangnya Jeni tidak begitu lama berada di depan pintu gerbang rumahku dan setelah itu aku kembali melanjutkan aksiku pada Dila.
Saat itu aku dan Dila berdiri saling berhadapan. Wajah Dila hanya sekitar 10 cm dari kontolku. Lalu aku menggendong Dila dan aku suruh berdiri di atas kursi sambil aku renggangkan posisi kedua kakinya. Ah..., pepek mungil Dila nampak begitu menggoda. Perlahan wajahku mulai mendekati pepeknya dan dalam keadaan berdiri, pepek Dila aku jilat. Nampak Dila kegelian saat lidahku menyapu permukaan pepek mungilnya. Apalagi saat jari jempol dan telunjuk tangan kananku, secara perlahan mulai merekahkan pepeknya Dila. Esh..., begitu aku nikmati pemandangan indah rekahan pepek mungil Dila dan setelah puas memandang serta merekam rekahan pepeknya, perlahan aku kembali menjilati pepek Dila. Selain menjilati pepeknya, jari tanganku juga bermain di pepeknya. Ah..., Dila...
Dalam keadaan berdiri Dila begitu menggeliat menahan rasa geli karena jilatan lidahku di pepeknya. Kadang dia merapatkan kakinya sambil menolak wajahku menjauh dari pepeknya. Ah..., lonte kau Dila..., jujur dalam keadaan seperti itu terasa kurang nikmat.
Di kursi ruang tamu rumahku perlahan tubuh bugil Dila aku rebahkan sedikit menyamping agar pantatnya berada di ujung kursi. Kedua kaki Dila aku letakkan juga di ujung kursi dan aku posisikan mengangkang. Aku tahu, Dila sedikit menaikkan kepalanya untuk melihat apa yang sedang aku lakukan. Kembali jari telunjuk dan jempol tangan kananku secara perlahan merekahkan pepek mungilnya, sementara tangan kiriku memegang HP yang sedang merekam video. Aku zoom keindahan bentuk pepek mungil Dila yang sedang aku rekahkan itu. Lobang pepeknya juga begitu kecil sekali.
Kembali Dila menggeliat kegelian saat lidahku menyapu rekahan pepeknya sambil terkadang dengan lembut aku hisap pepeknya. Tak lupa, semua itu aku selingi dengan mengajaknya bercanda. Ah..., nikmatnya rasa pepek anak perempuan yang belum genap berusia tiga tahun itu... Begitu aku puas-puaskan menjilati pepeknya.
"Pipis pipis...", kata Dila yang masih dalam keadaan menggeliat berusaha merapatkan kakinya dan sedikit mendorong wajahku.
"Ntar Dila..., sebentar lagi ya...", kataku sambil tetap saja berusaha merenggangkan pahanya dan menjilati pepeknya.
Dan benar saja, baru beberapa saat aku menjilati pepek si Dila, entah itu karena terlalu geli nikmat atau memang benar-benar kebelet kencing, akhirnya semburan kencing Dila begitu kencang keluar dari pepek mungilnya yang saat itu masih dalam kondisi aku jilat. Dasar pepek lonte..., kepalang tanggung, aku teruskan saja acara jilatan lidahku di pepeknya yang sedang memuncratkan air kencingnya dan malah begitu beringas aku menghisapi pepeknya sambil meminum air kencingnya. Ada kekakuan yang sangat nyata di tubuh Dila saat Dia memuncratkan air kencingnya. Makanya, kencingnya Dila itu apakah karena terlalu geli atau memang benar-benar kebelet kencing.
Dasar lonte si Dila itu..., hampir seluruh air kencingnya aku minum dan rasa khas kencingnya yang sedikit asin pahit itu semakin membuat jilatan dan hisapanku di pepeknya semakin jadi. Apalagi tak begitu kentara aroma pesing dari air kencingnya. Ah..., sampai-sampai HPku yang aku pegang dengan tangan kiriku itu aku letak di lantai dan dengan buasnya kedua jari jempol tangan kiri dan kananku merekahkan lebih lebar lagi pepek Dila sambil aku terus saja menjilati pepeknya.
"Gak papa Dila..., pipis aja..., enakkan...", kataku di sela-sela menjilati pepeknya.
Dila hanya menggeliat kegelian sambil tertawa. Dan semua itu juga aku barengi dengan mengajaknya bercanda. Ah..., lonte kau Dila, sebagian wajah serta dadaku basah karena kencingnya. Ada juga sedikit kencingnya yang mengenai ujung dari kursi yang aku abaikan karena aku punya alasan itu adalah tumpah air minum. 
Jujur mungkin yang benar-benar dalam suasana sedikit serius adalah di saat aku sudah puas bermanja dan mempermainkan lidahku di pepek Dila, lalu menyuruhnya untuk berdiri sambil aku menyusun dua buah kursi dengan hampir mendekatkan kedua sisi sandaran tangan kursi tersebut. Sambil mempausekan mode merekam video di HPku, lalu aku meletakkan dan menyusun beberapa bantal kursi dengan tujuan agar posisi tubuh Dila nantinya akan lebih tinggi. Sengaja aku bentuk bantalan tersebut menyerupai kursi dengan sandaran badannya menggunakan beberapa bantal yang aku ambil dari kamarku. Aku tahu Dila hanya berdiri diam sambil memperhatikan aku dan sepertinya dia lebih banyak melihat ke arah kontolku yang sudah benar-benar ereksi itu. Ah..., dasar lonte kau Dila..., nampak tangan kanannya seperti sedang menutupi pepeknya.
"Yuk sini Dila", kataku sambil menggesekkan kontolku ke wajah Dila sebelum aku menggedongnya.
"Nanti Dila jarang jumpa ***** lagi lah..., kalau mau jumpa jauh harus naik mobil lagi...", kataku lagi, sambil mendudukkan Dila di sandaran tangan kursi yang sudah aku persiapkan.
Dengan sangat lembut aku lumatkan bibirku ke bibir Dila. Sambil aku hidupkan kembali mode merekam di HPku, lalu aku merenggangkan kedua kakinya. Kembali aku cium bibir Dila dan perlahan, kamera HPku mengarah ke pepek si Dila. Dengan jari telunjuk dan jempol tangan kananku, perlahan aku merekahkan kembali pepek mungil Dila. Begitu terpuasnya pandangan mataku dan juga fokus kamera HPku ke rekahan pepeknya. Ah..., begitu mungil dan pastinya akan terkoyak lebar seandainya aku benar-benar memaksakan untuk melesakkan kontolku ke dalam pepeknya.
Dengan posisi duduk mengangkang seperti berjongkok itu, Dila benar-benar memperhatikan setiap tindakanku. Iya, Dila melihat dengan sedikit memajukan badannya memperhatikan bagaimana jariku itu merekahkan pepeknya. Terkadang dengan tatapan matanya yang aku sendiri tidak dapat menterjemahkan maknanya, Dila memandang ke wajahku. Dan jujur, berulang kali aku cium bibirnya dan terkadang aku sengaja meludah ke dalam mulutnya yang kemudian ludahku itu dia telan.
Apalagi saat dengan posisi sedikit berjongkok aku mulai menjilati pepeknya. Jujur, suasananya terasa sedikit berbeda. Tak ada suara ketawa kegelian si Dila. Dia hanya menggeliat mungkin menahan rasa geli atau apalah yang dia rasakan tanpa sedikitpun tertawa seperti sebelumnya. Kedua tangannya juga berada di kepalaku dan terkadang seperti menarik rambutku. Memang terasa juga dorongan halus tangannya di kepalaku saat aku begitu buas menjilati dan menghisapi pepeknya. Tapi itu benar-benar sangat aku abaikan. Karena begitu bermanjanya aku di pepek si Dila itu. Bahkan sisa kencing Dila yang melekat di sekitar pahanya juga tak luput dari jilatanku. Ah..., pepek lonte anak perempuan yang belum genap berusia tiga tahun itu, begitu nikmat dan hangat pepeknya.
Setelah puas menjilat dan menghisap pepeknya, lalu aku berdiri di depan Dila dengan jarak kontolku hanya sekitar 10 cm dari wajahnya. Begitu dalamnya Dila memperhatikan kontolku yang ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku. Dan tanpa aku minta, perlahan tangan Dila memegang kontolku. Secara perlahan, dengan kontol yang sedang di cengkram oleh tangan kanan Dila, aku semakin mendekatkan kontolku ke mulutnya. 
Posisi saat itu tangan kananku benar-benar tidak memegang kontolku, hanya tangan Dila yang memegangnya. Lalu aku meraih tangan kiri Dila dan sambil memasukkan jari jempol tangan kirinya ke dalam mulutku, perlahan aku membuat gerakan memasukan dan mengeluarkan jempolnya dari mulutku.
"Aaa..., buka mulutnya Dila...", kataku pada Dila sambil tangan kananku sedikit menarik ujung kiri bibir bawahnya.
Begitu perlahan kepala kontolku mulai aku masuk ke dalam mulut si Dila, dan tanpa aku suruh tangan kanannya kembali memegang kontolku yang dia lepas di saat aku meraih tangan kirinya dan memasukkan ke dalam mulutku. Berulang kali kepala kontolku keluar masuk di mulut si Dila dan memang sengaja tidak aku paksakan untuk melesakkan secara utuh batang kontolku ke dalam mulutnya. Ya hanya beberapa centimeter saja batang kontolku yang masuk ke dalam mulutnya.
Entah mungkin si Dila ingat dengan beberapa kejadian sebelumnya, tanpa aku suruh, aku merasa Dila seperti menghisap kontolku. Dan memang benar, di saat aku sengaja menahan kontolku di dalam mulutnya, aku benar-benar merasakan hisapan mulut si Dila di kontolku. Bahkan secara perlahan terasa olehku tangan kanannya mulai mengocoki kontolku. 
"Iya Dila, seperti itu..., yang kuat ya megangnya..., agak cepat ngocokinya...", kataku sedikit mendesah menyuruh Dila memperkuat cengkraman serta kocokan tangannya di kontolku.
Dila tanpa aku suruh benar-benar secara mandiri mengocoki kontolku. Apalagi saat aku mengeluarkan kontolku dari dalam mulutnya. Di depan wajahnya, kontolku yang kekar itu dia kocok walau hanya dengan gerakan ringan ala anak-anak. Ah..., lonte torok kau Dila. Bahkan saat itu tangan kiri Dila juga ikutan memegang dan mengocoki kontolku. Ah...
Setelah beberapa saat dikocok Dila, perlahan aku memegang tangannya dan menyuruhnya melepaskan pegangannya dari kontolku. Entah lah, saat itu aku benar-benar seperti lupa diri dengan membiarkan Dila memperhatikan bagaimana secara perlahan kepala kontolku mulai aku gesekkan ke pepeknya. Bahkan sambil aku rekahkan, aku gesekkan kepala kontolku di rekahan pepeknya dan itu disaksikan oleh Dila sendiri. Dila begitu memperhatikan apa yang aku lakukan terhadap pepeknya.
Apalagi secara perlahan saat kepala kontolku berada di rekahan pepeknya, jari tanganku yang sedang merekahkan itu aku lepaskan dan aku biarkan kepala kontolku seperti menahan rekahan pepeknya. Dengan sedikit menekan kepala kontolku di antara belahan pepek si Dila, perlahan aku mulai ngocok. Dila hanya diam memperhatikan bagaimana kepala kontolku menyumpal belahan pepeknya sementara tanganku mulai mengocoki kontolku.
Sambil ngocok, terkadang kepala kontolku sedikit aku tekan di pepeknya dan terkadang aku gesek-gesekkan di belahan pepeknya. Dan itu semua tak lepas dari pandangan mata si Dila yang diam dan memperhatikan aksiku. Hingga aku tidak dapat menahan dorongan maniku untuk muncrat dari kontolku. Dan aku muncrat mani di belahan pepek Dila. 
Nampak jelas Dila seperti menggerakkan sedikit tubuhnya ke belakang saat aku benar-benar hampir lepas kendali berkelonjotan penuh nikmat memuncratkan maniku di belahan pepek si Dila dan tak sengaja terlalu menekan pepeknya.
Penuh mani belahan pepek si Dila itu dan bahkan muncratan maniku sampai ke perutnya juga. Dan untuk memastikan apakah ada luka di pepek si Dila, kemudian aku menarik sandaran badannya dan merebahkan tubuh Dila. Pelahan aku kembali merekahkan pepek si Dila yang sudah tertutup penuh oleh maniku. Dan karena tidak ada yang berdarah, perlahan aku kembali mengesek-gesekkan batang kontolku di rekahan pepeknya. Awalnya kepala kontolku sedikit aku tekan dan aku gesekkan di dalam rekahan pepek si Dila. Karena tidak ada ekspresi kesakitan dari wajah Dila, aku kembali menggesek-gesekkan kepala kontolku dan juga batang kontolku di belahan pepek Dila hingga maniku itu seperti busa. Ah..., begitu indah melihat maniku yang menutupi belahan pepek Dila dan mulai mengalir ke pantatnya.
Dan setelah puas menggesek-gesekkan kontolku di pepek Dila, perlahan aku mengambil maniku yang berada di pepek dan juga perutnya dengan jari telunjuk tanganku sambil aku masukkan ke dalam mulut Dila. Ah..., lonte kau Dila, begitu patuhnya kau mengikuti permintaanku hingga maniku itu bisa dikatakan habis ditelannya.
Ah..., lonte pepek torok kau Dila..., kontolku masih ereksi dan kokoh minta dikocok lagi. Akhirnya aku menyuruh Dila turun dan kemudian kami berdiri saling berhadapan. Saat itu sengaja aku membimbing kedua tangan Dila untuk memegang kontolku. Dan memang, entah itu karena naluri atau karena si Dila ingat pernah melakukannya, sesaat setelah tangannya aku bimbing memegang kontolku, perlahan dia mulai mengocoki kontolku. Bahkan tangan kirinya yang tadinya ikut memegang dan mengocok batang kontolku, secara perlahan memegang telor kontolku sambil meremasnya. Esh..., lonte..., nikmatnya...
"Dah dulu ya Dila..., biar ***** aja. Ni Dila buka mulutnya ya, boleh dihisap kayak tadi, tapi jangan digigit ya... Ni pegang yang ini aja", kataku pada Dila sambil menurunkan tangannya dari kontolku dan membimbing tangan kanannya ikutan meremas-remas telor kontolku.
Dengan kepala kontol yang berada di dalam mulut Dila yang terkadang terasa dia hisap dan dengan posisi telor kontolku yang diremas bahkan terkadang ditarik-tarik oleh tangan Dila, aku kembali ngocok. Hingga akhirnya aku nembak mani di dalam mulut Dila dan langsung dia telan. Esh..., nikmatnya...
Setelah itu, sekitar jam 15:44 aku sudahi dulu acara birahiku pada Dila walau saat itu kami masih telanjang bulat. Aku merebahkan tubuhku di lantai dan aku ajak Dila untuk merebahkan tubuhnya di atas tubuhmu. Sengaja aku menempatkan pepek Dila tepat di kontolku. Jadi kepala Dila berada di dadaku. Sambil aku mengusap rambutnya, aku mengatakan terima kasih padanya. Ah..., seperti bercinta saat itu antara aku dengan si Dila.
Sambil memutar ulang hasil rekaman video, sengaja beberapa adegan yang terekam itu aku tunjukkan ke Dila yang masih rebah di atas tubuhku, dan sengaja aku ajak cerita sambil bercanda. Dan karena aku kebelet kencing, akhirnya aku ajak Dila ke kamar mandi. Jam menunjukkan pukul 16:02 saat kepala kontolku sudah berada di dalam mulut Dila dan sambil merekam video, perlahan aku kencing di dalam mulut Dila sambil menyuruhnya menghisap serta menelan air kencingku.
"Hisap kayak tadi ya Dila, diminum biar ingat ama *****. Nanti ***** belikan mainan ya kalau Dila datang lagi...", kataku sedikit berbisik pada Dila.
Esh..., benar-benar lonte kau Dila..., sengaja aku kencing secara perlahan agar kencingku itu benar-benar dia minum tanpa ada yang tertumpah keluar dari mulutnya. Lonte...
Dan setelah kencing, aku bersihkan tubuh Dila, khususnya bagian pepek, pantat serta perutnya yang terkena muncratan maniku. Aku hanya berjaga-jaga saja, karena aku khawatir akan nampak sisa mani kering di tubuhnya. Gak mungkin juga aku menyuruh mandi si Dila, itu bahkan akan menimbulkan kecurigaan.
Selepas aku bersihkan si Dila, lalu aku menyuruh Dila untuk menungguku di depan pintu kamar mandi. Di depan Dila yang sedang berdiri di depan pintu itu aku mandi. Kemudian setelah itu aku memakaikan kembali pakaian Dila dan sebelum aku memakaikan sempaknya, aku kembali mencium serta menjilat pepeknya lagi. Lalu aku menyuruh Dila main games sambil aku kemudian memakai pakaianku.
Dan kami keluar dari rumahku pukul 16:31 tapi tidak langsung pergi ke rumah mertuaku. Sengaja Dila aku ajak ke warung untuk membeli jajanan dan aku bawa ke stasiun kereta api. Ah..., nampak begitu gembirannya Dila saat melihat kereta api. Apalagi saat aku membawanya masuk ke salah satu gerbong kereta api. Dan setelah itu kami pulang. 
"Wah..., lama ya pulangnya Dila..., betah ya ama *****..., ngapain aja di rumah *****...", tanya Teti saat kami tiba di rumah mertuaku, yang sejujur kalau diperhatikan saat itu pasti nampak rona wajahku sedikit berubah. Iya..., begitu berdebarnya aku menunggu jawaban dari Dila. Karena gak mungkin aku yang jawab. Aku mungkin hanya bisa sedikit menambahkan atau menerangkan sesuatu pernyataan dari Dila.
"Main gem, ocok, pilem, api nom pis...", kata Dila yang membuat Teti sedikit berkenyit dahinya dan menambah rona di wajahku.
"Apa ocok...", tanya Teti lagi.
"Ocok..., ocok...", jawab Dila sambil hendak menggerakkan tangannya yang langsung aku sambut ucapannya dengan sedikit bercanda pada Dila...
"Ocong lho...", kataku bercanda sambil meraih tangan Dila dan menempatkan tangannya di atas kepalanya seperti hantu pocong.
"Oala... pocong lho...", kata Teti sambil tertawa.
"Lihat film tadi ya...", sambung Teti.
"Ocok...", jawab Dila dan akhirnya kata ocok yang sebenarnya ngocok diartikan oleh Teti adalah hantu pocong yang dilihat di film yang Dila tonton.
"Jadi tadi lihat kereta api di mana...", tanya Teti lagi dan di jawab oleh Dila sambil dia menunjukkan arah stasiun kereta api.
"Iya, tadi iseng main ke stasiun kereta api", kataku pada Teti.
"Lha tadi Dila minta minum apa bang...", tanya Teti mungkin karena mendengar kata nom pis yang diucapkan Dila.
"O..., jus jeruk nipis tadi...", jawabku asal dan aku sudah mulai dapat menenangkan debar di dadaku. Kan gak mungkin aku katakan ke Teti kalau si Dila itu minum air kencingku dan juga minum maniku.
"Oh ya, jam berapa berangkat pastinya...", kataku sedikit mengalihkan pembicaraan.
"Nanti bang, jam 9 malam ini. Biar sampai sana pagi. Ini juga jalannya santai aja kok...", jawab Teti.
Dan ada suatu kelegaan saat anak Novi mengajak Dila main dan akhirnya aku bisa ngobrol santai dengan Teti yang kemudian suaminya ikut nimbrung juga.
Jujur begitu aku jaga sekali si Dila dengan selalu setidaknya berada di dekatnya. Dan untungnya tak ada pertanyaan-pertanyaan Teti pada Dila lagi. Malahan hanya omelan Teti yang marah karena Dila selalu minta HPnya.
"Tu..., ***** ini selalu ngasih Dila main HP. Sana minta sama *****...", omel Teti pada Dila.
Aku hanya ketawa sambil bercanda, walaupun akhirnya aku menyerahkan HPku ke Dila. Dan jujur, sebenarnya saat mereka hendak berangkat pergi, aku jadi serba salah. Karena saat itu Teti menyuruh Dila untuk menciumku dan gak tahu kenapa Dila menghampiriku sambil sedikit membuka mulutnya seperti minta dicium bibirnya. Aku tahu, mungkin akan lama waktunya lagi aku bisa menjadikan Dila sebagai target ngocokku dan mencium bibirnya. Tapi tak mungkinlah aku mencium bibir si Dila saat itu juga. Akhirnya sambil bercanda aku hanya mencium dahi si Dila di depan mereka dan setelah itu aku pura-pura kelupaan sesuatu.
"Oh ya..., ***** lupa ngasih ongkos lah buat Dila...", kataku sambil bercanda yang membuat semua orang tertawa.
"Yuk sini sama ***** dulu...*, kataku pada Dila sambil menggandeng tangannya kembali ke rumah mertuaku.
"Ngasih ongkosnya jangan sikit-sikit ya *****...", celetuk Teti bercanda yang membuat aku begitu santai membawa Dila masuk ke dalam rumah mertuaku.
Padahal dompetku ada di saku celanaku, tapi hanya alasanku saja agar dapat membawa Dila masuk ke dalam rumah mertuaku. Dan memang, aku memberikan 300 ribu ke Dila sebagai uang jajannya.
"Makasih ya Dila...", kataku sambil memberikan uang jajan ke Dila dan secara perlahan penuh kelembutan aku melumatkan bibirku ke bibir Dila. Ah..., saat itu begitu penuh penghayatan ciuman bibirku pada Dila. Dan Dila nampak senang karena menerima uang jajan dariku walaupun dia gak tahu besaran nominal uang tersebut. Dan sambil aku gendong, sebelum keluar dari rumah, aku kembali melumatkan bibirku ke bibir Dila. Ah..., tatapan mata Dila nampak begitu berbeda sesaat setelah aku mencium bibirnya.

Senin, 18 Juli 2022

Dikocok Mertuaku -*-

Tanggal 16-07-2022, dari tempatku bekerja, dalam kondisi hujan aku langsung ke rumah mertuaku setelah ditelpon oleh istriku yang mengatakan kalau mertuaku itu sedang sakit. Sesampainya aku di sana sekitar jam 19:45, aku hanya mendapati mertuaku itu sendiri dan sedang berbaring di kursi ruang TV. Setelah aku membuka mantel hujan, kemudian aku masuk sambil menanyakan keadaan mertuaku serta keberadaan **** dan Teti.
"Ini **** dan Teti dari pagi sudah pergi ke B dan mereka pulang besok. Tadi *** ke mari dan sudah pulang. Ini badan ibu tiba-tiba terasa lemas, kepala juga pusing, makanya nelpon si ***** lagi. Tapi karena hujan, jadi ibu larang untuk datang, kasihan bawa anak-anak...", kata mertuaku menjelaskan.
"Iya, tadi *** nelpon saya, makanya saya kemari. Ibu dah minum obat, atau kalau gak ada obat biar saya belikan...", kataku pada mertuaku yang dia jawab kalau dia masih menyimpan obat yang dia bawa dari A S. 
Tak berapa lama kemudian, istriku menelpon menanyakan posisiku, apakah aku masih berada di tempat kerja atau sudah sampai rumah mertuaku. Sambil aku katakan kalau aku sudah sampai, aku meloud speakerkan agar mertuaku mendengar dan ngobrol dengan istriku. 
"Ya udah mak, biar si masnya aja ya yang ngawani mamak di sana...", kata istriku saat mertuaku kembali melarang istriku untuk datang ke rumahnya karena hujan.
Dan singkatnya, mertuaku itu setuju untuk aku temani. Aku merasa seperti mendapat durian runtuh, penuh semangat aku memasukkan motorku ke ruang depan yang biasa dijadikan gudang. Lalu aku kembali ke ruang TV sambil mengajak mertuaku ngobrol. Ah..., pepek lah..., kontolku begitu berdenyut penuh kenikmatan.
"O ya bu, dimana obatnya, biar saya ambilkan...", kataku.
"Itu ada di atas kulkas, tapi kalau minum obat itu, bawaannya ngantuk...", kata mertuaku menjelaskan.
"Ya gak papa lah bu, kan bisa enak istirahatnya...", jawabku sambil beranjak menuju dapur untuk mengambil obat dan membawa air hangat. 
"Kalau mau mandi, ambil aja handuk di lemari ya ***, dan cari aja pakaiannya, kemarin ada terbawa ibu itu celana pendek dan baju ***** yang dijemur di A S", kata mertuaku saat aku menyerahkan obat dan air hangatnya.
"Ooo, iya bu, pantesan di rumah ada sepasang pakaian yang gak nampak. Ini ibu minum obatnya ya..., saya mau bersih-bersih dulu..., ijin saya masuk ke kamar dan membuka lemari ya bu...", kataku meminta ijin dan kemudian beranjak masuk ke dalam kamar mertuaku.
Setelah mengambil handuk dan menemukan celana pendekku di lemari, kemudian aku berhenti sambil memperhatikan mertuaku yang sedang meminum obat. Ah..., pepek lah..., birahiku terasa mulai menggelegak mengingat hanya ada aku dan mertuaku saja yang berada di rumah. Apalagi saat mertuaku itu menyerahkan kembali gelas dan obat yang baru dia minum, ingin rasanya aku mengajak mertuaku itu masuk ke kamar untuk aku ajak ngentot.
Bukannya aku tidak perduli dengan kondisi mertuaku yang sedang sakit. Tapi kesempatan yang mungkin saja akan ada tidak akan aku sia-siakan. Toh bukannya mertuaku itu sedang sakit parah. Hanya pusing serta lemas badannya doang, dan tak nampak ada gejala yang mengkhawatirkan.
Santai saja saat berada di dapur, aku membuka pakaianku hingga aku benar-benar bugil. Ah..., jujur saat itu aku sudah kepingin ngocok dan nembak mani di sana. Tapi akhirnya aku urungkan niatku karena sangat disayangkan seandainya aku hanya ngocok di dapur, sementara aku yakin akan ada banyak kesempatanku untuk dapat ngocok lebih dekat dengan posisi mertuaku. Sambil membawa pakaianku, santai saja aku berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Dan disaat mandi, pikiranku begitu berputar untuk mencari ide bagaimana aku bisa ngocok di depan atau di dekat mertuaku, sampai akhirnya aku menemukan beberapa ide serta alternatif untuk menjadikan mertuaku itu sebagai target ngocokku. Dan setelah mandi, aku mengambil tali yang biasa aku gunakan untuk mengikat telor kontolku di saku celanaku. Dengan debar di dada, perlahan aku membuka pintu kamar mandi, lalu keluar dan dalam keadaan tanpa sehelai benangpun di tubuhku, aku berdiri di tengah ruangan dapur untuk mengikat telor kontolku. Ah..., pepek pantat torok..., kontolku sudah benar-benar sangat ereksi. 
Aku kembali masuk ke kamar mandi untuk mengambil pakaianku. Setelah menempatkan kepala kontolku diantara pinggang dan karet depan celanaku, lalu aku berjalan melewati mertuaku, masuk ke kamar ***** yang bersebelahan dengan kamar mertuaku. Sambil berjalan masuk ke kamar, aku memperhatikan mertuaku yang sedang menonton TV dan nampaknya dia sedang mengantuk.
"Gimana bu, masih pusing dan lemas...?", tanyaku saat keluar dari kamar dan berdiri di dekat kaki mertuaku sambil mencuri-curi pandangan melihat montoknya pantat mertuaku yang sedang rebah dalam posisi kaki menekuk dan tubuh miring menghadap ke TV. Ah..., begitu menggairahkan sekali melihat pantat mertuaku itu.
"Iya ini masih terasa pusing, dan sudah mulai ngantuk...", jawab mertuaku.
"Ya udah bu, istirahat aja di kamar, tapi jangan ditutup pintunya..., biar saya bisa lihat-lihat ibu nantinya", kataku penuh harapan di hati agar mertuaku itu mau tidur di kamar dengan pintu yang dia buka. Tujuanku adalah agar aku bisa ngocok di dalam kamar mertuaku, langsung di depannya dengan menelusuri keindahan tubuhnya saat dia tidur, dan itu memang skenario rencana yang aku buat saat aku mandi.
"Nanti aja lah ***, masih enak rebahan seperti ini...", jawab mertuaku yang membuat aku sedikit kecewa karena sebenarnya birahiku sudah terasa begitu meledak dan ingin segera ngocok sampai nembak mani di dekat mertuaku itu.
"Atau mau saya pijat kepalanya, bu...", kataku memberanikan diri karena takut dianggap lancang, tanpa berharap mertuaku itu mau. Ya setidaknya nampaklah oleh mertuaku itu kalau aku perhatian padanya.
"Boleh lah ***, jawab mertuaku yang membuat hatiku berteriak kegirangan karena itu merupakan hal yang benar-benar tidak aku duga. Dalam pikiranku, manalah mungkin mertuaku itu mau, secara aku hanyalah menantunya.
Akhirnya aku berjalan ke dapur untuk mengambil kursi makan dan menutup pintu dengan alasan karena sudah mulai malam, juga karena hawa dingin hujan masuk ke dalam rumah. Kepala mertuaku bersandar di bagian sandaran tangan kursi dan posisinya menyamping, begitu juga dengan tubuhnya.
Begitu terbakarnya birahiku saat itu. Ah..., pepek lonte torok..., tampak jelas montoknya pantat mertuaku saat aku duduk dan mulai memijat kepalanya pada jam 20:15. Nafasku sedikit memburu seiring dengan gejolak birahiku karena menyentuh langsung mertuaku dan kontolku yang sudah sangat ereksi itu begitu menggeliat penuh denyut kenikmatan. Sambil memijat kepala mertuaku, sengaja aku mengajak mertuaku itu ngobrol. Dan dalam pertengahan obrolan kami, perlahan tangan kiriku menarik bagian depan celanaku untuk mengeluarkan kontolku. Ah..., debar di dadaku begitu berpacu seiring dengan birahiku yang semakin bergelora. Apalagi saat tangan kananku memijat kepala mertuaku, secara perlahan aku bangkit dari kursi untuk mengeluarkan kontolku yang kurang nyaman karena sewaktu aku duduk dan mengeluarkan kontolku, telor kontolku menyangkut di karet pinggang celanaku.
Ah..., pepek lonte torok..., di atas kepala mertuaku dengan sedikit susah payah tangan kiriku lebih melorotkan celanaku agar telor kontolku bisa bebas berada di luar celana, sementara tangan kananku masih terus memijat kepala mertuaku itu. Bahkan saat itu mertuaku masih mengajakku ngobrol.
Sambil duduk memijati kepala mertuaku sesekali aku melihat kontolku yang sudah berada diluar celanaku serta menelusuri lekuk tubuh mertuaku yang sedang dalam posisi rebah ke samping dan hal itu membuat kontolku ngences. Ah..., lonte pepek..., begitu inginnya aku memendamkan kontolku ke dalam pepek dan pantat mertuaku itu. Awalnya kedua tanganku yang memijat kepala mertuaku, lalu secara perlahan tangan kananku mulai memegang kontolku sambil mulai mengocokinya. Ah..., pepek lonte torok nikmatnya..., saat tangan kananku itu mulai secara perlahan mengocoki kontolku sementara tangan kiriku masih terus memijat kepala mertuaku dan pandangan mataku begitu penuh birahi menelusuri lekuk tubuh mertuaku.
"Terasa enak ***, pijatannya...", kata mertuaku yang membuat aku menghentikan kocokan tanganku di kontolku.
"Iya bu, dah sering dipijat dan dikusuk, jadi tahu juga bagian-bagian yang memang enak kalau dipijat, lagian si ***** juga sering saya kusuk", kataku pada mertuaku seakan berpromosi.
"Telentang aja bu, biar semua bagian kepalanya dapat. Ya kaki naikkan aja lah bu...", kataku lagi sambil mengarahkan mertuaku seandainya dia mau telentang untuk menempatkan posisi kakinya di sandaran tangan kursi yang berada di ujung kakinya.
Jujur saja, begitu kencang degup jantungku saat aku bertahan duduk dengan kondisi kontol yang sangat ereksi berada di luar celanaku, sementara mertuaku itu secara perlahan merubah posisi tubuhnya dari menyamping menjadi telentang. Ah..., pepek... pepek..., inginnya rasanya aku kentot mertuaku itu dan membanjiri pepeknya dengan maniku. Nampak begitu menggoda, dan inginnya aku menyingkapkan dasternya untuk menjilati pepeknya dan melesakkan kontolku ke dalam pepeknya.
Jam menunjukkan pukul 20:24 saat sambil memijat kepala mertuaku, perlahan aku mulai berdiri dengan kontol yang nampak gagah ereksi berada sekitar 30 cm dari bagian atas kepala mertuaku. Terkadang aku sedikit meremas rambut mertuaku, dan secara tidak kentara dalam meremas rambutnya itu aku mencabut beberapa helai rambutnya yang kemudian aku jatuhkan ke lantai di dekat kakiku.
"Pejamkan aja matanya bu...", kataku sambil tanganku memijat kedua bagian pelipis mata mertuaku.
Sambil memijat kepala mertuaku, tatapanku terus saja menelusuri tubuhnya dan memperhatikan gerak gerik mertuaku yang terlihat menikmati pijatan tanganku di kepalanya. Dengan menggunakan jari kelingking dan jempol tangan kiriku aku memijat kepala mertuaku. Kadang jari telunjuk, jari tengah serta jari manis tangan kananku sengaja aku letak dan sesekali mengelus dahi mertuaku seakan ikut mengusuki kepalanya.
Melihat mertuaku yang memejamkan mata, dan tidak ada obrolan kami selama itu membuat aku jadi seperti hilang kendali. Benar-benar nekat, walau dengan sedikit gemetar, perlahan aku semakin mendekatkan kontolku ke kepala mertuaku. Jam menunjukkan pukul 20:33 saat dengan sangat perlahan aku menempelkan kontolku di dahi mertuaku sambil tangan kiriku terus saja memijat kepalanya. Lonte pepek pantat torok..., luar biasa rasanya saat kontolku menyentuh dan menempel di dahi mertuaku itu. Antara kulit kontolku dengan kulit dahi mertuaku begitu menyatu saling merasakan kehangatan walau hanya sebentar. Ah..., lonte pepek torok..., denyut kontolku terasa sangat berbeda dan sangat luar biasa.
Seperti terasa melayang saat kontolku itu benar-benar menempel di dahi mertuaku. Tubuhku sampai bergetar karena sensasi yang sangat luar biasa yang aku rasakan. Ah..., begitu besarnya hasrat birahiku untuk dapat merasakan kenikmatan pepek mertuaku itu. Walau usianya sudah hampir 61 tahun, tapi keindahan tubuhnya begitu sangat membuat aku terpesona. Pantatnya nampak montok dan selalu saja menggoda birahiku. Hal yang paling aku suka adalah saat melihat mertuaku itu jongkok, nampak bulat pantatnya dan sangat membuat kontolku bereaksi serta berdenyut nikmat.
Dalam kondisi berdiri dengan kontol yang sangat ereksi, aku masih saja melanjutkan untuk memijat kepala mertuaku dengan sesekali mendekatkan kontolku ke bagian atas kepala mertuaku. Begitu penuh birahi tatapanku menelusuri tubuh mertuaku yang sedang telentang di hadapanku. Aku yakin teteknya tidak terlalu kendor, dengan masih nampak jelas menonjol seperti menantangku untuk aku remas dan menghisap putingnya. Pahanya juga masih nampak besar dan seimbang dengan bentuk pantatnya yang montok itu. Ah..., pepek lah..., ingin rasanya aku berdiri di depan kaki mertuaku sambil merenggangkan serta mengangkangkan kakinya dan melorotkan sempaknya. Ingin rasanya saat itu aku menjilati serta bermanja di pepeknya. Jujur saja, walau nampak perut mertuaku itu sedikit besar, tapi sangat tertutupi dengan bentuk paha dan pantatnya yang sangat montok. Ah..., kontolku bergerak-gerak dan berdenyut penuh kenikmatan.
Kenekatanku semakin bertambah disaat aku mulai menyadari kalau mertuaku itu sedang tertidur. Aku gak tahu apakah dia tertidur karena efek obat atau karena merasa nyaman mendapatkan pijatan tanganku di kepalanya, tapi yang pasti adrenalineku seperti terpicu untuk melakukan hal yang sangat beresiko.
Setelah memastikan kalau mertuaku itu sudah tidur, lalu aku menghentikan pijatanku sambil memasukkan kembali kontolku ke dalam celana dan perlahan aku berjalan masuk ke dalam kamar untuk mengambil HPku. Dari dalam kamar, langsung saja aku hidupkan mode merekam video dan aku kembali berjalan keluar sambil merekam mertuaku yang sedang tertidur.
Gerakan tetek dan perut mertuaku yang naik turun secara teratur membuat aku yakin kalau dia memang sudah benar-benar tidur. Begitu bebasnya kamera video HPku merekam setiap detail tubuh mertuaku. Dari wajah, tetek, perut, dan selangkangannya. Ah..., pepek lonte torok..., setiap hari atau bahkan setiap saat pun seandainya aku nembak mani di dalam pepek mertuaku yang hampir berusia 61 tahun itu aku yakin dia tak akan bunting. Ah..., pepek pepek..., inginnya aku merasakan kenikmatan pepek mertuaku itu.
Sambil menggeser kursi yang aku gunakan saat duduk mengusuk mertuaku ke depan TV, kemudian aku berdiri di dekat kepala mertuaku. Santai saja aku melorotkan celanaku hingga sampai lututku. Tangan kiriku yang memegang HP terus saja merekam bagaimana gagahnya kontolku yang begitu sangat ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku berada sekitar 5 cm dari kepala mertuaku. Jam menunjukkan pukul 20:39 saat dengan percaya dirinya aku kembali menempelkan kontolku ke dahi mertuaku. Ah..., pepek lonte..., terasa nyata hangatnya dahi mertuaku itu di kontolku. Sambil ngocok, penuh birahi aku menelusuri selangkangan dan tetek mertuaku.
Karena aku ingin merekam secara utuh setiap moment yang aku lakukan pada mertuaku, membuat aku akhirnya menarik celanaku yang sudah melorot hingga lututku itu dan memasukkan kembali kontolku. Lalu aku meletakkan HPku di kursi sambil melihat sudut rekaman yang ingin aku dapatkan. 
Gerakan tetek mertuaku yang masih nampak naik turun secara teratur membuat aku semakin nekat. Di depan kamera HP yang sedang merekam video, aku berdiri sekitar 30 cm di dekat kepala mertuaku. Jam menunjukkan pukul 20:41 saat dengan santai aku membuka celanaku dan benar-bener bugil di dekat kepala mertuaku. Degup jantungku yang berpacu seiring adrenalineku, menambah kenekatanku dengan mencampakkan begitu saja celana yang sudah aku buka itu ke dapur. Aku benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun di tubuhku. Resiko seandainya mertuaku itu terbangun adalah aku tidak mempunyai waktu untuk mengambil kembali celanaku dengan cepat dan pastinya gerakan aku menghindar akan sangat jelas terdengar. Ah..., pepek lonte torok..., kondisi seperti itu semakin menambah denyut nikmat di kontolku.
Perlahan aku ngocok dan semakin mendekatkan posisi kepala kontolku ke kepala mertuaku. Sambil aku menghentikan kocokan tanganku di kontolku, lalu aku menempelkan kembali kepala kontolku di dahi mertuaku. Lendir bening yang keluar dari kepala kontolku sengaja aku biarkan mengenai dahi mertuaku. Bahkan sebelum aku menarik kembali kontolku dari dahi mertuaku, sengaja aku sedikit menekan kepala kontolku itu agar lendir kontolku itu benar-benar menempel di dahinya. Ah..., pepek lonte torok..., nikmatnya...
Sambil ngocok, aku mengekspresikan birahiku di dekat kepala mertuaku. Pinggulku ikut bergerak maju mundur sambil terkadang menggesekkan kepala kontolku ke kepala mertuaku. Tetek mertuaku yang bergerak naik turun secara teratur itu seperti menggodaku untuk meremasnya. Ah..., pepek pepek..., begitu terbakarnya birahiku itu pada mertuaku. Telor kontolku yang kopyor-kopyor karena terikat dan bergerak tak beraturan naik turun seiring semakin cepatnya tanganku mengocoki kontolku terdengar berisik karena menghantam tangan serta selangkanganku. 
Sambil jalan aku terus saja ngocok dan berdiri di samping mertuaku. Jujur, aku benar-benar sudah sangat nekat. Dengan posisiku yang bugil ngocok berdiri tepat di samping wajah mertuaku, membuat hayalan birahiku pada mertuaku begitu terasa seakan nyata. Kembali aku ngocok dengan begitu cepat dan menimbulkan suara berisik telor kontolku yang beradu dengan tangan serta selangkanganku. Untungnya, hujan yang deras sangat menyamarkan suara berisik kocokanku. Ah..., pepek torok lonte...
Posisi tangan kanan mertuaku yang berada di perutnya dan tangan kirinya yang berada di atas paha kiri sedikit mengarah ke pepeknya membuat aku ingat saat dulu aku pernah membimbing tangan dL yang sedang tidur untuk mengocoki kontolku. Ah..., pepek torok lonte...
Sambil terus saja ngocok, tangan kiriku secara perlahan menyentuh tangan kiri mertuaku. Gak dapat aku gambarkan bagaimana debar jantungku itu seperti mendobrak dadaku. Karena tidak ada respon dan masih nampak lelap tidur mertuaku itu, membuat aku nekat secara perlahan mengangkat tangan kiri mertuaku dan meletakkan telapak tangannya sedikit melewati kepalanya. Lalu aku menggeser posisiku lebih mendekat ke tangan mertuaku.
Sambil ngocok, perlahan aku memposisikan kontolku di atas telapak tangan kiri mertuaku dan semakin mendekatkannya. Jujur, saat itu aku terus saja memompa keberanianku untuk meletakkan kontolku di telapak tangan mertuaku itu. Ingin rasanya aku menikmati sensasi kontolku dikocok oleh tangan mertuaku.
Tapi..., pepek lonte torok..., crot..., pepek torok..., muncrat-muncrat maniku penuh kenikmatan. Ah..., pepek mertuaku itu..., nikmatnya..., pepek pantat lonte torok..., saat kontolkku sudah berada di telapak tangan kiri mertuaku dan jari-jari tangannya itu sudah mencengkram batang kontolku, aku tidak dapat membendung muncratan mani yang keluar dari kontolku. Padahal belum sempat tangan mertuaku itu mengocoki kontolku. Pepek pepek..., sambil menahan kelonjotaan nikmat di tubuhku, aku tetap menggenggam tangan kiri mertuaku yang mencengkram kontolku, menikmati sensasi tekanan tangan mertuaku di kontolku. Ah..., luar biasa dan merupakan hal yang pertama sekali yang aku rasakan. Hal dimana kontolku benar-benar merasakan tangan mertuaku dan begitu aku nikmati denyut kontolku yang terjepit cengkraman tangan mertuaku saat aku sedang nembak mani. 
Begitu kental dan banyak maniku yang keluar. Berceceran di lantai dan sedikit di tangan serta di rambut mertuaku. Ah..., pepek lah..., nikmat sekali. Saat itu jam menunjukkan pukul 20:53. Memang hanya sekitar 12 menit aku ngocok, tapi resikonya itu lho..., apalagi saat tangan mertuaku itu mencengram kontolku. Ah..., pepek pantat torok mertuaku itu. Mertua yang selalu saja menyulut birahiku. Mertua yang selalu membuat aku begitu terobsesi pada pepek dan pantatnya.
Santai saja, setelah selesai rasa kenikmatan puncak birahiku, lalu aku berjalan ke dapur untuk mengambil celanaku. Aku mengenakan kembali celanaku di dekat kepala mertuaku. Kemudian aku masuk ke kamar untuk mengambil sempakku. Sambil melap mani yang berada di tangan serta rambut mertuaku, tatapanku masih saja penuh birahi memandang dan menelusuri lekuk tubuh mertuaku itu. Walaupun aku sudah nembak mani, tapi ereksi di kontolku belum reda dan bahkan masih memberontak minta di kocok lagi. Sengaja aku biarkan kontokku itu nampak menyodok bagian depan celana pendekku. Sambil memunguti rambut mertuaku yang sengaja aku cabut saat memijat kepalanya, aku melap ceceran maniku yang berada di lantai. Kemudian sambil mengambil HP dan mematikan mode merekam video, aku masuk ke kamar untuk meletakkan sempakku. Di dalam kamar aku memilin dan menyatukan rambut mertuaku yang nantinya akan aku ikatkan di kontolku.
Ada sekitar 11 helai rambut mertuaku yang panjang yang dapat aku pilin secara sempurna. Campuran rambut mertuaku yang berwarna hitam dan putih uban menambah keindahan hasil pilinanku itu. Setelah jadi, rambut mertuaku itu aku ikatkan di kepala kontolku. Ah..., lonte pepek torok..., kontolku yang selama aku memilin rambut mertuaku dalam keadaan lemas, secara perlahan ereksi setelah aku mengikatnya. Telor kontolku yang aku ikat dengan tali nampak kopyor-kopyor dan kepala kontolku yang terikat erat dengan rambut mertuaku menambah sensasi kenikmatan ereksi kontolku. Uh..., pepek lonte torok...
Sengaja aku keluar kamar dengan kontol yang menyodok bagian depan celana pendekku. Dan langsung saja aku mendekati mertuaku yang masih nyenyak tidurnya. Begitu dalam aku telusuri setiap lekuk tubuh mertuaku itu. Ah..., pepek lah..., aku gak tahu kenapa bisa sebegitu menggairahkan tubuh mertuaku padahal usianya hampir 61 tahun.
Kemudian aku mengambil obat yang diminum oleh mertuaku, lalu mencari tahu detail dari obat tersebut melalui internet di HPku. Salah satu obat dengan merk dan nama yang sangat jelas tertera di stripnya merupakan obat yang mempunyai efek penyebab rasa kantuk. Aku jadi tersenyum sendiri karena ide yang datang di pikiranku mengenai rencana apa yang akan aku lakukan.
Jam menunjukkan pukul 21:23 saat dengan santai aku berjalan ke kamar mandi dan membuka celanaku di sana. Seperti tidak memikirkan resiko, dalam keadaan bugil aku keluar dari kamar mandi dan berjalan mendekati mertuaku.  Ah begitu terbakarnya birahiku saat melihat tubuh bugilku berada di depan mertuaku. Begitu dekatnya aku tanpa sehelai benangpun di tubuhku berdiri di samping mertuaku dengan kontol yang benar-benar ereksi siap untuk melesak masuk ke dalam pepek mertuaku. 
Ah..., pepek lah..., seandainya mertuaku itu berada di dalam kamar, sudah pasti aku bisa leluasa untuk menyingkapkan pakaiannya dan bahkan mungkin saja aku memendamkan kontolku ke dalam pepeknya. Sambil perlahan tanganku mengocoki kontolku, pandanganku kembali menelusuri tubuh mertuaku. Ah..., begitu menggodanya dengan apa yang ada di selangkangan mertuaku itu. Perlahan aku raih HPku dan merekam kembali tubuh bugilku yang berdiri tepat di samping mertuaku dengan jarak kepala kontolku berada sekitar 5 cm di dekat wajah mertuaku. Sambil merekam, tangan kananku kembali mengocoki kontolku. Dan kemudian aku duduk di samping mertuaku sambil terus saja menelusuri lekuk tubuhnya, membayangkan seandainya saat itu aku bisa ngentot dengan mertuaku.
Nampak jelas tetek dan perut mertuaku itu bergerak naik turun secara teratur yang menandakan dia sedang tertidur lelap. Sambil merekam video dengan HPku, perlahan aku bangkit dari kursi dan mendekati mertuaku. 
Tanpa ada keraguan sedikitpun, aku meletakkan batang kontolku di dahi mertuaku dan merasakan kehangatan tubuh mertuaku melalui batang kontolku yang menempel di dahinya. Tangan kiriku yang memegang HP untuk merekam video sedikit bergetar seiring sensasi menyatunya kehangatan tubuh mertuaku dengan tubuhku.
Jam saat itu menunjukkan pukul 21:41 saat dengan santai aku raih tangan kiri mertuaku dan aku bimbing untuk memegang serta mencengkram batang kontolku. Uh..., lonte pepek torok..., nikmatnya merasakan hangatnya tangan mertuaku yang memegang dan mencengkram kontolku. Di dekat kepala mertuaku aku berdiri dalam keadaan bugil dan dengan kontol yang dicengkram oleh tangannya. Secara perlahan aku mulai mengocoki kontolku dengan menggunakan tangan mertuaku yang aku bimbing dengan meletakkan tanganku di atas punggung tangan mertuaku sambil menggenggamnya agar tangan mertuaku itu memegang dan mencengkram kontolku.
Ah..., nikmat sekali..., pepek lonte pantat torok..., luar biasa sensasi kenikmatan yang aku rasakan saat tangan mertuaku itu mulai mengocoki kontolku. Saat itu aku benar-benar menikmati kocokan dari tangan mertuaku dan kontolku benar-benar begitu nyaman di dalam cengkraman tangan mertuaku. Denyut kenikmatan benar-benar aku rasakan. Dan karena rasa nyaman itu, kontolku yang sudah sangat ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku tampak begitu gagah dengan terikat rambut mertuaku dan belum ada tanda-tanda ingin nembak mani.
Jam menunjukkan pukul 21:53 saat kontolku masih tegar dalam kocokan tangan mertuaku. Memang tidak lah bisa aku terlalu cepat membimbing tangan mertuaku dalam mengocoki kontolku, tapi secara berkala, dari perlahan hingga cepat tangan mertuaku itu aku bimbing untuk mengocoki kontolku. Ah..., pepek..., nikmatnya...
Akhirnya setelah hampir 14 menit tangan kiri mertuaku puas mengocoki kontolku, kemudian aku menggeser tubuhku ke samping sambil meraih tangan kanan mertuaku yang saat itu sedikit melintang di atas perutnya. Kedua lututku menyentuh tepi kursi agar tidak terlalu jauh tangan mertuaku itu untuk memegang kontolku.
Jam menunjukkan pukul 21:56 saat perlahan tangan kanan mertuaku itu aku bimbing untuk memegang dan mencengkram kontolku sambil terus aku gerakkan untuk mengocoki kontolku. Ah..., pepek lonte torok..., saat itu kontolku seperti benar-benar dikocok langsung oleh mertuaku karena posisi aku benar-benar berhadapan langsung dengan mertuaku. Seandainya mertuaku itu terbangun, ya pasti akan sangat jelas dan tidak dapat terelakkan lagi kondisi tubuh bugilku itu berada di depannya dan tak ada alasan untuk menghindar karena tanganku membimbing tangan mertuaku untuk memegang dan mencengkran kontolku. Ah..., pepek lonte torok..., aku tak perduli. Desah nafasku begitu memburu seiring dengan kenikmatan birahiku.
Pinggulku juga terkadang ikut bergerak seiring dengan hentakan tangan mertuaku yang mengocoki kontolku. Begitu aku hayati bagaimana gerakan tangan mertuaku itu mengocoki kontolku sambil memandang penuh birahi ke wajah dan tubuh mertuaku. Uh..., nikmatnya...
Jam menunjukkan pukul 22:13 saat aku tidak dapat menahan muncratan maniku keluar dari kontolku. Esh..., nikmatnya..., penuh kenikmatan aku menahan kelonjotan puncak birahiku sambil lebih menggenggam tangan mertuaku agar lebih kuat mencengkram kontolku.
Sekitar 17 menit tangan kanan mertuaku itu memuaskan kontolku. Kenikmatan cengkraman tangan mertuaku yang mengocoki kontolku membuat maniku muncrat dengan begitu liarnya hingga mengenai sandaran kursi di dekat kepala mertuaku, juga mengenai baju di sekitar bawah tetek mertuaku, menetes di baju bagian perut mertuaku, dan juga di tangannya.
Setelah aku puas menikmati kelonjotan nikmat di tubuhku, sambil aku mematikan mode merekam video di HPku, perlahan aku meletakkan tangan mertuaku dan kemudian aku masuk ke kamar untuk mengambil sempak. Santai saja aku membersihkan muncratan maniku di kursi dan baju mertuaku serta tangannya dengan sempakku.  Dan setelah itu aku masuk ke kamar untuk meletakkan sempakku. 
Aku kembali duduk di samping mertuaku dengan tubuh yang masih dalam kondisi bugil. Kontolku sudah tidak begitu ereksi, tapi denyut kenikmatan terus saja aku rasakan. Apalagi jalinan rambut mertuaku terasa mengikat dan menyatu dengan kontolku. Sambil menjepit telor kontolku dengan kedua pahaku, pandanganku masih terus menelusuri lekuk tubuh mertuaku itu. Ah..., walau usianya hampir 61 tahun tapi masih nampak begitu menggoda birahiku. Pantat mertuaku yang montok itu yang selalu menggodaku. Pahanya yang besar nampak seimbang dengan bentuk tubuhnya. 
Jam 23:06 setelah aku puas menelusuri tubuh mertuaku sambil memainkan kontolku, lalu aku masuk ke kamar dengan mengabaikan posisi celanaku yang berada di kamar mandi. Sambil berbaring, aku putar hasil rekaman videoku. Ah..., begitu jelasnya hasil rekaman itu. Suara hujan sudah tidak terdengar lagi, dan kontolku perlahan kembali memberontak ingin dikocok. Dasar pepek..., kenekatanku sepertinya semakin menjadi, dan dengan santai aku berjalan keluar kamar dengan membawa seluruh pakaianku, termasuk sempakku yang telah basah oleh mani, yang kemudian aku letak di kamar mandi. Otomatis aku benar-benar tidak mempunyai pilihan kecuali masuk ke kamar mandi untuk memakai celana jika mertuaku itu terbangun secara tiba-tiba, karena tidak ada satupun pakaianku yang tersisa di dalam kamar. 
Aku lihat jam menunjukkan pukul 23:40 saat aku ingin merasakan sensasi yang lebih dengan perlahan membuka kunci pintu dapur dan kemudian aku berjalan membuka pintu depan sambil melirik ke mertuaku yang masih tertidur. Rencananya aku ingin bugil ngocok berjalan dari depan rumah menuju belakang rumah dan masuk ke dalam rumah melalui pintu dapur.
Tapi akhirnya aku merubah sedikit rencanaku saat aku ngocok di halaman depan karena adrenalineku benar-benar terpicu menyadari kondisi sekitar yang sangat sepi dan saat itu aku benar-benar bugil ngocok di halaman rumah dengan penerangan lampu yang terang benderang menyinari tubuhku. Dan karena suasana sangat lengang seperti tidak ada aktifitas di rumah-rumah tetangga mertuaku, perlahan sambil ngocok aku berjalan ke belakang rumah Lia. Dari belakang rumah Lia aku lanjutkan langkahku ke samping kiri rumah Lia dan berhenti tepat di samping depan rumahnya. Jarak posisiku yang saat itu sedang ngocok di samping rumah Lia dengan jalan umum tidak lebih dari 4 m. Dan faktor pendukungku adalah tembok tinggi rumah Rn yang berjarak sekitar 2 m di samping rumah Lia yang setidaknya dapat menutupi tubuh bugilku dari sisi halaman rumah Rn maupun jalanan umum.
Begitu aku nikmati sensasi bugil ngocok di luar rumah yang langsung menghadap ke jalanan umum dan di seberang jalan itu adalah rumah si C. Ah..., lonte pepek torok..., teringat aku bagaimana melihat C saat dia masih sekolah, begitu nampak jelas ujung bawah rok bagian belakangnya itu terangkat lebih tinggi karena pantatnya yang besar dan montok. Begitu sesuai dengan tubuhnya. Esh..., lonte pepek torok..., hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku semakin menambah sensasi kenikmatan saat aku mengingat indahnya tubuh si C.
Ingatanku akan montoknya pantat C semakin membuat aku memberanikan diri untuk melangkah ke posisi lebih extreme lagi. Setelah melihat situasi yang ada, dan juga sepertinya tidak ada tanda-tanda aktifitas di rumah tetangga sekitar, lebih khususnya di rumah Lia, perlahan aku melangkahkan kakiku dari samping rumah Lia ke halaman depan rumahnya. Sambil berjalan ngocok akhirnya aku berdiri di sisi kiri bagian halaman rumah Lia dan masih menjadikan tembok rumah Rn sebagai pelindung tubuh bugilku dari sisi kiri.
Akhirnya aku seperti tertantang untuk melakukan yang lebih lagi dengan kembali berjalan hingga aku benar-benar berada di pinggir jalan. Ah..., lonte pepek torok kau C..., seandainya saat itu C keluar rumah, akan aku biarkan dia melihat aku mengespresikan birahiku, ngocok ke arah rumahnya dalam keadaan bugil di pinggir jalan. Saat itu aku seperti lupa daratan, suara hentakan tanganku yang mengocoki kontolku dan juga telor kontolku yang terikat kopyor-kopyor bergerak tak berarah beradu dengan selangkangan serta tanganku seperti memecahkan keheningan suasana. Uh..., Muncrat-muncrat tak beraturan maniku yang keluar dan berceceran di pinggir jalan.
Kelojotan hebat yang terjadi pada tubuhku karena sensasi bugil ngocok di pinggir jalan dan menghadap ke rumah C terasa begitu nikmat. Dan setelah itu, santai saja aku berjalan kembali ke rumah mertuaku, melewati samping rumah Lia. Awalnya aku ingin masuk dari pintu depan. Tapi karena kunci pintu belakang sudah aku buka, akhirnya aku masuk ke rumah mertuaku melalui pintu belakang. Dari dapur, aku melihat posisi mertuaku masih dalam keadaan tertidur, sambil aku lihat jam yang sudah menunjukkan pukul 00:23. Berarti selama 43 menit aku dalam keadaan bugil di luar rumah. Ah..., kondisi setelah hujan yang membuat orang malas keluar rumah dan mungkin memilih untuk tidur menjadikan kesempatan emas bagiku dapat berbugil ria hingga sampai nembak mani di pinggir jalan.
Santai saja aku membersihkan sendal yang aku pakai dengan membiarkan pintu kamar mandi terbuka lebar. Dan setelah mengunci pintu dapur, aku kembali membuka pintu depan untuk meletakkan sendal. Ah..., begitu bebasnya aku berbugil ria mengekspresikan birahi baik itu di depan mertuaku, maupun di luar rumah.
Terus terang saja, aku benar-benar tidak dapat mengendalikan birahiku di setiap saat aku berada di dekat mertuaku. Apalagi saat itu aku dalam keadaan tanpa sehelai benangpun di tubuhku berdiri memperhatikan dengan penuh seksama setiap lekuk tubuh mertuaku yang sedang tertidur di depanku. Kontolku sepertinya tak pernah puas untuk memuncratkan mani. Sambil mempermainkan kontolku di depan mertuaku, tiba-tiba keinginanku untuk menyingkapkan daster mertuaku begitu kuat aku rasakan. Aku merasa ragu untuk melakukannya karena posisinya memang sedikit sulit. Akhirnya aku mencoba mengabaikan keinginan itu dan kemudian merebahkan diriku di lantai mempermainkan kontolku sambil memperhatikan mertuaku.
Jam menunjukkan pukul 01:13, sesaat setelah aku menghidupkan mode merekam video di HPku, dengan sangat perlahan aku merubah posisi salah satu kaki mertuaku yang saat itu berada di sandaran tangan kursi. Sambil sesekali melihat ke wajah mertuaku untuk melihat reaksinya, kaki kiri mertuaku itu secara perlahan aku turunkan dari sandaran tangan kursi dan sedikit aku tekukkan. Dengan begitu, aku dapat memastikan kalau posisi selangkangan mertuaku itu menjadi sedikit terbuka. 
Setelah itu aku meraih HPku sambil terus merekam dari ujung rambut mertuaku hingga ujung kakinya. Tangan kiriku memegang HP untuk merekam video, dan tangan kananku secara perlahan mulai menyingkapkan daster mertuaku. Ah..., secara perlahan daster mertuaku itu mulai aku singkap. Seakan mencari harta karun, dari betis mertuaku mulai tersingkap hingga akhirnya aku melihat pemandangan indah besarnya paha mertuaku, walau tidak dapat dipungkiri penuaan kulit mertuaku nampak jelas di pandanganku. Tapi itu tidak menyurutkan keinginanku untuk lebih menyingkapkan dasternya lagi sambil sesekali aku gesekkan kontolku di betis dan pahanya.
Sampai akhirnya keindahan dan hayalan yang selama ini ingin aku dapatkan dari mertuaku perlahan mulai nampak walau masih tertutup oleh sempaknya yang berwarna coklat. Seperti mendapatkan harta karun, begitu bergemuruhnya jiwaku dan letupan birahiku begitu terasa. Aku biarkan daster mertuaku itu tersingkap sampai pinggangnya. Begitu bermanjanya pandangan mataku melihat bagian selangkangan mertuaku yang masih tertutup oleh sempaknya.
Ah..., tak sabar rasanya aku untuk menarik sempak mertuaku. Tapi bukan hal mudah untuk melakukannya, mengingat posisi mertuaku yang berada di kursi. Secara perlahan aku mendekatkan wajahku ke pepek mertuaku yang masih tertutup oleh sempaknya. Sedikit aroma pesing terasa saat hidungku menyentuh permukaan sempak mertuaku yang menutupi pepeknya. Ah..., tinggal sedikit lagi...
Setelah aku mempertimbangkan apa yang akan aku lakukan, dengan sedikit gemetar perlahan tangan kananku menyungkit sisi kiri bagian depan sempak mertuaku yang menutupi pepeknya. Sedikit aku tarik sambil aku membuka ke arah kanan bagian depan sempak mertuaku itu.
Ah..., ngences kontol melihat pemandangan indah jembut mertuaku yang tebal walau sebagian besar sudah beruban. Apalagi saat pandangan mataku melihat belahan pepek mertuaku yang tampak kering. Ingin rasanya aku membasahinya dengan maniku.
Perlahan aku kembali mendekatkan wajahku ke pepek mertuaku dan baru kentara aroma yang tercium di hidungku seperti bau bawang putih yang berasal dari pepek mertuaku itu. Ah..., dengan sangat perlahan aku kecup pepek mertuaku itu. Dan kemudian, sambil aku melihat reaksi mertuaku, kemudian kamera video di HPku terfokus pada pepek mertuaku yang aku rekahkan dengan jari jempol dan telunjuk tangan kananku.
Beberapa kali aku rekahkan pepek mertuaku itu. Ah..., jangan ditanya bagaimana denyutnya kontolku saat melihat pepek mertuaku yang terbuka merekah karena jariku walau nampak kering. Dan akupun seperti hilang kendali dengan mendekatkan kembali wajahku dan langsung menjilat pepek mertuaku.
Aroma seperti bau bawang putih yang berasal dari pepek mertuaku semakin membuat aku begitu menghayati jilatan lidahku di pepeknya. Ah..., pepek yang nampak kering akhirnya basah dengan jilatan lidahku. Apalagi saat lidahku menjilat bagian dalam dari pepeknya yang merekah, begitu hangat terasa di lidahku. Esh..., kontolku berdenyut dengan hebatnya yang membuat aku akhirnya menyudahi jilatanku di pepek mertuaku. Dan dengan berat hati, aku menutup kembali pepek mertuaku dengan sempaknya. Lalu aku mengembalikan ke posisi semula daster mertuaku yang telah aku singkapkan.
Kontolku sudah benar-benar memberontak minta dikocok. Perlahan aku meraih tangan kanan mertuaku dan meletakkan kontolku di genggamannya. Dengan tanganku yang juga menggenggam tangan kanan mertuaku, perlahan aku membimbing tangannya untuk mengocoki kontolku sampai akhirnya aku nembak mani. Ah..., nikmatnya merasakan bagaimana tangan mertuaku itu mencengkram dan mengocoki kontolku hingga aku nembak mani. Jam menunjukkan pukul 01:41 saat aku selesai menikmati bagaimana cengkraman tangan mertuaku itu seperti menjepit dan menahan muncratan maniku. Ah..., luar biasa nikmatnya..., muncrat sampai sandaran kursi dan sebagian di daster antara tetek dan perut mertuaku. Ada juga maniku yang menempel di tangan mertuaku dan mani itulah yang pertama kali aku bersihkan. Kemudian dengan perlahan aku teteskan ke dalam mulut mertuaku. Lalu sambil mematikan mode merekam di HP, aku mengambil sempakku di kamar mandi dan melap maniku yang berceceran di sandaran kursi serta di daster mertuaku.
Ah..., puasnya aku..., kontolku dikocok sampai nembak mani dan menjilati pepek mertuaku. Dan jujur, sebenarnya aku belum mau untuk menyudahinya, tapi aku juga tidak mau terlena. Aku gak tahu seberapa lama mertuaku itu lelap tidurnya. 
Setelah memastikan semuanya dalam keadaan aman, baik itu posisi pakaian mertuaku maupun bekas maniku yang berceceran di sandaran kursi dan dasternya, lalu aku ke kamar mandi untuk mengambil seluruh pakaianku dan membawanya ke kamar *****. Akhirnya aku merebahkan diri dengan hanya memakai celana pendek tanpa memakai sempak hingga aku tertidur.
Dan di pagi hari sekitar jam 05:30 saat aku terbangun, aku mendapati mertuaku sudah bangun dan duduk di kursi sambil memijat-mijat tangannya. Jujur, ada suasana yang sedikit canggung yang aku rasakan saat itu. Beruntungnya aku karena tidur dengan memakai celana dan pakaianku juga sudah aku gantung dengan baik, termasuk sempakku, sebelum aku terlelap tidur. Jadi kalaupun mertuaku bangun dan mencari serta mendapati aku tertidur di kamar, kondisi yang dia dapatkan adalah kondisi normal aku, dimana aku terbiasa memakai celana pendek dengan bertelanjang dada. Entahlah ada suasana yang sedikit canggung yang aku rasakan itu, apakah karena aku telah melihat bagaimana keringnya pepek mertuaku dengan jembut tebal yang beruban. Atau karena telah tercium aroma seperti bau bawang putih di pepek mertuaku. Atau juga karena telah aku rasakan bagaimana nikmatnya lidahku yang menjilati pepek mertuaku dan merasakan bagaimana hangatnya pepek mertuaku melalu lidahku. Atau, bisa saja mertuaku menyadari dengan apa yang aku lakukan padanya. Ah..., pepek lah..., terasa memang sedikit canggung saat itu.
"Gimana bu, dah baikan...", kataku untuk mencairkan suasana.
"Udah..., tapi tangan pada pegal rasanya", jawab mertuaku sambil memijat-mijat tangannya.
Aku tahu, rasa pegal yang dirasakan mertuaku itu bisa saja karena efek dari gerakan tangannya yang mengocoki kontolku. Dan aku hanya tersenyum di dalam hati. Aku juga tidak menawarkan diri untuk memijat tangannya karena debar di dadaku penuh letupan birahi, mengingat kejadian bagaimana aku dengan leluasa berbugil ria di depan mertuaku dan bagaimana tangan mertuaku itu mengocoki kontolku, serta bagaimana leluasanya lidahku itu menjilati pepeknya, akan dapat membuatku lepas kendali. Aku khawatir terpeluk aku pula mertuaku itu dan memaksanya untuk mau ngentot denganku.
"Saya buatkan teh hangat ya bu...", kataku lagi.
"Gak usah, nanti biar ibu buat sendiri", jawab mertuaku yang membuat aku sedikit kecewa.
Dan tak berapa lama kemudian istriku beserta anak-anak datang untuk menjenguk mertuaku. Akupun pamit pulang dengan alasan kurang tidur setelah beberapa saat kami ngobrol.
Ah..., hanya hasil rekaman videoku saja yang dapat menjadi saksi bagaimana kenikmatan birahi yang aku rasakan saat bersama dengan mertuaku.