Tanggal 16-07-2022, dari tempatku bekerja, dalam kondisi hujan aku langsung ke rumah mertuaku setelah ditelpon oleh istriku yang mengatakan kalau mertuaku itu sedang sakit. Sesampainya aku di sana sekitar jam 19:45, aku hanya mendapati mertuaku itu sendiri dan sedang berbaring di kursi ruang TV. Setelah aku membuka mantel hujan, kemudian aku masuk sambil menanyakan keadaan mertuaku serta keberadaan **** dan Teti.
"Ini **** dan Teti dari pagi sudah pergi ke B dan mereka pulang besok. Tadi *** ke mari dan sudah pulang. Ini badan ibu tiba-tiba terasa lemas, kepala juga pusing, makanya nelpon si ***** lagi. Tapi karena hujan, jadi ibu larang untuk datang, kasihan bawa anak-anak...", kata mertuaku menjelaskan.
"Iya, tadi *** nelpon saya, makanya saya kemari. Ibu dah minum obat, atau kalau gak ada obat biar saya belikan...", kataku pada mertuaku yang dia jawab kalau dia masih menyimpan obat yang dia bawa dari A S.
Tak berapa lama kemudian, istriku menelpon menanyakan posisiku, apakah aku masih berada di tempat kerja atau sudah sampai rumah mertuaku. Sambil aku katakan kalau aku sudah sampai, aku meloud speakerkan agar mertuaku mendengar dan ngobrol dengan istriku.
"Ya udah mak, biar si masnya aja ya yang ngawani mamak di sana...", kata istriku saat mertuaku kembali melarang istriku untuk datang ke rumahnya karena hujan.
Dan singkatnya, mertuaku itu setuju untuk aku temani. Aku merasa seperti mendapat durian runtuh, penuh semangat aku memasukkan motorku ke ruang depan yang biasa dijadikan gudang. Lalu aku kembali ke ruang TV sambil mengajak mertuaku ngobrol. Ah..., pepek lah..., kontolku begitu berdenyut penuh kenikmatan.
"O ya bu, dimana obatnya, biar saya ambilkan...", kataku.
"Itu ada di atas kulkas, tapi kalau minum obat itu, bawaannya ngantuk...", kata mertuaku menjelaskan.
"Ya gak papa lah bu, kan bisa enak istirahatnya...", jawabku sambil beranjak menuju dapur untuk mengambil obat dan membawa air hangat.
"Kalau mau mandi, ambil aja handuk di lemari ya ***, dan cari aja pakaiannya, kemarin ada terbawa ibu itu celana pendek dan baju ***** yang dijemur di A S", kata mertuaku saat aku menyerahkan obat dan air hangatnya.
"Ooo, iya bu, pantesan di rumah ada sepasang pakaian yang gak nampak. Ini ibu minum obatnya ya..., saya mau bersih-bersih dulu..., ijin saya masuk ke kamar dan membuka lemari ya bu...", kataku meminta ijin dan kemudian beranjak masuk ke dalam kamar mertuaku.
Setelah mengambil handuk dan menemukan celana pendekku di lemari, kemudian aku berhenti sambil memperhatikan mertuaku yang sedang meminum obat. Ah..., pepek lah..., birahiku terasa mulai menggelegak mengingat hanya ada aku dan mertuaku saja yang berada di rumah. Apalagi saat mertuaku itu menyerahkan kembali gelas dan obat yang baru dia minum, ingin rasanya aku mengajak mertuaku itu masuk ke kamar untuk aku ajak ngentot.
Bukannya aku tidak perduli dengan kondisi mertuaku yang sedang sakit. Tapi kesempatan yang mungkin saja akan ada tidak akan aku sia-siakan. Toh bukannya mertuaku itu sedang sakit parah. Hanya pusing serta lemas badannya doang, dan tak nampak ada gejala yang mengkhawatirkan.
Santai saja saat berada di dapur, aku membuka pakaianku hingga aku benar-benar bugil. Ah..., jujur saat itu aku sudah kepingin ngocok dan nembak mani di sana. Tapi akhirnya aku urungkan niatku karena sangat disayangkan seandainya aku hanya ngocok di dapur, sementara aku yakin akan ada banyak kesempatanku untuk dapat ngocok lebih dekat dengan posisi mertuaku. Sambil membawa pakaianku, santai saja aku berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Dan disaat mandi, pikiranku begitu berputar untuk mencari ide bagaimana aku bisa ngocok di depan atau di dekat mertuaku, sampai akhirnya aku menemukan beberapa ide serta alternatif untuk menjadikan mertuaku itu sebagai target ngocokku. Dan setelah mandi, aku mengambil tali yang biasa aku gunakan untuk mengikat telor kontolku di saku celanaku. Dengan debar di dada, perlahan aku membuka pintu kamar mandi, lalu keluar dan dalam keadaan tanpa sehelai benangpun di tubuhku, aku berdiri di tengah ruangan dapur untuk mengikat telor kontolku. Ah..., pepek pantat torok..., kontolku sudah benar-benar sangat ereksi.
Aku kembali masuk ke kamar mandi untuk mengambil pakaianku. Setelah menempatkan kepala kontolku diantara pinggang dan karet depan celanaku, lalu aku berjalan melewati mertuaku, masuk ke kamar ***** yang bersebelahan dengan kamar mertuaku. Sambil berjalan masuk ke kamar, aku memperhatikan mertuaku yang sedang menonton TV dan nampaknya dia sedang mengantuk.
"Gimana bu, masih pusing dan lemas...?", tanyaku saat keluar dari kamar dan berdiri di dekat kaki mertuaku sambil mencuri-curi pandangan melihat montoknya pantat mertuaku yang sedang rebah dalam posisi kaki menekuk dan tubuh miring menghadap ke TV. Ah..., begitu menggairahkan sekali melihat pantat mertuaku itu.
"Iya ini masih terasa pusing, dan sudah mulai ngantuk...", jawab mertuaku.
"Ya udah bu, istirahat aja di kamar, tapi jangan ditutup pintunya..., biar saya bisa lihat-lihat ibu nantinya", kataku penuh harapan di hati agar mertuaku itu mau tidur di kamar dengan pintu yang dia buka. Tujuanku adalah agar aku bisa ngocok di dalam kamar mertuaku, langsung di depannya dengan menelusuri keindahan tubuhnya saat dia tidur, dan itu memang skenario rencana yang aku buat saat aku mandi.
"Nanti aja lah ***, masih enak rebahan seperti ini...", jawab mertuaku yang membuat aku sedikit kecewa karena sebenarnya birahiku sudah terasa begitu meledak dan ingin segera ngocok sampai nembak mani di dekat mertuaku itu.
"Atau mau saya pijat kepalanya, bu...", kataku memberanikan diri karena takut dianggap lancang, tanpa berharap mertuaku itu mau. Ya setidaknya nampaklah oleh mertuaku itu kalau aku perhatian padanya.
"Boleh lah ***, jawab mertuaku yang membuat hatiku berteriak kegirangan karena itu merupakan hal yang benar-benar tidak aku duga. Dalam pikiranku, manalah mungkin mertuaku itu mau, secara aku hanyalah menantunya.
Akhirnya aku berjalan ke dapur untuk mengambil kursi makan dan menutup pintu dengan alasan karena sudah mulai malam, juga karena hawa dingin hujan masuk ke dalam rumah. Kepala mertuaku bersandar di bagian sandaran tangan kursi dan posisinya menyamping, begitu juga dengan tubuhnya.
Begitu terbakarnya birahiku saat itu. Ah..., pepek lonte torok..., tampak jelas montoknya pantat mertuaku saat aku duduk dan mulai memijat kepalanya pada jam 20:15. Nafasku sedikit memburu seiring dengan gejolak birahiku karena menyentuh langsung mertuaku dan kontolku yang sudah sangat ereksi itu begitu menggeliat penuh denyut kenikmatan. Sambil memijat kepala mertuaku, sengaja aku mengajak mertuaku itu ngobrol. Dan dalam pertengahan obrolan kami, perlahan tangan kiriku menarik bagian depan celanaku untuk mengeluarkan kontolku. Ah..., debar di dadaku begitu berpacu seiring dengan birahiku yang semakin bergelora. Apalagi saat tangan kananku memijat kepala mertuaku, secara perlahan aku bangkit dari kursi untuk mengeluarkan kontolku yang kurang nyaman karena sewaktu aku duduk dan mengeluarkan kontolku, telor kontolku menyangkut di karet pinggang celanaku.
Ah..., pepek lonte torok..., di atas kepala mertuaku dengan sedikit susah payah tangan kiriku lebih melorotkan celanaku agar telor kontolku bisa bebas berada di luar celana, sementara tangan kananku masih terus memijat kepala mertuaku itu. Bahkan saat itu mertuaku masih mengajakku ngobrol.
Sambil duduk memijati kepala mertuaku sesekali aku melihat kontolku yang sudah berada diluar celanaku serta menelusuri lekuk tubuh mertuaku yang sedang dalam posisi rebah ke samping dan hal itu membuat kontolku ngences. Ah..., lonte pepek..., begitu inginnya aku memendamkan kontolku ke dalam pepek dan pantat mertuaku itu. Awalnya kedua tanganku yang memijat kepala mertuaku, lalu secara perlahan tangan kananku mulai memegang kontolku sambil mulai mengocokinya. Ah..., pepek lonte torok nikmatnya..., saat tangan kananku itu mulai secara perlahan mengocoki kontolku sementara tangan kiriku masih terus memijat kepala mertuaku dan pandangan mataku begitu penuh birahi menelusuri lekuk tubuh mertuaku.
"Terasa enak ***, pijatannya...", kata mertuaku yang membuat aku menghentikan kocokan tanganku di kontolku.
"Iya bu, dah sering dipijat dan dikusuk, jadi tahu juga bagian-bagian yang memang enak kalau dipijat, lagian si ***** juga sering saya kusuk", kataku pada mertuaku seakan berpromosi.
"Telentang aja bu, biar semua bagian kepalanya dapat. Ya kaki naikkan aja lah bu...", kataku lagi sambil mengarahkan mertuaku seandainya dia mau telentang untuk menempatkan posisi kakinya di sandaran tangan kursi yang berada di ujung kakinya.
Jujur saja, begitu kencang degup jantungku saat aku bertahan duduk dengan kondisi kontol yang sangat ereksi berada di luar celanaku, sementara mertuaku itu secara perlahan merubah posisi tubuhnya dari menyamping menjadi telentang. Ah..., pepek... pepek..., inginnya rasanya aku kentot mertuaku itu dan membanjiri pepeknya dengan maniku. Nampak begitu menggoda, dan inginnya aku menyingkapkan dasternya untuk menjilati pepeknya dan melesakkan kontolku ke dalam pepeknya.
Jam menunjukkan pukul 20:24 saat sambil memijat kepala mertuaku, perlahan aku mulai berdiri dengan kontol yang nampak gagah ereksi berada sekitar 30 cm dari bagian atas kepala mertuaku. Terkadang aku sedikit meremas rambut mertuaku, dan secara tidak kentara dalam meremas rambutnya itu aku mencabut beberapa helai rambutnya yang kemudian aku jatuhkan ke lantai di dekat kakiku.
"Pejamkan aja matanya bu...", kataku sambil tanganku memijat kedua bagian pelipis mata mertuaku.
Sambil memijat kepala mertuaku, tatapanku terus saja menelusuri tubuhnya dan memperhatikan gerak gerik mertuaku yang terlihat menikmati pijatan tanganku di kepalanya. Dengan menggunakan jari kelingking dan jempol tangan kiriku aku memijat kepala mertuaku. Kadang jari telunjuk, jari tengah serta jari manis tangan kananku sengaja aku letak dan sesekali mengelus dahi mertuaku seakan ikut mengusuki kepalanya.
Melihat mertuaku yang memejamkan mata, dan tidak ada obrolan kami selama itu membuat aku jadi seperti hilang kendali. Benar-benar nekat, walau dengan sedikit gemetar, perlahan aku semakin mendekatkan kontolku ke kepala mertuaku. Jam menunjukkan pukul 20:33 saat dengan sangat perlahan aku menempelkan kontolku di dahi mertuaku sambil tangan kiriku terus saja memijat kepalanya. Lonte pepek pantat torok..., luar biasa rasanya saat kontolku menyentuh dan menempel di dahi mertuaku itu. Antara kulit kontolku dengan kulit dahi mertuaku begitu menyatu saling merasakan kehangatan walau hanya sebentar. Ah..., lonte pepek torok..., denyut kontolku terasa sangat berbeda dan sangat luar biasa.
Seperti terasa melayang saat kontolku itu benar-benar menempel di dahi mertuaku. Tubuhku sampai bergetar karena sensasi yang sangat luar biasa yang aku rasakan. Ah..., begitu besarnya hasrat birahiku untuk dapat merasakan kenikmatan pepek mertuaku itu. Walau usianya sudah hampir 61 tahun, tapi keindahan tubuhnya begitu sangat membuat aku terpesona. Pantatnya nampak montok dan selalu saja menggoda birahiku. Hal yang paling aku suka adalah saat melihat mertuaku itu jongkok, nampak bulat pantatnya dan sangat membuat kontolku bereaksi serta berdenyut nikmat.
Dalam kondisi berdiri dengan kontol yang sangat ereksi, aku masih saja melanjutkan untuk memijat kepala mertuaku dengan sesekali mendekatkan kontolku ke bagian atas kepala mertuaku. Begitu penuh birahi tatapanku menelusuri tubuh mertuaku yang sedang telentang di hadapanku. Aku yakin teteknya tidak terlalu kendor, dengan masih nampak jelas menonjol seperti menantangku untuk aku remas dan menghisap putingnya. Pahanya juga masih nampak besar dan seimbang dengan bentuk pantatnya yang montok itu. Ah..., pepek lah..., ingin rasanya aku berdiri di depan kaki mertuaku sambil merenggangkan serta mengangkangkan kakinya dan melorotkan sempaknya. Ingin rasanya saat itu aku menjilati serta bermanja di pepeknya. Jujur saja, walau nampak perut mertuaku itu sedikit besar, tapi sangat tertutupi dengan bentuk paha dan pantatnya yang sangat montok. Ah..., kontolku bergerak-gerak dan berdenyut penuh kenikmatan.
Kenekatanku semakin bertambah disaat aku mulai menyadari kalau mertuaku itu sedang tertidur. Aku gak tahu apakah dia tertidur karena efek obat atau karena merasa nyaman mendapatkan pijatan tanganku di kepalanya, tapi yang pasti adrenalineku seperti terpicu untuk melakukan hal yang sangat beresiko.
Setelah memastikan kalau mertuaku itu sudah tidur, lalu aku menghentikan pijatanku sambil memasukkan kembali kontolku ke dalam celana dan perlahan aku berjalan masuk ke dalam kamar untuk mengambil HPku. Dari dalam kamar, langsung saja aku hidupkan mode merekam video dan aku kembali berjalan keluar sambil merekam mertuaku yang sedang tertidur.
Gerakan tetek dan perut mertuaku yang naik turun secara teratur membuat aku yakin kalau dia memang sudah benar-benar tidur. Begitu bebasnya kamera video HPku merekam setiap detail tubuh mertuaku. Dari wajah, tetek, perut, dan selangkangannya. Ah..., pepek lonte torok..., setiap hari atau bahkan setiap saat pun seandainya aku nembak mani di dalam pepek mertuaku yang hampir berusia 61 tahun itu aku yakin dia tak akan bunting. Ah..., pepek pepek..., inginnya aku merasakan kenikmatan pepek mertuaku itu.
Sambil menggeser kursi yang aku gunakan saat duduk mengusuk mertuaku ke depan TV, kemudian aku berdiri di dekat kepala mertuaku. Santai saja aku melorotkan celanaku hingga sampai lututku. Tangan kiriku yang memegang HP terus saja merekam bagaimana gagahnya kontolku yang begitu sangat ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku berada sekitar 5 cm dari kepala mertuaku. Jam menunjukkan pukul 20:39 saat dengan percaya dirinya aku kembali menempelkan kontolku ke dahi mertuaku. Ah..., pepek lonte..., terasa nyata hangatnya dahi mertuaku itu di kontolku. Sambil ngocok, penuh birahi aku menelusuri selangkangan dan tetek mertuaku.
Karena aku ingin merekam secara utuh setiap moment yang aku lakukan pada mertuaku, membuat aku akhirnya menarik celanaku yang sudah melorot hingga lututku itu dan memasukkan kembali kontolku. Lalu aku meletakkan HPku di kursi sambil melihat sudut rekaman yang ingin aku dapatkan.
Gerakan tetek mertuaku yang masih nampak naik turun secara teratur membuat aku semakin nekat. Di depan kamera HP yang sedang merekam video, aku berdiri sekitar 30 cm di dekat kepala mertuaku. Jam menunjukkan pukul 20:41 saat dengan santai aku membuka celanaku dan benar-bener bugil di dekat kepala mertuaku. Degup jantungku yang berpacu seiring adrenalineku, menambah kenekatanku dengan mencampakkan begitu saja celana yang sudah aku buka itu ke dapur. Aku benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun di tubuhku. Resiko seandainya mertuaku itu terbangun adalah aku tidak mempunyai waktu untuk mengambil kembali celanaku dengan cepat dan pastinya gerakan aku menghindar akan sangat jelas terdengar. Ah..., pepek lonte torok..., kondisi seperti itu semakin menambah denyut nikmat di kontolku.
Perlahan aku ngocok dan semakin mendekatkan posisi kepala kontolku ke kepala mertuaku. Sambil aku menghentikan kocokan tanganku di kontolku, lalu aku menempelkan kembali kepala kontolku di dahi mertuaku. Lendir bening yang keluar dari kepala kontolku sengaja aku biarkan mengenai dahi mertuaku. Bahkan sebelum aku menarik kembali kontolku dari dahi mertuaku, sengaja aku sedikit menekan kepala kontolku itu agar lendir kontolku itu benar-benar menempel di dahinya. Ah..., pepek lonte torok..., nikmatnya...
Sambil ngocok, aku mengekspresikan birahiku di dekat kepala mertuaku. Pinggulku ikut bergerak maju mundur sambil terkadang menggesekkan kepala kontolku ke kepala mertuaku. Tetek mertuaku yang bergerak naik turun secara teratur itu seperti menggodaku untuk meremasnya. Ah..., pepek pepek..., begitu terbakarnya birahiku itu pada mertuaku. Telor kontolku yang kopyor-kopyor karena terikat dan bergerak tak beraturan naik turun seiring semakin cepatnya tanganku mengocoki kontolku terdengar berisik karena menghantam tangan serta selangkanganku.
Sambil jalan aku terus saja ngocok dan berdiri di samping mertuaku. Jujur, aku benar-benar sudah sangat nekat. Dengan posisiku yang bugil ngocok berdiri tepat di samping wajah mertuaku, membuat hayalan birahiku pada mertuaku begitu terasa seakan nyata. Kembali aku ngocok dengan begitu cepat dan menimbulkan suara berisik telor kontolku yang beradu dengan tangan serta selangkanganku. Untungnya, hujan yang deras sangat menyamarkan suara berisik kocokanku. Ah..., pepek torok lonte...
Posisi tangan kanan mertuaku yang berada di perutnya dan tangan kirinya yang berada di atas paha kiri sedikit mengarah ke pepeknya membuat aku ingat saat dulu aku pernah membimbing tangan dL yang sedang tidur untuk mengocoki kontolku. Ah..., pepek torok lonte...
Sambil terus saja ngocok, tangan kiriku secara perlahan menyentuh tangan kiri mertuaku. Gak dapat aku gambarkan bagaimana debar jantungku itu seperti mendobrak dadaku. Karena tidak ada respon dan masih nampak lelap tidur mertuaku itu, membuat aku nekat secara perlahan mengangkat tangan kiri mertuaku dan meletakkan telapak tangannya sedikit melewati kepalanya. Lalu aku menggeser posisiku lebih mendekat ke tangan mertuaku.
Sambil ngocok, perlahan aku memposisikan kontolku di atas telapak tangan kiri mertuaku dan semakin mendekatkannya. Jujur, saat itu aku terus saja memompa keberanianku untuk meletakkan kontolku di telapak tangan mertuaku itu. Ingin rasanya aku menikmati sensasi kontolku dikocok oleh tangan mertuaku.
Tapi..., pepek lonte torok..., crot..., pepek torok..., muncrat-muncrat maniku penuh kenikmatan. Ah..., pepek mertuaku itu..., nikmatnya..., pepek pantat lonte torok..., saat kontolkku sudah berada di telapak tangan kiri mertuaku dan jari-jari tangannya itu sudah mencengkram batang kontolku, aku tidak dapat membendung muncratan mani yang keluar dari kontolku. Padahal belum sempat tangan mertuaku itu mengocoki kontolku. Pepek pepek..., sambil menahan kelonjotaan nikmat di tubuhku, aku tetap menggenggam tangan kiri mertuaku yang mencengkram kontolku, menikmati sensasi tekanan tangan mertuaku di kontolku. Ah..., luar biasa dan merupakan hal yang pertama sekali yang aku rasakan. Hal dimana kontolku benar-benar merasakan tangan mertuaku dan begitu aku nikmati denyut kontolku yang terjepit cengkraman tangan mertuaku saat aku sedang nembak mani.
Begitu kental dan banyak maniku yang keluar. Berceceran di lantai dan sedikit di tangan serta di rambut mertuaku. Ah..., pepek lah..., nikmat sekali. Saat itu jam menunjukkan pukul 20:53. Memang hanya sekitar 12 menit aku ngocok, tapi resikonya itu lho..., apalagi saat tangan mertuaku itu mencengram kontolku. Ah..., pepek pantat torok mertuaku itu. Mertua yang selalu saja menyulut birahiku. Mertua yang selalu membuat aku begitu terobsesi pada pepek dan pantatnya.
Santai saja, setelah selesai rasa kenikmatan puncak birahiku, lalu aku berjalan ke dapur untuk mengambil celanaku. Aku mengenakan kembali celanaku di dekat kepala mertuaku. Kemudian aku masuk ke kamar untuk mengambil sempakku. Sambil melap mani yang berada di tangan serta rambut mertuaku, tatapanku masih saja penuh birahi memandang dan menelusuri lekuk tubuh mertuaku itu. Walaupun aku sudah nembak mani, tapi ereksi di kontolku belum reda dan bahkan masih memberontak minta di kocok lagi. Sengaja aku biarkan kontokku itu nampak menyodok bagian depan celana pendekku. Sambil memunguti rambut mertuaku yang sengaja aku cabut saat memijat kepalanya, aku melap ceceran maniku yang berada di lantai. Kemudian sambil mengambil HP dan mematikan mode merekam video, aku masuk ke kamar untuk meletakkan sempakku. Di dalam kamar aku memilin dan menyatukan rambut mertuaku yang nantinya akan aku ikatkan di kontolku.
Ada sekitar 11 helai rambut mertuaku yang panjang yang dapat aku pilin secara sempurna. Campuran rambut mertuaku yang berwarna hitam dan putih uban menambah keindahan hasil pilinanku itu. Setelah jadi, rambut mertuaku itu aku ikatkan di kepala kontolku. Ah..., lonte pepek torok..., kontolku yang selama aku memilin rambut mertuaku dalam keadaan lemas, secara perlahan ereksi setelah aku mengikatnya. Telor kontolku yang aku ikat dengan tali nampak kopyor-kopyor dan kepala kontolku yang terikat erat dengan rambut mertuaku menambah sensasi kenikmatan ereksi kontolku. Uh..., pepek lonte torok...
Sengaja aku keluar kamar dengan kontol yang menyodok bagian depan celana pendekku. Dan langsung saja aku mendekati mertuaku yang masih nyenyak tidurnya. Begitu dalam aku telusuri setiap lekuk tubuh mertuaku itu. Ah..., pepek lah..., aku gak tahu kenapa bisa sebegitu menggairahkan tubuh mertuaku padahal usianya hampir 61 tahun.
Kemudian aku mengambil obat yang diminum oleh mertuaku, lalu mencari tahu detail dari obat tersebut melalui internet di HPku. Salah satu obat dengan merk dan nama yang sangat jelas tertera di stripnya merupakan obat yang mempunyai efek penyebab rasa kantuk. Aku jadi tersenyum sendiri karena ide yang datang di pikiranku mengenai rencana apa yang akan aku lakukan.
Jam menunjukkan pukul 21:23 saat dengan santai aku berjalan ke kamar mandi dan membuka celanaku di sana. Seperti tidak memikirkan resiko, dalam keadaan bugil aku keluar dari kamar mandi dan berjalan mendekati mertuaku. Ah begitu terbakarnya birahiku saat melihat tubuh bugilku berada di depan mertuaku. Begitu dekatnya aku tanpa sehelai benangpun di tubuhku berdiri di samping mertuaku dengan kontol yang benar-benar ereksi siap untuk melesak masuk ke dalam pepek mertuaku.
Ah..., pepek lah..., seandainya mertuaku itu berada di dalam kamar, sudah pasti aku bisa leluasa untuk menyingkapkan pakaiannya dan bahkan mungkin saja aku memendamkan kontolku ke dalam pepeknya. Sambil perlahan tanganku mengocoki kontolku, pandanganku kembali menelusuri tubuh mertuaku. Ah..., begitu menggodanya dengan apa yang ada di selangkangan mertuaku itu. Perlahan aku raih HPku dan merekam kembali tubuh bugilku yang berdiri tepat di samping mertuaku dengan jarak kepala kontolku berada sekitar 5 cm di dekat wajah mertuaku. Sambil merekam, tangan kananku kembali mengocoki kontolku. Dan kemudian aku duduk di samping mertuaku sambil terus saja menelusuri lekuk tubuhnya, membayangkan seandainya saat itu aku bisa ngentot dengan mertuaku.
Nampak jelas tetek dan perut mertuaku itu bergerak naik turun secara teratur yang menandakan dia sedang tertidur lelap. Sambil merekam video dengan HPku, perlahan aku bangkit dari kursi dan mendekati mertuaku.
Tanpa ada keraguan sedikitpun, aku meletakkan batang kontolku di dahi mertuaku dan merasakan kehangatan tubuh mertuaku melalui batang kontolku yang menempel di dahinya. Tangan kiriku yang memegang HP untuk merekam video sedikit bergetar seiring sensasi menyatunya kehangatan tubuh mertuaku dengan tubuhku.
Jam saat itu menunjukkan pukul 21:41 saat dengan santai aku raih tangan kiri mertuaku dan aku bimbing untuk memegang serta mencengkram batang kontolku. Uh..., lonte pepek torok..., nikmatnya merasakan hangatnya tangan mertuaku yang memegang dan mencengkram kontolku. Di dekat kepala mertuaku aku berdiri dalam keadaan bugil dan dengan kontol yang dicengkram oleh tangannya. Secara perlahan aku mulai mengocoki kontolku dengan menggunakan tangan mertuaku yang aku bimbing dengan meletakkan tanganku di atas punggung tangan mertuaku sambil menggenggamnya agar tangan mertuaku itu memegang dan mencengkram kontolku.
Ah..., nikmat sekali..., pepek lonte pantat torok..., luar biasa sensasi kenikmatan yang aku rasakan saat tangan mertuaku itu mulai mengocoki kontolku. Saat itu aku benar-benar menikmati kocokan dari tangan mertuaku dan kontolku benar-benar begitu nyaman di dalam cengkraman tangan mertuaku. Denyut kenikmatan benar-benar aku rasakan. Dan karena rasa nyaman itu, kontolku yang sudah sangat ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku tampak begitu gagah dengan terikat rambut mertuaku dan belum ada tanda-tanda ingin nembak mani.
Jam menunjukkan pukul 21:53 saat kontolku masih tegar dalam kocokan tangan mertuaku. Memang tidak lah bisa aku terlalu cepat membimbing tangan mertuaku dalam mengocoki kontolku, tapi secara berkala, dari perlahan hingga cepat tangan mertuaku itu aku bimbing untuk mengocoki kontolku. Ah..., pepek..., nikmatnya...
Akhirnya setelah hampir 14 menit tangan kiri mertuaku puas mengocoki kontolku, kemudian aku menggeser tubuhku ke samping sambil meraih tangan kanan mertuaku yang saat itu sedikit melintang di atas perutnya. Kedua lututku menyentuh tepi kursi agar tidak terlalu jauh tangan mertuaku itu untuk memegang kontolku.
Jam menunjukkan pukul 21:56 saat perlahan tangan kanan mertuaku itu aku bimbing untuk memegang dan mencengkram kontolku sambil terus aku gerakkan untuk mengocoki kontolku. Ah..., pepek lonte torok..., saat itu kontolku seperti benar-benar dikocok langsung oleh mertuaku karena posisi aku benar-benar berhadapan langsung dengan mertuaku. Seandainya mertuaku itu terbangun, ya pasti akan sangat jelas dan tidak dapat terelakkan lagi kondisi tubuh bugilku itu berada di depannya dan tak ada alasan untuk menghindar karena tanganku membimbing tangan mertuaku untuk memegang dan mencengkran kontolku. Ah..., pepek lonte torok..., aku tak perduli. Desah nafasku begitu memburu seiring dengan kenikmatan birahiku.
Pinggulku juga terkadang ikut bergerak seiring dengan hentakan tangan mertuaku yang mengocoki kontolku. Begitu aku hayati bagaimana gerakan tangan mertuaku itu mengocoki kontolku sambil memandang penuh birahi ke wajah dan tubuh mertuaku. Uh..., nikmatnya...
Jam menunjukkan pukul 22:13 saat aku tidak dapat menahan muncratan maniku keluar dari kontolku. Esh..., nikmatnya..., penuh kenikmatan aku menahan kelonjotan puncak birahiku sambil lebih menggenggam tangan mertuaku agar lebih kuat mencengkram kontolku.
Sekitar 17 menit tangan kanan mertuaku itu memuaskan kontolku. Kenikmatan cengkraman tangan mertuaku yang mengocoki kontolku membuat maniku muncrat dengan begitu liarnya hingga mengenai sandaran kursi di dekat kepala mertuaku, juga mengenai baju di sekitar bawah tetek mertuaku, menetes di baju bagian perut mertuaku, dan juga di tangannya.
Setelah aku puas menikmati kelonjotan nikmat di tubuhku, sambil aku mematikan mode merekam video di HPku, perlahan aku meletakkan tangan mertuaku dan kemudian aku masuk ke kamar untuk mengambil sempak. Santai saja aku membersihkan muncratan maniku di kursi dan baju mertuaku serta tangannya dengan sempakku. Dan setelah itu aku masuk ke kamar untuk meletakkan sempakku.
Aku kembali duduk di samping mertuaku dengan tubuh yang masih dalam kondisi bugil. Kontolku sudah tidak begitu ereksi, tapi denyut kenikmatan terus saja aku rasakan. Apalagi jalinan rambut mertuaku terasa mengikat dan menyatu dengan kontolku. Sambil menjepit telor kontolku dengan kedua pahaku, pandanganku masih terus menelusuri lekuk tubuh mertuaku itu. Ah..., walau usianya hampir 61 tahun tapi masih nampak begitu menggoda birahiku. Pantat mertuaku yang montok itu yang selalu menggodaku. Pahanya yang besar nampak seimbang dengan bentuk tubuhnya.
Jam 23:06 setelah aku puas menelusuri tubuh mertuaku sambil memainkan kontolku, lalu aku masuk ke kamar dengan mengabaikan posisi celanaku yang berada di kamar mandi. Sambil berbaring, aku putar hasil rekaman videoku. Ah..., begitu jelasnya hasil rekaman itu. Suara hujan sudah tidak terdengar lagi, dan kontolku perlahan kembali memberontak ingin dikocok. Dasar pepek..., kenekatanku sepertinya semakin menjadi, dan dengan santai aku berjalan keluar kamar dengan membawa seluruh pakaianku, termasuk sempakku yang telah basah oleh mani, yang kemudian aku letak di kamar mandi. Otomatis aku benar-benar tidak mempunyai pilihan kecuali masuk ke kamar mandi untuk memakai celana jika mertuaku itu terbangun secara tiba-tiba, karena tidak ada satupun pakaianku yang tersisa di dalam kamar.
Aku lihat jam menunjukkan pukul 23:40 saat aku ingin merasakan sensasi yang lebih dengan perlahan membuka kunci pintu dapur dan kemudian aku berjalan membuka pintu depan sambil melirik ke mertuaku yang masih tertidur. Rencananya aku ingin bugil ngocok berjalan dari depan rumah menuju belakang rumah dan masuk ke dalam rumah melalui pintu dapur.
Tapi akhirnya aku merubah sedikit rencanaku saat aku ngocok di halaman depan karena adrenalineku benar-benar terpicu menyadari kondisi sekitar yang sangat sepi dan saat itu aku benar-benar bugil ngocok di halaman rumah dengan penerangan lampu yang terang benderang menyinari tubuhku. Dan karena suasana sangat lengang seperti tidak ada aktifitas di rumah-rumah tetangga mertuaku, perlahan sambil ngocok aku berjalan ke belakang rumah Lia. Dari belakang rumah Lia aku lanjutkan langkahku ke samping kiri rumah Lia dan berhenti tepat di samping depan rumahnya. Jarak posisiku yang saat itu sedang ngocok di samping rumah Lia dengan jalan umum tidak lebih dari 4 m. Dan faktor pendukungku adalah tembok tinggi rumah Rn yang berjarak sekitar 2 m di samping rumah Lia yang setidaknya dapat menutupi tubuh bugilku dari sisi halaman rumah Rn maupun jalanan umum.
Begitu aku nikmati sensasi bugil ngocok di luar rumah yang langsung menghadap ke jalanan umum dan di seberang jalan itu adalah rumah si C. Ah..., lonte pepek torok..., teringat aku bagaimana melihat C saat dia masih sekolah, begitu nampak jelas ujung bawah rok bagian belakangnya itu terangkat lebih tinggi karena pantatnya yang besar dan montok. Begitu sesuai dengan tubuhnya. Esh..., lonte pepek torok..., hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku semakin menambah sensasi kenikmatan saat aku mengingat indahnya tubuh si C.
Ingatanku akan montoknya pantat C semakin membuat aku memberanikan diri untuk melangkah ke posisi lebih extreme lagi. Setelah melihat situasi yang ada, dan juga sepertinya tidak ada tanda-tanda aktifitas di rumah tetangga sekitar, lebih khususnya di rumah Lia, perlahan aku melangkahkan kakiku dari samping rumah Lia ke halaman depan rumahnya. Sambil berjalan ngocok akhirnya aku berdiri di sisi kiri bagian halaman rumah Lia dan masih menjadikan tembok rumah Rn sebagai pelindung tubuh bugilku dari sisi kiri.
Akhirnya aku seperti tertantang untuk melakukan yang lebih lagi dengan kembali berjalan hingga aku benar-benar berada di pinggir jalan. Ah..., lonte pepek torok kau C..., seandainya saat itu C keluar rumah, akan aku biarkan dia melihat aku mengespresikan birahiku, ngocok ke arah rumahnya dalam keadaan bugil di pinggir jalan. Saat itu aku seperti lupa daratan, suara hentakan tanganku yang mengocoki kontolku dan juga telor kontolku yang terikat kopyor-kopyor bergerak tak berarah beradu dengan selangkangan serta tanganku seperti memecahkan keheningan suasana. Uh..., Muncrat-muncrat tak beraturan maniku yang keluar dan berceceran di pinggir jalan.
Kelojotan hebat yang terjadi pada tubuhku karena sensasi bugil ngocok di pinggir jalan dan menghadap ke rumah C terasa begitu nikmat. Dan setelah itu, santai saja aku berjalan kembali ke rumah mertuaku, melewati samping rumah Lia. Awalnya aku ingin masuk dari pintu depan. Tapi karena kunci pintu belakang sudah aku buka, akhirnya aku masuk ke rumah mertuaku melalui pintu belakang. Dari dapur, aku melihat posisi mertuaku masih dalam keadaan tertidur, sambil aku lihat jam yang sudah menunjukkan pukul 00:23. Berarti selama 43 menit aku dalam keadaan bugil di luar rumah. Ah..., kondisi setelah hujan yang membuat orang malas keluar rumah dan mungkin memilih untuk tidur menjadikan kesempatan emas bagiku dapat berbugil ria hingga sampai nembak mani di pinggir jalan.
Santai saja aku membersihkan sendal yang aku pakai dengan membiarkan pintu kamar mandi terbuka lebar. Dan setelah mengunci pintu dapur, aku kembali membuka pintu depan untuk meletakkan sendal. Ah..., begitu bebasnya aku berbugil ria mengekspresikan birahi baik itu di depan mertuaku, maupun di luar rumah.
Terus terang saja, aku benar-benar tidak dapat mengendalikan birahiku di setiap saat aku berada di dekat mertuaku. Apalagi saat itu aku dalam keadaan tanpa sehelai benangpun di tubuhku berdiri memperhatikan dengan penuh seksama setiap lekuk tubuh mertuaku yang sedang tertidur di depanku. Kontolku sepertinya tak pernah puas untuk memuncratkan mani. Sambil mempermainkan kontolku di depan mertuaku, tiba-tiba keinginanku untuk menyingkapkan daster mertuaku begitu kuat aku rasakan. Aku merasa ragu untuk melakukannya karena posisinya memang sedikit sulit. Akhirnya aku mencoba mengabaikan keinginan itu dan kemudian merebahkan diriku di lantai mempermainkan kontolku sambil memperhatikan mertuaku.
Jam menunjukkan pukul 01:13, sesaat setelah aku menghidupkan mode merekam video di HPku, dengan sangat perlahan aku merubah posisi salah satu kaki mertuaku yang saat itu berada di sandaran tangan kursi. Sambil sesekali melihat ke wajah mertuaku untuk melihat reaksinya, kaki kiri mertuaku itu secara perlahan aku turunkan dari sandaran tangan kursi dan sedikit aku tekukkan. Dengan begitu, aku dapat memastikan kalau posisi selangkangan mertuaku itu menjadi sedikit terbuka.
Setelah itu aku meraih HPku sambil terus merekam dari ujung rambut mertuaku hingga ujung kakinya. Tangan kiriku memegang HP untuk merekam video, dan tangan kananku secara perlahan mulai menyingkapkan daster mertuaku. Ah..., secara perlahan daster mertuaku itu mulai aku singkap. Seakan mencari harta karun, dari betis mertuaku mulai tersingkap hingga akhirnya aku melihat pemandangan indah besarnya paha mertuaku, walau tidak dapat dipungkiri penuaan kulit mertuaku nampak jelas di pandanganku. Tapi itu tidak menyurutkan keinginanku untuk lebih menyingkapkan dasternya lagi sambil sesekali aku gesekkan kontolku di betis dan pahanya.
Sampai akhirnya keindahan dan hayalan yang selama ini ingin aku dapatkan dari mertuaku perlahan mulai nampak walau masih tertutup oleh sempaknya yang berwarna coklat. Seperti mendapatkan harta karun, begitu bergemuruhnya jiwaku dan letupan birahiku begitu terasa. Aku biarkan daster mertuaku itu tersingkap sampai pinggangnya. Begitu bermanjanya pandangan mataku melihat bagian selangkangan mertuaku yang masih tertutup oleh sempaknya.
Ah..., tak sabar rasanya aku untuk menarik sempak mertuaku. Tapi bukan hal mudah untuk melakukannya, mengingat posisi mertuaku yang berada di kursi. Secara perlahan aku mendekatkan wajahku ke pepek mertuaku yang masih tertutup oleh sempaknya. Sedikit aroma pesing terasa saat hidungku menyentuh permukaan sempak mertuaku yang menutupi pepeknya. Ah..., tinggal sedikit lagi...
Setelah aku mempertimbangkan apa yang akan aku lakukan, dengan sedikit gemetar perlahan tangan kananku menyungkit sisi kiri bagian depan sempak mertuaku yang menutupi pepeknya. Sedikit aku tarik sambil aku membuka ke arah kanan bagian depan sempak mertuaku itu.
Ah..., ngences kontol melihat pemandangan indah jembut mertuaku yang tebal walau sebagian besar sudah beruban. Apalagi saat pandangan mataku melihat belahan pepek mertuaku yang tampak kering. Ingin rasanya aku membasahinya dengan maniku.
Perlahan aku kembali mendekatkan wajahku ke pepek mertuaku dan baru kentara aroma yang tercium di hidungku seperti bau bawang putih yang berasal dari pepek mertuaku itu. Ah..., dengan sangat perlahan aku kecup pepek mertuaku itu. Dan kemudian, sambil aku melihat reaksi mertuaku, kemudian kamera video di HPku terfokus pada pepek mertuaku yang aku rekahkan dengan jari jempol dan telunjuk tangan kananku.
Beberapa kali aku rekahkan pepek mertuaku itu. Ah..., jangan ditanya bagaimana denyutnya kontolku saat melihat pepek mertuaku yang terbuka merekah karena jariku walau nampak kering. Dan akupun seperti hilang kendali dengan mendekatkan kembali wajahku dan langsung menjilat pepek mertuaku.
Aroma seperti bau bawang putih yang berasal dari pepek mertuaku semakin membuat aku begitu menghayati jilatan lidahku di pepeknya. Ah..., pepek yang nampak kering akhirnya basah dengan jilatan lidahku. Apalagi saat lidahku menjilat bagian dalam dari pepeknya yang merekah, begitu hangat terasa di lidahku. Esh..., kontolku berdenyut dengan hebatnya yang membuat aku akhirnya menyudahi jilatanku di pepek mertuaku. Dan dengan berat hati, aku menutup kembali pepek mertuaku dengan sempaknya. Lalu aku mengembalikan ke posisi semula daster mertuaku yang telah aku singkapkan.
Kontolku sudah benar-benar memberontak minta dikocok. Perlahan aku meraih tangan kanan mertuaku dan meletakkan kontolku di genggamannya. Dengan tanganku yang juga menggenggam tangan kanan mertuaku, perlahan aku membimbing tangannya untuk mengocoki kontolku sampai akhirnya aku nembak mani. Ah..., nikmatnya merasakan bagaimana tangan mertuaku itu mencengkram dan mengocoki kontolku hingga aku nembak mani. Jam menunjukkan pukul 01:41 saat aku selesai menikmati bagaimana cengkraman tangan mertuaku itu seperti menjepit dan menahan muncratan maniku. Ah..., luar biasa nikmatnya..., muncrat sampai sandaran kursi dan sebagian di daster antara tetek dan perut mertuaku. Ada juga maniku yang menempel di tangan mertuaku dan mani itulah yang pertama kali aku bersihkan. Kemudian dengan perlahan aku teteskan ke dalam mulut mertuaku. Lalu sambil mematikan mode merekam di HP, aku mengambil sempakku di kamar mandi dan melap maniku yang berceceran di sandaran kursi serta di daster mertuaku.
Ah..., puasnya aku..., kontolku dikocok sampai nembak mani dan menjilati pepek mertuaku. Dan jujur, sebenarnya aku belum mau untuk menyudahinya, tapi aku juga tidak mau terlena. Aku gak tahu seberapa lama mertuaku itu lelap tidurnya.
Setelah memastikan semuanya dalam keadaan aman, baik itu posisi pakaian mertuaku maupun bekas maniku yang berceceran di sandaran kursi dan dasternya, lalu aku ke kamar mandi untuk mengambil seluruh pakaianku dan membawanya ke kamar *****. Akhirnya aku merebahkan diri dengan hanya memakai celana pendek tanpa memakai sempak hingga aku tertidur.
Dan di pagi hari sekitar jam 05:30 saat aku terbangun, aku mendapati mertuaku sudah bangun dan duduk di kursi sambil memijat-mijat tangannya. Jujur, ada suasana yang sedikit canggung yang aku rasakan saat itu. Beruntungnya aku karena tidur dengan memakai celana dan pakaianku juga sudah aku gantung dengan baik, termasuk sempakku, sebelum aku terlelap tidur. Jadi kalaupun mertuaku bangun dan mencari serta mendapati aku tertidur di kamar, kondisi yang dia dapatkan adalah kondisi normal aku, dimana aku terbiasa memakai celana pendek dengan bertelanjang dada. Entahlah ada suasana yang sedikit canggung yang aku rasakan itu, apakah karena aku telah melihat bagaimana keringnya pepek mertuaku dengan jembut tebal yang beruban. Atau karena telah tercium aroma seperti bau bawang putih di pepek mertuaku. Atau juga karena telah aku rasakan bagaimana nikmatnya lidahku yang menjilati pepek mertuaku dan merasakan bagaimana hangatnya pepek mertuaku melalu lidahku. Atau, bisa saja mertuaku menyadari dengan apa yang aku lakukan padanya. Ah..., pepek lah..., terasa memang sedikit canggung saat itu.
"Gimana bu, dah baikan...", kataku untuk mencairkan suasana.
"Udah..., tapi tangan pada pegal rasanya", jawab mertuaku sambil memijat-mijat tangannya.
Aku tahu, rasa pegal yang dirasakan mertuaku itu bisa saja karena efek dari gerakan tangannya yang mengocoki kontolku. Dan aku hanya tersenyum di dalam hati. Aku juga tidak menawarkan diri untuk memijat tangannya karena debar di dadaku penuh letupan birahi, mengingat kejadian bagaimana aku dengan leluasa berbugil ria di depan mertuaku dan bagaimana tangan mertuaku itu mengocoki kontolku, serta bagaimana leluasanya lidahku itu menjilati pepeknya, akan dapat membuatku lepas kendali. Aku khawatir terpeluk aku pula mertuaku itu dan memaksanya untuk mau ngentot denganku.
"Saya buatkan teh hangat ya bu...", kataku lagi.
"Gak usah, nanti biar ibu buat sendiri", jawab mertuaku yang membuat aku sedikit kecewa.
Dan tak berapa lama kemudian istriku beserta anak-anak datang untuk menjenguk mertuaku. Akupun pamit pulang dengan alasan kurang tidur setelah beberapa saat kami ngobrol.
Ah..., hanya hasil rekaman videoku saja yang dapat menjadi saksi bagaimana kenikmatan birahi yang aku rasakan saat bersama dengan mertuaku.