Selasa, 01 November 2022

VC Dan Photo Bugil "Dewi"

Sudah hampir 8 bulan aku sepertinya hilang kontak dengan teman kecilku, Dewi. Dia adalah temanku sedari masih duduk di bangku SD. Aku tahu, Dewi dari dulu menaruh perhatian padaku dan bahkan dulu dia berharap untuk menjadikan aku sebagai pacarnya. Itu dia lakukan semasa kami SMP hingga pada saat kuliah. Jujur, aku hanya menanggapinya sebagai teman dan bahkan sebagai sahabatku. Hingga waktu terus berjalan dan masing-masing dari kami sudah mempunyai pasangan serta anak. Hubungan kami dari jaman masih menggunakan surat, SMS, BBM dan lain sebagainya berjalan seperti hubungan pertemanan sebagaimana umumnya.
Hingga suatu malam, saat aku sedang kumpul bersama teman-teman club motorku, tiba-tiba Dewi WA aku dengan mengirimkan sebuah photo. Iya, photo dia sedang menggunakan tank top dan akupun langsung menjauh dari kumpulan clubku agar mereka tidak melihat photo tersebut. Saat itu aku tidak berpikir apa-apa selain menjawab kalau dia salah kirim photo. Aku sangat ingat, Dewi saat itu hanya menjawab "ooops, sorry salah kirim", yang langsung aku jawab hanya dengan ketawa aja. 
Dan entah kenapa saat itu aku iseng dengan menjawab "gak mau" saat Dewi meminta aku untuk menghapusnya. Ya, walaupun dia temanku, tapi ya denyut juga kontolku melihat tetek Dewi yang hanya menggunakan tank top tanpa memakai BH.
Jujur saja, dari situlah keisenganku pada Dewi aku mulai yang mungkin saja dia anggap aku menerima kehadirannya lebih dari teman biasa. Dan mulai dari malam itu, Dewi sering mengirim aku photo-photo seksinya yang aku jawab dengan mengikuti arus dari percakapan WA kami. 
Dari photo-photo seksinya yang sedang senam, perlahan Dewi mulai menyingkapkan pahanya. Berlanjut dengan photonya yang setengah bugil dengan tetek yang tertutup BHnya. Dan secara perlahan Dewi mulai mengirimkan photo tubuhnya secara utuh dengan hanya memakai sempak dan BH sebagai penutupnya. Kadangpun Dewi mengirimkan photonya saat dia hanya memakai handuk.
Saat itu tak ada niat aku untuk memanfaatkan situasi yang aku tahu Dewi merasa aku membuka diriku untuknya. Aku hanya mengikuti alur dari percakapan maupun WA yang kami lakukan. Dan Dewi sepertinya begitu terbuai dengan mengirimkan photo bugilnya padaku, walau dia sengaja melintangkan pahanya untuk menutupi pepeknya di setiap dia mengirim photo bugilnya. Iya, photo seluruh tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Ah..., dasar lonte si Dewi itu, membuat keisenganku sepertinya menjadi tidak terkendali.
Jujur saja, yang awalnya aku hanya mengikuti alur percakapan, makin lama aku mulai meminta langsung photo bugil si Dewi saat dia sudah mulai jarang mengirimi aku photonya. Dan tentu saja Dewi begitu senang hati untuk mengirim photo bugilnya. Sudah ratusan photo bugil Dewi yang aku simpan di HP maupun di laptopku.
Dari awalnya photo bugil yang hanya menampakkan lekuk tubuhnya Dewi, akhirnya aku berani minta photo close up pepeknya. Iya, aku benar-benar meminta photo pepek si Dewi secara khusus yang hanya terfokus pada pepeknya saja dan Dewi mau. Dasar benar-benar lonte si Dewi itu.
Aku bahkan sudah mulai berani mengajaknya Video Call sambil sesekali merayunya. Memuji tentang keindahan tubuhnya. Dan dengan sangat suka rela Dewi melepas seluruh pakaiannya hingga kami sering VC dalam keadaan Dewi tanpa sehelai benangpun di tubuhnya. 
Semakin hari, Dewi sering VC denganku dalam keadaan bugil. Dan itu sudah menjadi hal yang biasa bagi aku dan Dewi. Dan tetap, aku hanya mengikuti alur dari pembicaraan kami dengan kadang aku meminta Dewi memfokuskan kameranya ke teteknya hingga ke pepeknya. Ya memang, dalam beberapa kesempatan ngobrol kami, aku katakan aku kepingin ngentot dengannya. Begitu nampak berbinar mata Dewi mendengar ucapanku itu. 
Hingga suatu hari, obrolan kami terfokus pada cara mengurut kontol. Oh ya..., dalam hal sex, Dewi nampak lebih banyak mengetahui soal kesehatan kontol. Hal itu menjadi bahan obrolan yang panjang antara aku dan Dewi. Dan aku secara iseng bilang ke Dewi, bagaimana sih cara mengurut kontol. Melalui VC Dewi memperagakan bagaimana cara mengurut kontol yang dia dapat dari saran dokter pribadinya saat suami si Dewi ada masalah dengan sexnya.
Sengaja aku pura-pura bego dan menanyakan hal ini dan itu pada Dewi yang akhirnya aku meminta jumpa pada Dewi kalau aku kembali ke kotaku.
Singkatnya, saat aku kembali ke kotaku, aku katakan ke Dewi kalau aku ingin jumpa. Begitu nampak wajah gugup Dewi mendengar kalau aku sudah tiba dan mengajak ketemuan. Setelah beberapa kali buat janjian, akhirnya kami sepakat jumpa di toko si Dewi. Dan akupun sudah mempersiapkan rencana apa yang akan aku buat pada Dewi.
Saat hari pertemuan kami, sengaja dari rumah aku tidak memakai sempak. Jujur, aku hanya nekat saja dengan berencana memperlihatkan kontolku pada Dewi dan ingin ngocok di depannya. Tak aku pikirkan apakah Dewi akan menerima perlakuanku atau tidak, karena bagiku toh aku juga sudah puas melihat seluruh tubuhnya hingga pepeknya saat aku VC dengannya.
Saat berjumpa, dengan sedikit ngobrol soal kabar dan lainnya, akhirnya obrolan kami langsung ke cara mengurut kontol. Aku tahu, rona wajah Dewi begitu berubah saat itu. Mungkin dia gak menyangka aku berani bertanya langsung padanya soal itu. Di dalam tokonya kami duduk di lantai dan nampak begitu grogi Dewi menjelaskan padaku sambil memperagakan bagaimana cara mengurut kontol di depanku. Jujur, aku hanya mencari waktu saat itu untuk mengeluarkan kontolku.
Dan akhirnya, sambil bertumpu dengan lututku, di depan Dewi aku membuka resleting celanaku sambil terus mengeluarkan kontolku.
"Sorry Dewi, dari pada ribet jelasin dan memperagakannya, ini lebih bagus praktek langsung aja...", kataku sambil bangkit dan bertumpu pada lututku serta mengeluarkan kontolku.
"Sengaja tadi dari rumah gak pakai sempak biar enak praktek langsung...", kataku lagi pada Dewi.
"Ish..., nekat kali..., ini di toko lho...", kata Dewi sedikit berbisik dengan mata berbinar melihat kontolku.
"Ah..., masa bodo aja, kan nampak kalau nanti ada orang yang mau masuk ke toko...", jawabku yang membuat Dewi semakin mendekatkan dirinya ke arah aku.
Dan perlahan tangan kanan Dewi mulai memegang kontolku. Begitu nampak jelas birahi yang tertahan di wajah Dewi. Sambil memegang dan menarik kontolku seperti sedang mengurut, perlahan Dewi mendekatkan wajahnya ke wajahku. Jujur, begitu buas Dewi melumat bibirku dengan bibirnya. Ada desah yang begitu jelas terdengar olehku dan jujur, aku sedikit geli karena hal itu.
Apalagi mungkin karena birahi Dewi sudah tak tertahankan lagi olehnya, tanpa aku duga, Dewi yang memegang kontolku itu tiba-tiba memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Iya, Dewi karoake kontolku. Begitu buas Dewi mengulum dan menghisapi kontolku dengan desah birahi yang terdengar begitu nyata. Begitu lama dia melakukan oral sex padaku. Seperti tidak menyadari tempat, yang awalnya dia mengingatkan padaku kalau kami sedang berada di tokonya yang sedang terbuka lebar, malahan Dewi begitu menikmati kontolku yang keluar masuk di mulutnya.
Ah..., Dewi..., sabahat kecilku... 
Akupun akhirnya meminta Dewi menyingkapkan bajunya dan aku netek di teteknya. Jujur, puting tetek Dewi itu lumayan besar. Dan setelah itu, kembali Dewi menghisap kontolku hingga puas. Nampak Dewi begitu berat hati mengeluarkan kontolku dari dalam mulutnya. Saat Dewi selesai, perlahan aku membuka kancing serta resleting celana Dewi. Dasar lonte..., Dewi hanya diam sambil menunggu apa yang akan aku lakukan berikutnya.
Tapi karena memang sebenarnya posisi kami yang sedang berada di toko dan banyak aktifitas di luar yang membuat tidak begitu nyaman. Akhirnya walau terasa gantung, kami sudahi dulu dan kami berencana untuk keluar minum kopi. Tapi sebelum itu, saat Dewi membelakangi aku, sengaja aku tarik celana Dewi hingga nampak pantat dan pepeknya. Secara nyata aku juga sempat ngocok kontolku di depan Dewi walau hanya sebentar. Dan memang dasar lonte si Dewi itu..., dia hanya tertawa sambil mengatakan padaku, "nanti ya kita nyari tempat kalau mau yang lebih...". Wah..., jujur saja aku gak begitu tertarik. Lagian aku hanya iseng aja dan tujuan awalku hanya ingin ngocok di depan dia. 
Setelah kejadian itu, makin sering Dewi mengirimi photo bugilnya dan tanpa aku suruh Dewi kadang mengirim photo pepeknya juga. Begitu juga saat kami VC, tanpa malu, Dewi ngocok pepeknya walau dia tidak mengarahkan langsung kameranya ke pepeknya yang sedang dia kocok. Hanya nampak gerakan tubuh dan gerakan tangannya yang mengarah ke pepeknya yang tidak dapat dia sembunyikan dari aku bahwa saat itu dia sedang ngocok pepek.
Sering Dewi sambil VC melakukan hal itu yang membuat aku akhirnya punya rencana untuk merekam VC kami melalu fasilitas screen recorder. Dan akhirnya, setelah rencanaku sudah matang, aku VC si Dewi sambil langsung mengatakan kalau aku ingin Dewi bugil. Ah..., dasar benar-benar lonte si Dewi itu..., setelah beberapa saat kami ngobrol, perlahan Dewi mulai menanggalkan satu persatu pakaiannya hingga Dewi benar-benar dalam keadaan bugil tanpa sehelai benangpun. Dan entah kenapa, aku begitu melihat birahi yang sangat tertahan di wajah Dewi. Akupun semakin mengikuti alur pembicaraan kami sambil sesekali meminta Dewi memperlihatkan pepeknya. 
Nampak jelas wajah Dewi yang begitu penuh birahi dan Dewi memenuhi permintaanku agar mengarahkan kameranya ke arah pepeknya. Sambil aku sedikit memuji keindahan tubuhnya, kembali Dewi mengarahkan kameranya ke arah teteknya sambil mempermainkan putingnya. Sambil ngobrol, aku mulai melihat gerakan-gerakan tubuh Dewi. Tangannya yang sebelumnya mempermainkan puting teteknya sudah nampak mengarah ke bagian bawah tubuhnya. Sesekali aku mendengar desah Dewi yang membuat aku untuk beberapa saat membiarkan Dewi melakukan itu sambil terus mengajaknya ngobrol.
Saat aku melihat gerakan tangannya yang nampak semakin cepat, aku langsung meminta Dewi untuk kembali mengarahkan kameranya ke pepeknya. Dan benar saja, mungkin Dewi sudah merasa tanggung, yang membuat dia tidak menghentikan kocokan tangannya di pepeknya saat dia mengarahkan kameranya ke pepeknya. Esh..., benar-benar lonte si Dewi itu. Nampak sekitar pepek Dewi sudah berlendir dan jari telunjuknya tak henti-hentinya keluar masuk di pepeknya sementara jari tengahnya sesekali nampak seperti mengelus sekitar pepeknya yang sudah berlendir itu. Begitu nyata terdengar desahannya. Dasar lonte kau Dewi.
Sambil ngocok Dewi tetap mengarahkan kameranya ke arah pepeknya seperti membiarkan aku untuk ikut merasakan kenikmatan jari tangannya yang sedang mengocoki pepeknya. Ah..., benar-benar lonte kau Dewi... Ya jujur saja, ngences juga kontolku saat itu. Bayangkan saja saat itu aku VC dengan Dewi yang sedang ngocok pepek sambil ngobrol langsung denganku.
Singkatnya, ada beberapa rekaman dari hasil screen recorder yang aku lakukan saat aku VC dengan Dewi. Untungnya HPku beserta sistem dan memorinya sangat mendukung untuk menyimpan file yang sangat besar. Jadi setelah aku menemukan ide untuk merekam VC kami, hampir setiap VC yang kami lakukan itu aku rekam dan tetap kondisi Dewi saat itu adalah dalam keadaan bugil.
Sampai akhirnya Dewi meminta lebih padaku dengan permintaan yang konyol. Dan aku tahu, permintaan itu sepertinya berasal dari saran temannya. Teman perempuannya yang punya trauma pada hubungan dengan lelaki. Aku tahu jalan cerita temannya itu. Makanya aku bisa tebak permintaan yang Dewi lakukan padaku itu berasal dari temannya. Dan akhirnya kami bertengkar hingga Dewi sudah tidak mau berkomunikasi lagi dengan aku.
Hingga saat ini kami benar-benar hilang komunikasi. Dan untuk mengenang Dewi, sengaja aku buat photo profile dengan gambar dari crop screenshot pepek Dewi yang sedang dia kocok dengan jarinya. Dan terkadang aku ganti dengan photo tubuh setengah bugil Dewi yang sedang memakai handuk yang menutupi sedikit bagian depan tubuhnya. Ya aku juga ngerti, gak mungkin juga aku tunjukkan wajahnya. Jadi sengaja aku crop sebatas tubuhnya saja.
Ah..., Dewi...