Setelah kepindahan Teti, akhirnya aku juga pindah ke samping rumah mertuaku, karena gak mungkin juga mertuaku itu tinggal sendiri di sana. Gak sampai 1 bulan proses aku merenovasi ruangan yang dulunya dijadikan tempat menyimpan motor di rumah mertuaku itu untuk aku jadikan rumah dengan lebih memperluas ruangan yang memangkas ukuran dari halaman rumah mertuaku. Walaupun antara rumahku dengan rumah mertuaku itu tidak ada pintu penghubung, tapi setidaknya kami berada di dekatnya dan kami jadi sering duduk maupun ngobrol di rumah mertuaku. Lagian **** juga tiap malam tidur di rumah mertuaku. Ah..., hampir setiap saat aku merasa salah tingkah karena keindahan tubuh mertuaku yang menggelitik birahiku. Pantatnya itu lho... Dan imajinasiku juga selalu pada pepeknya yang jembutnya sudah beruban itu. Ah..., di usia mertuaku yang hampir 61 tahun itu kemolekan tubuhnya begitu mempesona bagiku. Hampir setiap hari aku mencuri-curi kesempatan untuk dapat ngocok di dekat mertuaku. Ah..., aku begitu tergila-gila pada keindahan tubuh mertuaku. Masih terasa aroma bawang di pepek mertuaku yang beberapa waktu lalu pernah aku cium dan jilat. Masih terbayang olehku bagaimana keringnya pepek mertuaku saat aku rekahkan. Ah..., setiap saat aku selalu saja menghayalkan kenikmatan pepek mertuaku itu...
Dalam suatu obrolan dengan mertuaku, aku mendengar kabar kalau keluarga mertuaku yang di A S, yaitu Nilma beserta keluarga kecilnya akan tinggal sementara di rumah mertuaku karena keperluan pekerjaan suaminya. Sebenarnya mereka berencana akan mengontrak sebuah rumah, tapi oleh mertuaku mereka disuruh untuk tinggal di rumah mertuaku dan mereka mau. Aku kenal mereka karena beberapa kali mereka pernah singgah ke rumah mertuaku. Ya jujur saja, Nilma yang sudah beberapa kali pernah aku jumpai itu mempunyai tubuh yang lumayan juga. Gak terlalu kurus sih..., dan pantatnya itu lho...
Ah..., dasar lonte pepek torok si Nilma itu... Saat mereka datang di pagi hari tanggal 03-10-2022, pandangan mataku tak pernah lepas memperhatikan montoknya pantat si Nilma. Sambil membantu mengangkat barang-barang mereka, selalu saja aku mencuri kesempatan menikmati pemandangan indah dari montoknya pantat si Nilma.
Nilma mempunyai seorang anak perempuan mungkin berusia sekitar usia 3 tahunan. Dan gak tahu kenapa, sepertinya anak Nilma itu takut padaku. Ya..., mungkin saja karena jarang bertemu. Akupun sepertinya gak terlalu memikirkan anak perempuan yang bernama Kia itu karena aku benar-benar terfokus menikmati keindahan tubuh Nilma. Bagiku Kia bisa aku kesampingkan dulu, karena pastinya butuh proses agar dia bisa akrab denganku.
Ah..., lonte pepek pantat torok si Nilma itu... Begitu menggelegaknya birahiku saat memandang montok pantatnya. Kalau Nilma berjalan, dia seperti memakai buttplug di pantatnya. Esh..., lonte si Nilma itu..., begitu bermainnya imajinasiku pada Nilma. Cara dia berjalan itu lho yang membuat aku begitu gregetan, dengan pantat montoknya seperti dia sumpal dengan buttplug.
Aku begitu berambisi sekali menjadikan Nilma sebagai target ngocokku. Lagian sepertinya Nilma tidak begitu sungkan dalam hal berpakaian. Karena pada malam harinya, saat mereka sedang merapikan barang-barangnya di kamar bekas Teti, aku datang dan pura-pura ngobrol dengan mertuaku. Dan tak berapa lama kemudian suami Nilma juga ikutan ngobrol bersama kami di ruang TV mertuaku. Hal yang membuat aku berdesir adalah saat aku melihat Nilma keluar dari kamarnya dan ikut duduk bersama kami. Dengan baju daster lengan pendek yang bagian lehernya lebar, tanpa sungkan Nilma ikutan nimbrung ngobrol. Dan dasar lonte..., begitu jelas aku lihat belahan tetek Nilma dengan BH berwarna hitam saat dia menundukkan tubuhnya mengambil sesuatu di sela obrolan kami. Jujur, aku begitu salah tingkah, sementara suaminya nampak santai aja. Dasar lonte si Nilma itu..., bagaimanapun juga, Nilma harus aku jadikan target ngocokku.
Dan akhirnya tanggal 05-10-2022 pagi hari sekitar jam 08:15 Nilma benar-benar dapat aku jadikan sebagai target ngocokku. Saat itu aku sedang menonton TV di rumahku dan mendengar suara seperti ada orang yang sedang menjemur pakaian karena ada suara perasan air. Aku tahu suara itu berasal dari belakang rumah. Dan tak berapa lama kemudian, aku mendengar suara Nilma sedang berbicara yang aku dengar pasti, dia itu berbicara pada anaknya, Kia. Sambil berjalan perlahan, aku menuju dapur rumahku dan kemudian langsung menghampiri kulkas. Sambil pura-pura membuka pintu kulkas, aku lirik posisi Nilma yang rupanya sedang membelakangi aku. Tubuhnya menghadap ke pintu kamar mandi mertuaku. Rupanya sambil menjemur pakaian, Nilma membiarkan Kia bermain air di dalam kamar mandi. Oh ya..., dari pintu dapur rumahku bisa langsung melihat ke dalam kamar mandi mertuaku karena pintu keluar rumah mertuaku untuk menjemur pakaian berada di kamar mandi itu. Kamar mandi mertuaku itu mempunyai dua pintu. Yang salah satunya sebagai pintu keluar atau masuk bila ingin menjemur pakaian. Bahkan aku sering masuk ke dalam rumah mertuaku melalui pintu kamar mandi tersebut.
Dari awalnya aku hanya melirik posisi Nilma, perlahan aku benar-benar menoleh ke arahnya. Dan dasar pepek torok pantat lonte si Nilma itu..., begitu menggelegaknya birahiku saat melihat Nilma dengan baju daster yang dia ikat di bagian samping pinggangnya yang otomatis menampakkan bentuk pantatnya yang montok itu dalam posisi membelakangi aku... Esh..., lonte kau Nilma..., kontolku begitu berdenyut dan perlahan mulai ereksi saat Nilma berjalan lebih mendekat ke pintu kamar mandi mertuaku sambil dia terus jongkok memanggil Kia. Ah..., dasar lonte..., sayang sekali saat Kia mendekati Nilma, Kia rupanya memakai sempak, jadi aku gak dapat melihat pepeknya. Saat Kia melihat aku, dia langsung menundukkan wajahnya dan lebih sering memandang ke Nilma tanpa berani melihat ke aku lagi. Dasar lonte...
Dan karena aku lihat Nilma mengelap air di tubuh Kia dengan handuk, perlahan aku menurunkan bagian depan celana pendekku sambil terus mengeluarkan kontolku. Tak butuh waktu lama untuk membuat kontolku ereksi. Secara perlahan, sambil mengarahkan posisi tubuhku ke Nilma, aku mulai ngocok. Esh..., pantatnya itu lho... Dengan posisi Nilma yang sedang jongkok membelakangi aku, begitu nampak jelas bagaimana montoknya pantat si Nilma itu. Sambil ngocok dengan jarak sekitar 6 m di belakang Nilma, aku berharapkan agar Nilma sedikit menggeser tubuhnya saat membuka sempak Kia agar aku bisa melihat pepeknya Kia. Tapi dasar lonte..., nampak sih tubuh Kia sedikit menunduk yang menandakan kalau sempaknya itu sedang dibuka Nilma, tapi sayangnya tertutup oleh tubuh Nilma. Ah..., lonte...
Begitu aku nikmati kocokan tanganku di kontolku hingga akhirnya dengan begitu cepat aku menarik bagian depan celanaku untuk memasukkan kontolku saat aku melihat ada gerakan Nilma yang sepertinya akan bangkit berdiri. Sambil aku menyingkir dari depan kulkas, aku pura-pura berjalan masuk ke dalam kamar mandi rumahku. Aku sengaja bertahan di dalam kamar mandi sambil meneruskan acara ngocokku untuk memberi jeda waktu agar Nilma tidak curiga seandainya dia melihat aku berjalan masuk ke dalam kamar mandiku. Kemudian, kontolku yang masih ereksi sempurna itu aku masukkan ke dalam sempak dan celanaku, lalu aku keluar dari kamar mandi.
Saat aku keluar dari kamar mandi, aku lihat Nilma sedang meneruskan pekerjaannya menjemur pakaian, dan dia menyapa aku. Sambil berbasa-basi, aku juga menyapanya dan beberapa saat kami ngobrol. Kemudian aku pura-pura beraktifitas di dapur rumahku yang membuat obrolan kami jadi terhenti. Aku sadar, Nilma mengetahui keberadaanku, tapi aku yakin, dia pasti berfikir aku sedang mengerjakan sesuatu di dapur rumahku yang membuat akhirnya dia juga melanjutkan aktifitasnya menjemur pakaian.
Jujur, dalam beberapa kesempatan, aku menyempatkan untuk mengeluarkan kontolku saat Nilma sedang tidak melihat ke arah aku. Hingga akhirnya, saat aku pura-pura mengerjakan sesuatu di depan kulkasku yang berada di dekat pintu dapur, Nilma membelakangi aku sambil memeras dan menjemur beberapa pakaian basahnya. Ah..., dasar lonte torok pepek pantat si Nilma itu...
Sekitar 4 m di belakang Nilma yang posisi tubuhnya sedikit membungkuk karena sedang memeras pakaiannya, dengan cepat aku ngocok sambil memperhatikan montoknya pantat si Nilma itu. Ah..., lonte kau Nilma...
Begitu nekatnya aku saat itu. Ambisiku untuk menjadikan Nilma sebagai target ngocokku membuat aku mengabaikan posisi Nilma yang sedang menjemur pakaian itu terkadang membelakangi dan kadang sedikit menyamping mengarah ke aku. Begitu banyak muncratan maniku yang keluar dan berceceran di lantai. Esh..., sambil berkelonjotan penuh nikmat, aku berjalan menyingkir dari pintu dapur rumahku. Karena kalau aku bertahan untuk tetap berkelonjotan di belakang Nilma, aku gak tahu berapa lama dia membelakangi aku. Kan gak enak juga rasanya saat enak-enak menikmati kelonjotan puncak birahi, tiba-tiba terhenti karena si Nilma membalikkan tubuhnya ke arah aku. Begitu juga dengan ceceran maniku di lantai yang sengaja aku biarkan, kan gak mungkin juga si Nilma masuk ke dalam rumahku.
Ah..., hari perdana aku ngocok dengan target langsung si Nilma yang baru beberapa hari tinggal di rumah mertuaku. Dasar lonte kau Nilma...