Tanggal 13-05-2022, jam 21:30 aku lagi asik ngocok di pintu ruang depan rumah mertuaku dan menghadap ke arah dapur, tiba-tiba mertuaku itu keluar dari kamar mandi. Padahal sebelumnya, aku lihat mertuaku itu sedang mencuci piring yang lumayan banyak di kamar mandi. Jadi aku gak nyangka mertuaku itu tiba-tiba keluar dari kamar mandi dan sepertinya akan ke ruang TV untuk meletakkan gelas di meja ruang tamu, tapi karena melihat aku ngocok, dengan segera dia memalingkan wajahnya serta mengurungkan langkahnya dan akhirnya menuju ke bagian depan pintu dapur dimana disitu juga ada rak piring.
Awalnya, aku datang ke rumah mertuaku dan rencananya semua akan pergi ke wahana hiburan berhubung keluarga dari A S datang. Aku memang sengaja dari awal bilang gak ikut, biasalah.., karena kepingin ngocok di rumah mertuaku. Dan pada saat semua pada siap-siap untuk berangkat, mertuaku memutuskan untuk tidak jadi ikut karena ingin membereskan rumah.
Akhirnya tinggalah aku dan mertuaku di rumah. Aku duduk di teras rumah sementara mertuaku di dalam dan aku tahu dia sedang mencuci piring di kamar mandi. Kontolku sudah mulai berdenyut ingin dikocok. Secara santai aku masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke dapur.
Aku pura-pura mengambil air minum yang berada di depan pintu dapur sekalian melihat situasi yang ada. Dan aku dapati mertuaku itu sedang mencuci piring dengan posisi tubuhnya menyamping dari pintu kamar mandi. Dan saat dia tahu aku masuk ke dapur dan nampak olehnya aku sedang minum, mertuaku itu merubah posisinya menjadi membelakangi pintu kamar mandi yang otomatis juga membelakangi aku.
Pepek... pepek..., seperti sengaja mertuaku itu merubah posisi tubuhnya membelakangi aku untuk memberi kesempatan padaku untuk ngocok.
Tapi karena ini diluar rencana awalku, karena aku kira mereka pada pergi semua dan pasti aku akan bebas bugil ngocok di rumah mertuaku setelah mereka pergi, jadi aku dari rumah memakai celana panjang serta memakai sempak. Ah... pepek... pepek..., jadi sulit aku mengeluarkan kontolku. Dan yang bisa aku lakukan saat aku berada sekitar 5 meter di belakang mertuaku hanyalah meremas-remas kontolku yang sudah sangat memberontak untuk dikocok.
Jujur aku gak mau ngambil resiko. Kalau aku paksakan untuk mengeluarkan kontolku dari resleting dan sempakku, akan sangat sulit bagiku untuk memasukkan dan menutupi kontolku jika tiba-tiba mertuaku memalingkan wajah atau tubuhnya. Apalagi kalau tiba-tiba bangkit, pasti kontolku gak akan sempat aku masukkan secara sempurna ke dalam celana.
Tapi walau bagaimanapun juga, aku nikmati remasan tanganku di kontolku saat aku berada di belakang mertuaku itu. Dan karena semakin memberontak kontolku untuk dikocok, akhirnya aku melangkahkan kakiku ke ruang depan sambil membuka pintunya.
Perlahan aku membuka resleting celanaku dan menurunkan sempakku untuk dapat mengeluarkan kontolku. Awalnya aku ngocok di depan pintu, mengarah ke halaman depan, kemudian secara perlahan aku menggeser posisiku lebih masuk ke sekitar ruang TV dan berdiri menghadap ke dapur.
Begitu aku nikmati hentakan tanganku yang mengocoki kontolku. Begitu berkelonjotan penuh kenikmatan tubuhku seiring dengan semakin cepatnya kocokan di kontolku. Dan sedang asik-asiknya aku ngocok, tiba-tiba mertuaku muncul dari dapur.
Lonte... pantat pepek torok... begitu nyata mertuaku memandang ke aku yang sedang asik ngocok walau hanya sekilas karena dia langsung memalingkan wajahnya dan langsung mengurungkan langkahnya menuju ke ruang tamu untuk meletakkan gelas yang dia cuci. Begitu nyata mertuaku itu merubah arah langkahnya setelah melihat aku ngocok.
Pepek... kau mertuaku..., rutuk hatiku sambil segera memasukkan kontolku ke dalam celana dan menaikkan resleting celanaku ala kadarnya saja sesaat setelah mertuaku memalingkan wajahnya dan melangkah ke depan pintu dapur sambil meletakkan gelas di rak piring, yang aku tahu rencananya akan dia letak di meja tamu.
Jujur aku jadi gugup, karena gak menyangka mertuaku itu memergoki aku sedang ngocok. Akupun pura-pura mau keluar dari pintu ruang depan.
Ah..., pepek... pepek..., sudah kepalang tanggung. Akhirnya aku kembali menuju dapur karena aku lihat mertuaku itu sepertinya masuk ke kamar mandi karena aku dengar begitu berisiknya suara gelas atau piring yang mungkin saja saling berbenturan saat dia mencucinya. Rencananya, walau kondisi apapun yang akan aku dapat, aku mencoba berbasa basi dengan mertuaku sekalian melihat reaksinya setelah memergoki aku ngocok.
Dan sempat-sempatnya juga aku mengeluarkan kontolku sambil aku kocok saat aku berjalan dari ruang depan menuju dapur dan kemudian aku masukkan kontolku saat mulai mendekati dapur.
Lonte pepek torok..., ternyata suara berisik gelas dan piring itu bukan berasal dari dalam kamar mandi melainkan mertuaku sedang meletakkan gelas dan piring di rak di samping kompor. Seperti disengaja, iya seakan mertuaku itu sengaja membuat suara seperti sedang mencuci piring yang mungkin saja bertujuan memancing aku untuk datang mengendap-endap ke dapur.
Pepek... pepek..., sepertinya dia sengaja memancing aku atau gimana ya...? Agar aku ngocok kembali dan dia memastikan serta memergoki aku ngocok lagi atau apa aku juga tidak tahu. Yang pastinya posisi berdiri mertuaku itu saat meletakkan piring dan gelas di rak sengaja sedikit menyamping mengarah ke ruang TV, bukannya ke arah kamar mandi, padahal secara posisi akan lebih leluasa meletakkan piring atau gelas kalau berhadapan langsung ke rak piring atau menghadap ke kamar mandi. Ah... pepek torok mertuaku itu lah, untung saja sudah aku masukkan kontolku walau dengan resleting yang tidak menutup sempurna.
Makanya begitu aku sampai di dapur, mertuaku itu langsung bertanya, "ada apa ***?".
Uh..., pepek... pepek..., terasa begitu kaku suasana kami saat itu. Dan jujur, ada kegugupan yang aku sembunyikan saat aku berhadapan dengan mertuaku itu. Gugup bercampur birahi yang menggelegak.
"Tadi kunci motor diletak di mana ya bu? Ini mau masukkan motor.", jawabku dengan sedikit bergemuruh.
Bergemuruh karena khawatir mertuaku itu langsung memberi reaksi yang tidak enak dan bergemuruh karena ingin rasanya saat itu aku rangkul tubuhnya dan aku ajak ngentot. Ah..., walau dalam suasana yang seperti itu, tapi kontolku masih saja denyut penuh kenikmatan.
Sesaat setelah mertuaku itu memergoki aku ngocok, benar-benar aku kuatkan mentalku seandainya mertuaku itu bertanya dan memastikan kalau aku saat itu sedang ngocok. Dan pastinya aku akan jujur kalau benar saat itu aku sedang ngocok, dan memang sengaja ngocok ke arah dapur. Pastinya aku akan jujur kalau selama ini aku mengagumi tubuhnya dan begitu terobsesi pada kenikmatan pepeknya. Makanya jujur aku sedikit gugup dan khawatir karena kalau mertuaku itu bertanya, pasti akan aku jawab dengan sebenarnya. Dan memang harus, biar dia juga tahu kalau selama ini aku memang punya rasa birahi padanya.
Tapi syukurnya tidak seperti yang aku khawatirkan, walaupun terasa kaku cara mertuaku menjawab pertanyaanku, dia menunjukkan di mana letak kunci motor yang aku tanya tadi, walaupun sebenarnya aku sudah tahu tapi hanya sebagai basa-basi sekaligus melihat reaksi mertuaku setelah memergoki aku ngocok.
Setelah mertuaku menunjukkan kunci motor yang aku tanya tadi, kemudian dia kembali ke dapur dan akupun langsung memasukkan motor. Pada saat aku menyerahkan kunci motorpun masih terasa kekakuan antara aku dan mertuaku yang membuatku akhirnya permisi untuk pamit pulang.
Ah..., pepek torok mertuaku...