Minggu, 30 Juni 2024

Spesial "Kia"

Tanggal 30-06-2024, sekitar jam 07:10, mertuaku, In, Nilma dan Kia datang dari A S. Kedatangan mereka memang sudah aku tunggu karena mereka datang untuk berlibur di P P Bt sekalian membawa *****ku dan anak-anak ke A S. Walau mereka itu pulang hari, tapi tak mengapa karena ada hadiah istimewa yang sudah aku persiapkan semenjak 2 hari sebelumnya. Hadiah itu adalah aku sengaja mengosongkan 2 bak penampungan air dan sengaja nembak mani ke dalamnya. Selama 2 hari aku melakukannya. Begitu juga saat pagi hari sebelum mereka tiba, aku sempatkan juga untuk kencing ke dalam dispenser. Ah..., entahlah..., seandainya mereka mau aku ajak ngentot..., pasti akan aku giliri mereka secara bergantian.
Tapi saat ini aku gak menceritakan bagaimana tentang mereka, yaitu mertuaku, In dan Nilma karena ya sudah pasti mereka mandi dengan air yang ada di dalam bak penampungan air yang sudah bercampur dengan maniku. Begitu juga ya pastilah mereka minum air yang ada di dalam dispenser air yang telah bercampur dengan kencingku. Itu semua sudah pasti, karena tidak ada alasan mereka untuk tidak menggunakannya.
Saat ini aku ingin lebih terfokus pada Kia yang kemungkinan besarnya tidak dapat aku jadikan sebagai target ngocokku lagi. Karena akhirnya aku menyadari dengan mempertimbangkan berbagai hal tentang resiko yang bisa saja terjadi. Kia sekarang sudah berusia kurang lebih 5 tahun, karena aku tahu dia sudah sekolah pra TK dan akan masuk TK. Ada beberapa reaksi yang Kia tunjukkan padaku saat aku ngocok di depannya membuat aku harus berhati-hati pada Kia. Memang sampai saat ini, Kia hanya menunjukkan reaksi ketidak nyamanannya saat aku gendong, atau saat aku cium bibirnya. Begitu juga saat aku ngocok di depannya. Tapi ya sebatas itu saja, karena setelah aku turunkan dari gendonganku, atau rangkulanku, Kia kembali biasa aja, tidak langsung pulang atau menjauh dariku. Begitu juga saat aku cium bibirnya atau saat aku ngocok di depannya. Sudah 2 kali Kia menunjukkan reaksi yang nyata atas ketidak nyamanannya saat aku ngocok di depannya. Yang pertama kali tanggal 17-09-2023, dia hanya mendorong sedikit pahaku dengan tangannya karena mungkin kontolku yang sedang aku kocok itu terlalu dekat dengan wajahnya. Dan yang kedua pada tanggal 22-10-2023, yang mana dia memang benar-benar menunjukkan reaksi paniknya saat aku ngocok di depan wajahnya dengan dia menendang hingga 2 kali pahaku untuk kemudian dia bangkit dari kursi, mencoba menghindar dariku. Tapi saat dia bangkit dan melihat kontolku sedang memuncratkan mani, bukannya dia pulang, melainkan dia berjalan di belakangku yang sedang berkelonjotan sambil meremas kontolku untuk kemudian dia kembali duduk di kursi yang sama. Itupun saat Kia berjalan melewati aku, pandangan matanya tetap melihat ke arah kontolku. Iya, Kia itu seperti jinak-jinak merpati dan tidak dapat diprediksi. Tapi, walau bagaimanapun juga aku salut pada Kia, karena dia tetap bertahan. Esh..., dasar lonte kau Kia...
Ada beberapa alasan penguat yang membuat aku akhirnya mulai kedepannya harus mengesampingkan Kia sebagai target ngocokku. Alasan utamaku adalah Kia sekarang sudah dapat menunjukkan ekspresi dan reaksinya padaku. Karena, pada hari ini, saat Kia datang dan aku gendong, Kia benar-benar meronta minta turun. Memang dia masih tetap ramah padaku, dengan memanggil aku disertai senyuman dan rasa gembira saat melihat aku. Tapi ya itu, aku gak bisa memaksanya untuk tetap aku gendong karena aku takut nantinya dia akan pulang ke rumah mertuaku dan mengurungkan niatnya untuk bermain di rumahku. Walaupun begitu, aku sempatkan juga saat aku menurunkan Kia dari gendonganku, sengaja aku angkat tubuhnya dan memposisikannya tepat di atas wajahku. Saat aku menurunkannya, secara perlahan wajahku mendekati pepeknya dan mencium pepeknya. Walau terhalang dengan celana panjang yang dia kenakan, tapi wajahku, khususnya hidungku menempel lekat di pepek Kia dan tercium jelas aroma pesing dari pepek Kia yang telah semalaman berada di mobil menuju M.
Begitu turun dari gendonganku, aku tahu Kia menyadari kalau sesaat sebelum aku menurunkannya, aku itu mencium pepeknya, dan dia menatap ke wajahku dengan tatapan seperti mau menangis. Walaupun akhirnya dia kembali bermain bersama ** dan *****, serta ***, anaknya In. Hal sama juga terjadi saat secara iseng aku ikut nimbrung bermain bersama mereka dan aku merangkul Kia, nampak dia itu begitu berusaha menghindar dari rangkulanku.
Sampai akhirnya pada jam 07:28, saat Kia duduk di kursi panjang ruang tamu rumahku, perlahan aku mendekati Kia dan aku mencium bibirnya. Esh..., memang lonte si Kia itu..., nampak jelas dia berusaha memberontak sambil mengeluarkan suara "eeeeh" saat bibirku melumat bibirnya. Dan tangannya juga berusaha mendorong tubuhku. Dasar lonte, sampai kena giginya si Kia itu bibirku saat aku menciumnya. Dan yang lebih lonte lagi si Kia itu adalah saat setelah selesai aku melumatkan bibirku ke bibirnya, si Kia itu langsung membersihkan bibirnya dengan tangannya secara berulang kali. Esh..., dasar lonte..., begitu nyata Kia menunjukkan ekspresi ketidak sukaannya pada ciuman bibirku.
Setelah itu aku tetap berusaha untuk mencari kesempatan agar dapat mencium bibirnya dan gagal. Kia seperti tahu dan membaca gerakanku. Hingga Kia akhirnya turun dari kursi dan dia duduk di lantai. Akupun ikut duduk di lantai sambil mengajaknya bercanda. Dan jujur, nampak Kia seperti menjaga jarak padaku. Dasar lonte..., sepertinya Kia sudah tahu modusku. Berulang kali aku mencoba merangkul tubuhnya, tapi dia tetap berusaha untuk menghindar. 
Pada suatu kesempatan di saat Kia berdiri, tanganku langsung meraba dan memegang pepeknya. Memang ada reaksi Kia, yaitu tangannya langsung memegang tanganku yang sedang memegang pepeknya. Tapi kemudian teralihkan karena aku mengajaknya bercanda sementara tanganku tetap dalam posisi memegang pepeknya. Esh..., lonte kecil kau Kia...
Setelah puas memegang dan meraba pepek Kia, kemudian aku melepaskan tanganku itu dari pepeknya dan kemudian Kia itu kembali duduk di lantai. Walau suasana di ruang tamu rumahku ramai karena ada **, ***** dan ***, tapi setiap kesempatan tetap aku pergunakan dengan sebaiknya.
Pada saat aku mengajak Kia bercanda dan tanganku kembali memegang pepeknya, Kia nampak berusaha melepaskan tanganku dari pepeknya. Bahkan Kia setelah itu nampak sangat berhati-hati terhadap tanganku. Begitu dia melihat tanganku seperti hendak mengarah ke pepeknya, Kia langsung melindungi pepeknya dan menutup pepeknya dengan tangannya. Dasar lonte si Kia itu...
Begitu juga pada jam 07:47, saat aku kembali berhasil mencium bibirnya. Aku benar-benar melumat bibirnya dengan bibirku dan jujur saat itu aku begitu menghayatinya. Sambil memegang bagian kepala belakang si Kia, aku mendekatkan bibirku dan menciumnya. Memang..., sesaat Kia seperti terdiam saat menerima lumatan bibirku di bibirnya, tapi kemudian dia sedikit meronta melepaskan dirinya dariku, dan dengan buru-buru melap mulutnya dengan ujung bajunya. Ah..., dasar lonte si Kia itu..., memang agak beda dia. Dan jujur, dari sekian banyak target ngocokku, hanya Kia yang aku perlakukan secara khusus karena ketidak stabilan reaksinya.
Aku juga menyadari, yang akhirnya membuat aku akan mengesampingkan dia sebagai target ngocokku, karena Kia juga sudah menandai aku kalau masuk ke kamar dengan pintu yang aku biarkan terbuka, pasti aku akan ngocok atau mungkin dalam pikirannya yang masih berusia sekitar 5 tahun itu aku sedang "memegang burung". Hal itu memang sangat terbukti dengan aku yang memang masuk ke kamar berniat ngocok mengarah ke dia, dan saat dia mengetahui aku masuk ke kamar, dia langsung menundukkan wajahnya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia tidak mau melihat ke arah kamarku. Padahal posisi awal tubuhnya memang menghadap ke kamarku. Esh..., dasar lonte. Akupun akhirnya hanya ngocok sebentar kemudian aku menyudahinya karena Kia tidak mau melihat ke arah aku.
Dan penguatan dari kesimpulanku kalau Kia itu sudah sangat berbeda dan gak mungkin aku jadikan target ngocokku lagi adalah saat kami bermain plastisin yang aku buat dalam bentuk boneka. Saat plastisin itu masih di tanganku, tiba-tiba sambil tertawa, tangan Kia menunjuk ke bagian selangkangan boneka itu dan mengatakan padaku, "ini..., *****...". Dan ketawa serta pandangannya ke aku begitu sangat bermakna. Iya..., maknanya Kia sudah mengerti soal kontol ataupun pepek walau dia tidak tahu dalam penyebutannya. Dan memang terbuktikan saat aku yang masuk ke kamar dengan pintu yang sengaja aku buka lebar aja dia sudah menandainya dan tak mau melihat ke dalam kamar. Berarti dia juga sudah tahu tentang ngocok kontol walau belum tahu namanya.
Ah..., dah gak mungkin lagi Kia bisa aku jadikan target ngocokku. Sangat beresiko karena bisa aja Kia akhirnya bercerita pada Nilma atau pada siapa aja. Dasar pepek lonte kau Kia..., aku jadi teringat kejadian tanggal 17-01-2012 silam, saat Yen, anak perempuan yang berusia sekitar 4 tahun, melihat aku sedang ngocok di depannya dan dia langsung ngomong pada temannya dengan intonasi suara yang lumayan keras, "eh..., ayahnya **** burungnya nampak". Ah..., pepek lonte lah..., kan bisa aja itu juga terjadi pada Kia. Bisa aja Kia melaporkan pada Nilma kalau dia pernah melihat "burung *****" dan memperagakan tangannya seperti gerakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku yang sering dia lihat saat aku ngocok di depannya.
Dan memang aku juga menyadari, hanya Kia yang terlalu sering melihat aku ngocok secara langsung. Sering aku ngocok tepat di depan wajahnya dan dia memang benar-benar memperhatikannya. Memang ada beberapa targetku yang juga sering melihat aku ngocok secara langsung, tapi tidak sesering yang aku lakukan pada Kia. Jadi menurutku, ada kemungkinan besar Kia itu memang sudah terbiasa dan sudah mulai tahu dengan aktifitas ngocokku. 
Dan hari ini aku sepertinya tersentak dengan kenyataan pada perubahan sikap Kia. Kejadian tanggal 17-09-2023 dan 22-10-2023 itu bagiku sudah cukup mewakili perubahan pada diri Kia. Jujur..., yang menjadi kekhawatiranku adalah karena terbiasanya Kia melihat aku ngocok, gak menutup kemungkinan dia akan menanyakan atau menunjukkan gerakan tangan yang sedang mengocok kontol itu kepada Nilma. Itu terlalu beresiko bagiku. 
Jujur, ada banyak video rekamanku saat aku ngocok di depan Kia yang aku simpan dan sering aku putar ulang saat aku ngocok sendirian di rumah. Bahkan ada beberapa aktifitas ngocokku di depan Kia yang tidak aku tulis karena terlalu sering aku melakukannya pada Kia yang menjadikan aku lupa rentetan kejadiannya. Iya..., Kia memang terlalu sering menjadi target ngocokku. Kia terlalu sering menjadi penonton saat aku ngocok tepat di depan wajahnya. Kia juga terlalu sering memperhatikan bagaimana tanganku ini sedang mengocoki kontolku hingga aku nembak mani. Dan aku khawatir suatu waktu Kia akan menanyakan hal itu pada Nilma.
Ah..., walaupun berat, tapi aku harus mengesampingkan Kia untuk menjadi target ngocokku. Paling yang bisa aku lakukan adalah mencari kesempatan ngocok di depan Kia saat dia tidur.
Pada malam hari, Kia beserta rombongan termasuk ***** dan anak-anak berangkat ke P P Bt yang kemudian setelah itu meneruskan perjalanan ke A S.

Minggu, 09 Juni 2024

Bugil Ngocok Di Depan "Dina" -*-

Tanggal 09-06-2024, jam 11:23-11:44 aku bugil ngocok sampai nembak mani di depan Dina, anak perempuan yang berusia kurang dari 3 tahun. Dan pada jam 12:01-12:05, kontolku di kocok oleh Dina sampai aku nembak mani. Dina adalah keponakan dari sahabatku, Sari. Awalnya aku gak menyangka akan mendapatkan kesempatan seperti itu. Karena aku kira Sari hanya seorang diri di rumahnya. Jujur, rencanaku saat datang ke rumah Sari adalah aku ingin merasakan sensasi ngocok di rumahnya. Posisi rumah Sari yang berada di gang buntu dan tepat berada sekitar 50 m di ujung gang menghadap ke jalan raya begitu menggelitik adrenalinku. Dan aku benar-benar tidak ada niat untuk menjadikan Sari itu sebagai target ngocokku. Dia itu sahabat kentalku, jadi aku memang gak punya niat apapun pada Sari. Aku hanya berencana saat aku datang ke rumahnya, aku akan menyuruhnya untuk membeli sesuatu dan saat dia pergi itulah, aku ingin memvideokan diriku sedang ngocok di rumahnya.
Rencanaku itu timbul karena sudah beberapa hari Sari WA ke aku dan dia mengatakan ingin ngobrol denganku. Maklumlah Sari itu merupakan single parent dan mempunyai seorang anak yg bersekolah di luar daerah dan dia juga sedang menjalin hubungan yang rumit dengan seseorang, jadi ya wajar saja dia itu sering galau dan sering menelpon aku untuk berkeluh kesah walau itu kadang sangat mengganggu aku. 
Jadi karena aku tahu dari ceritanya beberapa waktu yang lalu kalau dia itu sedang sendirian di rumahnya, karena orang tuanya sedang ke luar negeri,  membuat aku punya rencana untuk ngocok di rumahnya. Sengaja juga aku datang sekitar jam 10:30 pagi yang nantinya sebagai alasanku untuk menyuruhnya membeli sesuatu. Dan saat dia keluar dari rumahnya itulah aku bisa ngocok. Sebelum aku datang, aku katakan pada Sari kalau aku sedang di bengkel motor dan akan singgah ke rumahnya.
Singkatnya setelah aku sampai di rumahnya dan saat Sari membuka pintu teralis teras rumahnya, aku melihat ada seorang anak perempuan bersamanya.
"Gila lu ***, kemari cuma pakai kaos ama celana pendek doang, model kolor lagi...", begitu kata sambutan Sari saat membuka pintu teralisnya sambil mempersilahkan aku masuk.
"Hehehe..., dah dibilang gw dari bengkel..., ngapain juga gw ke bengkel pakai pakaian formal...", jawabku sambil masuk dan memperhatikan anak perempuan yang sedang bersamanya.
Seraya duduk di kursi teras, di dalam hatiku, aku sedikit merutuk karena kemungkinan besar si Sari itu tidak sedang sendirian di rumahnya. Pasti ada orang tua dari anak perempuan itu di rumahnya juga. Ah..., pepek lah..., rutuk hatiku. Mana aku sengaja gak memakai sempak dari rumahku untuk mempermudah aku ngocok di rumahnya. Bahkan telor kontolku sudah aku ikat. Ah..., pepek lah..., aku jadi kurang bersemangat.
Sambil ngobrol, sesekali aku mencoba menggoda anak perempuan itu untuk mengobati rasa kekecewaanku karena saat itu aku sudah sangat yakin bahwa Sari tidak sendirian di rumahnya. Dan Sari cukup terkejut karena biasanya anak perempuan itu jarang mau bergaul dengan orang asing, tapi reaksinya saat aku goda, dia malah mau berinteraksi denganku.
"Tumben ni bocil nurut ama orang lain...", kata Sari kepadaku sambil memperkenalkan nama anak perempuan itu adalah Dina.
Jujur saja, anak perempuan itu lumayan menggemaskan dengan wajah yang manis serta kulit yang putih. Dan selama kami ngobrol, sengaja aku mengajak Dina untuk mau duduk di sebelahku, hingga akhirnya dia mau aku pangku. Esh..., lonte pepek..., kontolku begitu menggeliat saat Dina berada di pangkuanku. Beruntungnya, aku memakai baju kaos yang bagian bawahnya sedikit panjang, hingga kalaupun aku berdiri, masih dapat menutupi bentuk sodokan kontolku di bagian depan celanaku.
Di sela-sela kami ngobrol itu juga aku tahu, kalau di rumah Sari memang hanya mereka berdua. Rumah anak perempuan itu berada di lain gang dan memang setiap sabtu dia menginap di rumah si Sari.
"Dari kemarin malam ni bocil ada di rumah gw, ***. Sengaja setiap sabtu gw bawa, dah hampir 3 bulanan ini lah, setiap malam minggu di sini. Anaknya adik gw lho, si ****...", kata Sari padaku.
Dan aku langsung bersorak dalam hati karena mengetahui bahwa rumah Sari dalam keadaan kosong dan bisa aku jadikan tempat ngocokku seandainya dia nanti mau aku suruh membeli sesuatu. Dari Sari juga aku tahu bahwa usia Dina belum genap 3 tahun. Sambil ngobrol, tetap saja terkadang aku mencandai Dina. Hingga akhirnya sambil bercanda dengan Dina aku meminta Sari untuk menceritakan masalahnya.
"Tapi enaknya ini ada cemilan lah Sari...", kataku sesaat setelah aku menanyakan permasalahannya.
"Sambil ngemil ada kopi pasti enak ni kita ngerumpi...", kataku lagi sambil bercanda.
"Kampret lu ***, belum apa-apa dah minta cemilan dan kopi. Mana pandai gw buat kopi. Lu aja lah yang beli...", jawab Sari.
"Lha kan gw tamu..., lagian tadi bosan nunggu motor diservis, kan enaknya duduk santai...", jawabku sambil bercanda.
"Tapi ya udahlah gak papa klo gak ada...", sambungku lagi.
"Sialan lu..., ya udah la, gw beli...", kata Sari.
"Eh sist, gak papa lho...", kataku karena takutnya Sari merasa terpaksa.
"Gak papa, gw sekalian mau beli jajanan ni bocah. Kopi instan botol aja ya, ni gw mau ke alfamart...", jawab Sari sambil beranjak hendak mengeluarkan sepeda listriknya.
"Bawa motor gw aja knapa..., atau ya udah gw anter..., jauh lho alfamart itu...", kataku menawarkan kepada Sari, walau di dalam hati aku merasa sangat terpaksa karena pasti gagal rencana ngocokku.
"Gak la, gw mau santai naik sepeda. Lagian biar lu juga santai. Panjang ni ceritanya..., biar lu santai dan fresh ngasih solusi ke gw", jawab Sari menolak tawaranku sembari membawa keluar sepeda listriknya.
"Dina sama om aja ya..., biar nemani om", kataku secara iseng.
"Ooo, iya, sama om aja sana, biar mami sendiri aja...", kata Sari kepada Dina.
Dan tanpa diduga, Dina mau tinggal bersamaku. Ah..., sungguh di luar rencana. Padahal aku hanya iseng aja. Sambil menggendong Dina, aku berdiri mengiringi kepergian Sari. Dan sebelum Sari pergi, dia mengatakan padaku untuk menutup kembali pintu teralisnya.
"***, lu tutup aja pintunya ya..., paling setengah jam gw dah balik lagi dan HP sengaja gw tinggal ya biar ni bocil lihat youtube klo rewel. HPnya gak gw kunci, klo rewel aja lu kasih dia lihat youtube ya...", kata Sari.
Esh..., jujur birahiku tiba-tiba begitu menggelegak mengingat keberadaan Dina yang tinggal bersamaku. Berubah rencanaku untuk santai ngocok sendirian di rumah Sari menjadi lebih terfokus menjadikan Dina sebagai target ngocokku. Sambil menggendong Dina, aku masih berdiri hingga Sari berbelok ke kanan keluar dari gang rumahnya dan aku juga melihat ke arah rumah tetangga Sari yang tertutup pintunya. Sambil mengajak Dina bercanda, secara samar aku mencium tengkuknya. Lalu aku masuk ke dalam teras sambil menutup pintunya. Kemudian saat aku hendak membawa Dina duduk lagi di kursi, sengaja aku menurunkan bagian depan celanaku dan membiarkan kontolku itu keluar dari celanaku.
Sambil memangku Dina di paha kiriku, sengaja aku ajak dia bercanda. Aku tahu saat itu Dina belum menyadari dan belum melihat kontolku yang sudah keluar dari celanaku. Lagian saat itu kontolku belum begitu ereksi, hanya berdenyut nikmat. Sambil bercanda, tanganku mulai mengusap-usap pepek Dina. Dan nampak Dina seperti kegelian saat tanganku mengusap-usap pepeknya.
Perlahan, sambil tetap memangku Dina, aku meraih HPku yang aku letak di atas meja dan langsung menghidupkan mode merekam video dengan menggunakan kamera depan. Jam menunjukkan pukul 11:23 saat aku kembali menciumi tengkuk serta pipi Dina. Semua itu aku lakukan dengan modus bercanda dan membuat Dina tertawa. Hingga akhirnya, aku merubah posisi duduk Dina yang tadinya aku pangku membelakangi dan sedikit menyamping dariku, menjadi berhadapan denganku. Sengaja aku tempatkan Dina di paha kananku dengan kedua kakinya mengapit pahaku. Dan secara perlahan aku mulai mengecup bibirnya. Dari sekedar mengecup bibir Dina, kemudian aku melumatkan bibirku ke bibirnya.
Ah..., pandangan mata Dina sesaat setelah mendapatkan lumatan bibirku itu lho..., semakin membuat birahiku memberontak. Begitu juga dengan kontolku. Dan santai saja aku membimbing tangan kanan Dina untuk memegang kontolku. Dan saat itulah, Dina melihat ke arah tangannya yang aku bimbing untuk memegang kontolku. Begitu jelas dia nampak memperhatikan kontolku yang sedang dia pegang itu sambil bertanya "apa...", secara berulang kali padaku sambil dia sedikit meremas kontolku, yang aku jawab dengan "gak papa". Dan akupun langsung sigap mengajaknya bercanda dengan tanganku yang tetap menahan tangan Dina untuk terus memegang kontolku yang sudah benar-benar ereksi. Akupun memvideokan bagaimana tangan Dina yang sedang memegang kontolku dan terkadang aku juga mengarah rekaman videoku itu ke wajah Dina. Kembali aku mencium bibir Dina, dan setelah aku puas melumat bibir si Dina itu sambil menikmati sensasi kontolku yang sedang dia pegang, lalu aku matikan rekaman videonya dan kembali aku hidupkannya dengan mode merekam melalui kamera belakang.
Perlahan aku bangkit dan menurunkan Dina dari pangkuanku. Dalam posisi saling berhadapan, nampak Dina begitu antusias memperhatikan kontolku yang begitu ereksi dengan urat-urat yang menonjol di sekitar batang kontolku. Apalagi saat dia melihat telor kontolku yang aku ikat. Tanpa aku suruh Dina memegang telor kontolku dan mencubitnya sambil dia bertanya dengan pertanyaan sama, "apa...", secara berulang-ulang. Dan mungkin karena dia merasa gemas melihat bentuk telor kontolku yang nampak seperti bulat karena terikat tali, tanpa aku suruh, Dina menyentuhnya dengan jari telunjuk tangan kanannya. Dan sesekali aku kembali menggesekkan kontolku ke wajahnya. Mungkin karena dalam keadaan yang sengaja aku buat riang sambil bercanda, Dina hanya tertawa saat mendapat perlakuanku itu.
Aku bahkan berani menyodok-nyodokkan kontolku ke mulut Dina. Sampai akhirnya aku memperagakan kepada Dina bagaimana aku membuka mulut sambil menghisap telunjukku dan membuat suara dari hisapanku itu. Dan Dina tertawa saat melihat aku melakukannya.
"Buka mulutnya kaya om tadi ya Dina..., a...a...a...", kataku sambil aku juga membuka mulutku untuk memperagakannya.
Dan secara perlahan aku memasukkan kepala kontolku di saat Dina membuka mulutnya. Berulang kali kepala kontolku itu keluar masuk di mulut mungil si Dina dan begitu jelas terlihat di layar HPku. Esh..., terasa begitu terbakar birahiku, yang membuat aku akhirnya mendudukkan Dina di kursi sambil menyerahkan HP si Sari dan menghidupkan youtube, memutar film kartun.  
Kemudian aku berjalan melihat dari pintu teras ke arah sekitar untuk melihat situasi yang ada. Dan perlahan aku menempatkan HPku di toples tempat snack Dina sambil melihat ke layar HP posisi yang ideal untuk merekam. Sengaja HPku tidak aku matikan mode merekam videonya, agar momen yang langka itu benar-benar natural. Dan setelah tepat posisi HPku untuk merekam, aku kembali menghampiri Dina sambil membuka bajuku. Dina yang sedang asik dengan HPnya nampak cuek dengan kehadiranku. Hal itu yang membuat aku memanggil namanya sesaat sebelum aku membuka celanaku.
"Dina..., lihat om dulu sini...", kataku sambil memperhatikan  Dina dan saat Dina melihat ke arah aku, lalu aku membuka celanaku.
"Knapa...", tanya Dina saat melihat aku bugil tanpa sehelai benangpun di hadapannya.
"Knapa..., apa...", tanya Dina sambil bangkit menghampiri aku.
Dan begitu Dina sudah berada di hadapanku, tangan kanannya langsung memegang telor kontolku dan juga terkadang menyentuh-nyentuh batang kontolku.
"Apa...", tanya Dina lagi sambil memegang telor kontolku yang aku jawab dengan kata "gak papa".
Perlahan aku menggendong Dina dan aku suruh dia berdiri di atas kursi. HP yang dia pegang dengan tangan kirinya aku ambil sambil aku katakan "nanti lihat youtubenya lagi". Tubuh bugilku berdiri berhadapan dengan tubuh Dina. Sambil aku ajak bercanda, aku membuka singlet yang dia pakai dan perlahan aku melorotkan celana panjangnya. 
Pemandangan yang indah begitu nyata terpampang di hadapanku saat secara perlahan aku melorotkan celananya. Esh..., begitu putih dan mungil bentuk pepek si Dina itu. Akupun langsung meraih HPku dari atas meja dan mengarahkan kamera HPku yang sedang merekam itu ke arah pepeknya. Ah..., Dina hanya diam sambil memperhatikan apa yang sedang aku lakukan. Dengan sedikit menurunkan posisi berdiriku, perlahan aku kecup pepek mungil si Dina itu dan Dina tertawa mungkin karena merasa geli. Sambil terus mengajaknya bercanda, akhirnya aku merebahkan tubuh Dina di kursi panjang dan mengganjal bagian pinggulnya dengan bantal kursi agar posisinya lebih tinggi. Ah..., entah lah..., aku gak tahu apa makna pandangan Dina saat dia melihat ke wajahku. Tapi semua itu aku alihkan dengan memberikan Dina HP dan memutarkan kembali film kartun yang dia tonton. Dalam posisi telentang dengan pinggul dan kaki sedikit lebih tinggi dari tubuhnya, begitu dimanja pandanganku dengan keindahan bentuk pepek mungil si Dina itu.
Tangan kiriku memegang HP yang sedang merekam keindahan pepek si Dina, sementara tangan kananku perlahan mulai mengelus pepeknya. Dina nampak kegelian. Dan perlahan jari jempol dan jari telunjuk tangan kananku mulai merekahkan pepek mungilnya. Esh..., mungil sekali pepek si Dina itu...
Dan mungkin secara naluri saja, perlahan Dina lebih mengangkangkan pahanya yang membuat birahiku begitu terbakar. Sambil mengajaknya bercanda, begitu buasnya aku menjilati pepek si Dina. Sambil tertawa, Dina menggeliatkan tubuhnya. Esh..., lonte pepek torok..., bau pesing pepek Dina begitu aku abaikan karena begitu nikmatnya lidahku bermain di rekahan pepek mungilnya itu. Semua itu aku lakukan dengan terus mengajak Dina bercanda, sementara jilatan lidahku di pepeknya begitu gencar aku lakukan.
Setelah puas aku menjilati pepeknya, lalu aku mengajak Dina untuk duduk dan memposisikannya seperti berjongkok. HP yang dia pegang kembali aku ambil dan aku letak di atas meja. Di depan Dina sambil memperhatikan keindahan pepeknya, perlahan aku mulai ngocok. Dan Dina kembali bertanya padaku dengan pertanyaan "knapa...", dan hanya aku jawab dengan "gak papa...".
Begitu aku nikmati hentakan tangan kananku yang sedang mengocoki kontolku, sementara tangan kiriku memegang HP yang sedang merekam aktifitasku. Sesekali aku arahkan HPku ke kontolku yang sedang aku kocok, dan sesekali ke wajah Dila yang sedang memperhatikan aku ngocok. Begitu juga dengan pepek Dina yang nampak sedikit merekah karena posisi duduknya seperti jongkok mengangkang dengan kedua tangannya memegang masing-masing kedua kakinya. Esh..., nikmatnya mengekspresikan birahiku di depan Dina sambil menelusuri pepek mungilnya...
Sesekali, sambil ngocok aku menggesekkan kontolku ke wajah Dina dan dia diam saja. Begitu aku pertontonkan bagaimana tanganku itu mengocoki kontolku dari gerakan perlahan hingga gerakan yang cepat. Dan Dina begitu antusias memperhatikan aku yang sedang berdiri bugil ngocok di hadapannya. Seperti penonton yang budiman, pandangan mata Dina mengarah ke kontolku yang sedang aku kocok dan terkadang dia juga memandang ke wajahku.
Esh..., crot..., crot..., crot..., akhirnya disaksikan langsung oleh Dina aku nembak mani. Nampak Dina sedikit terkejut saat menyaksikan bagaimana maniku itu muncrat dari kontolku.  Akupun begitu berkelonjotan penuh kenikmatan di hadapan Dina. Sebagai maniku mengenai wajah serta tubuhnya, dan sebagian lagi bercereran di lantai. Aku gak sempat menampung maniku karena tangan kiriku memegang HP yang sedang merekam. Di depan Dina, begitu bebasnya maniku itu muncrat dan aku sangat menikmati dorongan maniku yang keluar dari kontolku.
Beruntungnya Dina juga dalam keadaan bugil. Kalau singletnya tidak aku buka, pasti mengenainya dan akan nampak bekas maniku itu di singletnya. Dan setelah aku selesai berkelonjotan penuh kenikmatan di depan Dina, lalu aku gesekkan kepala kontolku ke wajah Dina untuk membersihkan sisa maniku yang masih menempel di kepala kontolku itu. Kemudian, dengan jari telunjukku aku menyeka maniku yang berada di wajah Dina sambil menyuruhnya untuk membuka mulut, lalu aku masukkan telunjukku yang berlumuran mani itu ke dalam mulut Dila. Begitu seterusnya hingga maniku yang berada di wajah serta tubuh Dina bersih tanpa tersisa. Begitu lucunya wajah Dina saat telunjukku itu masuk ke dalam mulutnya dan dia aku suruh merapatkan mulutnya agar aku bisa membersihkan maniku yang menempel di jariku itu di dalam mulutnya. Apalagi saat Dina menelan maniku. Ah..., lonte kecil kau Dina...
Sambil tetap mengajak Dina bercanda, perlahan aku melesakkan kontolku yang sudah tidak ereksi itu ke dalam mulutnya. Hal itu aku lakukan karena aku ingin kencing di dalam mulutnya. Sambil aku suruh Dina untuk menghisap kontolku, dengan sangat perlahan aku kencing di dalam mulut Dina dan dia meminumnya. Begitu aku nikmati sensasi kencing di dalam mulut Dina karena aku harus mengatur kencingku agar sedikit demi sedikit keluar dan Dina benar-benar meminumnya tanpa tersisa. Beberapa kali Dina berusaha melepaskan kontolku dari mulutnya, dan itu memang aku biarkan, untuk kemudian aku kembali memasukkannya dan kencing lagi. Itulah sensasi kenikmatan yang aku rasakan.
Memang gak banyak sih air kencingku itu..., tapi sensasinya lho... Apalagi melihat reaksi wajah Dina yang secara perlahan menghisap sambil menelan air kencingku. Ah..., dan setelah selesai kencing, lalu aku mematikan mode merekam video di HPku. Saat aku mematikan mode merekam di HPku, aku lihat jam menunjukkan pukul 11:44. Lalu aku mengenakan kembali baju serta celanaku. Kemudian aku keluar untuk mengambil kain lap yang ada di motorku. Dina yang masih dalam keadaan bugil hanya duduk diam sambil memperhatikan aku yang sedang membersihkan ceceran maniku di lantai. Dan kemudian, setelah bersih lantai itu dari maniku, aku kembali ke motorku untuk menyimpan kain lapku.
Sambil menyuruh Dina berdiri di atas kursi, aku kembali menelusuri wajah serta tubuh Dina untuk memastikan bahwa tidak ada bekas maniku itu di tubuhnya. Beberapa kali aku memberi ludah pada jari telunjukku untuk kemudian aku oleskan ke bagian tubuh Dina yang terkena maniku agar lebih memastikan tidak ada bercak maniku di tubuhnya. Dan sebelum aku mengenakan kembali singlet si Dina itu, aku sempatkan juga dengan penuh perasaan mengecup serta menghisap puting teteknya yang masih rata itu. Begitu juga saat aku mengenakan kembali celananya, aku sempatkan juga untuk mengecup dan menjilat pepeknya. Dan Dina hanya tertawa kegelian saja.
Setelah semua sudah selesai dan aman, aku mengalihkan perhatian si Dina dengan mengajaknya main games yang ada di HPku. Sambil aku pangku, aku memainkan games dan menyelinginya dengan mengajaknya bercanda. Dina nampak senang melihat permainan yang aku mainkan dan dia tertawa riang saat aku ajak bercanda. 
Saat itu kontolku kembali menggeliat dan aku sudahi dulu permainan gamesku. Sambil menyuruh Dina untuk turun dari pangkuanku, aku kembali mengeluarkan kontolku. Dina yang saat itu berdiri di depanku menyaksikan dengan seksama bagaimana tanganku secara perlahan mulai membuat kontolku ereksi. Sampai akhirnya, sambil meraih HPku dan menghidupkan kembali  mode merekam video, aku raih tangan kanan Dina dan aku bimbing untuk memegang serta mencengram batang kontolku. Di tangan Dina itulah perlahan kontolku mulai ereksi. Pandangan matanya begitu tertuju pada kontolku dan saat dia merasakan kontolku perlahan mulai ereksi mengeras di tangannya, pandangannya beralih melihat ke wajahku. Akupun dengan sigap mengajaknya bercanda sambil membimbing tangannya untuk mengocoki kontolku.
Begitu aku nikmati bagaimana tangan mungil si Dina itu secara perlahan mengocoki kontolku. Tanganku yang menggenggam tangan Dina terus saja membimbingnya untuk tetap mengocoki kontolku. Sensasi yang luar biasa, di tambah lagi dengan pandangan mata Dina yang tertuju pada tangannya yang sedang mengocoki kontolku membuat pikiranku melayang dengan apa yang ada di dalam benak si Dina itu. Lonte kecil kau Dina..., aku tidak dapat menahan dorongan maniku untuk kembali muncrat. Nampak Dina terkejut saat menyaksikan maniku itu muncrat secara perlahan keluar dari kontolku dan melumuri tanganku serta tangannya. Sambil mengajaknya bercanda, aku suruh Dina berbaring di kursi. Lalu aku menyandarkan kembali HPku di toples dan aku menyuruh Dina untuk membuka mulutnya. Perlahan aku raih tangan kanan Dina dan aku  letak tepat di atas mulutnya. Dengan jari telunjuk tangan kiriku, kemudian aku bersihkan maniku itu dengan menyisihkan serta mengusap maniku yang menempel di tangan Dina dan aku biarkan menetes masuk ke dalam mulutnya si Dina. Begitu juga dengan mani yang menempel di tanganku. Sambil aku ajak bercanda, terus saja aku bersihkan maniku itu hingga benar-benar bersih. Begitu menggemaskan melihat Dina yang diam memperhatikan aku dengan mulut yang terbuka menerima dan menelan tetesan maniku. Dan setelah aku pastikan maniku itu sudah benar-benar Dina telan tanpa tersisa, kemudian aku melumatkan bibirku ke bibir Dina. Setelah puas aku mencium bibir Dina, kembali aku menyuruh Dia untuk membuka mulutnya. Sambil meraih HPku, kemudian aku mematikan mode merekam untuk mengalihkannya ke mode merekam dengan kamera depan, dan perlahan aku kembali mendekati wajah Dina. Dalam jarak sekitar 10 cm antara mulutku dengan mulut Dina yang sudah terbuka itu, kemudian aku meludah ke dalam mulutnya dan aku suruh juga si Dina untuk menelannya. Esh..., dasar lonte cilik...
Walau durasinya sangat singkat, yaitu dari jam 12:01-12:05, tapi begitu sangat mengesankan. Dan setelah itu aku kembali mengajak Dina untuk main games sambil sesekali mengajaknya bercanda. Begitu riang Dina saat itu karena permainan games serta candaanku. Hingga sekitar jam 12:27 Sari pulang dengan sedikit terburu-buru.
"Sorry bro, gw kelamaan. Bannya bocor jadi gw nambal dan ni gw sekalian beli makan siang...", kata Sari sambil masuk ke dalam teras.
"Aman sist..., ni bocil juga anteng kok...", sahutku dengan sedikit berdebar karena menunggu reaksi dari Dina.
"Ni mami bawa jajanan, tadi sama om main games aja ya Dina... Uh..., dasar ni si om, mau jalan pintas aja...", kata Sari kepada Dina dan juga kepadaku dengan nada bercanda. Dan aku juga hanya tertawa dalam menanggapinya.
Singkatnya kami ngobrol sambil makan siang dan selama aku ngobrol dengan Sari, tak pernah luput perhatianku pada Dina untuk memastikan reaksinya. Begitu juga saat setelah kami selesai makan dan melanjutkan obrolan, Dina sengaja aku ajak untuk duduk di pangkuanku dan dia mau. Hingga sore sekitar jam 14:45 aku pulang dari rumah Sari.
Ah..., gak nyangka mendapat kesempatan emas. Rencana awal ingin ngocok di rumah Sari untuk mendapatkan sensasi kenikmatan, malahan dapat yang lebih luar biasa sensasinya, dengan aku bugil ngocok di rumah Sari, di depan keponakannya. Ditambah lagi sensasi bagaimana melihat maniku itu di minum oleh Dina, begitu juga dengan air kencingku dan ludahku. Esh..., dasar lonte cilik kau Dina...





Sabtu, 08 Juni 2024

Mertua Minum Campuran Kencingku

Tanggal 08-05-2024, jam 06:20 aku mencampurkan air kencingku dengan air jahe hangat mertuaku. Satu hal yang sering aku tunggu adalah disaat mertuaku berbelanja di pagi hari. Disaat itulah aku masuk ke rumah mertuaku untuk mencari gelas minumnya. Jujur, seringnya aku tidak mendapatkan gelas minuman paginya karena mertuaku itu jarang minum teh di pagi hari.
Tapi mungkin adalah keberuntunganku, sesaat setelah mertuaku pergi ke pasar, aku langsung masuk ke dalam rumahnya dan mendapati segelas air jahe hangat berada di atas meja tamu. Penuh gejolak birahi aku pandangi gelas itu sambil memperhatikan letak serta sudut gelas tersebut. Dan setelahnya, aku kencing di dalam gelas yang berisi air jahe itu. Dua kali aku kencing di dalam gelas sambil memperhatikan ketinggian air yang berada di dalam gelas. Sambil kencing, aku videokan bagaimana air kencingku itu bercampur dengan air jahe yang berada di dalam gelas.
Dan hal yang paling mengesankan adalah di saat mertuaku pulang dari pasar sekitar pukul 07:20, aku melihat secara langsung mertuaku itu menghabiskan air jahe yang telah bercampur dengan kencingku. Ah..., mertuaku...