Tanggal 25-01-2023, ada desiran birahi saat aku melihat Kia sedang berdiri bugil di pintu luar kamar mandi dengan tubuh yang sedang basah karena sedang mandi. Pepek mungilnya itu yang membuat aku begitu geregetan melihatnya. Walau tidak begitu lama aku memuaskan pandangan mataku ke pepek Kia, akhirnya aku masuk ke kamar **** untuk melihat situasi dan harapanku bisa ngocok di jendela dengan target si Nilma. Beberapa saat aku tunggu, Nilma tidak kunjung keluar dari rumah, malahan si Kia yang keluar dan bermain mobilan bersama ***** di pekarangan.
Sambil mengawasi keadaan, perlahan aku keluar dari kamar dan berdiri sekitar 3 m di depan Kia. Nampak Kia benar-benar asik dengan permainannya sehingga dia tidak menyadari kehadiranku yang sudah berdiri ngocok di depannya.
"Dah mandi Kia...", kataku pada Kia yang membuat dia memalingkan wajahnya ke arah aku dan pandangan matanya langsung tertuju pada kontolku yang sedang aku kocok.
Saat itu jam menunjukkan pukul 09:37 sambil ngocok di depan Kia yang sedang duduk bermain di atas mobil-mobilannya aku mengajaknya ngobrol. Nampak Kia seperti sedang memikirkan sesuatu dan tertegun sambil terus memperhatikan kontolku yang sedang aku kocok di depannya. Sampai akhirnya, karena kondisi tidak memungkinkan, aku kembali masuk ke kamar **** sambil terus mengawasi gerak-gerik Kia.
Dari balik jendela aku melihat Kia berjalan menjauh dari pintu dan berhenti di sekitar samping kamar ****. Saat itu Kia di atas mobil-mobilannya diam seperti sedang memikirkan sesuatu dan nampak begitu salah tingkah. Tapi sayangnya, aku tidak dapat melanjutkan acara ngocokku sampai nembak mani karena ***** bermain secara bersama dengan Kia.
Penantianku sepertinya tidak sia-sia. Setelah beberapa jam berlalu, di sore hari Kia kembali bermain dengan ***** dan ** di dalam rumahku. Akupun langsung keluar dari kamar untuk membaca situasi. Berulang kali aku keluar dan masuk kamar untuk memastikan kondisi yang ada. Saat itu Kia dan ** sedang makan jajanan. Mereka duduk di lantai dan Kia tepat berada di depan pintu menghadap ke kamarku.
Beberapa saat kemudian, pada jam 15:56 dengan membuka pintu kamarku, dalam posisi duduk ngocok di tepi ranjang aku memperhatikan Kia yang sedang bermain bersama ** sambil memakan jajanannya. Ah..., teringat aku akan pepek mungilnya yang begitu menggemaskan.
"Makan apa Kia...", kataku sambil berdiri ngocok dan mendekati Kia yang sedang duduk di lantai sambil memakan jajanan.
Mendengar ucapanku, Kia langsung melihat ke arah aku sambil memperhatikan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Ada suatu gerakan di bibir Kia yang seperti sedang berkata sesuatu. Tapi aku tidak menghiraukan sambil terus saja ngocok mendekati Kia. Hingga jarak antara aku dengan Kia kurang dari 50 cm. Ah..., tatapan mata Kia benar-benar tertuju pada kontolku yang sedang aku kocok. Karena kondisi kurang mendukung, aku kembali duduk di tepi ranjang sambil menyembunyikan kontolku dan sesekali mengocokinya.
Kia yang tadinya duduk di lantai, tiba-tiba bangkit berdiri sambil bermain dengan **. Dan karena posisi ** berada di luar jangkauan pandangan, aku kembali mengeluarkan kontolku yang sebelumnya aku sembunyikan di balik baju, lalu melanjutkan acara ngocokku. Sesekali Kia melirik dan bahkan memalingkan wajahnya ke arah aku yang sedang duduk ngocok di tepi ranjang.
Bahkan ketika Kia masuk ke dalam kamar, aku langsung bangkit dari ranjang sambil tetap bertahan dalam posisi ngocok dan membiarkan Kia mendekati aku hingga jarak antara aku dengan dia kurang dari 50 cm. Dari awal masuk ke dalam kamar, pandangan mata Kia terkadang tertuju kepada kontolku yang sedang aku kocok. Apalagi saat jarak antar aku dan Kia kurang dari 20 cm saat Kia menyerahkan jajanan yang ingin dia bagi ke aku, begitu dalamnya pandangan mata Kia memperhatikan kontolku yang semakin cepat aku kocok.
"Apa *****..., apa *****...", kata Kia sambil tangannya yang memegang jajanan itu mengarah ke aku, sementara matanya tertuju langsung pada kontolku. Dan karena aku menolak pemberiannya, lalu Kia keluar dari kamar sambil tetap mengatakan perkataan itu.
"Ini...", kataku sambil berjalan menyusul Kia dan menyembunyikan kontolku, lalu menunjukkan jempol tangan kananku yang aku usap dengan tangan kiriku.
Aku tahu makna kata "apa" yang Kia katakan padaku adalah pertanyaan Kia saat melihat tanganku yang sedang mengocoki kontolku, yaitu "kena apa" atau "sedang apa". Ah..., lonte pepek torok..., anak perempuan usia 3 tahun itu sepertinya sudah tahu kontol, walau belum tahu apa itu ngocok.
Setelah Kia keluar dari kamar, dia bermain lagi dan aku kembali duduk di tepi ranjang sambil menyembunyikan kontolku dan sesekali ngocok. Begitu riang mereka bermain dan sambil sesekali ngocok aku menunggu kesempatan yang mungkin saja dapat aku pergunakan.
Dan benar saja, sambil bermain dengan **, Kia masuk lagi ke kamar sambil membawa bungkusan jajanan yang dia ingin aku bukakan. Begitu aku melihat Kia masuk ke kamarku, langsung saja aku bangkit dari tepi ranjang dan berdiri ngocok menyambut Kia yang semakin dekat jaraknya denganku. Aku tahu, saat Kia masuk ke kamarku dan mendekati aku, langsung saja pandangan matanya tertuju pada kontolku yang sedang aku kocok. Aku bahkan bertahan tetap ngocok hingga akhirnya Kia benar-benar berada di depanku.
"Buka *****...", kata Kia sambil menyerahkan bungkusan jajanan yang dia minta bukakan sambil matanya tertuju dan menatap begitu dalam ke arah kontolku yang sedang aku kocok di depannya dengan jarak kurang dari 10 cm.
"Apa *****..., apa..., apa *****...", kata Kia sambil memandang ke arah kontolku saat tangan kiriku menerima jajanan yang dia minta untuk aku bukakan sementara tangan kananku masih terus saja mengocoki kontolku.
"Apa..., apa...", kata Kia padaku sambil terus saja memperhatikan kontolku yang masih berada di luar celanaku saat aku menghentikan kocokan tangan kananku di kontolku karena membuka jajanannya.
"Gak papa...", kataku sambil menyerahkan jajanannya.
Dan setelah Kia menerima jajanannya yang telah aku buka, sambil menyembunyikan kontolku, aku menyusul dan mendekati Kia sambil memperlihatkan jempol tangan kananku yang aku usap dengan tangan kiriku, sama seperti yang aku lakukan sebelumnya.
Kia hanya sepintas memperhatikan bagaimana aku mengusap-usap jempolku, karena dia kembali bermain dengan ** dan berdiri dengan posisi menyamping di depan pintu kamarku. Dan akupun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera mencapai kenikmatan birahiku. Sebenarnya saat aku hendak nembak mani, aku ingin memanggil Kia agar dia melihat ke arah aku dan menyaksikan bagaimana aku berkelonjotan saat memuncratkan maniku di depannya, tapi karena kondisi tidak memungkinkan, akhirnya aku hanya bisa nembak mani sekitar 1 m di samping Kia.