Senin, 15 Mei 2017

Di Depan Pintu Kamar Mertua

Mertuaku..., oh mertuaku... Kenapa begitu menggairahkan tubuhmu. Mengapa aku begitu terobsesi untuk ngentot denganmu. Mengapa tidak bisa hilang keinginanku untuk tidak ngocok di belakangmu. Mengapa setiap hari semakin besar obsesi dan fantasi birahiku padamu. 
Setiap kesempatan yang ada apabila aku berada di dekat mertuaku, selalu saja berakhir dengan aku mengeluarkan kontolku, ngocok di belakangnya. Tak bisa aku palingkan pandanganku untuk menelusuri setiap lekuk tubuh mertuaku saat aku berada di belakangnya. Pantatnya yang montok membuat imaginasi birahiku semakin menjadi.
Setiap aku ngocok, tak pernah luput mertuaku itu menjadi imaginasiku. Semakin bertambah rasa nikmat yang aku rasakan saat ngocok sambil menghayalkan mertuaku itu.
Ngocok sambil menghayalkan mertuaku saja sudah sangat menambah kenikmatan yang aku rasakan. Apalagi saat aku ngocok di dekat mertuaku ! 
Tak dapat aku hitung betapa seringnya di malam hari aku keluar dari kamar dengan kontol yang sudah benar-benar sangat ereksi dan kemudian aku berdiri ngocok di depan pintu kamar mertuaku. Menghayalkan kenikmatan pepek mertuaku dengan berdiri ngocok di depan pintu kamar mertuaku.
Bukan cuma berdiri ngocok. Melainkan benar-benar dalam kondisi bugil aku berdiri ngocok di depan pintu kamar mertuaku. Baju dan celana sengaja aku tinggal di kamar mandi. Dan setiap hentakan tanganku yang mengocoki kontolku begitu sangat aku nikmati seiring dengan hayalan birahiku terhadap mertuaku. Suara hentakan tanganku yang mengocoki kontolku begitu sangat tidak aku hiraukan. Malahan sering sengaja aku biarkan terdengar jelas.
Dan pada tanggal 10-05-2017, jam 23:43-23:47 adalah hari keberuntunganku. Walau itu dalam kondisi yang sangat dipaksakan. Karena sebelumya, kulihat mertuaku tidur di dalam kamar dengan pintu yang terbuka lebar dan lampu kamar yang menyala terang. Beberapa lama aku sengaja menunggu kesempatan untuk bisa ngocok sambil berharap mertuaku tidak terbangun dan menutup pintu kamarnya. 
Sempat juga aku sedikit kecewa dengan suara kepulangan adik iparku, dalam pikiranku pasti mertuaku terbangun dan menutup pintu kamarnya. Karena penasaran, akhirnya aku keluar dari kamar setelah aku mendengarkan adik iparku menutup pintu kamarnya.
Wow..., ternyata mertuaku tidak terbangun dan menutup pintu kamarnya. Masih dalam kondisi semula, dengan pintu kamar yang terbuka lebar dan lampu kamar yang terang benderang. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Langsung saja di depan pintu kamar adik iparku yang bersebelahan dengan pintu kamar mertuaku, aku mulai membuat kontolku ereksi sambil sesekali melihat ke kamar mertuaku.
Jujur saja, setelah kontolku sudah benar-benar ereksi, tanpa aku pikirkan apakah mertuaku memang sudah benar-benar tidur atau belum, aku langkahkan kakiku sambil tanganku mengocoki kontolku ke depan pintu kamar mertuaku.
Di depan pintu kamar mertuaku itu dengan tangan kanan yang mengocoki kontolku dan tangan kiri menyingkapkan tirai pintu yang sebenarnya tak masalah kalau mau disingkapkan atau tidak karena tirai pintu itu transparan aku mulai menelusuri setiap lekuk tubuh mertuaku yang nampak tertidur dalam kondisi miring menghadap kearahku. Jarak kontolku yang sedang kukocok dengan wajah mertuaku yang menghadap ke kontolku saat itu kurang dari 1 m. Begitu nikmatnya setiap hentakan tanganku yang mengocoki kontolku.
Akhirnya, karena terasa semakin nikmat dan nampak begitu menggairahkan sekali mertuaku dalam kondisi tidur seperti itu, lalu aku masuk ke dalam kamar mertuaku dan semakin mendekatkan kontolku ke wajah mertuaku. Sampai akhirnya sekitar 30 cm jarak kontolku yang sedang aku kocok dengan wajah mertuaku. Suara hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku sengaja aku biarkan terdengar dengan nyata. Mataku semakin liar penuh birahi memperhatikan wajah serta setiap detail tubuh mertuaku. Sampai akhirnya aku nembak mani.
Ah..., puasnya...
Lalu aku kembali masuk ke kamarku. O ya, waktu aku ngocok saat itu, aku tidak bugil. Karena, kondisi saat itu tidak memungkinkan untuk bugil. Adik iparku yang bersebelahan kamar dengan mertuaku baru saja masuk. Dan suara Ning masih cukup terdengar sedang ngobrol dengan suaminya di kamar depan. Selang sekitar 10 menit aku masuk ke kamarku, kudengar mertuaku bangun dan menutup pintu kamarnya.