Tiba-tiba aku teringat akan kehebohan yang terjadi di tempat kerjaku di HIAM. Saat itu tanggal 01-03-2010 aku baru tiba di sana sore hari dan langsung disodorkan oleh kehebohan yang terjadi semenjak pagi hari.
Ya..., sudah tersebar sedari pagi hari kalau botol minuman teman kerjaku, Ria, dicampur dengan air kencing. Sangat jelas Ria mencium aroma kencing di botol minumannya dan dia laporkan dan ceritakan ke seluruh teman-teman di kerjaan. Jadi hebohlah semuanya. Masing-masing saling berspekulasi tentang siapa yang mencampurkan air kencing di dalam botol minuman Ria.
Begitu juga dengan aku yang baru tiba dan langsung disodorkan dengan cerita itu dan spekulasi yang mereka buat. Aku hanya bisa berkomentar sambil juga membuat spekulasi, walau gemuruh jantungku begitu terasa di dadaku sambil aku tanya keberadaan botol tersebut. Dan Ria sendiri yang bilang kalau botol minuman tersebut sudah dia buang.
Jujur, entah sudah berapa kali aku mencampurkan air kencingku ke air di dalam botol minuman Ria. Entah sudah berapa kali Ria minum air yang bercampur dengan air kencingku.
Ria sebenarnya bukan lah type cewek yang masuk kriteriaku. Bahkan sangat jauh dari kriteriaku. Tapi berhubung dia teman sekerjaku dan aku pernah melihat belahan pantatnya yang nampak putih, aku jadikan juga Ria sebagai target birahiku.
Bukannya sekali dua kali aku ngocok di meja kerjanya dan membiarkan ceceran maniku itu di kursinya. Bukannya sekali dua kali aku ngocok dan kemudian aku lumurkan maniku di mouse komputernya. Sangat sering sampai aku gak bisa menghitung seberapa kali aku melakukannya.
Sama halnya saat aku mencampurkan air kencingku ke botol minuman Ria. Tak dapat aku hitung sudah berapa kali aku melakukannya. Dan Ria baru menyadarinya setelah sekian kali minum dengan air yang bercampur dengan air kencingku.
Hari sebelumnya saat sore hari aku memang duduk sambil main games di komputernya. Lalu, karena sudah biasa aku lakukan, saat aku kebelet kencing, ya aku langsung saja kencing di botol minuman Ria yang masih ada airnya. Aku saat itu lupa kalau aku sedikit melakukan pekerjaan berat. Jadi kemungkinannya adalah air kencingku saat itu terlalu beraroma, ditambah lagi aku minum kopi instan. Dan pagi harinya saat Ria mau minum, tercium deh aroma air kencing di dalam botol minumannya...
Tak dapat aku pungkiri rasa puas di hatiku, karena Ria sudah sering minum air kencingku. Ditambah lagi segala spekulasi yang mereka buat adalah salah semua. Dan sampai sekarangpun mereka juga tidak tahu siapa yang mencampurkan air kencing itu ke minuman Ria.
Setelah kejadian itu, Ria selalu membawa pulang botol minumannya, atau kadang menyimpannya di dalam lemari. Kalau waktu istirahat dia juga selalu membawa botol minumannya. Jadi kesempatan mencampurkan air kencingku ke dalam minuman Ria sudah tidak dapat lagi aku lakukan.
Tapi walaupun begitu, aktifitas ngocok yang aku lakukan di meja kerja dan membiarkan ceceran maniku di kursi kerjanya tetap aku lakukan. Bahkan aku jadi tambah sering ngocok saat Ria berada di kantornya.
Kantor Ria dapat digambarkan seperti huruf "L". Kalau dari mejanya, kita tidak dapat melihat siapa yang masuk. Dan tepat di depan pintu masuk itu ada juga meja dan kursi kerja. Aku sering duduk di sana.
Ya bukan hanya sekedar duduk lah... Tapi sengaja duduk dengan resleting celana yang terbuka dan kontolku berada di luar celana. Sering aku sengaja mempermainkan kontolku sampai akhirnya aku ngocok di sana.
Sering aku kalau kerja sengaja tidak memakai sempak. Tujuannya ya itu, kalau mau ngocok tinggal membuka resleting celana, tanpa harus menahan sempak saat ngocok. Jadi lebih nyamanlah terasa sensasi ngocoknya.
Sering sebelum ngocok aku datangi Ria yang sedang berada di meja kerjanya. Sengaja aku ajak ngobrol, kemudian aku bilang kalau aku mau duduk di kursi depan pintu. Dan terkadang obrolan kami terus berlanjut saat aku duduk di kursi di depan pintu sambil mengelus-elus kontolku, lalu dengan santai ngocok sampai aku nembak mani.
Ya..., sangat santai kalau aku ngocok di ruang kerja Ria. Walau Ria juga berada di ruang itu juga. Bahkan sering juga aku ngocok berdiri sambil lebih mendekatkan posisiku dengan Ria. Dan pastinya, selama aku ngocok di ruang kerja Ria yang dia juga sedang berada di sana, sengaja aku biarkan hentakan tanganku yang mengocoki kontolku terdengar dengan jelas.
Aku tahu terkadang Ria curiga dengan aktifitas aku yang duduk di kursi depan pintu itu. Aku tahu sengaja Ria memanggil temannya yang perempuan juga untuk ngobrol menemaninya. Tapi aku tak perduli. Aku tetap aja ngocok walau temannya juga ada di ruang itu.
Pernah juga sih secara berhadapan aku ngocok di depan Ria. Saat itu aku ada di ruangan bawah bersama Ria yang berjarak sekitar 10 m dari aku yang sedang berdiri. Ruang itu tersekat dengan benda yang bersirip atau kisi-kisi yang tegak lurus. Aku sengaja berdiri di sana sambil menunggu Ria. Dan saat kami berhadap-hadapan lalu aku keluarkan kontolku dan mulai ngocok.
Kalau saja Ria memperhatikan gerakan tanganku dan apabila dia jeli melihat kisi-kisi itu, pasti Ria dapat melihat kalau sebenarnya aku sedang berdiri ngocok di depannya.
Mungkin karena seringnya aku ngocok di ruang kerja Ria saat dia juga berada di sana, aku sangat terbiasa dan santai mengocoki kontolku. Sering aku ngocok di sana dengan posisi memejamkan mataku. Dan yang menjadi pertanyaanku adalah di setiap kali aku ngocok sambil memejamkan mata, tak berapa lama setelah aku nembak mani dan telah memasukkan kontolku ke dalam celana, Ria pasti berjalan melewatiku untuk keluar dari ruangannya. Dan hal itu Ria lakukan di setiap aku ngocok dengan memejamkan mataku. Mungkin saja saat itu Ria tahu kalau aku sedang ngocok dan sengaja menunggu aku sampai selesai ngocok, kemudian dia keluar dari ruangannya ? Atau mungkin saja Ria sengaja tidak mengganggu acara ngocokku dan menikmati pemandangan bagaimana aku dalam posisi memejamkan mata, berkelonjotan di puncak kenikmataan birahi dengan tangan kiri meremas kepala kontolku menahan muncratan maniku ? Ah..., lonte pepek torok lah kau Ria... Tapi yang pasti adalah entah sudah berapa kali Ria minum air kencingku. Ria...Ria...