Sebenarnya saat itu aku sedikit kesal dengan mertuaku. Bagaimana tidak kesal, baru saja aku selesai mencuci motor kesayanganku, eh..., mertuaku minta diantar ke Bnj ! Bukannya dekat tu Bnj ! Mana hari nampak mendung dan aku benar-benar kesal karena baru saja aku selesai mencuci motorku, bukannya sebelum aku mencuci motor dia ngajaknya.
Terpaksa sekali aku mau mengantarkannya karena *****ku juga memaksa aku untuk mengantarkannya. Ya udah biar gak ribut akhirnya aku antarkan juga mertuaku itu ke Bnj.
Singkat ceritanya sewaktu pulang dari Bnj jam 19:30 dan di tengah perjalanan kami tiba-tiba turun hujan. Kesalnya gak tergambarkan mengingat motor baru aja dicuci !
Kutanya ama mertuaku apakah tetap melanjutkan perjalanan atau menepi dulu dan dijawab mertuaku terserah aku aja. Ya udah akhirnya aku bilang lanjut aja perjalanannya.
Basah kuyup dan posisi perjalanan malam membuat aku kurang konsentrasi untuk mengendarai motorku dan akhirnya mertuaku meminta aku untuk mencari tempat berteduh. Aku hanya diam aja karena masih kesal.
Tapi tiba-tiba aku merasa ada suatu peluang yang harus aku pergunakan sebaik-baiknya. Sampai akhirnya aku mendapati tepat di pinggir jalan seperti warung kopi yang sedang tutup.
Akhirnya aku menepikan motorku ke warung itu dan benar saja, warung itu tutup dengan pencahayaan lampu 5 w yang remang. "Bu, kita berteduh di sini aja ya...". Dan mertuakupun mengiyakan aja. Kuparkirkan motorku tepat di depan warung itu, di depan bangku panjang yang aku beri jarak sekitar ½ m dengan motorku.
Mertuaku kemudian duduk di bangku itu, begitu juga aku. Kutatap sekeliling warung dan seperti sudah disetting aja keadaan warungnya. Karena sebenarnya ada juga meja dan bangku panjang lainnya di warung itu. Tapi ada sekitar 1 m jarak bangku yang kami duduki dengan meja yang membuat jantungku bergemuruh cepat. Karena aku merasa ada kesempatan untuk ngocok di belakang mertuaku. Jarak antara bangku dengan meja membuat aku berpikir cepat bagaimana aku bisa berdiri di belakang mertuaku dengan tanpa membuatnya curiga.
Sambil ngobrol aku pura-pura berdiri dengan kondisi seperti kedinginan dan berjalan mengitari warung. Sebenarnya kontolku saat itu sudah benar-benar ereksi dan sudah sangat memberontak ingin dikocok. Saat aku pura-pura jalan mengitari warung itulah aku membuka resleting celanaku dan mengeluarkan kontolku yang sudah ereksi. Kemudian sambil kuajak ngobrol dengan santai aku geser meja warung lebih mendekat ke bangku mertuaku sementara kontolku kubiarkan dalam posisi keluar dari resleting celanaku. Kondisi warung yang remang dan hujan yang lumayan lebat membuat aku nekat membiarkan kontolku keluar dari resleting celanaku saat aku menggeser meja sambil ngobrol dengan mertuaku.
Pun saat aku berjalan di samping mertuaku, kontolku tetap dalam posisi di luar tanpa aku tutupi dengan bajuku karena kutahu pandangan mata mertuaku selalu mengarah ke jalanan.
Akhirnya aku bilang ke mertuaku kalau aku duduk di meja di belakangnya dengan alasan karena agak terasa dingin dan sebenarnya aku tidak duduk, melainkan berdiri.
Terus terang aja, kontolku seperti terasa ngences saat aku pada posisi itu. Begitu nyata nampak lekuk tubuh bagian belakang mertuaku saat bajunya basah !
Kuajak mertuaku ngobrol tentang "In" dan "Ning" sambil tanganku mulai mengocoki kontolku. Sangat santai aku mengocoki kontolku sambil ngobrol di belakang mertuaku dengan jarak kurang dari ½ m.
Sempat juga sih aku terkejut dan langsung menutupi kontolku dengan baju saat mertuaku memalingkan wajahnya ke arah samping karena saat itu dia sedang menceritakan persoalan tentang "Ning". Tapi kemudian wajahnya mengarah ke depan lagi. Dan aku juga kemudian menyingkapkan bajuku dan melanjutkan ngocokku.
Ada sekitar 1 jam aku dan mertuaku ngobrol di warung itu sambil menunggu hujan reda. Selama hampir 1 jam itu sengaja aku tahan agar aku tidak terlalu cepat nembak mani karena momennya begitu langka. Sangat nekat dan sangat langka karena aku ngocok dengan jarak kurang dari ½ m di belakang mertuaku sambil aku mengajak mertuaku itu ngobrol. Begitu sangat dekatnya kontol yang aku kocok itu dengan bagian belakang kepala mertuaku. Tak aku hiraukan suara hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku karena tersamar dengan suara hujan. Dan setiap hentakan kocokan tanganku di kontolku begitu aku nikmati. Dengan pura-pura berjalan sambil mengomentari obrolanku dengan mertuaku, lalu aku lebih mendekatkan kontolku yang masih dalam kondisi aku kocok dengan kepala mertuaku sampai jaraknya sekitar 10 cm. Dan saat aku mau nembak mani kuarahkan kontolku itu sedikit ke bawah, lalu aku muncratkan maniku ke bagian belakang baju mertuaku tepat di saat sebuah mobil melaju kencang dengan suara knalpot racing melewati warung tempat kami berteduh. Ah..., pepek torok mertuaku itu. Aku begitu berharap dinginnya suasana saat itu dapat menghilangkan rasa hangat maniku yang menempel di bajunya. Dan untungnya tak ada reaksi dari mertuaku pada saat maniku itu muncrat di bajunya.
Setelah nembak mani, kemudian kuperhatikan baju belakang mertuaku itu. Wuih..., kental sekali maniku menempel di bajunya... Bisa ketahuan ni di rumah kalau kami pulang menunggu hingga hujan benar-benar reda.
Akhirnya setelah kontolku aku masukkan ke dalam celana, dengan beralasan takut kemalaman, kuajak mertuaku untuk melanjutkan perjalanan lagi tanpa harus menunggu hujan reda dan mertuaku mau.
Selama perjalanan aku tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian yang aku lakukan pada mertuaku. Begitu dekatnya kontolku dengan bagian belakang kepala mertuaku. Dan kontolku masih terasa berdenyut pingin dikocok lagi...
Thanks ya ibu mertua..., sudah menemani aku ngocok sampai nembak mani sambil ngobrol denganmu. Dan entah mertuaku itu tahu atau tidak, pada saat aku ngobrol dengannya, sebenarnya suaraku begitu bergetar karena hentakan-hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku dan menahan gejolak birahi yang melanda diriku. Masa bodo aja lah..., yang penting sudah crot... dan maniku mengenai bagian belakang baju mertuaku.
Eh... jadi teringat juga pada "In" saat aku suruh dia yang mengendarai motorku sementara aku duduk ngocok sampai nembak mani di bonceng belakangnya sambil ngobrol sepanjang jalan...
Sampai di rumah kuperhatikan lagi baju bagian belakang mertuaku untuk memastikan apakah bercak maniku masih nampak menempel di bajunya atau tidak. Ternyata aman..., bercak maniku sudah hilang dari baju mertuaku karena air hujan.
Dan saat aku selesai mandi, kudapati *****ku membuatkan teh untuk kami, sengaja aku suruh *****ku mencari pakaian yang ada di dalam kamar sementara aku masih di dapur melanjutkan kerjaan *****ku membuat teh. Dengan sedikit terburu-buru aku kencing di dalam gelas yang nantinya akan dihidangkan untuk mertuaku. Ada sekitar setengah gelas air kencingku itu yang aku campurkan ke dalam gelas teh untuk mertuaku.
Aku sendiri yang menyodorkan teh yang sudah aku campurkan dengan kencingku kepada mertuaku. Begitu puas rasanya saat mertuaku itu menghabiskan teh hangatnya di depanku karena sebenarnya air teh itu baru saja mendidih dan panas tapi menjadi hangat karena kucampur dengan setengah gelas air kencingku.
Ah..., kapan ya aku bisa ngentot sama mertuaku...