Tanggal 26-09-2023, jam 05:23 begitu berdebarnya jantungku saat aku mendengar suara mertuaku yang tiba-tiba mengetuk pintu rumahku. Aku begitu tidak menyangka mertuaku itu tiba-tiba pulang dari A S dan tanpa pemberitahuan sama sekali seperti yang biasa dia lakukan. Karena pada malam hari sebelumnya yaitu tanggal 25-09-2023, jam 21:38 aku sengaja kencing di kasur mertuaku. Dan memang sengaja aku menahan rasa kebelet kencingku hingga akhirnya aku kencing di kasur mertuaku. Dengan menyingkap sprei ranjang mertuaku dan sambil merekam video dengan HPku, begitu banyak air kencingku yang membasahi ranjangnya. Ya kalau bisa dikatakan, memang benar-benar basah kasur mertuaku itu dengan air kencingku. Hampir ½ bagian ranjang mertuaku itu basah karena air kencingku. Ah..., mertuaku..., begitu besarnya keinginanku untuk dapat memendamkan kontolku ke dalam pepeknya dan membanjiri pepeknya dengan maniku.
Di malam yang sama di jam 21:59 begitu aku nikmati setiap hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku sambil mencium sempak mertuaku. Pesona keindahan tubuh mertuaku begitu menggoda birahiku. Walau usianya sudah hampir 62 tahun (21-11-1961), tapi tak mengurangi kemontokan tubuhnya. Pantatnya yang besar seimbang dengan bentuk paha serta tubuhnya. Selalu saja berdenyut nikmat kontolku di saat aku berdekatan sambil memandangi montoknya pantat mertuaku. Ah..., pepek lonte torok..., obsesiku pada pepeknya begitu besar walaupun aku tahu jembutnya sudah beruban. Aku ngocok sampai nembak mani sambil menciumi sempak mertuaku, menghayalkan kenikmatan pepeknya. Ah..., mertuaku... Gak akan bunting mertuaku itu seandainya setiap saat aku nembak mani di dalam pepeknya. Ah..., mertuaku...
Begitu sering aku kencing di pakaiannya, baik itu yang sedang dia jemur maupun yang akan dia cuci. Gak ada niatku untuk melecehkannya. Semua itu aku lakukan agar mertuaku itu juga merasakan bagaimana gejolak birahiku padanya.
Kalaupun mertuaku dengan kesadarannya meminta aku untuk menjilati pepeknya, akupun dengan senang hati akan melakukannya. Akan aku buat puas mertuaku itu. Ah..., inginnya aku bermanja di pepek mertuaku itu... Kalaupun saat aku jilat pepek mertuaku dan dia sampai terkencing, aku pastikan gak akan tersisa air kencing kenikmatan yang muncrat dari pepeknya itu habis tak tersisa aku minum. Ah...
Dan saat mertuaku itu masuk ke dalam rumahnya, bertambah kencang debar jantungku karena aku gak yakin apakah kasurnya sudah kering atau belum. Tapi, setelah beberapa saat aku tunggu dan beberapa kali aku mencoba melihat ke arah jendela kamarnya dengan berpura-pura menyapu halaman, aku yakin mertuaku itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Iya..., kasur yang mungkin saja masih basah ataupun lembab karena air kencingku.
Sengaja aku suruh ***** untuk melihat keberadaan mertuaku. Dan begitu gembiranya aku karena benar dugaanku kalau mertuaku itu tidur di ranjangnya. Ah..., mertuaku. Mertuaku yang selalu saja menggelegakkan birahiku. Mertuaku yang selalu saja menyita pandanganku untuk tetap memperhatikan secara buas setiap lekuk tubuhnya di saat dia berada di depanku.
Tapi sayangnya, pada siang hari setelah mertuaku itu bangun dari istirahatnya, aku lihat dia sudah mencuci dan menjemur sprei kasurnya. Ah..., berarti mertuaku itu merasakan lembabnya kasurnya dan mungkin juga mencium aroma pesing air kencingku yang sudah membasahi kasurnya. Mungkin saja dia beranggapan kalau sprei kasurnya sudah kotor sehingga dia hanya mencuci spreinya saja tanpa menjemur kasurnya.
Ah..., mertuaku...