Sabtu, 29 Oktober 2022

Pepek Mungil "Kia" -*-

Tanggal 28-10-2022, jam 09:14 secara tak sengaja aku mendapati Kia sedang mandi sendiri di kamar mandi rumah mertuaku. Awalnya saat aku keluar dari kamar mandi aku lihat Kia sedang mandi dan bermain air. Tak aku lihat ada seorangpun di kamar mandi itu selain hanya Kia seorang diri. Hal itu membuat aku menghentikan langkahku sambil terus saja memandang Kia yang sedang asik bermain air. Saat itu Kia masih membelakangi aku. Dan karena aku yakin kalau Kia hanya seorang diri di kamar mandi, perlahan aku mengeluarkan kontolku dari dalam celanaku sambil membuatnya ereksi. Walau membelakangi aku, tapi tubuh bugil Kia membuat kontolku berdenyut hebat dan tak butuh waktu lama untuk membuatnya ereksi. 
Santai saja, sekitar 1 m di depan pintu kamar mandi rumahku, perlahan aku mulai mengocoki kontolku sambil memandang tubuh bugil Kia. Dan aku semakin mendekatkan posisiku ke pintu dapur rumahku sambil terus saja mengocoki kontolku saat Kia membalikkan tubuhnya ke arah aku dan memperlihatkan bagaimana indahnya bentuk pepek mungilnya itu. Tapi sayangnya Kia tidak memandang ke arah aku karena asiknya dia bermain air. Dan akupun tidak sempat nembak mani karena aku mendengar suara Nilma memanggil nama Kia. Ah..., dasar lonte pepek torok...

Jumat, 14 Oktober 2022

Bugil Ngocok Di Kamar "Nilma" -*-

Memang dasar lonte pepek torok si Nilma itu. Cara dia berpakaian itu lho yang membuat birahiku begitu terpicu. Baju daster longgar dengan lengan pendek merupakan pakaian yang sering dia gunakan. Sering aku ngobrol dengan dia yang secara sadar atau tidak, terkadang Nilma menaikkan tangannya yang membuat bagian samping teteknya nampak olehku. Bahkan menarik bagian sisi samping baju dasternya merupakan hal biasa bagi Nilma saat aku berada di dekatnya yang otomatis menonjolkan lekuk tubuhnya, khususnya pantatnya. Ah..., lonte kau Nilma...
Jujur saja, aku begitu sulit untuk menjadikan Nilma sebagai target ngocokku. Karena tidak ada alasan bagiku untuk datang ke rumah mertuaku saat mertuaku sedang tidak berada di rumah dan Nilma sedang sendiri bersama Kia di sana. Setiap kesempatan selalu saja aku pergunakan dengan sebaik-baiknya walau hanya mengeluarkan kontolku di belakang Nilma saat dia menjemur pakaian dan aku juga menjemur pakaianku. Padahal memang sudah aku rencanakan perkiraan kapan Nilma menjemur pakaian dan kemudian aku keluar sambil menjemur pakaianku dengan sedikit memperlambat aktifitasku untuk menunggu Nilma keluar menjemur pakaiannya juga. Dan itu memang berhasil, karena sudah dua kali aku melakukan hal seperti itu, walau tidak sempat ngocok di belakang Nilma.
Kia juga dalam beberapa hari setelah kepindahan mereka sudah mulai mau aku ajak bercanda walau masih nampak agak takut padaku. Sampai-sampai untuk membuatnya lebih akrab denganku, sengaja aku sering menggendongnya sambil mengajaknya bercanda.
Tanggal 14-10-2022, jam 08:58-09:33 begitu nekatnya aku bugil ngocok di kamar Nilma, sementara Nilma, Kia dan mertuaku juga ada di rumah itu juga. Gak terbayang resiko yang akan aku hadapi seandainya tiba-tiba Nilma masuk dan mendapati aku dalam keadaan bugil dengan kontol ereksi di dalam kamarnya.
Awalnya sekitar jam delapanan aku mendengar suara mertuaku yang memanggil namaku. Saat itu aku berada di dalam kamarku sedang ngocok sambil memutar ulang hasil rekamanku saat ngocok di depan Dila dan dengan sedikit rasa malas akhirnya aku memakai celanaku untuk membuka pintu rumahku. Sengaja sebelum aku keluar dari kamar untuk membuka pintu depan, aku mengepit telor kontolku yang sudah aku ikat itu dengan kedua pahaku agar ada sensasi saat aku bertemu dengan mertuaku.
"***, tadi di kamar Nilma ada suara meledak la..., bisa tolong lihatkan kenapa itu dan ini rumah juga listriknya mati...", kata mertuaku saat aku membuka pintu.
Ya udah sambil aku katakan pada mertuaku bahwa aku akan mempersiapkan peralatan kerja, lalu aku masuk ke kamar ****, sementara mertuaku kembali lagi ke rumahnya. Ah..., saat itu begitu berkecamuknya hatiku. Karena keinginan ngocokku tiba-tiba muncul, walau aku tidak tahu kesempatan apa yang dapat aku pergunakan untuk dapat ngocok di rumah mertuaku itu. Sengaja aku tidak memakai sempak dan membiarkan telor kontolku tetap dalam posisi terikat. Entahlah, saat itu aku hanya mencoba keberuntunganku.
Singkatnya, setelah aku memeriksa kendala yang terjadi di kamar Nilma, kemudian aku menghidupkan listrik mertuaku. Saat aku keluar dari kamar Nilma, mertuaku sedang duduk di dapur bersama si Nilma dan Kia. Ah..., lonte pepek torok... Aku merasa ada kesempatan untuk dapat ngocok di kamar Nilma.
"Ini listrik saya hidupkan ya...", kataku pada mereka sesaat setelah aku menghidupkan listrik rumah mertuaku.
"Oh..., dah siap ya ***...", kata mertuaku yang aku jawab kalau kerjaannya belum siap dan harus diperiksa kabelnya.
"Ni saya mau bawa tangga dulu, mau lihat kabel-kabelnya", kataku menerangkan pada mertuaku sambil aku kemudian keluar rumah mertuaku untuk mengambil tangga.
"Nanti jangan masuk ya Nilma..., karena kabel-kabelnya mau saya buka", kataku pada Nilma saat aku hendak masuk ke kamarnya. 
"Iya bang, tapi gak bahaya itu...", jawab Nilma.
"Ya klo saya gak papa, takutnya nanti klo Nilma atau Kia masuk ke kamar kena kabelnya pula itu...", kataku lagi pada Nilma dengan gemuruh di dada karena aku sudah memantapkan rencananku untuk ngocok di kamarnya.
"Dah biasa itu si ***** kerja seperti itu", timpal mertuaku yang membuat Nilma sedikit mengangguk-anggukkan kepalanya.
"TV bisa ibu hidupkan, ***...?", kata mertuaku lagi yang langsung aku iyakan dan kemudian aku masuk ke dalam kamar Nilma.
Beberapa saat aku berdiam di kamar Nilma sambil memikirkan sensasi apa yang akan aku lakukan. Dan dengan berpura-pura melihat kondisi kabel yang berada di dinding, aku berdiri di atas tangga. Berhubung di kamar Nilma belum terpasang plafon, dari posisiku berdiri di atas tangga itu aku dapat melihat dengan jelas keberadaan mertuaku serta Nilma yang sudah duduk menonton TV. Secara sengaja, aku sedikit membuat suara aktifitas pekerjaanku yang membuat Nilma melirik ke atas dan melihat aku.
"Hati-hati bang..., itu di meja rias ada tisu bang. Kalau mau pakai ambil aja", kata Nilma saat melihat aku.
"Iya Nilma, nanti saya ambil ya...", jawabku sambil pura-pura serius bekerja.
Ah..., lonte pepek torok pantat kau Nilma... Aku tahu, saat itu Nilma dapat melihat sebagian dari tubuhku, yaitu sekitar dada dan kepalaku. Makanya dia menawarkan tisu yang dia punya karena mungkin dia melihat keringat di tubuhku. Dan jujur, aku jadi dapat ide untuk melakukan sensasi ngocokku. 
Karena pandangan Nilma kembali ke arah TV, secara santai aku menurunkan bagian depan celana pendekku untuk mengeluarkan kontolku. Sambil memandangi mertuaku dan Nilma serta Kia yang sedang menonton TV, tanganku perlahan mulai mengelus-elus kontolku agar ereksi. Esh..., lonte dasar lonte kau Nilma..., gak butuh waktu yang lama untuk membuat kontolku benar-benar ereksi sempurna saat aku memandang Nilma dan melihat lekuk tubuhnya dari tempat aku berdiri. Kia juga terkadang melihat ke arah aku sambil tersenyum. Ah..., kapan ya aku bisa ngocok di depannya...
"Sini aja Kia, jangan masuk ke kamar, ada ***** lagi kerja itu", kata Nilma saat melihat Kia beranjak dan sepertinya akan mengarahkan langkahnya ke kamar.
Jujur, aku begitu memompa keberanianku untuk melakukan hal yang lebih nekat lagi. Tanganku yang awalnya hanya mengelus-elus kontolku, secara perlahan mulai mengocoki kontolku. Dari posisiku dapat dengan jelas aku melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 08:58 saat aku benar-benar mulai mengocoki kontolku.
Esh..., lonte pepek torok pantat kau Nilma..., hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku semakin terdengar jelas dan aku yakin tersamarkan oleh suara TV yang sedang mereka tonton. Dasar pepek torok..., kenekatanku semakin bertambah dengan aku yang secara perlahan sedikit menurunkan posisi berdiriku di tangga agar aku dapat melepas celanaku. 
Dan setelah aku berhasil membuka celanaku, secara sembarang saja aku melemparkan celana itu ke lantai. Aku kembali menunjukkan sebagian tubuhku sambil pura-pura mengerjakan sesuatu. Sengaja tangan kiriku memegang tembok dan seperti sedang memegang kabel, sementara tangan kananku mengocoki kontolku. 
"Banyak rusaknya bang...", kata Nilma tiba-tiba sambil memandang ke atas ke arah aku. 
Lonte kau Nilma..., aku sedikit terkejut karena  dia tiba-tiba memalingkan wajahnya ke arah aku.
"Nggak..., cuma diperiksa dan memastikan aja ni...", jawabku dengan suara sedikit bergetar karena tangan kananku tak berhenti mengocoki kontolku saat aku menjawab pertanyaan Nilma dan saat pandangan mataku dan Nilma saling beradu. 
Esh..., lonte..., setelah itu Nilma kembali memalingkan wajahnya ke arah TV dan aku semakin tertantang untuk melakukan hal yang lebih gila lagi. Padahal, posisiku saat itu saja sudah sangat beresiko, di mana aku dalam kondisi bugil berdiri di atas tangga sambil ngocok dan celanaku berada sekitar 2 m dari tangga. Bayangkan saja seandainya Nilma tiba-tiba punya keperluan dan masuk ke dalam kamarnya. Untuk turun dari tangga saja tak akan mungkin aku bisa cepat. Belum lagi posisi celanaku yang tergeletak di lantai sekitar 2 m dari tangga, membuat aku pastinya gak akan punya kesempatan untuk meraihnya saat seandainya Nilma tiba-tiba beranjak dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Yang pasti dia akan mendapati aku dalam keadaan bugil berdiri di atas tangga dengan kontol yang sangat ereksi.
Ah..., kenekatanku semakin menjadi dengan aku turun dari tangga dan kemudian secara perlahan berjalan lebih mendekat ke pintu kamar. Hanya sekitar ½ m dari pintu kamar Nilma aku menghentikan langkahku dan meneruskan acara ngocokku. Esh..., nikmatnya karena penuh dengan debar saat aku berdiri ½ m sebelum pintu kamar sambil lebih mempercepat kocokan tanganku di kontolku. Sensasi telor kontolku yang aku ikat menambah kenikmatan ngocokku saat itu. Tak dapat aku bayangkan seandainya Nilma tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya dan mendapati aku sedang bugil berdiri ngocok mengarah ke pintu. Gak akan ada alasan pembenaran yang dapat aku sampaikan seandainya hal itu benar-benar terjadi.
Esh..., nikmatnya...
Aku bahkan sesekali memejamkan mataku sambil menghayalkan keindahan tubuh Nilma dan menikmati sensasi hentakan tanganku di kontolku, sementara pintu kamar Nilma dalam posisi terbuka lebar. Aku sadar, gak akan ada kesempatan untuk aku meraih celanaku dengan cepat seandainya Nilma berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Ah..., sengaja aku menahan dorongan maniku agar tidak segera keluar karena aku benar-benar menikmati sensasi bugil ngocok di dalam kamar Nilma, sekitar ½ m sebelum pintu kamarnya yang dalam posisi benar-benar terbuka lebar dan Nilma, Kia serta mertuaku sedang menonton TV yang berjarak hanya beberapa meter dari tempatku ngocok.
Saat aku sudah tidak dapat menahan dorongan maniku untuk muncrat dari kontolku, dengan sedikit terburu aku mengarahkan sedikit ke kiri dan membiarkan muncratan maniku itu berceceran di lantai kamar Nilma. Kalau seandainya aku bertahan dengan posisiku dan muncrat mani, pasti akan mengenai pintu kamar dan dinding. Dan pasti aku akan sangat sulit membersihkannya.
Esh..., berkelonjotan penuh kenikmatan tubuhku saat itu. Berkelonjotan sambil memejamkan mataku menikmati sensasi puncak birahiku. Dan setelah itu, aku langsung naik ke tangga lagi sambil melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 09:33. Jadi selama sekitar 35 menit aku bugil sambil ngocok di dalam kamar Nilma sampai aku nembak mani. Dan sesaat setelah aku melihat ke arah jam dinding dan melihat Nilma yang sedang menonton TV bersama mertuaku dan Kia, kemudian aku kembali turun dari tangga sambil mengambil tisu di meja rias Nilma untuk membersihkan sisa mani yang berada di kepala kontolku serta membersihkan ceceran maniku di lantai kamar Nilma.
Setelah semuanya aman, kemudian aku memakai kembali celanaku dan merapikan kabel-kabel yang sebelumnya sengaja aku buka sebagai alasanku pada mereka agar aku bisa berlama-lama berada di kamar Nilma. Sambil menyimpan tisu bekas mani di saku celanaku, kemudian aku keluar menuju kamar mandi.
"Ih..., gerah kali ya bang, banyak kali keringatnya...", kata Nilma yang membuat mertuaku juga mengarahkan wajahnya ke aku saat dia melihat aku berjalan keluar dari kamarnya.
"Iya, biasalah..., klo kerja dekat atap rumah ya seperti ini...", jawabku sembarangan sambil aku berjalan menuju kamar mandi. Kan gak mungkin juga aku jawab dengan sebenarnya kalau keringat itu berasal dari keringat kenikmatan saat aku bugil ngocok di kamarnya.
Dan setelah aku membuang tisu di toilet, kemudian aku kembali masuk ke kamar Nilma dan memberesi peralatan serta mengeluarkan tangga. Lalu aku masuk ke rumahku dan kembali ke rumah mertuaku dengan membawa stok lampuku. 
Aku jelaskan ke Nilma kalau yang rusak itu awalnya lampu, tapi berakibat kabelnya jadi rusak. Hehehe, walau penjelasannya hanya asal aku buat saja, Nilma dan mertuaku hanya menganggukkan kepala saja, percaya pada penjelasanku.
Setelah beberapa saat aku ngobrol dengan Nilma serta mertuaku, lalu aku pamit pulang. Ah..., benar-benar nekat dan penuh resiko. Thanks ya Nilma sudah menyediakan kamarnya untuk tempat aku ngocok sambil berbugil ria sampai aku nembak mani...

Kamis, 06 Oktober 2022

Target Baruku "Nilma" -*-

Setelah kepindahan Teti, akhirnya aku juga pindah ke samping rumah mertuaku, karena gak mungkin juga mertuaku itu tinggal sendiri di sana. Gak sampai 1 bulan proses aku merenovasi ruangan yang dulunya dijadikan tempat menyimpan motor di rumah mertuaku itu untuk aku jadikan rumah dengan lebih memperluas ruangan yang memangkas ukuran dari halaman rumah mertuaku. Walaupun antara rumahku dengan rumah mertuaku itu tidak ada pintu penghubung, tapi setidaknya kami berada di dekatnya dan kami jadi sering duduk maupun ngobrol di rumah mertuaku. Lagian **** juga tiap malam tidur di rumah mertuaku. Ah..., hampir setiap saat aku merasa salah tingkah karena keindahan tubuh mertuaku yang menggelitik birahiku. Pantatnya itu lho... Dan imajinasiku juga selalu pada pepeknya yang jembutnya sudah beruban itu. Ah..., di usia mertuaku yang hampir 61 tahun itu kemolekan tubuhnya begitu mempesona bagiku. Hampir setiap hari aku mencuri-curi kesempatan untuk dapat ngocok di dekat mertuaku. Ah..., aku begitu tergila-gila pada keindahan tubuh mertuaku. Masih terasa aroma bawang di pepek mertuaku yang beberapa waktu lalu pernah aku cium dan jilat. Masih terbayang olehku bagaimana keringnya pepek mertuaku saat aku rekahkan. Ah..., setiap saat aku selalu saja menghayalkan kenikmatan pepek mertuaku itu...
Dalam suatu obrolan dengan mertuaku, aku mendengar kabar kalau keluarga mertuaku yang di A S, yaitu Nilma beserta keluarga kecilnya akan tinggal sementara di rumah mertuaku karena keperluan pekerjaan suaminya. Sebenarnya mereka berencana akan mengontrak sebuah rumah, tapi oleh mertuaku mereka disuruh untuk tinggal di rumah mertuaku dan mereka mau. Aku kenal mereka karena beberapa kali mereka pernah singgah ke rumah mertuaku. Ya jujur saja, Nilma yang sudah beberapa kali pernah aku jumpai itu mempunyai tubuh yang lumayan juga. Gak terlalu kurus sih..., dan pantatnya itu lho...
Ah..., dasar lonte pepek torok si Nilma itu... Saat mereka datang di pagi hari tanggal 03-10-2022, pandangan mataku tak pernah lepas memperhatikan montoknya pantat si Nilma. Sambil membantu mengangkat barang-barang mereka, selalu saja aku mencuri kesempatan menikmati pemandangan indah dari montoknya pantat si Nilma.
Nilma mempunyai seorang anak perempuan mungkin berusia sekitar usia 3 tahunan. Dan gak tahu kenapa, sepertinya anak Nilma itu takut padaku. Ya..., mungkin saja karena jarang bertemu. Akupun sepertinya gak terlalu memikirkan anak perempuan yang bernama Kia itu karena aku benar-benar terfokus menikmati keindahan tubuh Nilma. Bagiku Kia bisa aku kesampingkan dulu, karena pastinya butuh proses agar dia bisa akrab denganku.
Ah..., lonte pepek pantat torok si Nilma itu... Begitu menggelegaknya birahiku saat memandang montok pantatnya. Kalau Nilma berjalan, dia seperti memakai buttplug di pantatnya. Esh..., lonte si Nilma itu..., begitu bermainnya imajinasiku pada Nilma. Cara dia berjalan itu lho yang membuat aku begitu gregetan, dengan pantat montoknya seperti dia sumpal dengan buttplug.
Aku begitu berambisi sekali menjadikan Nilma sebagai target ngocokku. Lagian sepertinya Nilma tidak begitu sungkan dalam hal berpakaian. Karena pada malam harinya, saat mereka sedang merapikan barang-barangnya di kamar bekas Teti, aku datang dan pura-pura ngobrol dengan mertuaku. Dan tak berapa lama kemudian suami Nilma juga ikutan ngobrol bersama kami di ruang TV mertuaku. Hal yang membuat aku berdesir adalah saat aku melihat Nilma keluar dari kamarnya dan ikut duduk bersama kami. Dengan baju daster lengan pendek yang bagian lehernya lebar, tanpa sungkan Nilma ikutan nimbrung ngobrol. Dan dasar lonte..., begitu jelas aku lihat belahan tetek Nilma dengan BH berwarna hitam saat dia menundukkan tubuhnya mengambil sesuatu di sela obrolan kami. Jujur, aku begitu salah tingkah, sementara suaminya nampak santai aja. Dasar lonte si Nilma itu..., bagaimanapun juga, Nilma harus aku jadikan target ngocokku.
Dan akhirnya tanggal 05-10-2022 pagi hari sekitar jam 08:15 Nilma benar-benar dapat aku jadikan sebagai target ngocokku. Saat itu aku sedang menonton TV di rumahku dan mendengar suara seperti ada orang yang sedang menjemur pakaian karena ada suara perasan air. Aku tahu suara itu berasal dari belakang rumah. Dan tak berapa lama kemudian, aku mendengar suara Nilma sedang berbicara yang aku dengar pasti, dia itu berbicara pada anaknya, Kia. Sambil berjalan perlahan, aku menuju dapur rumahku dan kemudian langsung menghampiri kulkas. Sambil pura-pura membuka pintu kulkas, aku lirik posisi Nilma yang rupanya sedang membelakangi aku. Tubuhnya menghadap ke pintu kamar mandi mertuaku. Rupanya sambil menjemur pakaian, Nilma membiarkan Kia bermain air di dalam kamar mandi. Oh ya..., dari pintu dapur rumahku bisa langsung melihat ke dalam kamar mandi mertuaku karena pintu keluar rumah mertuaku untuk menjemur pakaian berada di kamar mandi itu. Kamar mandi mertuaku itu mempunyai dua pintu. Yang salah satunya sebagai pintu keluar atau masuk bila ingin menjemur pakaian. Bahkan aku sering masuk ke dalam rumah mertuaku melalui pintu kamar mandi tersebut.
Dari awalnya aku hanya melirik posisi Nilma, perlahan aku benar-benar menoleh ke arahnya. Dan dasar pepek torok pantat lonte si Nilma itu..., begitu menggelegaknya birahiku saat melihat Nilma dengan baju daster yang dia ikat di bagian samping pinggangnya yang otomatis menampakkan bentuk pantatnya yang montok itu dalam posisi membelakangi aku... Esh..., lonte kau Nilma..., kontolku begitu berdenyut dan perlahan mulai ereksi saat Nilma berjalan lebih mendekat ke pintu kamar mandi mertuaku sambil dia terus jongkok memanggil Kia. Ah..., dasar lonte..., sayang sekali saat Kia mendekati Nilma, Kia rupanya memakai sempak, jadi aku gak dapat melihat pepeknya. Saat Kia melihat aku, dia langsung menundukkan wajahnya dan lebih sering memandang ke Nilma tanpa berani melihat ke aku lagi. Dasar lonte...
Dan karena aku lihat Nilma mengelap air di tubuh Kia dengan handuk, perlahan aku menurunkan bagian depan celana pendekku sambil terus mengeluarkan kontolku. Tak butuh waktu lama untuk membuat kontolku ereksi. Secara perlahan, sambil mengarahkan posisi tubuhku ke Nilma, aku mulai ngocok. Esh..., pantatnya itu lho... Dengan posisi Nilma yang sedang jongkok membelakangi aku, begitu nampak jelas bagaimana montoknya pantat si Nilma itu. Sambil ngocok dengan jarak sekitar 6 m di belakang Nilma, aku berharapkan agar Nilma sedikit menggeser tubuhnya saat membuka sempak Kia agar aku bisa melihat pepeknya Kia. Tapi dasar lonte..., nampak sih tubuh Kia sedikit menunduk yang menandakan kalau sempaknya itu sedang dibuka Nilma, tapi sayangnya tertutup oleh tubuh Nilma. Ah..., lonte...
Begitu aku nikmati kocokan tanganku di kontolku hingga akhirnya dengan begitu cepat aku menarik bagian depan celanaku untuk memasukkan kontolku saat aku melihat ada gerakan Nilma yang sepertinya akan bangkit berdiri. Sambil aku menyingkir dari depan kulkas, aku pura-pura berjalan masuk ke dalam kamar mandi rumahku. Aku sengaja bertahan di dalam kamar mandi sambil meneruskan acara ngocokku untuk memberi jeda waktu agar Nilma tidak curiga seandainya dia melihat aku berjalan masuk ke dalam kamar mandiku. Kemudian, kontolku yang masih ereksi sempurna itu aku masukkan ke dalam sempak dan celanaku, lalu aku keluar dari kamar mandi. 
Saat aku keluar dari kamar mandi, aku lihat Nilma sedang meneruskan pekerjaannya menjemur pakaian, dan dia menyapa aku. Sambil berbasa-basi, aku juga menyapanya dan beberapa saat kami ngobrol. Kemudian aku pura-pura beraktifitas di dapur rumahku yang membuat obrolan kami jadi terhenti. Aku sadar, Nilma mengetahui keberadaanku, tapi aku yakin, dia pasti berfikir aku sedang mengerjakan sesuatu di dapur rumahku yang membuat akhirnya dia juga melanjutkan aktifitasnya menjemur pakaian. 
Jujur, dalam beberapa kesempatan, aku menyempatkan untuk mengeluarkan kontolku saat Nilma sedang tidak melihat ke arah aku. Hingga akhirnya, saat aku pura-pura mengerjakan sesuatu di depan kulkasku yang berada di dekat pintu dapur, Nilma membelakangi aku sambil memeras dan menjemur beberapa pakaian basahnya. Ah..., dasar lonte torok pepek pantat si Nilma itu...
Sekitar 4 m di belakang Nilma yang posisi tubuhnya sedikit membungkuk karena sedang memeras pakaiannya, dengan cepat aku ngocok sambil memperhatikan montoknya pantat si Nilma itu. Ah..., lonte kau Nilma...
Begitu nekatnya aku saat itu. Ambisiku untuk menjadikan Nilma sebagai target ngocokku membuat aku mengabaikan posisi Nilma yang sedang menjemur pakaian itu terkadang membelakangi dan kadang sedikit menyamping mengarah ke aku. Begitu banyak muncratan maniku yang keluar dan berceceran di lantai. Esh..., sambil berkelonjotan penuh nikmat, aku berjalan menyingkir dari pintu dapur rumahku. Karena kalau aku bertahan untuk tetap berkelonjotan di belakang Nilma, aku gak tahu berapa lama dia membelakangi aku. Kan gak enak juga rasanya saat enak-enak menikmati kelonjotan puncak birahi, tiba-tiba terhenti karena si Nilma membalikkan tubuhnya ke arah aku. Begitu juga dengan ceceran maniku di lantai yang sengaja aku biarkan, kan gak mungkin juga si Nilma masuk ke dalam rumahku. 
Ah..., hari perdana aku ngocok dengan target langsung si Nilma yang baru beberapa hari tinggal di rumah mertuaku. Dasar lonte kau Nilma...