Memang dasar lonte pepek torok si Nilma itu. Cara dia berpakaian itu lho yang membuat birahiku begitu terpicu. Baju daster longgar dengan lengan pendek merupakan pakaian yang sering dia gunakan. Sering aku ngobrol dengan dia yang secara sadar atau tidak, terkadang Nilma menaikkan tangannya yang membuat bagian samping teteknya nampak olehku. Bahkan menarik bagian sisi samping baju dasternya merupakan hal biasa bagi Nilma saat aku berada di dekatnya yang otomatis menonjolkan lekuk tubuhnya, khususnya pantatnya. Ah..., lonte kau Nilma...
Jujur saja, aku begitu sulit untuk menjadikan Nilma sebagai target ngocokku. Karena tidak ada alasan bagiku untuk datang ke rumah mertuaku saat mertuaku sedang tidak berada di rumah dan Nilma sedang sendiri bersama Kia di sana. Setiap kesempatan selalu saja aku pergunakan dengan sebaik-baiknya walau hanya mengeluarkan kontolku di belakang Nilma saat dia menjemur pakaian dan aku juga menjemur pakaianku. Padahal memang sudah aku rencanakan perkiraan kapan Nilma menjemur pakaian dan kemudian aku keluar sambil menjemur pakaianku dengan sedikit memperlambat aktifitasku untuk menunggu Nilma keluar menjemur pakaiannya juga. Dan itu memang berhasil, karena sudah dua kali aku melakukan hal seperti itu, walau tidak sempat ngocok di belakang Nilma.
Kia juga dalam beberapa hari setelah kepindahan mereka sudah mulai mau aku ajak bercanda walau masih nampak agak takut padaku. Sampai-sampai untuk membuatnya lebih akrab denganku, sengaja aku sering menggendongnya sambil mengajaknya bercanda.
Tanggal 14-10-2022, jam 08:58-09:33 begitu nekatnya aku bugil ngocok di kamar Nilma, sementara Nilma, Kia dan mertuaku juga ada di rumah itu juga. Gak terbayang resiko yang akan aku hadapi seandainya tiba-tiba Nilma masuk dan mendapati aku dalam keadaan bugil dengan kontol ereksi di dalam kamarnya.
Awalnya sekitar jam delapanan aku mendengar suara mertuaku yang memanggil namaku. Saat itu aku berada di dalam kamarku sedang ngocok sambil memutar ulang hasil rekamanku saat ngocok di depan Dila dan dengan sedikit rasa malas akhirnya aku memakai celanaku untuk membuka pintu rumahku. Sengaja sebelum aku keluar dari kamar untuk membuka pintu depan, aku mengepit telor kontolku yang sudah aku ikat itu dengan kedua pahaku agar ada sensasi saat aku bertemu dengan mertuaku.
"***, tadi di kamar Nilma ada suara meledak la..., bisa tolong lihatkan kenapa itu dan ini rumah juga listriknya mati...", kata mertuaku saat aku membuka pintu.
Ya udah sambil aku katakan pada mertuaku bahwa aku akan mempersiapkan peralatan kerja, lalu aku masuk ke kamar ****, sementara mertuaku kembali lagi ke rumahnya. Ah..., saat itu begitu berkecamuknya hatiku. Karena keinginan ngocokku tiba-tiba muncul, walau aku tidak tahu kesempatan apa yang dapat aku pergunakan untuk dapat ngocok di rumah mertuaku itu. Sengaja aku tidak memakai sempak dan membiarkan telor kontolku tetap dalam posisi terikat. Entahlah, saat itu aku hanya mencoba keberuntunganku.
Singkatnya, setelah aku memeriksa kendala yang terjadi di kamar Nilma, kemudian aku menghidupkan listrik mertuaku. Saat aku keluar dari kamar Nilma, mertuaku sedang duduk di dapur bersama si Nilma dan Kia. Ah..., lonte pepek torok... Aku merasa ada kesempatan untuk dapat ngocok di kamar Nilma.
"Ini listrik saya hidupkan ya...", kataku pada mereka sesaat setelah aku menghidupkan listrik rumah mertuaku.
"Oh..., dah siap ya ***...", kata mertuaku yang aku jawab kalau kerjaannya belum siap dan harus diperiksa kabelnya.
"Ni saya mau bawa tangga dulu, mau lihat kabel-kabelnya", kataku menerangkan pada mertuaku sambil aku kemudian keluar rumah mertuaku untuk mengambil tangga.
"Nanti jangan masuk ya Nilma..., karena kabel-kabelnya mau saya buka", kataku pada Nilma saat aku hendak masuk ke kamarnya.
"Iya bang, tapi gak bahaya itu...", jawab Nilma.
"Ya klo saya gak papa, takutnya nanti klo Nilma atau Kia masuk ke kamar kena kabelnya pula itu...", kataku lagi pada Nilma dengan gemuruh di dada karena aku sudah memantapkan rencananku untuk ngocok di kamarnya.
"Dah biasa itu si ***** kerja seperti itu", timpal mertuaku yang membuat Nilma sedikit mengangguk-anggukkan kepalanya.
"TV bisa ibu hidupkan, ***...?", kata mertuaku lagi yang langsung aku iyakan dan kemudian aku masuk ke dalam kamar Nilma.
Beberapa saat aku berdiam di kamar Nilma sambil memikirkan sensasi apa yang akan aku lakukan. Dan dengan berpura-pura melihat kondisi kabel yang berada di dinding, aku berdiri di atas tangga. Berhubung di kamar Nilma belum terpasang plafon, dari posisiku berdiri di atas tangga itu aku dapat melihat dengan jelas keberadaan mertuaku serta Nilma yang sudah duduk menonton TV. Secara sengaja, aku sedikit membuat suara aktifitas pekerjaanku yang membuat Nilma melirik ke atas dan melihat aku.
"Hati-hati bang..., itu di meja rias ada tisu bang. Kalau mau pakai ambil aja", kata Nilma saat melihat aku.
"Iya Nilma, nanti saya ambil ya...", jawabku sambil pura-pura serius bekerja.
Ah..., lonte pepek torok pantat kau Nilma... Aku tahu, saat itu Nilma dapat melihat sebagian dari tubuhku, yaitu sekitar dada dan kepalaku. Makanya dia menawarkan tisu yang dia punya karena mungkin dia melihat keringat di tubuhku. Dan jujur, aku jadi dapat ide untuk melakukan sensasi ngocokku.
Karena pandangan Nilma kembali ke arah TV, secara santai aku menurunkan bagian depan celana pendekku untuk mengeluarkan kontolku. Sambil memandangi mertuaku dan Nilma serta Kia yang sedang menonton TV, tanganku perlahan mulai mengelus-elus kontolku agar ereksi. Esh..., lonte dasar lonte kau Nilma..., gak butuh waktu yang lama untuk membuat kontolku benar-benar ereksi sempurna saat aku memandang Nilma dan melihat lekuk tubuhnya dari tempat aku berdiri. Kia juga terkadang melihat ke arah aku sambil tersenyum. Ah..., kapan ya aku bisa ngocok di depannya...
"Sini aja Kia, jangan masuk ke kamar, ada ***** lagi kerja itu", kata Nilma saat melihat Kia beranjak dan sepertinya akan mengarahkan langkahnya ke kamar.
Jujur, aku begitu memompa keberanianku untuk melakukan hal yang lebih nekat lagi. Tanganku yang awalnya hanya mengelus-elus kontolku, secara perlahan mulai mengocoki kontolku. Dari posisiku dapat dengan jelas aku melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 08:58 saat aku benar-benar mulai mengocoki kontolku.
Esh..., lonte pepek torok pantat kau Nilma..., hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku semakin terdengar jelas dan aku yakin tersamarkan oleh suara TV yang sedang mereka tonton. Dasar pepek torok..., kenekatanku semakin bertambah dengan aku yang secara perlahan sedikit menurunkan posisi berdiriku di tangga agar aku dapat melepas celanaku.
Dan setelah aku berhasil membuka celanaku, secara sembarang saja aku melemparkan celana itu ke lantai. Aku kembali menunjukkan sebagian tubuhku sambil pura-pura mengerjakan sesuatu. Sengaja tangan kiriku memegang tembok dan seperti sedang memegang kabel, sementara tangan kananku mengocoki kontolku.
"Banyak rusaknya bang...", kata Nilma tiba-tiba sambil memandang ke atas ke arah aku.
Lonte kau Nilma..., aku sedikit terkejut karena dia tiba-tiba memalingkan wajahnya ke arah aku.
"Nggak..., cuma diperiksa dan memastikan aja ni...", jawabku dengan suara sedikit bergetar karena tangan kananku tak berhenti mengocoki kontolku saat aku menjawab pertanyaan Nilma dan saat pandangan mataku dan Nilma saling beradu.
Esh..., lonte..., setelah itu Nilma kembali memalingkan wajahnya ke arah TV dan aku semakin tertantang untuk melakukan hal yang lebih gila lagi. Padahal, posisiku saat itu saja sudah sangat beresiko, di mana aku dalam kondisi bugil berdiri di atas tangga sambil ngocok dan celanaku berada sekitar 2 m dari tangga. Bayangkan saja seandainya Nilma tiba-tiba punya keperluan dan masuk ke dalam kamarnya. Untuk turun dari tangga saja tak akan mungkin aku bisa cepat. Belum lagi posisi celanaku yang tergeletak di lantai sekitar 2 m dari tangga, membuat aku pastinya gak akan punya kesempatan untuk meraihnya saat seandainya Nilma tiba-tiba beranjak dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Yang pasti dia akan mendapati aku dalam keadaan bugil berdiri di atas tangga dengan kontol yang sangat ereksi.
Ah..., kenekatanku semakin menjadi dengan aku turun dari tangga dan kemudian secara perlahan berjalan lebih mendekat ke pintu kamar. Hanya sekitar ½ m dari pintu kamar Nilma aku menghentikan langkahku dan meneruskan acara ngocokku. Esh..., nikmatnya karena penuh dengan debar saat aku berdiri ½ m sebelum pintu kamar sambil lebih mempercepat kocokan tanganku di kontolku. Sensasi telor kontolku yang aku ikat menambah kenikmatan ngocokku saat itu. Tak dapat aku bayangkan seandainya Nilma tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya dan mendapati aku sedang bugil berdiri ngocok mengarah ke pintu. Gak akan ada alasan pembenaran yang dapat aku sampaikan seandainya hal itu benar-benar terjadi.
Esh..., nikmatnya...
Aku bahkan sesekali memejamkan mataku sambil menghayalkan keindahan tubuh Nilma dan menikmati sensasi hentakan tanganku di kontolku, sementara pintu kamar Nilma dalam posisi terbuka lebar. Aku sadar, gak akan ada kesempatan untuk aku meraih celanaku dengan cepat seandainya Nilma berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Ah..., sengaja aku menahan dorongan maniku agar tidak segera keluar karena aku benar-benar menikmati sensasi bugil ngocok di dalam kamar Nilma, sekitar ½ m sebelum pintu kamarnya yang dalam posisi benar-benar terbuka lebar dan Nilma, Kia serta mertuaku sedang menonton TV yang berjarak hanya beberapa meter dari tempatku ngocok.
Saat aku sudah tidak dapat menahan dorongan maniku untuk muncrat dari kontolku, dengan sedikit terburu aku mengarahkan sedikit ke kiri dan membiarkan muncratan maniku itu berceceran di lantai kamar Nilma. Kalau seandainya aku bertahan dengan posisiku dan muncrat mani, pasti akan mengenai pintu kamar dan dinding. Dan pasti aku akan sangat sulit membersihkannya.
Esh..., berkelonjotan penuh kenikmatan tubuhku saat itu. Berkelonjotan sambil memejamkan mataku menikmati sensasi puncak birahiku. Dan setelah itu, aku langsung naik ke tangga lagi sambil melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 09:33. Jadi selama sekitar 35 menit aku bugil sambil ngocok di dalam kamar Nilma sampai aku nembak mani. Dan sesaat setelah aku melihat ke arah jam dinding dan melihat Nilma yang sedang menonton TV bersama mertuaku dan Kia, kemudian aku kembali turun dari tangga sambil mengambil tisu di meja rias Nilma untuk membersihkan sisa mani yang berada di kepala kontolku serta membersihkan ceceran maniku di lantai kamar Nilma.
Setelah semuanya aman, kemudian aku memakai kembali celanaku dan merapikan kabel-kabel yang sebelumnya sengaja aku buka sebagai alasanku pada mereka agar aku bisa berlama-lama berada di kamar Nilma. Sambil menyimpan tisu bekas mani di saku celanaku, kemudian aku keluar menuju kamar mandi.
"Ih..., gerah kali ya bang, banyak kali keringatnya...", kata Nilma yang membuat mertuaku juga mengarahkan wajahnya ke aku saat dia melihat aku berjalan keluar dari kamarnya.
"Iya, biasalah..., klo kerja dekat atap rumah ya seperti ini...", jawabku sembarangan sambil aku berjalan menuju kamar mandi. Kan gak mungkin juga aku jawab dengan sebenarnya kalau keringat itu berasal dari keringat kenikmatan saat aku bugil ngocok di kamarnya.
Dan setelah aku membuang tisu di toilet, kemudian aku kembali masuk ke kamar Nilma dan memberesi peralatan serta mengeluarkan tangga. Lalu aku masuk ke rumahku dan kembali ke rumah mertuaku dengan membawa stok lampuku.
Aku jelaskan ke Nilma kalau yang rusak itu awalnya lampu, tapi berakibat kabelnya jadi rusak. Hehehe, walau penjelasannya hanya asal aku buat saja, Nilma dan mertuaku hanya menganggukkan kepala saja, percaya pada penjelasanku.
Setelah beberapa saat aku ngobrol dengan Nilma serta mertuaku, lalu aku pamit pulang. Ah..., benar-benar nekat dan penuh resiko. Thanks ya Nilma sudah menyediakan kamarnya untuk tempat aku ngocok sambil berbugil ria sampai aku nembak mani...