Minggu, 24 Oktober 2021

Tubuh Bugil "dL"

Tanggal 24-10-2021, jam 13:47 secara tak sengaja aku melihat begitu indahnya tubuh bugil dL secara langsung di kamar mandi rumahnya. Tak sia-sia tadi sewaktu di rumahku kami sempat membahas soal tubuhnya. Dan terbukti walau dengan nada bercanda, dL mengatakan padaku memang seperti ini lah kalau badan perenang sewaktu kami ngobrol di depan cermin di rumahku sebelum kami berangkat ke rumahnya. Wuih..., dasar pepek pantat lonte..., memang sangat indah bentuk tubuh dL dalam posisi telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Apalagi sekarang dL hampir menginjak usia 18 tahun. Karena beberapa bulan ke depan dia akan berulang tahun, tepatnya tanggal 22 Desember nanti.
Teteknya nampak sedikit gempal dengan puting kecil yang berwarna coklat muda. Dan pepek dL sepertinya baru dicukur jembutnya, nampak licin... Ah..., dasar pepek pantat torok lonte kau dL..., jadi denyut kontolku saat memandang tubuhnya.
Awalnya setelah kami sampai di rumahnya, seperti biasa aku berbasa-basi ngobrol dengan kak Dk di teras rumahnya. Karena aku kebelet kencing, ya langsung saja aku masuk ke dalam rumah. Memang pintu kamar mandi saat itu sedang tertutup, tapi ya wajarlah menurutku. Lagian gak terdengar ada suara aktifitas dari dalam kamar mandi yang membuatku langsung saja membuka pintu tersebut.
Ah..., lonte pepek torok... begitu aku buka pintu kamar mandi, nampak dL seperti sedang menari ala tiktok dalam keadaan bugil. dL nampak terkejut dan langsung menghentikan tariannya. Sejurus kami saling berpandangan dan mungkin karena terkejut dL masih terpaku dalam kondisi bugil tanpa sehelai benangpun di depanku. Dia hanya terdiam dan tentu saja pandangan mataku langsung menelusuri tubuh bugil dL yang berdiri berhadapan langsung denganku dengan jarak kurang dari 2 m. Ah..., begitu mulusnya tubuh dL, dengan bahu yang atletis untuk ukuran cewek, tetek dL nampak sedikit gempal dan lekuk pinggang yang begitu menggiurkan. Apalagi pepeknya nampak gundul tanpa jembut.
Akhirnya dL tersadar dari rasa terkejutnya dan berusaha menutupi tetek dan pepeknya sambil berkata, "eh". Dan akupun mengucapkan kata yang sama untuk memberikan kesan kalau aku juga terkejut sambil membalikkan posisi tubuhku membelakangi dL yang kemudian menutup pintu kamar mandi. Setelah dL menutup kamar mandi, aku dengar riak air yang menandakan dL mandi. Ya sudah aku kembali ke depan dan melanjutkan obrolanku dengan kak Dk.
Jujur, aku salut pada dL, setelah selesai mandi dL nampak biasa saja padaku. Atau mungkin selama ini dia juga tahu dan sadar kalau sedari dia kecil sudah aku jadikan target ngocokku. Bahkan dia pernah meminum air maniku dan tangannya juga pernah mengocoki kontolku.
Yang pasti dia pernah merasakan kegalauan saat dengan nyata dia melihat kontolku yang sengaja aku keluarkan dari celana yang aku koyak saat dia dulu main games di komputerku.
Dan dL juga dulu pastinya pernah merasakan hangatnya kontolku yang menempel langsung di tubuh belakangnya saat dia aku ajari bermain gitar dan merasakan gerakan tanganku yang mengocoki kontolku sambil merangkulnya dari belakang.
Pastinya dL masih ingat saat dia main games sementara aku masuk ke kamar dengan handuk dan membuka handuk itu di belakang, atau kadang juga di samping dL dan selanjutnya aku ngocok di belakangnya.
Ah..., dasar pepek pantat torok lonte kau dL, jadi teringat semua apa yang pernah aku lakukan padamu sedari kau masih kecil.

Minggu, 03 Oktober 2021

Bau Pesing Pepek "Teti"

Tanggal 03-10-2021, sengaja aku datang ke rumah mertuaku. Dan karena rumah mertuaku kosong jadi aku langsung saja menuju kamar mandi. Biasanya mertuaku sering menggantung sempaknya di kamar mandi. Tapi sangat disayangkan, gantungan baju di dinding kamar mandi itu ternyata kosong, bersih. Tak ada satupun sempak mertuaku disana.
Tapi entah mengapa, aku iseng ke kamar mandi depan. Di sana aku dapati celana pendek yang biasa Teti pakai tergantung manis di dinding kamar mandi. Sambil terus aku ciumi dan hirup sisi depan bagian bawah celana si Teti, sekitar daerah yang dekat pepeknya.
Wuih..., luar biasa bau pesing di bagian bawah celana si Teti ini... Sambil berfoto ria aku ciumi bagian depan celana Teti itu sambil menikmati aroma pesing yang luar biasa terasa. Ah..., mungkin gak pakai sempak Teti kalau memakai celana ini.
Terbayang aku bagaimana bentuk tubuh Teti saat ini. Jujur, nampak montok bentuk pantat si Teti ini. Dan sering juga dia secara asal memakai baju daster yang terkadang aku bisa secara jelas melihat BH atau sekitar teteknya.
Tapi aku gak ngocok, lagi malas aja sih...

Minggu, 08 Agustus 2021

Bugil Ngocok Di Depan "Dila" -*-

Tanggal 08-08-2021, jam 09:22 lagi enak-enaknya bugil ngocok di jendela mengekspesikan birahi di depan Fani dan temannya yang sedang ngerumpi di depan gang seberang rumahku, tiba-tiba Teti datang bersama Dila, anaknya.
Lonte, pantat, torok, pinginnya aku kentot pepek mu Teti..., rutuk hatiku sambil buru-buru masuk ke dalam kamarku untuk memakai celana pendek dan baju. 
"Ada kakak, bang?", tanya Teti begitu melihat aku keluar dan akan membuka pintu gerbang.
"Sedang pada pergi semualah, Teti... Hanya abang yang di rumah. Masuklah..., mungkin mereka pulangnya sore karena ada kegiatan family gathering di sekolah ****, jadi ya pada ikut semua kecuali abang", jawabku sambil berharap Teti mau masuk ke rumah dan akan aku jadikan target ngocokku.
"Wah..., gimana ini ya, padahal tadi mau nitip Dila ke kakak, aku mau belanja untuk dikirim ke A S sore ini", kata Teti dengan nada kecewa.
"Ya udah Dila sama abang aja, lagian abang gak kemana-mana kok", kataku dengan semangat yang aku tahan, setelah mengetahui Teti sebenarnya mau menitipkan Dila.
"Benar ni bang, jadi gak enak aku", kata Teti sambil sedikit tersenyum.
"Iya gak papa", jawabku sambil mengajak Dila masuk.
"Bang, si Dila gak pakai diaper ya bang, biasanya dia bilang kalau mau pipis, tapi kalau perlu di dalam tas ada pakaian dan susunya", kata Teti sambil menyerahkan tas berisi perlengkapan Dila.
Setelah Teti berlalu dari hadapanku, kemudian aku bimbing tangan Dila dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Lalu aku hidupkan TV dan sengaja mencari siaran film kartun agar Dila bisa merasa nyaman. Sesekali aku ajak Dila bercanda dan terkadang aku gelitiki tubuhnya. Saat itu kami duduk di lantai, dan penuh seksama aku pandangi Dila anak perempuan yang berusia hampir 2 tahun ini. Karena tanggal 08-11-2021 nanti baru genap usianya 2 tahun.
Dari bercanda dan menggelitiki tubuh Dila, akhirnya aku mulai mencium pipinya. Ya namanya anak-anak, reaksi Dila ya biasa saja, kan biasa anak-anak diciumi pipinya. Dan perlahan tapi pasti, denyut birahiku mulai terasa di kontolku. Sambil menonton TV aku selingi juga dengan mengajaknya bermain dan bercanda, hingga akhirnya dari mencium pipinya, lalu aku mulai berani mengecup bibir si Dila walau agak terburu-buru dan hanya mengenai luar bibirnya saja.
Tak begitu nampak reaksi yang nyata dari Dila yang membuat birahiku semakin meledak-ledak. Kenekatanku juga semakin bertambah dengan menghadapkan wajahku ke wajah Dila dan secara perlahan jempol tangan kananku sedikit menarik bagian bawah bibir Dila sambil terus melumatkan secara lembut bibir si Dila dengan bibirku. Ah..., begitu aku nikmati ciuman bibir pada anak perempuan yang belum genap berusia dua tahun ini. Dila hanya diam saja, walau kadang tangannya beberapa kali seperti mendorong wajahku dari wajahnya. Dan akupun langsung melepaskan ciuman bibirku dan mengajaknya kembali bercanda, lalu aku mengulangi ciuman bibirku setelah Dila nampak kembali nyaman, itu aku ulangi beberapa kali hingga akhirnya aku rasakan letupan birahiku bertambah jadi. 
Puas mencium bibir Dila, lalu aku bangkit sambil membuka bajuku dan kemudian aku duduk di kursi sambil mengajak Dila untuk mendekatiku. Setelah itu, Dila aku pangku. Ah..., kontolku perlahan mulai ereksi saat Dila duduk dipangkuanku. Sampai akhirnya benar-benar ereksi dan menyodok pantat Dila. Beberapa kali aku merubah posisi Dila yang berada dipangkuanku agar kontolku benar-benar menyodok dan menggesek pantatnya. 
Jujur, begitu kacau pikiranku, apakah Dila saja yang aku jadikan target ngocokku atau Fani. Ah..., kontolku juga begitu memberontak untuk dikocok dan birahiku begitu terbakar. Sampai akhirnya aku turunkan Dila dari pangkuanku. Lalu aku masuk ke kamar untuk mengambil handycam.
Handycam ini rencananya akan merekam beberapa aksi yang akan aku lakukan pada Dila. Karena mengalir begitu saja ide dan rencana yang akan aku lakukan pada Dila, jadi handycam itu tidak selalu merekam, hanya aku pakai bila nanti melakukan sesuatu yang lebih spesial pada Dila. 
Saat keluar dari kamar, Dila melihat aku membawa handycam dan dia menunjuk ingin memegangnya. Lalu aku hidupkan sambil mengarahkan ke arah depan layar tampilan handycam. Nampak senang si Dila melihat wajahnya tampil di layar. Handycam itu aku letak di meja dan aku biarkan Dila asik di depan handycam.
Sambil menemani Dila di depan handycam, perlahan aku mulai mencium leher Dila dari belakang dan sedikit menjauhkan dirinya dari handycam agar seluruh tubuh Dila terekam nampak di layar. Lidahku juga bermain di leher Dila dan nampak sedikit geli dia menerima jilatan lidahku di lehernya. Secara perlahan tangan kiriku mulai menyingkapkan bajunya dan tangan kananku mulai meraba pepek Dila. Menciumi leher Dila sambil meraba pepeknya semakin membuat birahiku menggelegak. Dila hanya menggeliat kegelian dan itu semua aku lakukan dengan aku selingi candaan. Jadi suasana yang aku lakukan segembira mungkin.
Namanya masih anak-anak, Dila hanya mengikuti dan menerima apa yang aku lakukan terhadapnya. Begitu juga saat aku rebahkan tubuh Dila, lalu aku raih handycam dan secara perlahan tangan kananku mulai meloroti sempaknya, Dila dengan santai menerima saja. Secara close up handycamku merekam ke arah pepek Dila yang masih tertutup sempaknya. Begitu perlahan aku meloroti sempaknya dan secara naluri Dila menaikkan pantatnya agar sempaknya bisa aku lorotkan.
Ah..., begitu mungilnya pepek Dila... dan sangat menggemaskan. Pandangan mataku begitu terpuaskan dengan keindahan pepek mungil si Dila, begitu juga kamera handycamku juga terus saja mengarah ke pepeknya. Kurekahkan belahan pepek Dila sambil aku kecup. Dila nampak kegelian, apalagi sesaat setelah aku kecup pepeknya, lidahku mulai bermain di rekahannya. Karena nampak kegelian dan sambil tertawa Dila menggeliatkan tubuhnya, akhirnya aku letakkan handycamku agar aku lebih leluasa dalam melancarkan aksiku.
Sambil aku selingi dengan bercanda untuk mencairkan suasana, kemudian aku ikut merebahkan tubuhku di samping Dila yang posisinya masih telentang. Lalu aku menempatkan tubuhku berada di atas Dila tapi tidak menindih tubuhnya. Sambil aku belai dan bercanda, perlahan aku mendekatkan wajahku ke wajah Dila dan secara perlahan aku mengecup bibir Dila dan kemudian melumatkannya. Ah..., nikmatnya... 
Berkali-kali aku lumatkan bibirku ke bibir Dila hingga akhirnya sambil bercanda, jari tanganku sedikit menekan ke pipi Dila yang membuat mulut Dila sedikit terbuka, lalu secara perlahan aku kembali melumatkan bibirku dan saat aku melepaskan ciuman bibirku di bibir Dila, di saat itu juga aku mengeluarkan ludahku ke dalam mulut Dila. Puas rasanya melihat Dila menelan air ludahku. Dan sambil bercanda, aku ulangi lagi hingga beberapa kali aku meludah di mulut Dila dan di telannya air ludahku itu. 
Karena letupan birahi terasa semakin jadi dan waktu juga masih panjang, akhirnya aku sudahi dulu permainan birahiku dengan Dila. Aku tenangkan dulu kontolku agar tidak ereksi. Lalu aku memakaikan kembali sempak Dila sambil mengajaknya keluar untuk membeli jajanan di warung depan.
Sekembali kami dari warung dan aku kembali menutup pintu depan, lalu kami duduk di lantai di depan TV. Dila tampak begitu senang karena ada banyak jajanan yang dia pilih. Dan santai saja aku kembali membuka bajuku dan aku juga memakan jajanan yang aku beli tadi bersama Dila. Kontolku juga belum ereksi, jadi masih dalam suasana santai. Hanya saja, selama aku mendampingi Dila memakan jajanan, begitu ada kesempatan, tak henti-hentinya aku mencium bibirnya. Itu semua aku rekam melalu handycamku.
Setelah menempatkan handycamku di tempat strategis, kemudian aku berdiri sekitar 1 m di depan Dila yang sedang makan jajanan sambil menonton TV. Tentu saja posisiku itu menutupi pandangan Dila ke TV. Aku ambil tali sepatu yang biasa mengikat buah zakarku dari saku celana. Sangat santai dan perlahan tapi pasti aku mulai melorotkan celana pendekku di depan Dila yang memperhatikan aku.
Akhirnya aku benar-benar bugil di depan Dila. Telanjang, tanpa sehelai benangpun di tubuhku aku berdiri sekitar 1 m di depan Dila. Nampak Dila menghentikan aktifitas makannya dan matanya langsung tertuju ke kontolku sambil sesekali dia memandang ke wajahku. Aku hanya tersenyum saat pandangan mata Dila tertuju pada wajahku. Dan aku biarkan Dila memperhatikan bentuk kontolku yang masih dalam kondisi panjang lemas ke bawah karena belum ereksi. Hal ini sengaja aku lakukan agar Dila tahu bagaimana nantinya proses ereksi di kontolku, dari kondisi lemas hingga kondisi ereksi tegang sempurna. Aku goyang-goyangkan tubuhku agar kontolku yang belum ereksi ikut bergoyang ke kanan dan ke kiri. Rupanya hal itu membuat Dila tertawa. Ah..., suasana menjadi sangat santai. Dan kembali aku dekati Dila dan mencium bibirnya sambil aku bimbing Dila agar bangkit berdiri.
Di depan Dila juga secara perlahan aku mengikat buah zakarku dengan tali sepatu yang biasa aku gunakan. Begitu seksama Dila memperhatikan bagaimana aku mengikat buah zakarku hingga selesai. Nampak seperti berbinar mata Dila melihat buah zakarku yang terikat itu, yang membuat aku berani membimbing tangannya untuk memegang buah zakarku. Terasa berdenyut nikmat saat kedua tangan Dila memegang serta aku bimbing untuk meremas buah zakarku. Lalu aku lepaskan genggaman tanganku di tangan Dila dan aku biarkan Dila meremas buah zakarku tanpa bimbingan tanganku. Begitu luar biasa sensasi saat Dila meremas serta menarik-narik buah zakarku. Sambil tertawa Dila kadang menyentuh buah zakarku dengan telunjuk tangannya, dan kemudian meremas serta kadang menarik-narik buah zakarku.
Kemudian aku bimbing tangan Dila untuk memegang kontolku yang secara perlahan mulai ereksi. Aku bimbing tangan Dila untuk menarik batang kontolku serta meremas-remasnya hingga benar-benar ereksi sempurna. Ah..., nikmatnya... 
Sengaja aku permainkan kontolku di depan Dila sambil sesekali aku gesekkan ke pipi, dahi dan bibirnya sambil aku ajak bercanda. Lalu secara perlahan aku masukkan jari tengah tangan kananku ke dalam mulut Dila sambil aku katakan agar jangan menggigitnya. Aku keluar dan masukkan jari tengahku itu ke mulut Dila hingga aku yakin dia tidak menggigitnya. 
Akhirnya dengan sangat perlahan aku mulai memasukkan kepala kontolku ke dalam mulut Dila dan tetap aku katakan pada Dila agar jangan menggigitnya. Aku keluar dan masukkan kepala kontolku ke dalam mulut Dila. Wuih..., nikmatnya...
Aku lesakkan lebih dalam lagi kepala kontolku ke dalam mulut Dila sambil aku peragakan bagaimana menghisapnya. Ini semua aku lakukan dengan sangat perlahan karena ya sulit juga ngajari Dila yang belum genap berusia 2 tahun itu untuk menghisap kontolku.
Begitu aku menikmati hisapan yang dilakukan Dila pada kontolku, kemudian aku menggendong Dila dan aku suruh berdiri di atas kursi. Kembali aku cium bibir Dila dan selanjutnya dengan perlahan aku mulai membuka pakaian Dila. Sambil aku ajak bercanda satu persatu pakaian Dila aku buka sampai Dila benar-benar telanjang tanpa sehelai benangpun di tubuhnya. Ah..., begitu kerasnya ereksi yang terjadi pada kontolku. Kami saling berhadapan dalam kondisi bugil. Sengaja aku belum ngocoki kontolku, karena aku masih memuaskan birahiku pada tubuh mungil Dila.
Nampak begitu kegelian si Dila saat aku menghisap teteknya. Apalagi saat lidahku bermain di puting teteknya. Sekujur tubuh Dila tak luput dari kecupanku, walau tidak terlalu keras karena takutku akan membekas di tubuhnya. Dila tertawa kegelian kuperlakukan seperti itu.
Apalagi Dila dalam posisi berdiri di kursi seperti itu, aku jadi lebih agresif bermanja di pepeknya. Aku renggangkan posisi kedua kaki Dila dan selanjutnya kedua jempol tanganku begitu lembut merekahkan pepek Dila. Dengan perlahan aku mulai mengecup rekahan pepek Dila dan dengan penuh birahi aku jilati rekahan pepek Dila itu. Tertawa kegelian Dila saat lidahku menjilati pepeknya. Kadang seperti mau lompat atau mau turun dari kursi karena kegelian menerima jilatan lidahku di pepek mungilnya.
Apalagi saat Dila aku rebahkan di kursi dan aku renggangkan ke dua paha Dila. Dalam posisi mengangkang seperti itu, begitu terpuasnya lidahku menyapu permukaan dan rekahan pepek Dila. Sangat lembut aku hisap pepek Dila dan begitu aku aku nikmati jilatan dan hisapanku di pepeknya. Ah..., begitu nikmat. Secara perlahan aku juga menggesekkan kontolku di pepek Dila dan dengan jari telunjuk dan jempol tangan kananku kembali aku rekahkan pepek Dila untuk selanjutnya sedikit aku lesakkan kepala kontolku di rekahan pepek Dila. Begitu menggemaskan melihat pepek mungil si Dila ini. Berulang kali aku melesakkan kepala kontolku di pepeknya dan aku lanjutkan dengan menjilati pepeknya lagi.
Lalu aku dudukkan si Dila dan di depan Dila kembali aku mempermainkan kontolku yang memang sudah sangat ereksi itu. Di depan Dila secara perlahan aku mulai mengocoki kontolku. Dila begitu seksama melihat tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Dari perlahan hingga begitu cepat tanganku mengocoki kontolku. Suara buah zakarku yang aku ikat beradu dengan tangan dan selangkanganku rupanya membuat Dila tertawa. Dan akupun kemudian meraih tangan Dila untuk memegang dan meremas buah zakarku sementara aku melanjukkan acara ngocokku. Lalu aku bimbing tangan Dila dari memegang buah zakarku, kini memegang dan mencengram kontolku. Aku genggam juga tangan Dila sambil terus mengocoki kontolku. Wuih..., nikmatnya...
Setelah aku lepas genggaman tanganku di tangan Dila yang masih memegang kontolku. Lalu aku memegang pergelang tangannya dan membuat gerakan mengocoki kontolku. Begitu aku tahan agar tidak terlalu cepat nembak mani. 
Akhirnya aku kembali merebahkan tubuh Dila di kursi sambil aku rekahkan pepeknya. Aku lesakkan kembali kepala kontolku di rekahan pepek Dila dan kemudian aku ngocok sambil sesekali membuat gerakan seperti mendorong masuk dan keluar dengan tidak melepaskan kepala kontolku dari rekahan pepek Dila hingga akhirnya aku nembak mani di pepek Dila...
Ah..., sangat nikmat dan begitu banyak serta kental maniku itu membanjiri pepek Dila. Malahan ada sebagian maniku muncrat ke perut Dila. Berkelonjotan penuh kenikmatan tubuhku ini saat nembak mani.
Lalu aku katakan pada Dila agar tiduran seperti itu dulu dan setelah itu aku ke dapur untuk mencari sendok plastik. Dengan jari tengah tangan kananku, aku menyeka maniku yang berada di perut serta pepek Dila dan aku tampung dengan tangan kiriku. Setelah terkumpul semua maniku dari perut dan pepek Dila, melalu sendok plastik yang aku ambil tadi aku menyuapkan maniku itu ke mulut Dila dan aku suruh untuk menelannya.
Ah..., begitu puasnya aku melihat Dila menelan maniku hingga habis. Lalu aku bawa Dila ke kamar mandi untuk membersihkan pepek dan perutnya dari bekas maniku.
Kemudian Dila aku ajak duduk di lantai sambil menonton TV. Beberapa saat kemudian aku kebelet kencing. Tiba-tiba aku ingat dengan tas peralatan Dila. Aku ambil botol serta susu Dila dari dalam tas tersebut. Dalam posisi berdiri, di depan Dila aku masukkan susu serta dengan mata kepalanya sendiri Dila menyaksikan aku kencing di dalam botol minumannya. Dila hanya diam penuh perhatian melihat aku. Hampir setengah botol air kencingku di dalam botol minumannya dan kemudian aku campur lagi dengan air hangat yang juga dimasukkan Teti di dalam tas itu.
Entah lah, aku gak tahu apa yang ada dalam pikiran Dila saat dia melihat aku kencing dan mencampurkan air kencingku itu dengan susunya. Tapi Dila secara perlahan mulai minum sambil kemudian berbaring. Sengaja aku posisikan paha Dila mengangkang yang membuat nampak jelas pepek Dila seperti minta dikentot. Ah..., kalau aku benar-benar melesakkan kontolku ke dalam pepek Dila, pasti koyak pepeknya itu. Aku begitu dalam menelusuri dan memuaskan pandanganku ke pepek mungil si Dila.
Mungkin Dila lelah dengan permainan kami tadi, dengan serangan gelitik di tubuhnya dan rasa geli yang dia terima saat aku menjilati pepeknya yang aku barengi dengan bercanda membuat Dila akhirnya tertidur sesaat setelah menghabiskan seluruh susu yang ada di dalam botol minumannya.
Sengaja aku biarkan Dila tidur, sementara aku juga menenangkan kontolku sambil berbaring di samping Dila. Lalu aku merubah posisiku yang tadinya di samping Dila, kini aku berada di bawah dekat kaki Dila. Perlahan aku mendekatkan kepalaku ke pepek Dila sampai akhirnya sambil aku pegangi kedua kaki Dila, aku tempatkan kepalaku benar-benar di pepek Dila. Aku seperti mengalungkan kaki Dila di leherku sementara pantat dan pepek Dila benar-benar menempel di kepalaku. Ah..., memanjakan kepalaku di pantat dan pepek Dila membuat kontolku kembali berdenyut nikmat.
Lalu aku merubah kembali posisiku dengan telungkup dan menghadapkan wajahku ke pepek Dila. Sambil merekam dengan handycampku, aku permainkan pepek Dila dengan jari tangan kiriku. Lalu aku jilati lagi pepeknya sambil aku hisap dengan lembut rekahan pepeknya. Ah..., benar-benar aku memanjakan lidahku dengan menjilati pepek Dila, anak perempuan yang belum genap berusia 2 tahun ini.
Kontolku sudah sangat ereksi yang membuat aku akhirnya kembali menempatkan handycamku ke tempat straregis, kemudian aku menempatkan tubuhku seperti menindih Dila sambil aku gesek-gesekkan kontolku ke pepek Dila.
Dila terbangun dari tidurnya. Paling juga 15 menit mungkin dia tertidur dan mendapati aku sedang berada di atasnya sambil menggesek dan sedikit melesakkan kepala kontolku ke pepeknya.
Sengaja aku hentikan acara menggesek kontolku ke pepek Dila, lalu aku telentang sambil aku suruh Dila duduk di atasku. Awalnya Dila duduk tepat di perutku, tapi kemudian aku bimbing si Dila untuk duduk tepat di kontolku. Pepek Dila benar-benar menindih kontolku dan sambil bercanda, aku bimbing tubuh Dila untuk melakukan gerakan maju dan mundur.
Ah..., ini benar-benar pepek Dila menghimpit kontolku. Sangat nyata dengan himpitan pepeknya itu dia mengocoki kontolku secara perlahan.
Tapi akhirnya aku tersadar, kalau kelamaan pepek Dila menggesek kontolku seperti itu, bisa nampak membekas merah di pepeknya. 
Kemudian aku sudahi acara menggesek pepek Dila di kontolku, dengan mengajaknya berdiri. Kami kembali berdiri saling berhadapan dan tanpa sungkan aku ngocok tepat di depan wajah Dila. Sampai saat aku mau nembak mani, aku suruh Dila untuk membuka mulutnya. Sengaja aku muncratkan sebagian maniku itu ke wajah Dila dan sebagian lagi langsung aku arahkan masuk ke dalam mulut Dila. Kepala kontolku bergetar di bibir Dila yang merekah sementara muncratan maniku itu bebas masuk ke dalam mulut si Dila.
Nikmatnya...
Belepotan mani wajah Dila saat itu dan aku begitu puas saat melihat Dila menelan air maniku itu secara langsung dari kontolku.
Sisa mani di wajah Dila aku seka dengan jariku yang kemudian aku juga menyuruh Dila untuk menelannya juga.
Puasnya aku hari ini. Dua kali nembak mani dan kedua-duanya diminum Dila. Dan karena ini sudah siang, aku bawa Dila ke kamar mandi untuk membersihkan sisa maniku di wajahnya. Setelah itu aku kenakan kembali baju si Dila. Di depan Dila secara perlahan aku melepaskan tali sepatu yang mengikat buah zakarku, dan Dila nampak begitu antusian memperhatikan aku. Aku cium bibir Dila lalu di depan Dila aku mengenakan bajuku.
Kami keluar untuk membeli makan siang dan saat makan sengaja aku VC dengan Teti yang saat itu rupanya sedang dalam perjalanan pulang. Lalu aku tawarkan ke Teti agar aku saja nanti yang mengantar Dila pulang dan agar Dila tidur siang dulu. Teti nampak begitu berterima kasih sekali dengan tawaranku itu, padahal yang seharusnya benar-benar berterima kasih itu adalah aku, karena puasnya aku bermanja di pepek anaknya, Dila. Dan mungkin kalau disuruh mengungkapkan rasa terima kasihku ke Teti dengan si Teti nyuruh jilat pepeknya, pasti aku mau...
Setelah selesai makan, kembali aku buat susu untuk Dila. Tapi kali ini aku benar-benar membuat susunya tanpa aku campur dengan air kencingku dengan harapan Dila akan tidur dan setidaknya melupakan apa yang aku lakukan padanya. Aku ikut berbaring di samping Dila sambil memutar ulang rekaman di handycamku. Dila juga nampak sesekali melihat ke rekaman itu juga. Dan karena Dila tidak tidur, akhirnya aku berencana membawa Dila ke C A agar dia senang dan gembira, lagian cuaca juga mendung.
Tapi baru saja kami keluar rumah dan berada di jalan P P, Teti nelpon dan mengatakan kepadaku kalau aku mau mengantar Dila sekarang juga gak papa. Ah..., lonte... pepek lonte kau Teti, seperti menantang aku untuk mendatangimu untuk aku jadikan target ngocokku.
Lalu aku kembali ke rumah untuk mengambil perlengkapan Dila yang tadinya aku tinggal di rumah dan jajanan yang masih tersisa, serta rencananya aku akan mengganti pakaianku. Setelah sampai di rumah, Dila aku suruh menungguku di teras rumah. Dengan segera bajuku aku ganti yang agak panjang bawahannya dan celana panjangku aku ganti dengan celana pendek tanpa memakai sempak. Tak lupa juga aku mengikat buah zakarku dengan tali sepatu.
Dengan senyum penuh ide, aku dan Dila menuju rumah mertuaku. Dan tak berapa lama kemudian kami sampai. 
Sambil menggandeng Dila, tanpa sungkan aku masuk saja ke dalam rumah mertuaku dan mendapati Teti sedang membelakangi pintu masuk sedang mengemasi barang yang dia beli. Sambil berbasa basi dengan apa yang dibeli Teti untuk di kirim ke A S, aku duduk di belakang Teti dengan jarak sekitar 2 m.
Ah..., lonte... lonte..., semakin nampak menggairahkan tubuh Teti sewaktu aku lihat dari belakang. Lekuk tubuhnya begitu nampak jelas karena baju daster tipis yang dia pakai. Pantatnya juga nampak indah..., dan pasti sangat nikmat kalau aku kentot dari belakang. Apalagi saat Teti bangkit dan mengambil sesuatu di kamarnya dan kembali lagi mengemasi barangnya sambil jongkok di depanku, wuih... indahnya pantat kau Teti...
Dan tangan kiriku perlahan mulai menarik bagian depan celana pendekku sambil tangan kananku mengeluarkan kontolku dari celana. Penuh tatapan birahi aku menelusuri tiap lekuk tubuh Teti dari belakang sambil tanganku mulai mengocoki kontolku.
Tak aku pikirkan posisiku yang juga membelakangi pintu dan Dila yang tadinya duduk di lantai sambil makan jajanan perlahan bangkit menghampiri aku. Pandangan mata Dila tertuju ke kontolku yang aku kocok di belakang mamanya. Begitu aku atur  nafasku sambil sesekali mengajak Teti ngobrol maupun mengajak Dila bercanda agar suasana tetap hangat, sehangat pepek Teti kali ya...
Jujur, pantat Teti nampak begitu indah saat dia dalam posisi jongkok seperti itu yang membuat semakin nikmatnya hentakan tanganku yang mengocoki kontolku sekitar 2 m di belakang Teti hingga kembali disaksikan Dila, akhirnya kontolku memuncratkan mani walau tidak begitu banyak, tapi cukup kental untuk yang ketiga kalinya dalam beberapa jam ini. Ah..., nikmatnya...
Begitu aku tahan kelonjotan penuh nikmat di tubuhku saat aku menahan dan menampung air maniku yang muncrat di belakang Teti dengan tangan kiriku. Dan dengan nekatnya, dalam posisi kontol masih di luar celanaku, lalu aku bangkit berjalan menuju kamar mandi depan untuk membersihkan mani yang aku tampung dengan tangan kiriku.
Ah..., nikmatnya..., 3 kali aku nembak mani dalam beberapa jam ini. Begitu nikmatnya telanjang mengekpresikan birahi di depan Dila. Begitu memacu adrenaline ngocok di belakang Teti sambil ngobrol dengan posisi membelakangi pintu yang terbuka lebar dan langsung disaksikan oleh anaknya Teti, si Dila.
Tak lama setelah aku membersihkan maniku di kamar mandi depan, aku pamit pulang dan dijawab Teti dengan ucapan terima kasih. Ah..., kok terbalik ya..., kan seharusnya yang berterima kasih itu aku, karena bisa bermanja di pepek Dila, bisa bugil ngocok dan nembak mani di rekahan pepek Dila, bisa nembak mani langsung ke dalam mulut Dila, bisa ngobrol sambil ngocok di belakang dirimu, Teti yang di saksikan oleh Dila, anakmu. 
Ah..., benar-benar bermanja di pepek Dila aku hari ini..., benar-benar terpuaskan pandanganku ngocok sambil ngobrol dan menelusuri lekuk tubuhmu, Teti...

Senin, 17 Mei 2021

Ngocok Di Atas Kepala Mertua

Tanggal 17-05-2021, jam 00:12-00:15 santai saja aku berdiri ngocok di atas kepala mertuaku yang sedang tidur di lantai di ruang TV rumahku.
Dua hari sebelumnya, mertuaku datang dan entah mengapa dia nampaknya sengaja berlama-lama di rumahku. Melihat hal itu sengaja aku memintanya untuk menginap di rumahku. Tapi berhubung mertuaku belum bilang ke adik iparku, akhirnya mertuaku berjanji akan menginap di rumahku besok hari sambil mengatakan kalau dia minta dijemput.
Ah..., imaginasi liarku terasa menggelitik birahiku. Terus terang saja, begitu besar hasratku untuk bisa melesakkan kontolku ke dalam pepek mertuaku itu dan membanjiri pepeknya dengan air maniku.
Sesuai dengan janjinya, sekitar sore hari mertuaku datang dengan diantar oleh adik iparku. Ngobrol di ruang TV sementara imaginasi birahiku terus saja bermain dalam pikiranku, begitu menggelitik kontolku.
Sampai malam aku masih saja mencari kesempatan untuk dapat ngocok di samping ataupun di belakang mertuaku, tapi terlalu beresiko, masih terlalu ramai. Dan mertuaku juga sepertinya terlalu asik menonton TV. Tak lama kemudian aku masuk ke kamarku sambil terus rebahan dan memainkan kontolku. Menikmati denyut-denyut penuh kenikmatan dikarenakan kehadiran mertuaku itu.
Ntah lah..., begitu terobsesinya aku pada mertuaku. Begitu besar keinginanku untuk dapat melesakkan dan mengocoki pepek mertuaku itu dengan kontolku sampai aku nembak mani di dalam pepeknya. Ingin rasanya sambil ngobrol aku mendekati mertuaku sambil terus merangkul dan mencumbuinya. Ingin rasanya aku mengajak mertuaku itu ngobrol di kamar, di tepi ranjang sambil perlahan aku merebahkan tubuhnya, menyingkapkan daster yang dia pakai dan secara perlahan aku mulai melorotkan sempaknya sembari melebarkan pahanya agar benar-benar mengangkang sampai akhirnya aku menjilati pepeknya. Ah..., pasti nikmat sekali rasanya saat pertama aku mulai melesakkan kontolku ke dalam pepeknya. Penuh perasaan, secara perlahan aku memendamkan kontolku ke dalam pepek mertuaku itu dan mulai mengocokinya... 
Ah..., pepek mertuaku itu..., begitu menggodaku.
Dan tak terasa karena asiknya aku menghayal pepek mertuaku di dalam kamar, saat aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 00:00. Berarti hari sudah berganti kembali. Sementara letupan birahiku terasa semakin menjadi.
Akhirnya aku keluar dari kamarku dan aku lihat mertuaku dalam posisi tidur miring ke kanan. Sebenarnya aku tidak begitu yakin apakah mertuaku itu sudah benar-benar tidur atau belum. Karena beberapa saat yang lalu, masih aku dengar mertuaku itu ke kamar mandi. 
Tapi karena gejolak birahiku semakin menjadi, akhirnya aku pura-pura duduk di kursi ruang TV sambil menelusuri lekuk tubuh mertuaku yang sedang tidur dalam posisi menyamping.
Pepek... pepek..., begitu mengodanya posisi tidur mertuaku saat itu yang dengan sedikit menekukkan kakinya, membuat seperti ingin dikentot dari belakang. Ah..., sebenarnya kalau dilihat dalam posisi mertuaku saat itu, aku hanya tinggal menyingkapkan bagian belakang dasternya dan melorotkan sempaknya, lalu tinggal melesakkan kontolku ke pepeknya dari bagian belakang.
Pepek... pepek..., kontolku semakin terasa memberontak.
Sambil semakin dalam dan penuh imaginasi birahi pandanganku menelusuri lekuk tubuh mertuaku, aku mengeluarkan kontolku dari celanaku. Mempermainkan kontolku sambil duduk menikmati keindahan tubuh mertuaku yang sedang tidur di lantai dan jaraknya hanya sekitar 30 cm kepala mertuaku itu dari kakiku.
Pepek... pantat... torok..., aku semakin tak kuat menahan birahiku yang membuat aku akhirnya berdiri tepat di atas kepala mertuaku sambil terus mengocoki kontolku.
Tak aku hiraukan apakah mertuaku itu sudah benar-benar tidur atau belum. Posisi kakiku hampir menyentuh kepala mertuaku, sementara hentakan tanganku yang mengocoki kontolku terasa begitu nikmat.
Saat itu jam menunjukkan pukul 00:12. Sambil berdiri ngocok di atas kepala mertuaku, semakin aku telusuri seluruh tubuh mertuaku. Dan kalau saja mertuaku itu tiba-tiba bangun, pasti yang nampak olehnya adalah kontolku yang benar-benar sangat ereksi sedang aku kocok tepat di atas kepalanya.
Begitu sangat aku nikmati kocokan tanganku di kontolku. Hingga akhirnya jam menunjukkan pukul 00:15, aku tidak dapat menahan lagi dorongan maniku untuk muncrat dari kontolku.
Sangat kental dan begitu banyak maniku yang keluar. Sampai-sampai, muncratan maniku itu tidak dapat aku tahan dan tampung dengan tangan kiriku.
Sebagian muncratan maniku itu mengenai bagian bawah kiri celana pendekku. Begitu berkelonjotan penuh kenikmatan aku saat itu.
Ah..., mertuaku...




Minggu, 18 April 2021

Gesek Kontolku Ke Wajah "Dila"

Tanggal 18-04-2021, jam 13:02 aku menggesekkan kontolku ke wajah Dila (anak perempuan usia 1,5 tahun). Sebenarnya sudah lama aku ingin menjadikan Dila sebagai target ngocokku, tapi baru kali ini dapat terlaksana.
Beberapa kali aku sengaja menurunkan bagian depan celanaku sambil menunjukkan kontolku sekitar 3 m di depannya, saat Dila memandang ke arahku yang berada di dalam kamar dengan pintu yang terbuka lebar.
Bahkan dengan santai aku biarkan Dila memperhatikan diriku yang sedang berdiri ngocok di depannya. Padahal begitu ramainya rumahku saat itu. Tapi setiap ada kesempatan selalu saja aku pergunakan dengan sebaiknya.
Hingga saat suasana sedikit sepi karena yang ngobrol berpindah ke ruang dapur, akhirnya adrenalinku semakin terpacu yang membuat aku dengan cepat keluar dari kamarku dan langsung melorotkan bagian depan celanaku sambil mengeluarkan kontolku dan langsung menggesekkan kontolku ini ke wajah Dila. Bagian dahi, pipi kiri hingga dagu Dila tak luput dari gesekan kontolku. 
Sangat nekat dan terlalu ekstrim apa yang aku lakukan saat itu. Dan Dila, tentu saja dia menangis saat dengan penuh birahi wajahnya aku gesek-gesekkan dengan kontolku.
Sengaja setelah aku menggesekkan kontolku ke wajahnya, aku gendong Dila yang sedang menangis itu dan aku bawa ke ruang dapur untuk bergabung dengan yang lainnya.

Senin, 12 April 2021

Ngocok Diketawai "Putri"

Tanggal 11-04-2021, jam 12:18 dengan penuh birahi semakin aku percepat kocokan tanganku di kontolku sambil lebih aku merapatkan tubuh bugilku ini ke jerjak jendela saat aku melihat Putri keluar dengan mengendarai sepeda dari rumah saudaranya yang berada di ujung gang depan rumahku.
Dasar pepek lonte... torok lonte... pantat lonte... kau Putri..., desah ku dengan nafas yang begitu memburu seiring semakin cepatnya kocokan tanganku di kontolku.
Perlahan Putri mengayuh sepedanya, sementara begitu tak sabarnya aku menanti untuk bisa memuncratkan maniku tepat di depannya nanti.
Terbayang dulu aku pernah ngocok di depan Putri, di samping rumahku sampai aku nembak mani tepat di depannya. Dan hanya wajah cuek yang dia tampilkan saat melihat aku ngocok sampai muncrat-muncrat mani di hadapannya. Dasar pepek lonte...
Kulihat sangat santai Putri mengayuh sepedanya. Dan saat Putri berada di depan rumah Fani, nampak dia memperlambat laju sepedanya setelah dia memandang ke arah jendela rumahku, dimana saat itu aku dalam posisi bugil berdiri begitu penuh birahi mengocoki kontolku ke arahnya.
Nampak jelas senyum di bibir si Putri. Bahkan dia kemudian menutup mulutnya dengan tangan kirinya sambil tertawa. Lonte... dasar lonte... pepek torok pantat kau lonte Putri... desahku sambil terus saja mengocoki kontolku.
Tak aku hiraukan suara desahku semakin jelas terdengar. Karena aku tahu, Jeni sedang berada di dalam rumahnya. Paling juga kalau Jeni mendengar desahku, jadi beceknya pepeknya. Apalagi suara tanganku yang mengocoki kontolku juga nyata terdengar, terkadang beradu dengan jerjak jendela rumahku. Pasti sudah tertebak Jeni kalau saat itu aku sedang ngocok. Karena selama ini, sudah berapa kali Jeni melihat aku ngocok di jendela dan dia pura-pura tidak tahu. Tapi pandangan matanya dan sikapnya yang grogi takkan mampu menipuku kalau saat itu Jeni dengan jelas melihat aku bugil ngocok di jendela. Itulah sebabnya Jeni sudah jarang menyapu teras rumahnya sampai ke depan gerbang rumahku, karena sudah beberapa kali Jeni melihat aku ngocok di jendela. Pantat torok pepek lonte kau lah Jeni..., seakan sok jual mahal kau menjadi target ngocokku. Bahkan kalau dia keluar rumah, jarang si Jeni melintas di depan rumahku. Lonte... lonte..., seharusnya kau bangga aku ngocok di depanmu sampai aku nembak mani.
Kocokan tanganku di kontolku semakin cepat disaat Putri hampir sampai di depan gang. Dan hal yang tak terduga, tepat di persimpangan gang, Putri menghentikan sepedanya sambil pandangan matanya tertuju ke jendela rumahku.
Sesaat setelah Putri melihat ke arah jendela rumahku, dia tersenyum dan kembali tertawa sambil pura-pura memalingkan wajahnya seakan melihat ke arah jalan.
Walaupun mulutnya dia tutupi dengan tangannya, tapi dari gerakan tubuhnya nampak jelas kalau saat itu Putri sedang tertawa. Iya..., nampak begitu senang dan malu-malu si Putri melihat aku bugil ngocok ke arahnya.
Terbukti, beberapa kali Putri kembali memalingkan wajahnya ke arah jendela rumahku dan pura-pura melihat ke arah  jalanan kanan atau kiri sambil tersenyum dan bahkan tertawa.
Lonte... dasar lonte... kau Putri... desahku semakin menjadi..., seiring semakin cepatnya tanganku ini mengocoki kontolku. Dan akhirnya, begitu nyata pandangan Putri terfokus memperhatikan tubuh bugilku ini yang sedang ngocok. Iya..., bugil ngocok, berkelonjotan penuh ekspresi birahi ke arahnya.
Senyumannya itu lho..., saat dia melihat ke jendela rumahku..., ah... dasar lonte kau Putri...
Sampai akhirnya aku nembak mani dan Putri terlihat tertawa sambil beranjak mengayuh sepedanya meninggalkan persimpangan gang di depan rumahku.
Wuih..., dulu aku ngocok langsung di depannya sampai muncrat mani si Putri ini cuek aja, eh... malah sekarang aku bugil ngocok di depannya si Putri ini tersenyum sampai tertawa ..., kan lonte...


Kamis, 28 Januari 2021

VC Bugil "Atika"

Tanggal 28-01-2021, jam 11:26 diluar dugaan, Atika benar-benar sangat menggodaku melalui Video Call WAnya. Aku kira Atika hanya bercanda, tapi rupanya benar-benar dilakukannya. Agak shock juga aku saat itu. Betapa tidak, awalnya hanya bercanda saja isi percakapan chat kami di dalam WA itu. Dan tiba-tiba Atika benar-benar melakukan VC denganku. Gak tanggung-tanggung, aku dan Atika melakukan Video Call WA dengan durasi selama 1:43:53 ! 
Padahal chat WA kami hanya seperti ini :
Gw 11:11 Lg di mana atika?
A    11:20 Lg mandi
A    11:20 Mau ikut
Gw 11:20 Mau la...
Gw 11:20 ðŸ¤­ðŸ¤­ðŸ¤­
A    11:20 ðŸ˜‰
Gw 11:20 ðŸ˜…😅
Gw 11:21 Tp cuma nawarin aja 🤦‍♂️
A    11:21 Serius lho
Gw 11:22 Iya serius
A    11:22 Lg di bathup
Gw 11:22 Iya
A    11:22 Ayo masuk aja,
Gw 11:22 Ah.., basa basi doang 😅😅😅
A    11:22 Gk basa basi lho
Gw 11:23 Ntar di VC pasti kelabakan 😅😅😅😅🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
A    11:23 Serius lho
A    11:23 Ayo siap tkut
Gw 11:23 Ah..., Coba la
A    11:23 Ayo
Gw 11:24 Iya krn dah siap kan...🤣🤣🤣🤣🤣
A    11:24 Belum lho, msh pake handuk
Gw 11:24 Mana
Gw 11:24 Gak nampak kok
A    11:24 VC
Gw 11:24 Iya sy tunggu
A  11:25 Lho kemaren, siapa yg janji tlp duluan ya😉
A    11:25 Aq yg tunggu lho 😉
Gw 11:25 Kan dah telp, tp gak diangkat
Gw 11:25 Nah sekarang gantian dong
A    11:25 Mana gk masuk
Gw 11:26 sambil aku kirim screenshot, 'Tu"
Gw 11:26 Bener kan?
Dan kemudian, Atika benar-benar melakukan panggilan VC. Ya jujur saja aku ya nggak nyangka, karena saat aku terima panggilan VC nya aku lihat Atika dalam posisi rebahan di ranjangnya. Buru-buru aku menyingkir dari teman-teman kerjaku dan mencari posisi strategis.
Dasar lonte..., rambut Atika masih nampak sedikit basah dan dia memakai baju warna biru tua lengan pendek. Ini sangat di luar dugaanku. Awalnya aku hanya mengikuti irama obrolan kami sampai akhirnya terlihat olehku tali BH nya yang berwana abu-abu. Dan secara iseng aku katakan kalau yang warna abu-abu itu membuat penasaran.
Tentu saja Atika bingung dengan perkataanku tadi sehingga dia bertanya soal apa maksud dari warna abu-abu. Dengan sedikit bercanda aku katakan kalau warna abu-abu itu adalah warna BH nya dan membuat aku penasaran. 
Singkatnya, tanpa terlalu banyak basa-basi maupun rayuan gombal, akhirnya Atika menyingkapkan bajunya dan memperlihatkan teteknya yang masih tertutup oleh BH nya.
Wuih..., dasar pepek pantat torok lonte..., besar..., dan begitu sangat besar sekali bentuk tetek Atika ini. Seperti balon... Luar biasa besarnya dan itu sangat membuat aku shock. Ah..., jadi penasaran aku akan bentuk puting teteknya, sehingga aku meminta Atika untuk membuka BH nya. Aku katakan pada Atika kalau aku sangat suka melihat perempuan yang big size, yang membuat Atika begitu terlena dan merasa dipuji.
Apalagi aku juga tahu kalau saat itu Atika sudah sangat terangsang. Beberapa kali suara desah nafas Atika yang dibarengi ucapannya yang juga sepertinya mencoba memancing birahiku. Sambil meremas kedua teteknya dia mengungkapkan keinginannya untuk menjepit kontolku diantara kedua teteknya. Bahkan berulang kali dia meminta aku untuk memperlihatkan kontolku. Tapi karena aku di tempat umum, jadi tidak bisa aku penuhi keinginan Atika itu.
Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk meminta Atika membuka baju serta BH nya. Dan memang Atika langsung memenuhi permintaanku itu. Ah..., luar biasa besarnya tetek Atika. Bulat seperti balon dengan puting susu kecil diiringi bulatan coklat yang besar di sekeliling putingnya. Maklum saja, Atika belum punya anak, jadi masih original lah....
Tapi jujur aja, ada rasa geli saat Atika menjulur-julurkan lidahnya sambil sesekali menjilati teteknya sendiri dan berusaha terus memancing birahiku yang mungkin tujuannya agar aku memperlihatkan kontolku juga. Ah... Atika..., sahabat kecilku masa SMP...
Dalam keadaan tanpa baju, Atika terus saja mempertontonkan teteknya yang luar biasa besarnya itu padaku. Dalam obrolan kami selalu saja Atika selingi dengan meremas dan kadang menjilat sendiri teteknya serta menjulur-julurkan lidahnya padaku diselingi desah nafas memburu penuh birahi. Ah... dasar lonte... lonte...
Panjang lebar kami ngobrol sampai akhirnya aku minta Atika untuk membuka sempaknya. Ya terus terang aja kukatakan pada Atika kalau aku ingin melihat pepeknya. Saat itu aku bahasakan kalau aku ingin melihat bagian bawah Atika. Dan tanpa disangka, Atika juga mau melakukannya.
Dalam keadaan berbaring kulihat melalui VC Atika bugil tanpa sehelai benangpun di tubuhnya. Sambil aku nikmati bentuk teteknya yang besar itu, lalu aku meminta Atika untuk menggeser kameranya agar aku bisa menelusuri tubuh big sizenya. Dari wajah, kemudian ke teteknya, lalu ke bagian perutnya. Ah..., dasar lonte torok kau Atika, walau mempunyai tubuh yang big size, tapi bagiku lumayan lah, karena emang berbentuk. Dan Atika sepertinya sangat membanggakan teteknya yang besar itu, karena setelah aku meminta Atika untuk mengarahkan ke suatu bagian dari tubuhnya, kemudian dia kembali mengarahkan kameranya ke teteknya.
Hal yang paling membuat kontolku berdenyut dan ereksi yang luar biasa adalah pada saat aku minta Atika mengarahkan kameranya ke pepeknya. Benar-benar tak aku sangka dan di luar dugaanku. Karena memang seperti tak seimbang, bentuk tubuh Atika yang big size dan teteknya yang besar bulat seperti balon, tapi pepeknya kecil sekali...
Sangat terawat sepertinya pepek Atika ini. Jembutnya dia cukur licin, dan bentuk pepeknya seperti pepek anak kecil. Ah..., lonte... lonte..., ngences kontolku saat melihat pepek Atika ini.
Setelah puas aku menelusuri pepek Atika, kemudian Atika kembali mengarahkan kameranya ke teteknya. Kami ngobrol, dan aku tahu tangan kiri Atika saat kami ngobrol sedang berada di pepeknya. Karena nampak jelas dari kamera tangan kiri Atika dalam posisi ke bawah dan nafasnya sangat memburu.
Ah..., lonte kau Atika, ngocok si Atika saat kami ngobrol. Karena saat aku meminta Atika untuk kembali mengarahkan kameranya ke pepeknya, aku lihat tangan kiri Atika sedang menggesek bagian atas belahan pepeknya. Yang pasti sekitar itilnya lah. Lonte... lonte...
Tapi sayangnya tak begitu lama Atika mengarahkan kameranya saat tangan kirinya itu sedang bermain di pepeknya. Wuih.., seandainya posisiku benar-benar di tempat strategis, mungkin aku akan ngocok juga. Atika ngocok pepek dan aku ngocok kontol.
Desah nafas Atika terdengar jelas memburu seiring dengan tangan kirinya yang nampak cepat bergerak-gerak. 
Lalu aku minta Atika untuk bangkit dari ranjang dan berdiri sambil aku minta agar Atika mengarahkan kameranya ke tubuhnya. Wuih..., pepek torok lonte kau Atika... Walau big size tapi sangat seimbang bentuknya. Malahan pepek Atika yang kecil itu membuat nilai lebih akan keindahan tubuhnya. Pasti sempit pepek Atika itu. Dasar pepek lonte..., begitu menggairahkan sekali tubuh si Atika.
Setelah puas melihat Atika bugil berdiri, kami lanjutkan obrolan kami. Atika duduk di tepi ranjang dan kemudian dia merebahkan diri. Dan karena sudah terlalu lama kami ngobrol, dan mungkinpun sudah puas tadi Atika ngocok pepeknya, akhirnya kami akhiri dulu obrolan kami dan akan dilanjut di hari berikutnya dan Atika meminta aku untuk telanjang di depannya sewaktu nanti kami VC.
Ah..., lonte pepek pantat torok kau Atika. Sebenarnya bukan orang sembarangan kau Atika. Kau lulusan S2 dan akan menjalani pendidikan S3. Kau juga mempunyai jabatan yang lumayan tinggi dalam karirmu. Ah..., Atika..., sahabat kecil masa SMP ku.

Minggu, 10 Januari 2021

Ngocok Di Depan "Putri" Dan "Jeni"

Tanggal 10-01-2021, jam 17:05 aku bugil ngocok di depan Putri dan Jeni. Ini adalah kejadian yang jarang terjadi, dimana Putri dan Jeni secara berdampingan menjadi target ngocokku hingga aku nembak mani. 
Dari siang hari aku sudah begitu semangat bugil ngocok di jendela karena tetangga sekitar 3 rumah dari rumahku sedang mengadakan pesta. Begitu banyak cewek-cewek yang melintas di depan rumahku yang membuat aku begitu semangat mengarahkan kontolku yang aku kocok ini ke arah mereka.
Hingga di sore harinya aku dengar suara pintu gerbang Jeni terbuka dan tak lama kemudian Jeni keluar, rupanya dia pergi ke pesta itu. Begitu penuh birahi tatapan mataku mengarah ke tubuh Jeni yang secara perlahan berjalan melewati aku. Dasar pepek pantat lonte..., mantap sekali lekuk tubuh si Jeni ini... Memang dari segi wajah tidak seperti yang aku harapkan lah, tapi lekuk tubuhnya itu lho... Dia memakai celana legging yang otomatis menampakkan pantatnya yang montok itu. Lonte... lonte..., dan akupun semakin merapatkan tubuhku ke jerjak jendela hingga kepala kontolku menyentuh kaca jendela. Sangat cepat aku kocok kontolku ini disaat Jeni tepat berada di depanku. Aku biarkan suara hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku ini terdengar jelas.
Tak lama setelah Jeni berlalu dari hadapanku, kemudian Putri juga nampak berjalan  dan sepertinya akan melewati rumahku juga. Wah..., ternyata dia pergi ke pesta itu juga. Ah..., dasar pepek... lonte... cepat sekali jalan si Putri ini sehingga tidak begitu lama aku ngocok di depannya.
Sambil menunggu Jeni dan Putri, aku mengikat buah zakarku dan setelah itu aku lanjut ngocok lagi di jendela. Kopyor-kopyor buah zakarku yang aku ikat itu bergerak naik turun seiring dengan kocokan tanganku di kontolku.
Sekitar setengah jam berlalu, aku mendengar suara Putri dan Jeni sepertinya sedang ngobrol sambil bercanda. Akupun semakin merapatkan tubuhku ke jerjak jendela dan semakin mempercepat kocokan di kontolku.
Benar saja, aku lihat Putri berjalan di depan Jeni sambil mereka bercanda dan tertawa.
Dasar lonte... torok... itil... pepek... pantat..., rutuk hatiku pada Putri yang tiba-tiba berhenti tepat di depan gerbang rumahku. Pepek... pepek..., terlihat Putri begitu menggoda sekali... 
Jujur, aku jadi teringat dulu aku pernah ngocok berhadap-hadapan secara langsung dengan Putri sampai aku muncrat-muncrat mani di depannya, tapi si Putri ini cuek sekali. Ah..., memang saat itu Putri masih SMP.
Karena Putri berhenti di depan gerbang rumahku, membuat Jeni juga menghentikan langkahnya ikut berdiri di depan gerbang rumahku. Mereka melanjutkan obrolannya sambil terkadang dibarengi tawa. Sesekali aku lihat Putri melirik ke jendela di mana aku dalam keadaan bugil ngocok mengarahkan kontolku ke mereka. 
Begitu aku nikmati hentakan kocokan tanganku di kontolku sambil memandang penuh birahi pada Putri dan Jeni yang sedang ngobrol tepat di depan gerbang rumahku. Dasar lonte... pantat... torok... itil... pepek si Putri dan Jeni ini... rutuk hatiku sambil terus mempercepat kocokan tanganku di kontolku. Suara berisik tanganku yang sedang mengocoki kontolku beradu dengan jerjak jendela dan suara kopyor-kopyor buah zakarku yang juga beradu dengan tanganku benar-benar tidak aku perdulikan. Aku tahu, Putri dan Jeni tampak saling bergantian memandang ke jendela rumahku saat mereka ngobrol. Aku juga tahu, pasti nampak jelas oleh mereka berdua kalau aku dalam keadaan bugil ngocok di depan mereka. Terkadang sangat jelas nampak gerakan salah tingkah dari si Putri maupun Jeni sesaat setelah mereka melirik ke jendela rumahku. Ya iyalah..., siapa yang gak salah tingkah melihat kontol yang dikocok. Jelas nampak olehku,  Puri dan Jeni berulang kali mereka saling bergantian memandang ke jendela rumahku, seperti kurang puas memandangi tubuh bugilku yang sedang ngocok di jendela ini, tapi malu untuk terus memandangnya. Ah..., aku benar-benar masa bodo aja. Bahkan aku semakin merapatkan tubuhku ke jerjak jendela dan terkadang kepala kontolku menyentuh kaca jendela.
Hingga akhirnya dengan tubuhku yang begitu hebat berkelonjotan penuh kenikmatan, aku menjauhkan tubuhku dari jerjak jendela dan nembak begitu banyak mani yang sebagian maniku itu tak sempat aku tampung dan berceceran di lantai. Ah..., nikmatnya ngocok di depan Putri dan Jeni yang sedang ngobrol di depan gerbang rumahku dan jarak antara aku dengan mereka tidak lebih dari 2 m.
Hingga akhirnya kelonjotan tubuhku sudah mereda, di depan mereka juga aku membuka ikatan di buah zakarku, dan kemudian aku melap ceceran maniku dengan celanaku. Setelah itu aku ke kamar mandi untuk membersihkan mani di tanganku, dan tak lama kemudian Putri dan Jeni berlalu dari gerbang rumahku, pulang ke rumah masing-masing.
Ah..., dasar lonte pepek pantat si Putri dan Jeni ini...