Tanggal 10-01-2021, jam 17:05 aku bugil ngocok di depan Putri dan Jeni. Ini adalah kejadian yang jarang terjadi, dimana Putri dan Jeni secara berdampingan menjadi target ngocokku hingga aku nembak mani.
Dari siang hari aku sudah begitu semangat bugil ngocok di jendela karena tetangga sekitar 3 rumah dari rumahku sedang mengadakan pesta. Begitu banyak cewek-cewek yang melintas di depan rumahku yang membuat aku begitu semangat mengarahkan kontolku yang aku kocok ini ke arah mereka.
Hingga di sore harinya aku dengar suara pintu gerbang Jeni terbuka dan tak lama kemudian Jeni keluar, rupanya dia pergi ke pesta itu. Begitu penuh birahi tatapan mataku mengarah ke tubuh Jeni yang secara perlahan berjalan melewati aku. Dasar pepek pantat lonte..., mantap sekali lekuk tubuh si Jeni ini... Memang dari segi wajah tidak seperti yang aku harapkan lah, tapi lekuk tubuhnya itu lho... Dia memakai celana legging yang otomatis menampakkan pantatnya yang montok itu. Lonte... lonte..., dan akupun semakin merapatkan tubuhku ke jerjak jendela hingga kepala kontolku menyentuh kaca jendela. Sangat cepat aku kocok kontolku ini disaat Jeni tepat berada di depanku. Aku biarkan suara hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku ini terdengar jelas.
Tak lama setelah Jeni berlalu dari hadapanku, kemudian Putri juga nampak berjalan dan sepertinya akan melewati rumahku juga. Wah..., ternyata dia pergi ke pesta itu juga. Ah..., dasar pepek... lonte... cepat sekali jalan si Putri ini sehingga tidak begitu lama aku ngocok di depannya.
Sambil menunggu Jeni dan Putri, aku mengikat buah zakarku dan setelah itu aku lanjut ngocok lagi di jendela. Kopyor-kopyor buah zakarku yang aku ikat itu bergerak naik turun seiring dengan kocokan tanganku di kontolku.
Sekitar setengah jam berlalu, aku mendengar suara Putri dan Jeni sepertinya sedang ngobrol sambil bercanda. Akupun semakin merapatkan tubuhku ke jerjak jendela dan semakin mempercepat kocokan di kontolku.
Benar saja, aku lihat Putri berjalan di depan Jeni sambil mereka bercanda dan tertawa.
Dasar lonte... torok... itil... pepek... pantat..., rutuk hatiku pada Putri yang tiba-tiba berhenti tepat di depan gerbang rumahku. Pepek... pepek..., terlihat Putri begitu menggoda sekali...
Jujur, aku jadi teringat dulu aku pernah ngocok berhadap-hadapan secara langsung dengan Putri sampai aku muncrat-muncrat mani di depannya, tapi si Putri ini cuek sekali. Ah..., memang saat itu Putri masih SMP.
Karena Putri berhenti di depan gerbang rumahku, membuat Jeni juga menghentikan langkahnya ikut berdiri di depan gerbang rumahku. Mereka melanjutkan obrolannya sambil terkadang dibarengi tawa. Sesekali aku lihat Putri melirik ke jendela di mana aku dalam keadaan bugil ngocok mengarahkan kontolku ke mereka.
Begitu aku nikmati hentakan kocokan tanganku di kontolku sambil memandang penuh birahi pada Putri dan Jeni yang sedang ngobrol tepat di depan gerbang rumahku. Dasar lonte... pantat... torok... itil... pepek si Putri dan Jeni ini... rutuk hatiku sambil terus mempercepat kocokan tanganku di kontolku. Suara berisik tanganku yang sedang mengocoki kontolku beradu dengan jerjak jendela dan suara kopyor-kopyor buah zakarku yang juga beradu dengan tanganku benar-benar tidak aku perdulikan. Aku tahu, Putri dan Jeni tampak saling bergantian memandang ke jendela rumahku saat mereka ngobrol. Aku juga tahu, pasti nampak jelas oleh mereka berdua kalau aku dalam keadaan bugil ngocok di depan mereka. Terkadang sangat jelas nampak gerakan salah tingkah dari si Putri maupun Jeni sesaat setelah mereka melirik ke jendela rumahku. Ya iyalah..., siapa yang gak salah tingkah melihat kontol yang dikocok. Jelas nampak olehku, Puri dan Jeni berulang kali mereka saling bergantian memandang ke jendela rumahku, seperti kurang puas memandangi tubuh bugilku yang sedang ngocok di jendela ini, tapi malu untuk terus memandangnya. Ah..., aku benar-benar masa bodo aja. Bahkan aku semakin merapatkan tubuhku ke jerjak jendela dan terkadang kepala kontolku menyentuh kaca jendela.
Hingga akhirnya dengan tubuhku yang begitu hebat berkelonjotan penuh kenikmatan, aku menjauhkan tubuhku dari jerjak jendela dan nembak begitu banyak mani yang sebagian maniku itu tak sempat aku tampung dan berceceran di lantai. Ah..., nikmatnya ngocok di depan Putri dan Jeni yang sedang ngobrol di depan gerbang rumahku dan jarak antara aku dengan mereka tidak lebih dari 2 m.
Hingga akhirnya kelonjotan tubuhku sudah mereda, di depan mereka juga aku membuka ikatan di buah zakarku, dan kemudian aku melap ceceran maniku dengan celanaku. Setelah itu aku ke kamar mandi untuk membersihkan mani di tanganku, dan tak lama kemudian Putri dan Jeni berlalu dari gerbang rumahku, pulang ke rumah masing-masing.
Ah..., dasar lonte pepek pantat si Putri dan Jeni ini...