Tanggal 28-04-2019, lelah tapi penuh kenikmatan dan kepuasan yang aku rasakan bersama Ica. 4 kali aku nembak mani di depan Ica. Mengekspresikan birahi di depan Ica dengan bebas dan terasa begitu nyaman.
Singkatnya, setelah aku pamit pada Eli untuk mengajak Ica jalan-jalan, kemudian Ica aku bawa ke wahana permainan di I super market. Dan tak banyak permainan yang bisa dimainkan Ica di sana karena masih terlalu pagi, yaitu sekitar jam 10. Tapi sepertinya Ica senang dan itu memang yang aku harapkan. Sekitar jam 11:30 aku ajak Ica pulang dan sebelum pulang kami makan dulu dan membeli beberapa snack. Sengaja aku ajak Ica untuk ke rumah mertuaku, karena sepertinya aku lebih nyaman untuk melakukan aksiku di sana.
Sampai di rumah mertuaku, aku dan Ica langsung masuk tapi pintu depan sengaja aku biarkan terbuka. Lalu aku hidupkan Play Station dan aku buka beberapa snack yang aku beli tadi, kemudian aku suruh Ica untuk memainkan gamesnya. Sementara Ica mulai asik dengan permainannya, aku masuk ke kamar mertuaku.
Di kamar mertuaku, aku buka bajuku dan aku ganti celana panjangku dengan celana pendek tanpa memakai sempak, lalu aku kembali duduk di samping Ica. Penuh birahi aku memperhatikan Ica yang sedang asik pada gamesnya. Kontolku sudah ereksi dan terasa berdenyut nikmat. Aku dengar suara tetangga depan rumah mertuaku, Lia, keluar rumah dan aku secara perlahan bangkit sambil berjalan masuk ke kamar mertuaku. Dari jendela aku lihat Lia dan keluarganya pergi keluar.
Ah..., situasi yang benar-benar sangat mendukung. Setelah aku pastikan Lia sudah benar-benar pergi, lalu aku keluar kamar mertuaku sambil aku menutup pintu depan. Perlahan tapi pasti dan penuh tatapan birahi aku berjalan mendekati Ica yang masih asik dengan gamesnya.
Sengaja aku ambil kursi dan aku duduk di depan Ica yang duduk di lantai tanpa menghalangi pandangannya yang sedang main games. Di depan Ica, tanganku perlahan mulai masuk ke bagian depan celana pendekku dan aku mulai mengelus-elus kontolku yang sudah sangat ereksi. Aku lihat terkadang Ica memperhatikan aku. Sambil aku melihat reaksi Ica, perlahan aku mulai mengeluarkan kontolku. Aku ajak Ica ngobrol dan sengaja aku mempermainkan kontolku di depan Ica.
Melihat aku sedang mempermainkan kontolku, Ica berhenti main games dan pandangannya tampak mengarah ke kontolku. Sambil aku memperhatikan reaksi Ica, secara perlahan aku mulai mengocoki kontolku. Terus saja aku mengajak Ica ngobrol biar suasana tidak begitu kaku, sementara tangan kananku mengocoki kontolku.
"Ica gak boleh bilang siapa-siapa ya, nanti mama Ica marah, dan kalau Ica janji gak bilang sama siapa-siapa, nanti sore kita jalan-jalan lagi", kataku pada Ica yang dijawab Ica dengan anggukan kepalanya sementara tatapan matanya tampak antusias memperhatikan tanganku yang sedang mengocoki kontolku.
Lalu aku berdiri sambil melorotkan lebih kebawah bagian depan celanaku dan mendekati Ica yang masih duduk di lantai. Jam menunjukkan pukul 12:02 saat aku berdiri ngocok di depan Ica. Tatapan matanya terarah langsung ke kontolku yang aku kocok. Suara hentakan tanganku yang mengocoki kontolku terdengar begitu jelas seiring dengan buah zakarku yang sedikit kendur naik turun mengikuti irama kocokan tanganku di kontolku. Beberapa kali aku gesekkan kepala kontolku ke dahi Ica dan ke kepala Ica. Sambil aku ajak Ica bercanda, tangan Ica aku bimbing untuk memegang sambil meremas buah zakarku dan aku bimbing tangannya untuk sedikit menarik buah zakarku.
Ah..., terasa begitu nikmat saat kontolku yang aku kocok ini sedikit tertahan gerakannya karena buah zakarku ditarik Ica. Sepertinya Ica menyukainya, terkadang dia tertawa melihat aku yang begitu menikmati hentakan tanganku yang mengocoki kontolku.
"Ntar ya Ica, lepas dulu tangannya", kataku pada Ica sambil menghentikan kocokan tanganku di kontolku.
Setelah itu aku kembali masuk ke kamar mertuaku dan mengambil tali sepatu yang biasa aku gunakan untuk mengikat buah zakarku, yang aku simpan di saku celana panjangku.
"Ica nanti mau jalan-jalan lagi ?", tanyaku pada Ica.
"Mau om", jawab Ica sambil menganggukkan kepalanya, sementara pandangan matanya masih tertuju pada kontolku yang berada di luar celana pendekku.
"Klo Ica janji gak bilang siapa-siapa, nanti kita jalan-jalan dan Ica boleh naik mobil-mobilan", kataku sambil perlahan melorotkan celana pendekku dan memperhatikan reaksi Ica.
"Mau om...", jawab Ica dengan suara riang.
"Ya udah, yang penting Ica gak boleh bilang siapa-siapa ya", kataku kembali pada Ica yang dijawab dengan anggukan kepalanya, sementara celanaku sudah aku lorotkan sampai ke lututku.
Jujur, aku gak tahu apa yang ada dipikiran dan hati Ica melihat aku melakukan ini semua padanya. Tapi letupan birahi dan obsesiku begitu mengalahkan kemungkinan resiko yang bisa saja terjadi. Kan tidak menutup kemungkinan nantinya setelah sampai rumahnya, Ica mengadukan apa-apa saja yang aku lakukan padanya. Ah..., sudah kepalang tanggung, akhirnya aku buka celanaku dan benar-benar bugil di depan Ica !
Semua yang aku lakukan selalu saja aku selingi dengan mengajak Ica bercanda dan tertawa. Lalu aku suruh Ica untuk berdiri di depanku yang sudah benar-benar bugil dan aku bimbing tangannya kembali untuk menarik buah zakarku.
Ngocok dalam keadaan bugil berhadapan langsung dengan Ica, sementara tangan Ica meremas sambil sedikit menarik buah zakarku begitu terasa nikmat. Lalu aku suruh Ica untuk melepaskan tangannya dari buah zakarku, dan sambil berdiri berhadap-hadapan, aku mulai mengikat buah zakarku dengan tali sepatu.
Begitu seksama aku lihat Ica memperhatikan aku yang sedang mengikat buah zakarku. Malah Ica tertawa saat melihat buah zakarku yang sudah aku ikat itu karena bentuknya menjadi bulat. Dan tanpa aku suruh, dengan tanpa segan Ica menyentuh buah zakarku sambil dielus-elus serta diremas dengan tangan kanannya.
Bahkan Ica tertawa saat melihat buah zakarku yang terikat itu naik turun seirama dengan kocokan tanganku di kontolku. Kenikmatan yang luar biasa saat tangan Ica meremas sambil sedikit menarik buah zakarku saat aku mengocoki kontolku.
Lalu aku menghentikan kocokan di kontolku sambil aku berkata pada Ica, "Ica, buat tangannya di sini seperti om tadi mau ?", sambil aku sodorkan kontolku lebih mendekat ke Ica.
Entah lah, aku gak tahu apa yang ada di benak Ica. Tapi dengan perlahan tangan kanan Ica mulai mencengkram batang kontolku dan mulai mengocoki kontolku.
Begitu sangat aku nikmati kocokan tangan Ica di kontolku. Perlahan tapi terasa pasti tangan Ica itu aku rasakan mengocoki kontolku.
"Ica, buat cepat ya tangannya... ", kataku meminta Ica agar lebih cepat mengocoki kontolku.
Sepertinya Ica menyukainya, kadang dia tertawa sambil memandang kontolku, khususnya buah zakarku yang terikat itu naik turun seirama dengan kocokan tangannya di kontolku. Nampak sepertinya dia sangat asik dan sedikit gemas melihat gerakan buah zakarku yang naik turun. Makanya sambil tertawa, kadang Ica begitu cepat mengocoki kontolku.
Sebenarnya Ica sudah pernah secara mandiri tanpa aku bimbing tangannya mengocoki kontolku sampai aku nembak mani. Dan saat ini, aku berdiri dalam keadaan bugil di hadapan Ica, menikmati cengkraman dan gerakan tangannya yang mengocoki kontolku hingga masih dalam keadaan kontolku dikocok Ica, akhirnya aku nembak mani.
Ah..., kenikmatan yang luar biasa aku rasakan saat maniku muncrat mengenai wajah dan rambutnya. Secara reflex gerakan kepala Ica langsung ke belakang saat maniku muncrat di wajahnya, sementara tangan kanan Ica masih terus saja mengocoki kontolku yang sedang muncrat-muncrat mani.
Begitu banyak muncratan maniku di wajah Ica, begitu juga di rambutnya.
"Udah dulu Ica, lepas dulu ya Ica... ", kataku sambil menjauhkan kontolku dari tangan Ica.
"Biar aja Ica, hangatkan...? Enak itu", kataku pada Ica saat aku lihat Ica secara reflex menyeka air maniku yang belepotan di wajahnya.
Aku raih tangan kiri Ica begitu aku lihat Ica mau melap mani yang ada di tangannya ke bajunya.
Lalu aku seka maniku yang ada di wajah dan rambut Ica, kemudian aku tampung dengan tangan kiriku. Sambil terus aku ajak Ica bercanda dan tampak Ica senang, juga tertawa, lalu aku raih snack yang telah aku buka tadi sambil aku letakkan di pahaku saat aku duduk di kursi.
Di depan Ica, aku cocol snack itu dengan air maniku yang aku tampung di tangan kiriku, lalu perlahan snack yang basah dengan air maniku itu aku suapkan ke mulut Ica.
Awalnya Ica tidak mau untuk membuka mulutnya saat aku sodorkan snack itu untuk dimakannya. Tapi sambil aku bujuk dan aku ajak bercanda, akhirnya Ica mau membuka mulutnya dan memakan snack yang aku cocol dengan air maniku hingga habis air mani yang aku tampung itu tanpa tersisa.
"Enakkan rasanya Ica...", kataku pada Ica dan hanya dia jawab dengan anggukan kepala saja.
Lalu perlahan jari tengah tangan kananku aku masukkan ke mulut Ica dan aku buat gerakan keluar masuk di mulutnya.
"Nah..., pintar kan Ica seperti ini, jangan digigit ya...", sengaja aku puji si Ica sambil kembali aku buat gerakan keluar masuk jari tengah tanganku di mulutnya.
Lalu aku suruh Ica duduk di kursi, sementara aku berdiri di depannya.
"Ica, buat seperti tadi dan jangan digigit ya cantik...", kataku pada Ica sambil perlahan aku menyodorkan kontolku ke mulut Ica.
Memang nampak ragu saat Ica mulai mengulum kontolku di mulutnya. Sambil aku terus saja mengajaknya bercanda, akhirnya pinggulku maju mundur seiring dengan keluar masuknya kontolku di mulut Ica.
Nikmat, dan terasa sangat nikmat. Apalagi saat Ica mengulum sambil menghisap kepala kontolku. Aku menghentikan gerakan pinggulku sambil menikmati sensasi kontolku dihisap Ica. Kemudian, sengaja aku bimbing kepala Ica melakukan gerakan maju mundur sambil mengulum kontolku. Ah..., terasa gemetar lututku penuh kenikmatan.
Akhirnya aku keluarkan kontolku dari mulut Ica dan dengan penuh birahi kembali aku ngocok di depan Ica. Kedua tangan Ica memegang kedua pahaku, sementara pinggulku maju mundur seiring dengan gerakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku penuh ekspresi menikmati birahi.
Sambil tetap ngocok aku katakan pada Ica agar membuka mulutnya kalau aku suruh buka.
Hentakan tanganku yang mengocoki kontolku terdengan begitu kencang seiring cepatnya aku mengocoki kontolku.
"Buka mulutnya Ica", kataku dengan sedikit bergetar penuh kenikmatan.
Crooot..., akhirnya aku nembak mani saat kepala kontolku masuk ke dalam mulut Ica dan tangan kiriku dengan sigap menahan kepala Ica agar tidak bergerak ke belakang.
Ah..., nikmatnya.....
Mungkin karena banyak maniku yang keluar dan tembakannya juga kencang, nampak Ica langsung menelan maniku. Dan ada sedikit sisa di mulut Ica yang akhirnya dia telan juga.
"Enakkan rasanya Ica?", kataku sambil membelai kepalanya.
"Acem", kata Ica sambil memperagakan ekspresi rasa asam kepadaku.
Ya mungkin Ica agak susah membedakan rasa asam dengan rasa air mani yang asin gurih berlendir itu.
Tapi tak apalah, mungkin kalau sudah besar nanti pasti dia bisa bilang bagaimana gurihnya rasa air mani itu bila diminum.
Ah..., puas terasa birahiku. Lalu aku ajak Ica makan snack sambil aku memainkan permainan di Play Station.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Ica berdiri.
"Pipis om", kata Ica padaku yang membuat meledak kembali birahiku.
Aku bawa Ica ke kamar mandi dan di depan kamar mandi aku suruh Ica membuka seluruh pakaiannya.
"Nanti kita kan jalan-jalan lagi, ini Ica buka dulu semua pakaiannya ya biar gak basah", kataku sambil melucuti seluruh pakaian Ica.
Dan Ica hanya mengangguk saja saat aku katakan seperti itu. Ah..., kembali kontolku ereksi saat secara perlahan tapi pasti aku mulai membuka satu persatu pakaian Ica, mulai dari baju, celana hingga sempaknya. Pandanganku begitu penuh birahi saat melihat Ica dalam kondisi bugil di depanku. Apalagi saat melihat tubuhku yang juga dalam keadaan bugil di depan Ica ! Tak bosannya aku memandang pepek Ica yang tampak putih dan tembam itu.
Kebetulan closet di rumah mertuaku itu sedikit tinggi posisinya, lalu aku suruh Ica jongkok di atas closet sementara aku juga jongkok di depannya.
Ah..., kontolku memang tidak dapat diajak kompromi, berdenyut penuh kenikmatan saat aku memandangi pepek Ica yang berada kurang dari 50 cm di depanku mulai perlahan mengeluarkan air kencingnya.
Kalau saja aku lesakkan kontolku ini masuk ke pepek Ica pasti koyak tuh pepeknya karena masih terlalu kecil. Ah....
Setelah selesai kencing, lalu aku cebok pepek dan pantat si Ica. Birahiku begitu menggelegak saat perlahan dan penuh kelembutan aku mulai menggosok dan meraba pepek si Ica dengan tanganku dan membasuhnya dengan air sambil aku putar jari tengah tanganku di itilnya. Mungkin karena merasa geli, Ica tertawa sambil mencoba bangkit.
"Enakkan Ica, geli tapi asik...", kataku pada Ica sambil aku tahan sedikit tubuhnya agar tidak berdiri dan terus saja aku putar jariku di itilnya.
"Geli om...", kata Ica sambil tertawa.
Jujur saja aku memang membatasi banyak kata pada Ica, walaupun Ica kurang lancar berbicara, tapi bisa saja dia nantinya mengatakan sesuatu walaupun dalam keadaan cadel.
Akhirnya kembali aku ajak Ica keluar dari kamar mandi dan sengaja aku ambil pakaian Ica dan aku letak di kursi.
"Nanti aja ya Ica pakai bajunya. Inikan panas harinya, om aja ini sudah keringatan, yuk ke dalam, di sini sejuk", kataku pada Ica sambil membimbingnya masuk ke dalam kamar mertuaku.
Tirai jendela kamar aku tutup sambil aku nyalakan lampu.
"Sini Ica, sama om", ajakku pada Ica menyuruhnya naik ke atas ranjang sementara tanganku kembali mengocoki kontolku.
Mungkin karena sudah terbiasa beberapa waktu ini melihat aku dalam kondisi bugil dan ngocok, Ica sepertinya santai saja dan perlahan mulai naik ke ranjang.
Ica merebahkan dirinya di samping aku, dan tak lama kemudian Ica menelungkup dan memposisikan wajahnya ke arah kontolku yang aku kocok.
Akhirnya aku sudahi dulu ngocokku dan mulai mengajak Ica bercanda.
Awalnya Ica yang masih dalam posisi bugil menelungkup itu aku gelitiki. Sambil tertawa mengganggu Ica, sengaja aku buat suasana seriang mungkin.
Hingga akhirnya aku turun dari ranjang dan mulai melancarkan aksiku pada Ica. Pertama sekali, aku bimbing Ica untuk duduk di tepi ranjang. Lalu aku rebahkan tubuhnya sambil aku angkat kedua kakinya dan aku buat posisi Ica mengangkang di tepi ranjang. Dalam posisi Ica mengangkang di tepi ranjang itu perlahan sambil terus aku ajak bercanda, aku berdiri pada lututku mulai mendekatkan wajahku ke pepek Ica. Aku tahu Ica sedikit mengangkat tubuhnya melihat aku yang secara perlahan mulai memegang kedua pangkal pahanya.
"Ica diam saja ya, ini om mau buat Ica enak", kataku pada Ica sambil lebih mendekatkan wajahku ke pepeknya.
Jempol kiri dan kanan tanganku sudah berada di bibir pepek Ica dan dengan lembut aku mulai merekahkan pepek mungil Ica dan menikmati pemandangan indah pepek anak perempuan usia 3 tahunan itu.
Ah..., begitu kecil lobang kenikmatan pepek si Ica. Pasti koyak gak menentu kalau saja kontolku melesak masuk ke dalam pepeknya.
Tak aku perdulikan denyut hebat di kontolku karena aku begitu sibuk menikmati indahnya pepek Ica.
"Om....", kata Ica mencoba memanggilku karena mungkin dia bingung dengan apa yang akan aku lakukan.
Aku tidak menjawab panggilan Ica, melainkan mulai menjilati rekahan pepeknya. Dan langsung saja Ica merasa kegelian berusaha menghindar, menggeliat sambil tertawa. Aku tidak perduli dengan Ica yang begitu hebat menggeliat mencoba bangkit melainkan terus saja menjilati pepeknya sambil menahan bagian pahanya dengan tanganku sementara kedua jempolku masih terus merekahkan pepeknya agar leluasa lidahku bisa bermain di rekahan pepek si Ica.
Memang aku buat jeda waktu, sambil aku terus mencandai Ica dan terkadang aku menjilati pepeknya. Tertawa dan terkadang menjerit kegelian si Ica aku buat. Beruntungnya Lia, tetangga depan itu pergi. Kalau tidak ya pasti dia curiga mendengar tawa dan jeritan geli suara anak perempuan.
Puas sudah rasanya aku menjilati pepek Ica, akhirnya aku merebahkan diriku di samping Ica yang dengan nafas memburu karena kegelian terlihat sedikit lelah. Mungkin karena dia tadi berusaha menggeliat dan menahan rasa geli.
"Enakkan rasanya Ica ? Lain waktu nanti om ajak Ica seperti ini mau ya..., tapi gak boleh bilang sama siapa-siapa", kataku pada Ica dan Ica hanya diam karena masih terdengar gemuruh nafasnya.
"Pulang om...", tiba-tiba Ica berkata padaku sambil merubah posisi tubuhnya yang tadinya telentang menjadi menyamping menghadap ke aku.
"Ica kan mau naik mobil-mobilan kan, kalau mau, nanti tunggu sore dulu ya...", kataku membujuk Ica sambil tanganku mengocoki kontolku.
Ah..., ini harus aku selesaikan dengan segera, nampaknya si Ica mulai gak betah bersamaku. Dan akupun kembali mulai menikmati hentakan tanganku yang mengocoki kontolku tepat di samping Ica.
Entah kenapa, mungkin karena tahu tanganku sedang mengocoki kontolku, tiba-tiba tangan Ica memegang kontolku. Aku kemudian menghentikan kocokan di kontolku dan melepaskan tanganku dari kontolku. Aku biarkan tangan Ica memegang dan mencengkram kontolku.
Tanpa diduga, perlahan tangan Ica mulai mengocoki kontolku ! Ah..., hal sangat tidak aku duga, Ica dengan sendirinya memegang dan mengocoki kontolku !
Kemudian Ica bangkit dan duduk di sampingku yang saat itu dalam posisi telentang. Kembali Ica mencengkram dan perlahan tangannya mulai mengocoki kontolku.
Ada senyum yang terbesit di wajah Ica di samping tatapan yang antusias melihat kontolku yang sedang dikocoknya. Apalagi saat aku merenggangkan pahaku, dan nampak buah zakarku yang kuikat naik turun seiring tangan Ica yang sedang mengocoki kontolku.
Bahkan terkadang tangan kiri Ica memegang dan meremas buah zakarku secara gemas.
Aku begitu menikmati gerakan tangan Ica yang mengocoki kontolku. Dan tiba-tiba aku punya Ide dan langsung membuka tali yang mengikat buah zakarku.
"Ica, sini duduk di sini", kataku pada Ica mengajaknya duduk di atas ku.
Ica kemudian bangkit mengikuti permintaanku untuk duduk di atasku. Sambil aku pegang pinggangnya, aku arahkan tubuh Ica agar duduk tepat di kontolku. Sampai sudah tepat pepek Ica menempel di batang kontolku, kemudian aku bimbing tubuh Ica untuk melakukan gerakan menggoyang maju mundur.
Wuih..., nikmatnya..., saat pepek Ica menempel di batang kontolku dan melakukan gerakan maju mundur.
Tertimpa tubuh Ica dan kontolku terhimpit pepek Ica dan si Ica melakukan gerakan goyangan maju mundur sama saja dengan pepeknya mengocoki kontolku !
Aku biarkan tubuh Ica melakukan gerakan maju mundur sementara pepeknya menempel dan menghimpit batang kontolku. Pegangan tangankupun sudah aku lepas dari pinggang si Ica. Dan saat ini, Ica secara mandiri melakukan gerakan maju mundur mengocoki kontolku melalui himpitan pepeknya di batang kontolku.
"Lebih cepat lagi Ica", kataku menyuruh Ica agar lebih cepat menggoyang tubuhnya maju mundur mengocoki kontolku dengan himpitan pepeknya.
Mungkin Ica sudah mulai menikmati rasa geli di pepeknya atau mungkin tidak merasa geli, aku tidak perduli. Karena aku begitu menikmati goyangan Ica di atas tubuhku yang dengan pepeknya menghimpit dan mengocoki kontolku.
Nikmat..., ah..., sangat nikmat saat kembali kontolku muncrat mani dan membasahi perutku.
Apalagi karena kali ini kontolku muncrat mani karena himpitan pepek Ica yang mengocoki kontolku.
Nikmatnya karena goyangan pinggul Ica dan pepeknya menghimpit batang kontolku hingga aku muncrat mani dan dalam keadaan muncrat-muncrat mani Ica masih saja menggoyang-goyangkan pinggulnya.
"Udah Ica, berhenti dulu", kataku menyuruh Ica menghentikan goyangannya.
Lumayan banyak air maniku berada di sekitar perutku. Lalu melalui tanganku aku memperagakan kepada Ica bagaimana menjilat dan menghabiskan air maniku yang berada di perutku.
"Minum ya Ica, begini caranya", kataku sambil memperagakan gerakannya.
Ah..., entah lah, aku gak tahu kenapa Ica menurut saja setiap ucapanku. Secara perlahan Ica mulai menjilati air maniku yang berada di sekitar perutku. Bahkan kadang Ica menghisap seperti menyeruput air maniku itu, seperti yang aku peragakan tadi padanya dan tampak Ica menyukainya.
Dasar pepek lonte..., kembali kontolku berdenyut nikmat melihat Ica dalam posisi nungging seperti menikmati permainan lidahnya yang menyapu air mani di sekitar perutku hingga benar-benar bersih tanpa tersisa !
"Ica gitu aja ya", kataku pada Ica untuk memintanya tetap dalam posisi nungging.
Perlahan dari belakang aku mulai menjilati permukaan pepek Ica dan kadang aku rekahkan dengan kedua jari jempolku sambil aku lesakkan lidahku lebih kedalam rekahan pepeknya.
Walau Ica nampak kegelian dan kadang menggeliat langsung menelungkup, tapi kemudian Ica memposisikan tubuhnya nungging kembali seperti membiarkan aku untuk menjilati pepeknya lagi.
Jujur saja sudah 3 kali aku nembak mani dan kontolku saat ini hanya berdenyut penuh kenikmatan. Lalu aku sudahi acara menjilat pepek Ica dan aku ajak Ica untuk keluar kamar.
Dari jam dinding dapat aku lihat saat kami keluar kamar waktu menunjukkan pukul 14:11. Jadi hanya sekitar 2 jam bersama Ica, aku sudah 3 kali nembak mani ! Wah..., pantaslah sedikit kebas rasa kontolku.
Lalu Ica aku suruh main games sementara aku duduk di kursi sambil memandang tubuh bugil Ica, anak usia sekitar 3 tahunan itu sambil juga memandang tubuhku yang juga dalam keadaan bugil.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Sebenarnya momen ini sangat langka dan aku lupa untuk mengabadikannya melalui video ataupun photo. Ah..., dasar pepek lonte si Ica ini, karena keleluasaan dan kenyamanan aksiku pada Ica, aku jadi lupa untuk merekam kejadian ini, dan akan sangat di sayangkan kalau ini tidak aku abadikan melalui video ataupun photo.
Lalu aku kembali masuk ke kamar mertuaku untuk mengambil HPku. Dan untuk menyegarkan tubuhku, aku mandi dan memberi waktu istirahat dengan mendekati Ica sambil ikut bermain Play Station.
Sesekali aku suapi snack ke mulut Ica yang sedang asik main games sambil aku tatap lebih dalam lekuk tubuh bugil Ica yang ada di depanku ini. Ah..., bahkan teteknya saja masih rata. Namanya juga anak perempuan yang masih berusia sekitar 3 tahun, mana ada lekuk tubuhnya. Hanya keindahan pepeknya saja yang nampak putih tembam yang membuat obsesiku pada anak-anak perempuan membangkitkan birahiku, disamping masih lugunya mereka saat melihat aku ngocok kontol.
Jam 15:00 aku mulai menghidupkan mode rekaman video di HPku dan aku arahkan ke tubuh Ica yang dalam keadaan bugil sedang asik main games sambil aku juga mengarahkan ke tubuhku yang juga dalam kondisi bugil.
"Ica...", kataku sambil mengarahkan rekaman videoku ke wajahnya.
Melihat aku sedang memegang HP, Ica menghentikan permainan gamesnya.
"Om buat video ini, nanti kita nonton ya...", kataku sambil mengarahkan layar HP ke Ica dan merekam tubuh bugilku.
Kemudian aku suruh Ica mengangkangkan kakinya sambil aku rekam wajah, tubuh dan yang terutama pepek si Ica.
Lalu aku suruh si Ica berbaring sambil aku arahkan kakinya untuk mengangkang kembali dan dengan jari jempol dan telunjuk tangan kiriku, aku rekahkan pepek si Ica sambil aku videokan.
Lalu aku suruh Ica duduk mengangkang di kursi, sementara kepala kontolku aku rekam sedang berusaha menekan masuk pepeknya. Walau tidak benar-benar aku paksa tekan biar masuk ke dalam pepek Ica, tapi terasa kontolku kembali mulai memberontak ingin dikocok.
Aku rekahkan pepek Ica dan aku gesekkan kepala kontolku di rekahan pepek si Ica yang membuat Ica merasa kegelian.
Itu semua aku rekam melalui video HPku untuk aku jadikan koleksiku. Dan sering juga sih aku putar kembali koleksi video ngocokku itu. Ya kalau video yang terbanyak adalah saat aku ngocok di belakang ataupun di samping mertuaku. Ada juga video saat aku ngocok di depan Fyra, Tina, dL, Raisa, Weni dan Ica sendiri.
Semua yang aku lakukan pada Ica aku barengi dengan bercanda. Jadi Ica tertawa dan senang sambil mengikuti setiap permintaanku. Dan kemudian aku pause kan rekaman videoku dan berganti dengan mengambil photo sambil aku ulangi lagi beberapa adegan yang aku suruh Ica untuk lakukan saat aku memvideokannya tadi. Khusus untuk pepek Ica, itu adalah yang paling banyak aku ambil photonya.
Lalu dengan bantuan gagang sapu aku memperagakan gerakan mengocoki kontol yang diselingi dengan mengulum kontol kepada Ica.
"Ica buat seperti yang om buat tadi ya, terserah Ica mau buat yang mana biar om rekam", kataku pada Ica yang dijawab dengan anggukan kepala dan aku menghidupkan kembali modus rekaman video di HPku.
Sambil aku arahkan rekaman videoku ke arah tubuh Ica yang bugil, perlahan aku berjalan mendekati Ica.
"Om mau nanya, siapa namanya...", kataku pada Ica sambil mengarahkan kamera HPku ke tubuh bugil Ica.
"Ica...om...", jawab Ica sambil tersenyum.
Ini sengaja aku lakukan biar lain waktu nampak jelas kalau saat itu adalah benar-benar Ica yang secara sadar bugil di depanku dan memuaskan birahiku.
Lalu aku berdiri tepat di depan Ica dan secara perlahan tangan kanan Ica mulai memegang batang kontolku, sementara tangan kirinya seperti gemas meremas buah zakarku yang nampak sedikit mengendur.
Sangat jelas aku arahkan kamera videoku merekam aksi Ica yang secara perlahan mulai mengocoki kontolku. Sangat jelas terekam bagaimana tangan kiri Ica dengan gemas meremas buah zakarku sambil sesekali menariknya ke depan sementara tangan kanannya terus saja mengocoki kontolku.
Seperti yang aku peragakan sebelumnya kepada Ica, selain mengocoki kontolku, terkadang Ica mengulum kontolku dan melakukan gerakan kepala yang naik turun mengeluarkan dan memasukkan kontolku dari dalam mulutnya, melakukan oral sex padaku.
Jujur saja, sedikit bergetar tanganku ini memegang HPku karena kenikmatan yang aku rasakan yang diberikan Ica yang secara mandiri mengocoki kontolku sambil terkadang melakukan oral di kontolku.
Nikmat dan terasa sangat nikmat yang tak dapat aku gambarkan.
Dan mungkin karena merasa gemas, setelah beberapa kali mengocoki kontolku dan melakukan oral sex, kini kedua tangan Ica memegang kontolku dan mengocokinya dengan gerakan yang cepat hingga aku nembak mani untuk yang ke 4 kalinya.
Berkelonjotan tubuhku penuh kenikmatan saat maniku muncrat keluar, sementara tangan Ica masih saja terus mengocoki kontolku. Kalau saja tak aku suruh Ica menghentikan kocokannya, ya tidak berhenti-henti tangan Ica mengocoki kontolku. Ya jujur saja, tidak begitu kuat muncratan maniku yang keluar dari kontolku. Tapi rasa nikmatnya..., sungguh sangat luar biasa.
Belepotan mani kedua tangan Ica dan sambil terus saja aku rekam, aku katakan pada Ica untuk menjilati maniku itu yang ada di tangannya.
"Diminum dan dihabiskan ya yang di tangan Ica", kataku pada Ica.
Dan aku begitu menikmati, sambil mengarahkan kamera videoku, saat dimana Ica dengan perlahan menjilati maniku yang belepotan di kedua tangannya hingga bersih. Dan karena masih ada sedikit sisa air maniku di ujung kontolku dan di batang kontolku, lalu aku arahkan kontolku ke mulut Ica.
Dan secara perlahan Ica membuka mulutnya sambil kedua tangannya memegang buah zakarku dan akupun dengan santai memasukkan kontolku ke dalam mulut Ica, menikmati hisapan mulutnya di kontolku dan remasan kedua tangan Ica di buah zakarku.
"Enakkan rasanya Ica...?", kataku.
"Acem", jawab Ica.
Dan sambil tetap merekam, aku tertawa mendengar jawaban yang sama yang aku dengar dari Ica tentang rasa air maniku.
Sebagai rasa terima kasihku, sebelum aku matikan mode rekaman video di HPku, aku sempatkan menyuruh Ica berbaring dan mengangkangkan kakinya. Lalu aku rekahkan pepeknya dan aku ludahi, cuih...
Jam saat itu menunjukkan pukul 15:23 saat aku mematikan modus rekaman videoku dengan rasa yang sangat puas. Ah..., sangat terpuaskan birahiku ini bersama Ica. Berbugil ria bersama Ica, 2 kali dikocok kontolku secara langsung oleh tangan Ica sampai aku nembak mani, 1 kali aku ngocok sendiri sampai muncrat mani di depan Ica sambil mengekspresikan birahi, dan 1 kali kontolku muncrat mani dihimpit pepek Ica sambil digoyangnya. Ah..., puasnya...
Setelah terpuaskan birahiku ini, lalu aku bawa Ica ke kamar mandi dan aku cebok kembali pepeknya yang aku ludahi tadi.
Setelah kami berpakaian lalu kami keluar rumah mertuaku. Aku ajak Ica ke C A, di sana ada rental mobil batre dan tampak senang Ica main dengan mobilnya itu. Lalu melalui WA aku video call ke Eli sambil aku tunjukkan keceriaan Ica yang sedang naik mobil batrenya.
Puas si Ica main mobil, kemudian aku ajak Ica melihat burung-burung yang berada di areal khusus di C A. Lalu kami pulang.
Dan sebelum sampai rumahnya, aku sempatkan membawa Ica ke I super market kembali dan menyuruhnya memainkan wahana permainan di sana sampai aku benar-benar yakin, kalau Ica sudah sangat puas dan senang main bersamaku. Dan kembali aku ajak Ica makan sambil aku pastikan kalau Ica tidak akan bercerita tentang apa yang aku lakukan padanya, selain main dan bersenang-senang.
Sekitar jam 19, dengan jantung yang berdebar aku sampai di rumah Eli dan disambut dengan rasa segan Eli padaku yang telah membawa anaknya dari pagi hingga sore hari.
Dalam hati aku hanya tersenyum saja, dan mengatakan pada Eli kalau aku gak berkeberatan, malah senang sambil aku lirik ke Ica.
"Oh ya, main apa aja tadi sama si om...", tanya Eli pada Ica yang membuat sedikit terhenti degup jantungku yang sedari tadi begitu bergemuruh.
Dengan ceria Ica mengatakan tentang permainan yang dia mainkan di I super market maupun di C A. Sampai akhirnya aku sedikit pias saat Ica mengatakan kalau dia main burung.
Ya walaupun tidak begitu jelas ucapan si Ica, tapi yang pasti Eli dapat mengerti dengan baik perkataan dari Ica. Dan menanyakan perihal burung tersebut. Langsung saja aku jawab kalau kami ada main di C A.
"O..., Iya lah, di sana memang banyak burung", kata Eli.
Dan setelah berbasa basi akhirnya aku pamit pulang dengan rasa sedikit khawatir. Entah lah, dalam perjalanan pulang aku begitu khawatir Ica bercerita tentang apa yang aku lakukan padanya. Soalnya, begitu luar biasa apa yang aku lakukan pada Ica. Hampir 3 jam si Ica menyaksikan aku dalam kondisi bugil. Hampir 3 jam Ica menyaksikan secara langsung bagaimana ereksinya kontolku di depannya yang terkadang juga kontolku itu panjang melemas. Berapa lama si Ica menyaksikan aku yang penuh kenikmatan berkelojotan dalam keadaan bugil menikmati hentakan kocokan di kontolku. Berapa kali si Ica mengocoki kontolku. Berapa lama si Ica merasakan kegelian saat aku jilati pepeknya. Berapa lama Ica aku biarkan juga dalam kondisi bugil sambil aku mengekspresikan birahiku di depannya. Dan pengalaman-pengalaman yang diterima Ica saat mengocoki, mengulum bermain oral sex di kontolku, dan juga pengalaman bagaimana dia menjilati dan menelan air maniku.
Ah..., dengan risau, aku kembali menuju rumah mertuaku. Dan akhirnya sekitar jam 21 aku menelpon Eli melalui video call berpura-pura menanyakan temanku, sambil aku coba membaca situasi di sana.
Rupanya aman, karena dengan ceria Ica mengambil HP si Eli setelah mengetahui kalau yang menelpon itu adalah aku.
"Om...", kata Ica menyapaku.
Kemudian si Eli kembali mengambil HPnya dari tangan Ica sambil mengatakan kalau si Ica sangat senang aku bawa jalan.
Ya apalagi aku, yang sudah sangat terpuaskan birahiku oleh tangan dan pepek Ica. Dan seandainya 24 jam penuh boleh aku bawa si Ica, mungkin saja si Ica bisa sangat lihai mengocoki dan memuaskan birahiku.
Terima kasih ya Eli, sudah mengijinkan aku membawa Ica untuk memuaskan birahiku.