Jumat, 01 Agustus 2014

Kakak Iparku "Dk"

Hari ini kak Dk sudah menempati rumah barunya, dari T M dia pindah ke Mbr. Yang selama ini aku masih sering curi-curi pandang melihat montoknya pantat kak Dk karena rumahnya ada di sebelah rumahku, mulai sekarang jadi gak bisa lagi.
Ada banyak kenangan yang pernah aku lakukan pada kak Dk. Apalagi dulu sewaktu kami masih tinggal dalam satu rumah di S J. Sering sekali kak Dk menjadi sasaran kalau aku ngocok. Sudah menjadi kebiasaanku kalau kak Dk mandi aku bugil ngocok berdiri di depan pintu kamar mandi sambil mendengarkan riak air, menghayalkan tubuh kak Dk yang basah saat mandi dan berharap pintu kamar mandi terbuka dan kak Dk memergoki aku sedang ngocok dan dalam hayalanku kak Dk membiarkan aku masuk ke kamar mandi dan dia memperbolehkan aku ngocok di depannya.
Kalau kak Dk menjemur pakaian, aku paling suka mengambil sempaknya yang masih basah, kemudian ngocok dan menembakkan maniku ke sempak kak Dk hingga terkadang bekas maniku itu nampak sangat jelas di sempaknya saat sudah kering.
Satu hal yang sangat berkesan dari kak Dk adalah sikapnya yang biasa saja setelah dia memergoki aku yang sedang ngocok dengan kondisi setengah bugil di dapur rumahku.
Berikut ini adalah beberapa peristiwa yang sangat berkesan antara aku dengan kak Dk.

SF atau yang biasa aku panggil kak Dk adalah kakak iparku yang sering membuat kontolku terasa digelitik bila aku memandang tubuhnya. Wajahnya tidaklah begitu seperti yang ada dalam kriteriaku, tapi pantatnya itu lho ! Jujur, aku sering ngocok sambil membayangkan keindahan tubuh kak Dk. Dan tanpa sepengetahuannya juga, aku sering ngocok di belakangnya. Kalau kak Dk pulang kerja, sengaja aku tutup pintu depan dan aku buka pintu samping dengan tujuan agar kak Dk masuk rumah melalui pintu samping. Pada saat dia jalan menuju pintu samping itulah aku ngocok di ruang tamu, di depan jendela nako sambil memandangi keindahan tubuh kak Dk. Aku sadar sepenuhnya, bila kak Dk memalingkan wajahnya ke arah kaca nako, pasti kak Dk dapat melihat aku ngocok berdiri menghadap ke arahnya. Entahlah, aku sendiri tidak tahu mengapa aku mengambil resiko seperti itu. Karena seandainya dia tahu ? Terkadang dalam benakku terlintas pengharapan untuk dipergoki ngocok sama kak Dk. Dan kuhayalkan kak Dk mau melepaskan bajunya, bugil di depanku dan membiar aku untuk menikmati keindahan tubuhnya. Tapi kenyataannya sungguh di luar dari harapan. Ah..., dasar pepek pantat torok lonte kau kak Dk... Karena pada tanggal 08-08-2002, jam 17:12, sangat telak kak Dk memergoki aku sedang berdiri ngocok setengah bugil di dapur rumah. Dan tidak seperti yang aku bayangkan dalam hayalanku, - yang kak Dk mau bugil di depanku - , melainkan ekspresi wajah kecut yang dia hadirkan di hadapanku. Pepek pantat kak Dk ! 
Awalnya saat aku hanya berdua dengan kak Dk di rumah, aku memang sedang kepingin ngocok. Jujur saat itu aku menunggu kak Dk untuk mandi dan sudah menjadi kebiasaanku saat kak Dk mandi, aku bugil ngocok di depan pintu kamar mandi sambil mendengarkan kak Dk mandi. Tapi karena aku lihat kak Dk sedang menyetrika dengan tumpukan pakaian yang lumayan banyak di ruang TV, tiba-tiba timbul keinginanku untuk ngocok di dapur rumahku. Lagian kalo aku nunggu kak Dk selesai nyetrika akan terlalu lama.
Setelah memastikan kondisi sudah aman, kemudian aku berdiri di depan lemari di dapur rumahku. Perlahan aku membuka celana pendekku dan dalam keadaan bugil aku bersiap untuk ngocok. Tapi ada rasa was-was yang tiba-tiba muncul hingga akhirnya membuat aku mengurungkan niatku untuk bugil ngocok dan kemudian aku memakai celanaku kembali. Awalnya aku ngocok dengan posisi celana yang aku tarik sedikit ke bawah. Tapi karena kurang nyaman, akhirnya celana itu aku lorotkan hingga ke lututku. 
Ah..., sambil ngocok aku membayangkan keindahan tubuh kak Dk. Membayangkan di saat aku sering melihat kak Dk berjalan keluar dari kamar mandi menuju ke kamarnya hanya berbalut handuk saja. Handuk yang hanya menutupi teteknya dan sedikit pahanya. Jujur, paha kak Dk sangat seimbang dengan bentuk pantatnya yang montok itu. Esh..., dasar pepek torok pantat lonte kak Dk itu..., begitu aku nikmati hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. 
Sambil membayangkan keindahan tubuh kak Dk, aku pejamkan mataku. Saat itu aku benar-benar tidak memikirkan posisiku yang sedang berada di dapur dengan kondisi celana yang melorot hingga ke lututku, karena aku begitu menikmati kocokan tanganku di kontolku. Lagian posisi kak Dk yang sedang sibuk menyetrika di ruang TV membuat aku lupa diri.
Dan tanpa aku duga, begitu aku membuka mataku, kak Dk sudah berada di pintu dapur. Aku tak tahu, sudah berapa lama kak Dk berada di pintu itu. Yang jelas, saat aku membuka mataku, langsung aku melihat kak Dk sambil dia berkata "eh...". Dasar lonte pepek torok kau kak Dk... Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan saat itu selain menarik celanaku dan masuk ke dalam kamarku sambil merutuki kejadian yang terjadi. Wuih..., begitu kecutnya wajah kak Dk saat itu dan aku benar-benar tidak menyangka kak Dk masuk ke dapur dengan tiba-tiba. Padahal sebelumnya aku lihat kak Dk sedang menyetrika di ruang TV. Lonte pepek torok kau kak Dk, akhirnya aku mengambil keputusan untuk keluar dari kamar, melihat situasi dan bersikap biasa aja. Saat itu kak Dk sudah masuk ke dalam kamarnya. Dan karena masih tanggung, akhirnya aku selesaikan juga acara ngocokku di dapur rumah sampai aku nembak mani.
Sore hingga malam hari setelah kejadian itu, kak Dk benar-benar tidak keluar dari kamarnya. Dan di hari berikutnya kak Dk bersikap biasa saja padaku. Hanya saja kak Dk sudah tidak pernah keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk saat aku berada di rumah. Ah..., dasar lonte pepek torok pantat kau kak Dk...

Jujur, aku sedikit bingung dengan sikap kak Dk padaku. Semenjak kejadian kak Dk memergoki aku sedang ngocok di dapur, hampir 1 bulan kak Dk saat selesai mandi gak pernah memakai handuk bila keluar dari kamar mandi. Dia langsung memakai pakaiannya di dalam kamar mandi. Tapi di lain sisi, kak Dk masih tetap memakai celana pendeknya dan bahkan lebih pendek ukurannya dari yang biasa dia pakai. Ah..., dasar lonte..., aku hanya bisa curi-curi pandang untuk melihat keindahan tubuh kak Dk.
Selama 1 bulan itu juga aku gak berani untuk bugil ngocok di depan pintu kamar mandi saat kak Dk mandi. Lepas sebulan lebih setelah kejadian itu baru aku berani menjadikan kak Dk sebagai target ngocokku lagi. Itupun setelah aku merasakan kalau kak Dk sepertinya memancing-mancing birahku dengan dia sering memakai pakaian yang longgar dengan celana tipis yang super pendek. Hal yang menjadikan aku merasa kak Dk sepertinya sudah bersikap biasa padaku adalah saat kami ngobrol dan dia duduk bersamaku di lantai. Memang saat itu suasana ramai, dan kak Dk lebih mendekat ke aku dengan tangannya yang memegang pahaku untuk melihat luka yang ada di kakiku. 
Sebenarnya, selama hampir sebulan kak Dk tidak pernah membiarkan aku menutup seluruh pintu saat kami hanya berdua di dalam rumah. Ada saja alasan yang dia buat agar dia bisa membuka kembali pintu yang sudah aku tutup. Entah itu dengan dia berpura-pura menyapu atau apalah..., yang intinya dia bisa membuka pintu rumah yang sudah aku tutup. Ah..., kebiasaanku ngocok dan nembak mani di sempak kak Dk yang baru dia cuci juga tidak berani aku lakukan setelah kejadian itu. Apalagi kebiasaan bugil ngocokku di depan pintu kamar mandi saat dia sedang mandi.
Tapi setelah hampir sebulan lebih setelah kejadian itu dan kak Dk sepertinya sudah bersikap biasa saja padaku, akhirnya aku mulai kembali berani untuk setidaknya mengambil sempak kak Dk untuk aku ciumi saat aku ngocok. Dan bahkan aku mulai kembali berani ngocok di ruang tamu saat dia pulang kerja seperti yang aku lakukan sebelumnya.
Aku juga kembali berani bugil ngocok di depan pintu kamar mandi saat kak Dk mandi adalah setelah kak Dk sendirilah yang menutup pintu belakang rumah saat dia mau mandi. Tapi saat itu aku hanya ngocok di ruang TV. Dan di hari itu juga aku lihat kak Dk kembali hanya berbalut handuk saat dia keluar dari kamar mandi menuju kamarnya. 
Dasar lonte pepek torok kak Dk..., membuat aku begitu geregetan dengan sikapnya itu. Dan di hari-hari berikutnyalah aku secara terang-terangan berani menutup seluruh pintu rumah saat kami hanya berdua di rumah, khususnya saat aku tahu kak Dk akan mandi. Entahlah apakah kak Dk tahu dan sengaja membiarkan aku atau gimana. Tapi yang aku rasakan kak Dk sepertinya selalu saja memancing birahiku dengan dia yang selalu berpakaian yang sedikit vulgar. Baju longgar yang tipis dengan celana yang sangat pendek selalu saja dia pakai saat aku dan dia hanya berdua di rumah.
Jujur, birahiku begitu menggelegak setiap aku memandang ke tubuh kak Dk. Dan akhirnya kenekatanku semakin menjadi dengan aku melakukan bugil ngocok merebahkan diri di depan pintu kamar mandi saat kak Dk mandi. Iya..., kalau sebelumnya aku bugil ngocok berdiri di depan pintu kamar mandi, tapi setelah kejadian dipergoki ngocok oleh kak Dk itu malah aku lebih berani dengan merebahkan tubuhku di depan pintu kamar mandi sambil ngocok saat kak Dk berada di dalamnya. Entah itu saat kak Dk mandi atau sedang mencuci baju.
Jujur, kadang aku merasa kak Dk sengaja memberi kesempatan padaku untuk ngocok dan menghayalkan dirinya. Tak akan mungkin dia tak curiga karena kalau kami hanya berdua di rumah, sesaat sebelum kak Dk mandi, pasti aku menutup seluruh pintu rumahku. Gak akan mungkin dia gak tahu bercak maniku yang menempel di sempaknya yang akan dia cuci. Pasti dia tahu bentuk sempaknya yang sudah dia pakai dan tiba-tiba saat dia akan mencucinya ada bercak lendir yang merupakan maniku di sempaknya yang dia pasti tahu itu bukan lendir dari pepeknya. Apalagi sering aku ngocok dan nembak mani di sempaknya yang sudah dia cuci. Begitu jelas bekas bercak maniku di sempak kak Dk saat sempaknya sudah mengering. Dan sepertinya kak Dk membiarkan itu semua. 
Ah..., kak Dk..., dari sikap kak Dk itu juga aku jadi berani telentang dalam kondisi bugil ngocok di depan pintu kamar mandi sambil mendengarkan dia sedang mandi atau mencuci pakaiannya, sementara baju dan celanaku berada di dalam kamarku. Iya..., di setiap aku tahu kak Dk akan mandi, langsung saja aku tutup seluruh pintu di rumahku dan aku langsung melepas seluruh pakaianku di dalam kamarku sambil menunggu kak Dk masuk ke kamar mandi. Dan sesaat setelah aku mendengar kak Dk menutup pintu kamar mandi, langsung saja aku keluar dari kamarku dalam kondisi bugil menghampiri pintu kamar mandi. Di depan pintu kamar mandi itulah kemudian aku merebahkan tubuhku dan ngocok sampai aku nembak mani. Hal itu sering aku lakukan dan pastinya di setiap hanya aku dan kak Dk saja yang sedang berada di rumah.
Itu yang membuat aku salut pada kak Dk. Walau awalnya kak Dk begitu terkejut dan menampilkan wajah kecutnya saat memergoki aku ngocok, tapi kemudian dia membiarkan dirinya menjadi imajinasiku saat aku ngocok. Omong kosong dia gak tahu kalau lendir ataupun bercak di sempaknya itu adalah maniku. Omong kosong kalau dia gak curiga di setiap dia mau mandi pasti aku menutup seluruh pintu rumahku. Omong kosong dia gak merasakan letupan birahiku di setiap tatapan mataku ke tubuhnya. Toh pada kenyataannya, malah kak Dk juga yang sering memancing birahiku dengan dia yang selalu memakai baju tipis dan celana pendek yang hanya sedikit menutup pangkal pahanya. Lonte pepek pantat torok kau kak Dk... Dari 1996-2005 selalu saja aku bugil ngocok di depan pintu kamar mandi saat kak Dk berada di dalam kamar mandi. Dari 1996-2005 begitu puasnya hampir setiap hari aku ngocok dan nembak mani di sempak kak Dk. Dari 1996-2005 begitu nikmatnya sensasi ngocokku sambil mencium sempak kak Dk. Dan semua itu berakhir di tahun 2005 saat kak Dk  dan aku pindah rumah dari S J ke T M.

Sore itu tanggal 19-08-2006 aku sedang iseng checking motor di samping rumahku. Tiba-tiba kak Dk datang dan kemudian berdiri di pintu gerbang samping, entah mau apa dia. Posisinya tepat membelakangi aku. Pepek pantat lonte kak Dk ! Montoknya..., jadi kepingin ngocok nih... Kontolku juga sudah ereksi. Akhirnya, dengan perlahan aku berdiri dan membuka resleting celanaku. Saat itu jam 15:33, tepat di belakang kak Dk dengan jarak kurang dari 3 m aku berdiri ngocok. Menikmati keindahan tubuh kak Dk dari belakang. Begitu nikmatnya, sampai begitu banyak mani yang keluar hingga berceceran di lantai samping rumahku. Pepek pantat lonte memang kak Dk, baru saja aku selesai nembak, tiba-tiba dia membalikkan badannya. Untung saja aku sudah nembak dan dengan cepat aku tutupi kontolku dengan bajuku. Hampir saja...

Sudah lama sekali aku tidak menjadikan kak Dk sebagai target ngocokku. Dan tanggal 01-06-2011, jam 11:47-11:52 aku begitu santai ngocok sampai nembak mani sekitar 3 m di arah samping kak Dk yang sedang membaca majalah di ruang tamu rumahku. 

Adik Iparku "In"

Satu lagi adik iparku yang selalu menjadi sasaran saat aku ngocok adalah In. Kalo dilihat dari segi wajah dan tubuh, kalah dikit la dengan Ning. Tapi entah kenapa In yang selalu lebih banyak menjadi target ngocokku dibandingkan dengan Ning.

Tanggal 22-11-2006, In meminta aku untuk menjemputnya pulang kerja. He... he... he..., dalam hati aku tertawa, sekumpulan ide sudah ada di benakku. Sebelum aku pergi untuk menjemput In, sudah aku persiapkan hal-hal yang akan menjadi pendukung rencanaku. Sengaja aku pakai jaket panjang, dan kontolku sudah aku keluarkan dari resleting celanaku semenjak aku berangkat. Tak lama waktu aku untuk menunggu In keluar dari tempat kerjanya. Sebelum In naik di boncenganku, aku katakan pada In kalau saat itu aku sedang tak enak badan. Dan kuminta In untuk mengemudikan motorku. In mau ! Kemudian aku katakan lagi kalau kami akan pindah posisi di jalan Ghru saja, karena di sana jalanan sepi, tak mungkin ada polisi. In oke saja kelihatannya. Setelah sampai di jalan Ghru, di depan PT. Tlkm kami berpindah posisi. In sekarang yang bawa motorku. Kemudian aku duduk di bonceng belakang In sambil menyingkapkan jaketku dan karena kontolku sudah ereksi langsung saja aku kocok. Biar In tidak curiga, sengaja aku ajak In ngobrol dan tangan kiriku juga tak henti-hentinya mengocoki kontolku. Ngobrol sepanjang jalan, tapi bukan itu tujuanku. Selama ngobrol tak henti-hentinya aku memperhatikan bagian belakang tubuh In untuk mencari keindahan tubuhnya. Dapat dibayangkan betapa dekatnya jarak kontol yang kukocok itu dengan tubuh In ! Keadaan juga membuat aku begitu leluasa ngocok langsung di belakang In. Jalan M. Bsri, Alflh, Mustf, Bill, Cmra dan Bngkl adalah jalan yang begitu sepi. Puas rasanya dengan keleluasaan itu. Tapi seandainya In cermat, pasti In dapat merasakan gerakan-gerakan yang terjadi saat aku ngocok di belakangnya. Tapi entahlah, apakah In tahu kalau aku ngocok saat itu dan dia sengaja pura-pura tidak tahu aku tak perduli ! Akhirnya sekitar 50 m sebelum pjk Bngkl aku nembak begitu banyak mani. Untungnya saat nembak, sengaja aku tahan muncratan maniku itu dengan tangan kananku. Belepotan mani tanganku jadinya ! Aduh..., aku sempat bingung mau aku lap ke mana maniku itu. Posisi kami sudah hampir sampai ke rumah, dan tiba-tiba aku teringat kalau aku bawa sarung tangan yang aku letak di saku kiri jaketku. Buru-buru aku lapkan maniku di sarung tanganku karena kami sudah berada di depan gang rumah kami. Ah..., begitu nikmat ngocok langsung di belakang In. Sebenarnya setiap kejadian aku catat waktunya melalui jam HPku. Awal aku mulai ngocok sampai aku nembak mani di belakang In adalah antara jam 23:32 - 23:46. Jadi, selama 14 menit aku ngobrol sambil ngocok di sepanjang jalan di bonceng belakang In ! Ah..., In... In..., makasih ya sudah menemani aku ngobrol selagi aku ngocok...

Kejadian yang sama terjadi lagi pada In. Tanpa sungkan tanggal 26-11-2006 dia meminta aku untuk menjemputnya pulang kerja. Kalau aku sih oke-oke saja..., karena hal itu merupakan kesempatan bagiku yang tak mungkin aku sia-siakan. Saat itu sengaja aku cuma pakai baju biasa yang nantinya akan aku jadikan alasan. Di jalan setelah In aku bonceng, aku katakan kok tiba-tiba aku merasa kedinginan. Lalu aku katakan lagi pada In, mau gak bawa motorku. In mau ! Kemudian aku belokkan motorku ke jalan Ghru dan kami bertukar posisi di sana. Wuih..., kontolku sepertinya sudah tak sabar untuk dikocok. Setelah aku duduk di belakang In, aku singkapkan bajuku dan langsung ngocok. Seperti kejadian yang sebelumnya, biar In tidak curiga, aku ajak In ngobrol. Tapi sepertinya In mulai curiga dengan gerakan-gerakan yang terjadi selama perjalanan kami. Sesekali aku lihat In melirik ke kaca spion. Walau sepanjang jalan M. Bsri, Alflh, Mustf, Bill, Cmra dan Bngkl yang kami lalui itu kami isi dengan ngobrol dan tangan kananku juga tak berhenti mengocoki kontolku, sepertinya In sangat grogi membawa motorku.  Aku belum pernah merasakan In bawa motor seperti itu sebelumnya. Karena In sudah lama mahir dalam mengendarai motor. Atau In saat itu tahu kalau aku sedang ngocok ? Pepekmu In, aku tidak perduli, apa dia tahu atau tidak. Karena bagiku saat itu adalah menikmati setiap hentakan kocokan di kontolku sambil menatap tubuh In dengan penuh birahi. Tak aku perdulikan kegrogian In saat dia membawa motorku. Aku tetap terus ngocok di belakangnya. Apalagi saat aku melihat kontolku yang aku kocok dengan tubuh In, ah..., begitu dekatnya...
Aku nembak begitu banyak mani tepat saat kami berada di pjk Bngkl. Untungnya maniku itu aku tahan dengan tangan kiriku, kalau tidak pasti maniku itu mengenai baju In, karena begitu dekatnya jarak kontolku yang kukocok dengan tubuh In. Tapi walau bagaimanapun juga aku tetap memperhatikan baju In, kalau-kalau maniku itu nempel di bajunya. Aku tandai waktu awal aku ngocok langsung di belakang In sampai aku nembak mani adalah antara jam 23:47 - 00:01. Ah..., puasnya aku... Jadi selama 14 menit aku ngobrol dan ngocok langsung di belakang In. Makasih ya In..., sudah memuas birahiku. Oh ya..., seandainya In memperhatikan bagian depan bajuku sewaktu kami sudah sampai di rumah, pasti In dapat melihat kalau bajuku itu basah, karena aku melap maniku di bajuku sendiri.

Semakin dekat aku dengan kedua adik iparku, semakin banyak imajinasi yang ada dalam benakku. Begitu banyak waktuku untuk tetap berada dekat dengan kedua adik iparku itu. Tanggal 16-04-2007, adalah hari yang benar-benar nekat bagiku. Terkadang keisenganku membuahkan kesempatan yang tak terduga. Secara tak sengaja aku lihat di dinding kamar tengah ada bolongan yang tembus ke kamar depan, yaitu kamarnya In dan Ning. Aku iseng ngintip melalui lubang itu dan aku dapati In sedang tidur di sana. Kuamati wajah In secara mendalam. Ternyata lumayan juga wajah si In.  Kemudian aku berfikir, kalau itu merupakan kesempatan bagiku. Tapi apakah tidak terlalu riskan ? Aku punya rencana untuk masuk ke kamar In dan ngocok di depannya. Lama aku berfikir, mencari kemungkinan-kemungkinan yang dapat saja terjadi kalau aku nekat melakukan rencanaku. Akhirnya, setelah aku yakin dengan situasi saat itu, perlahan aku keluar dari kamar dan kemudian aku berdiri di depan pintu kamar In. Perlahan aku singkapkan tirai pintu kamarnya dan kudapati In masih pada posisinya, yaitu tubuhnya miring ke kanan dan wajahnya tepat menghadap ke arah pintu. Dan untuk menjaga segala kemungkinan, kemudian aku mengambil sapu yang nantinya dapat aku jadikan alasan sedang menyapu bila rencanaku diketahui. Setelah semua aman, kemudian aku singkapkan kembali tirai pintu kamarnya dan aku berdiri di depan pintu sambil ngocok, memandangi wajah In, menelusuri setiap lekuk tubuh In. Tetek In lumayan padat, ah..., jadi kepingin ni nenen di teteknya... Saat itu aku ngocok di depan In dari jam 07:29-07:30. Memang hanya 1 menit, tapi maniku begitu banyak yang keluar sampai ada yang berceceran di lantai kamar In. Ah..., benar-benar nekat. Karena seandainya In membuka matanya sedikit saja, pastilah dia dapat melihat aku sedang ngocok di depannya. Pada waktu berangkat kerja, In minta diantar olehku, dan sewaktu di jalan kami singgah di toko roti, katanya buat teman-temannya, karena In sedang berulang tahun. Selama dalam perjalanan, tak henti-hentinya aku membayangkan saat aku ngocok di depannya. Selamat Ulang Tahun Buat In, hadiah yang dapat aku berikan untukmu hanyalah ngocok di depanmu...!

Malam tanggal 08-05-2007, Mi datang dari A S bersama keluarganya. Wah..., jadi ramailah rumah mertuaku. Mana kamar kami sedikit. Tapi ya sudah lah..., aku dan *****ku tidur di kamar tengah. Dan kudengar akhirnya Mi dan keluarganya tidur di kamar depan. Tengah malam aku keluar kamar dan kudapati In dan Ning tidur di ruang TV. Tampak sangat pulas tidur mereka berdua. Aduh..., kontolku jadi ereksi nih..., dan merupakan kesempatan besar bagiku untuk dapat ngocok langsung di depan kedua kakak beradik itu. Dan aku tahu, kesempatan itu tak mungkin dapat terulang untuk kedua kali. Posisi tidur In dan Ning juga sangat strategis. Mereka seperti membentuk huruf "L", di mana kepala In berada di bagian kaki Ning. Tanpa menunggu waktu yang lama, kemudian aku singkapkan kain sarungku, lalu aku ngocok berdiri di atas kepala In sambil menghadap ke arah Ning. Silih berganti kupandangi wajah dan tubuh kedua kakak beradik itu. Ah..., montoknya kau Ning..., dan sekalnya tetekmu In... Begitu santai aku ngocok di depan mereka berdua. Posisi aku berdiri ngocok tepat di atas kepala In. Dan juga tepat di hadapan Ning. Sebenarnya resiko yang aku pertaruhkan sangat besar, karena seandainya Ning terbangun, pastilah dia akan melihat aku ngocok dengan sarung yang kusingkap ke atas. Apalagi In ! Kalau dia terbangun saat itu, yang nampak pertama kali olehnya adalah kontolku yang sedang aku kocok tepat di atas kepalanya ! Kondisi saat itu juga sangat riskan, karena Mi ada di kamar depan yang tak mempunyai pintu. Kalau Mi keluar kamar, pasti aku tidak dapat mengetahuinya. Aku ngocok sampai nembak begitu banyak mani mulai dari jam 02:00-02:03, selama 3 menit terpuaskan birahiku di depan kedua kakak beradik itu. Makasih ya In dan Ning..., kalau kalian berdua bersedia aku giliri, mungkin sepanjang hari aku akan menggiliri kalian berdua sampai kalian berdua benar-benar puas. Dan untuk Ning, selain pepekmu yang akan aku giliri, pantatmu juga pasti tidak akan luput dari sasaran kontolku ! Ah..., montoknya pantatmu Ning...

Ye..., pagi hari tanggal 03-06-2007, In sudah tertidur di ruang TV ! Anak gadis pagi-pagi masih tidur ? Tapi ada bagusnya juga, karena merupakan kesempatan emas bagiku. Setelah aku lihat kondisi sudah memungkinkan, pada jam 07:18 aku mulai membuka resleting celanaku dan akhirnya aku ngocok berdiri di belakang In yang sedang tidur. Saat aku ngocok, sebenarnya In tampak gelisah dalam tidurnya. Aku masa bodo aja, tak henti-hentinya pandanganku tertuju pada tiap lekuk tubuh In yang sedang tidur dan membayangkan kenikmatan tubuhnya seandainya kontolku berada dalam pepeknya. Sebenarnya saat aku akan nembak mani, aku ingin menembakkannya ke tubuh In, tapi karena In gelisah dalam tidurnya, aku urungkan niat itu dan kutampung maniku dengan tangan kiriku.

In lagi..., In lagi... Pagi tanggal 22-09-2007, kudapati In sedang tidur di ruang TV. Posisi tidurnya telentang, bagai minta untuk ditindih. Karena suasana sunyi, kemudian aku keluarkan kontolku dan ngocok di depannya dengan jarak kurang dari 1 m. Tapi saat aku ngocok, sepertinya aku tidak begitu tenang. Karena jujur, aku tak tahu apakah In memang tidur atau hanya tidur-tiduran saja. Tapi tak penting bagiku ! Karena terpuaskan juga birahiku dengan ngocok di depan In sampai aku nembak begitu banyak mani. Yang membuatku begitu birahi pada In adalah saat kulihat tetek In semakin montok saja. Dari jam  08:09-08:11 aku ngocok sampai aku nembak mani di depan In. Ah..., bertambah montok tetekmu In...