Kamis, 20 Maret 2025

Bugil Ngocok Di Samping Mertua

Tanggal 20-03-2025, jam 09:30-09:33 aku bugil ngocok sekitar 7 m di samping mertuaku yang sedang mencuci pakaian di kamar mandi rumahnya. Entahlah, sampai sekarangpun aku gak tahu, kenapa aku begitu terobsesi pada mertuaku itu. Selalu saja aku mencari kesempatan untuk dapat menikmati keindahan tubuhnya. Jujur saja, sebenarnya saat itu aku hampir gak semangat karena berulang kali mertuaku keluar dari rumahnya dan beraktifitas di halaman rumah, sementara **** ada juga di dalam rumah. Aku hanya bisa curi-curi pandang untuk menikmati keindahan tubuh mertuaku sambil berimajinasi doang, tanpa bisa ngocok. Jangankan ngocok, ngelus kontolkupun aku gak bisa. Padahal seandainya saat itu aku sedang sendirian di rumah, pasti aku bisa ngocok di belakang mertuaku.
Hingga akhirnya, saat **** hendak menjemput **, posisiku berada di pintu rumahku untuk menutup pintu dan mertuaku juga hendak masuk ke rumahnya, terdengar olehku suara mertuaku bergumam, "ah..., nyuci aja lah...", yang membuatku sepertinya mempunyai kesempatan untuk ngocok. Walau saat itu aku yakin yang dapat aku lakukan hanya bisa sebatas ngocok di pintu dapur rumahku sambil menghadap ke pintu kamar mandi mertuaku yang mungkin dia tutup, atau curi-curi kesempatan sambil pura-pura jalan dari kamar mandi rumahku dan mencari kesempatan untuk ngocok saat mertuaku tidak melihat ke arah aku, seandainya pintu kamar mandi rumah mertuaku itu terbuka. Karena sudah menjadi kebiasaan mertuaku, kalau dia sedang mencuci pakaian, pasti tubuhnya mengarah ke luar pintu kamar mandinya dan aku tahu dia sengaja melakukan itu karena curiga denganku, atau memang gak mau aku jadikan target ngocokku. Hal itu terbukti dengan seringnya kami beradu pandangan saat aku berada di dapur rumahku, saat dia sedang mencuci pakaian dan tak berapa lama kemudian dia pasti menutup pintu kamar mandinya. Ah..., seperti jinak-jinak merpati.
Dan sesaat setelah aku mendengar ucapan mertuaku itu, aku buru-buru menuju dapur rumahku sambil terus melorotkan bagian depan celana pendekku, ngocok di pintu sambil menghadap ke pintu kamar mandi rumah mertuaku yang memang sedari pagi sudah terbuka. Tapi hanya sesaat karena sejujurnya aku hanya memperhitungkan langkah mertuaku untuk masuk ke dalam kamar mandinya. Esh..., begitu besarnya hasratku untuk menjadikan mertuaku itu sebagai target ngocokku. 
Kemudian aku kembali ke ruang tamu rumahku untuk memastikan keberadaan mertuaku. Berulang kali aku hilir mudik dari ruang tamu rumahku ke kamar mandi untuk memastikan apakah mertuaku itu sudah berada di kamar mandinya. Tapi kemudian aku akhirnya memutuskan untuk merebahkan tubuhku di ruang tamu sambil mempermainkan kontolku. Karena kalaupun aku terlalu sering keluar masuk ke dapur rumahku dan seandainya mertuaku memang sudah berada di kamar mandinya dengan pintu yang terbuka, pasti dia akan curiga. Toh selama ini memang seperti itu, yang membuat akhirnya mertuaku menutup pintu kamar mandinya.
Sengaja aku tunggu beberapa saat, walaupun aku sudah mendengar ada suara aktifitas mencuci yang berasal dari kamar mandi mertuaku. Hingga akhirnya, secara perlahan aku masuk ke dapur rumah sambil melirik ke pintu kamar mandi mertuaku. Esh..., lonte pepek torok..., begitu strategisnya posisi mertuaku itu. Selama ini mertuaku kalau mencuci pakaian, pasti tubuhnya menghadap ke pintu kamar mandi yang otomatis dapat melihat langsung ke pintu dapur rumahku, tapi saat itu posisi tubuhnya menyamping mengarah ke pintu masuk kamar mandinya. Walau dapat aku pastikan dan tidak menutup kemungkinan hanya dengan sedikit melirik ke samping kiri, mertuaku itu pasti dapat melihat keberadaanku, tapi posisi tubuhnya itu begitu menggelitik adrenaliku. Walau aku sadar akan menimbulkan kecurigaan, tapi ya aku memang harus berulang kali keluar masuk dapur rumahku sambil sesekali pura-pura ke kamar mandi rumahku untuk memastikan posisi tubuh mertuaku itu tidak begitu banyak berubah. 
Dan akhirnya, setelah situasi aman, saat aku keluar dari kamar mandi rumahku, sengaja aku melorotkan bagian depan celana pendekku serta membiarkan kontolku keluar dari celanaku. Sambil lebih memastikan keberadaan mertuaku yang sudah beberapa kali aku tandai tidak terlalu banyak perubahan posisi tubuhnya, perlahan tanganku juga mulai mengocoki kontolku. Esh..., begitu terpicunya adrenaliku saat sambil berjalan aku ngocok dan melihat mertuaku itu begitu asik dengan pekerjaan mencucinya yang membuat aku akhirnya memutuskan untuk menghentikan langkahku di pintu dapur rumahku. Sambil tetap mengawasi setiap gerakan tubuh mertuaku yang sedang mencuci pakaian, tangan kananku tak henti-hentinya mengocoki kontolku, sementara tangan kiriku memegang bagian depan celanaku untuk mengantisipasi seandainya mertuaku itu melirik atau menoleh ke arah aku.
Esh..., lonte pepek pantat torok..., begitu terbakarnya birahiku melihat mertuaku yang nampak asik dengan cuciannya. Aku sadar, jangankan menoleh ke arah luar pintu kamar mandinya, seandainya mertuaku itu melirik saja, pasti dia dapat melihat aku dengan sangat jelas sedang ngocok mengarah ke dirinya. Esh..., lonte..., begitu meledak-ledak birahiku.
Melihat mertuaku itu tetap fokus pada pekerjaan mencucinya, kenekatanku semakin menjadi. Yang awalnya aku ngocok masih mengenakan celana pendekku, dengan perlahan aku mulai menurunkan celanaku hingga aku benar-benar bugil, telanjang tanpa sehelai benangpun di tubuhku, berdiri ngocok di pintu dapur rumahku dan langsung menghadap, mengarahkan kontolku yang sedang aku kocok itu ke posisi mertuaku. Ah..., begitu nekat dan penuh resiko.
Bahkan saat aku dalam kondisi telanjang seperti itu dan dengan tangan yang sedang mengocoki kontolku, masih juga aku sempatkan untuk melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 09:30. Padahal resiko saat aku melirik ke arah jam itu juga bukan main-main. Kan bisa saja mertuaku itu juga melihat ke arahku saat aku memalingkan wajahku melihat ke arah jam dinding. Tapi..., itulah sensasi kenikmatannya.
Dalam keadaan bugil aku berdiri di pintu dapur rumahku, sambil memandang ke tubuh mertuaku yang sedang jongkok mencuci pakaian dengan penuh tatapan birahi. Apalagi aku melihat pakaian yang dia kenakan itu tersingkap hingga ke pahanya. Esh..., lonte pepek pantat torok..., inginnya aku secara sadar mertuaku itu meminta aku untuk mengentotinya... Esh..., tatapanku begitu liar penuh birahi melihat ke arah mertuaku dan tanganku juga tak henti-hentinya mengocoki kontolku. Suara hentakan kocokan tanganku di kontolku sepertinya tertutupi dengan aktifitas mertuaku itu. Dan saat itu aku begitu liar ngocok mengarah ke mertuaku dengan jarak sekitar 7 m dengan keadaan bugil tanpa sehelai benangpun di tubuhku. Aku sadar dengan resiko yang ada. Ok..., suara kocokan tanganku yang begitu liar mengocoki kontolku tersamarkan dan tak terdengar oleh mertuaku yang sedang mencuci pakaian. Tapi..., hanya dengan sedikit melirik ke arah luar pintu kamar mandinya saja pasti dia akan dapat dengan jelas melihat aku sedang dalam keadaan bugil ngocok. Apalagi kalau mertuaku itu menoleh..., esh..., begitu nikmat sensasi yang aku rasakan saat itu.
Sampai akhirnya sambil berkelonjotan penuh kenikmatan, aku remas kepala kontolku yang sedang memuncratkan maniku. Begitu beraninya aku bertahan tetap di pintu rumahku, menikmati sensasi kelonjotan kenikmatan puncak birahiku. Ah..., benar-benar sangat beresiko. Dan setelah itu aku kemudian mengenakan kembali celanaku lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan mani yang ada di tangan kiriku. Ah..., nikmatnya...