Tanggal 21-11-2023 ini genap sudah usiamu 62 tahun. Gak ada yang nampak berubah dari tubuhmu. Keindahan tubuhmu sepertinya tidak termakan oleh usiamu. Ah..., kau adalah mertuaku yang selalu menggelitik birahiku saat aku berada di dekatmu. Ambisiku pada pepekmu begitu besar. Pantatmu yang montok itu menjadi penambah imajinasi birahiku padamu.
Jembutmu yang sudah beruban itu juga tidak menyurutkan keinginanku untuk bermanja, menjilati pepekmu hingga kau merasakan kenikmatan dan sensasi yang tak pernah kau rasakan sebelumnya, mertuaku. Bahkan aku bisa jamin, akan aku buat kau terkencing-kencing dengan permainan lidahku di pepekmu, mertuaku. Apalagi kalau aku melesakkan kontolku ini ke dalam pepekmu. Selain lendir kenikmatan yang keluar dari pepekmu, aku pastikan juga kau akan mengejang sambil terkencing-kencing di saat kontolku ini mengocoki pepekmu.
Memang sudahlah nampak penuaan pada kulit tubuhmu. Tapi keindahan tubuhmu masih nampak jelas dengan lekuk pinggang serta montoknya pantatmu. Bulat..., iya nampak begitu bulat pantatmu saat kau hanya sedikit menunggingkan tubuhmu yang membuat begitu terbakarnya birahiku padamu. Ah..., walau hari ini genap sudah 62 tahun usiamu, tapi tak menyurutkan keinginanku untuk menikmati dan merasakan sensasi pada pepekmu. Iya..., pepekmu yang sudah beruban itu selalu saja menggelitik imajinasiku. Aku bisa jamin, kepuasan yang aku berikan akan lebih dahsyat dari apa yang pernah kau rasakan dari suamimu dulu, mertuaku. Dan kau akan merasakan sensasi gaya dari ngentot yang aku yakin belum pernah kau lakukan dengan suamimu dulu, mertuaku.
Di hari ulang tahunmu ini aku hanya bisa mengucapkan maafkan aku mertuaku kalau aku sering mencampurkan air kencingku di gelas minumanmu. Maafkan aku juga yang sering kencing di pakaian dan handuk serta sempakmu yang sedang kau jemur maupun yang masih di dalam rendaman pakaianmu yang belum kau cuci. Maafkan aku yang sering nembak mani di sempakmu dan di handuk yang kau pakai. Maafkan aku juga yang sering kencing dan nembak mani di kasurmu. Dan maafkan aku yang begitu merasa puas saat melihat kau menghabiskan minumanmu yang telah bercampur dengan air kencingku.
Gak ada maksudku untuk melecehkanmu. Gak ada maksudku untuk merendahkanmu. Itu semua aku lakukan sebagai bentuk ungkapan betapa aku begitu mengagumi keindahan tubuhmu dan menginginkan kenikmatan tubuhmu. Aku sangat yakin, jika kau tersentuh dengan kencingku maupun maniku, apalagi kau sudah sangat sering meminum air kencingku, kau juga merasakan gelitik birahimu padaku seperti yang aku rasakan padamu, mertuaku. Dan itu memang terbukti dari bahasa tubuhmu sesaat setelah kau menyentuh ataupun meminum air kencingku. Mungkin hanya faktor etika saja yang menjadi penghalang kau masih bertahan dengan hanya menunjukkan sedikit dari bahasa tubuhmu yang memancing birahiku. Ah..., pepek dan pantatmu membuat ngaceng kontolku. Sering aku ngocok di belakangmu. Sering aku ngocok di hadapanmu di saat kau tidur. Itu semua aku lakukan sebagai bukti bahwa keindahan lekuk tubuhmu begitu menghiptonis diriku dan begitu membangkitkan birahiku padamu. Bahkan, sampai sekarangpun aku masih menyimpan jalinan rambutmu yang sering aku gunakan untuk mengikat kontolku di saat aku ngocok sambil menghayalkan dirimu.
Ada sensasi yang begitu luar biasa saat aku mengikatkan jalinan rambutmu di kontolku dan mempunyai efek yang terasa nyata bagiku. Apalagi saat aku ngocok sambil menyebut namamu. Pastinya, sesaat setelah aku ngocok dan berjumpa denganmu, kau sedikit menampilkan bahasa tubuh yang sepertinya memancing birahiku. Aku gak tahu apakah itu kebetulan atau tidak. Tapi itulah yang aku rasakan. Kadangpun, aku hanya berkata dalam hatiku untuk meminta kau nungging di depanku di saat aku berjumpa denganku, dan kau melakukan hal itu. Apakah itu kebetulan atau tidak, tapi itulah yang aku alami yang membuat aku semakin sering mengikatkan rambutmu di kontolku.
Aku tahu, pasti orang akan menilai begitu rendahnya selera birahiku yang menyukai dan mengagumi dirimu yang sudah berusia 62 tahun itu. Tapi jujur..., aku gak perduli karena aku melihat ada sesuatu yang berbeda dan spesial dari dirimu. Klo aku melihat perempuan yang seusia seperti dirimu, jangankan ngaceng kontolku, denyut kontolku aja gak akan terjadi dan yang pastinya aku gak akan selera. Tapi ini..., ah..., begitu banyak imajinasiku pada tubuhmu. Apalagi pepekmu yang sudah beruban itu. Dan salut untuk dirimu mertuaku..., tak begitu nampak perubahan pada keindahan tubuhmu walaupun kau sudah berusia 62 tahun. Bahkan semakin menggoda birahiku dengan lekuk tubuhmu serta montoknya pantatmu itu. Esh..., inginnya kontolku ini mengocoki pepek dan pantatmu secara bergantian...
Aku juga sangat berterima kasih padamu karena aku yakin, kau tahu kalau aku sering menjadikan dirimu sebagai imajinasi ngocokku. Aku yakin kau tahu kalau pandangan mataku tak pernah lepas memperhatikan setiap lekuk tubuhmu di saat aku berada di dekatmu. Apalagi di saat aku ngocok di belakangmu yang sedang menonton TV, aku begitu sangat yakin kau sengaja membiarkan aku ngocok sampai aku nembak mani, karena dari pantulan bayanganku di kaca pintu lemari TV kau sudah pasti dapat menyaksikan kalau aku sedang duduk ngocok di belakangmu. Walau terkadang juga kau menampak sikap yang tidak nyaman saat aku ngocok di belakangmu dengan kau berpura-pura beranjak dari depan TV dan masuk ke ruang lain. Entahlah, bisa jadi saat itu kau juga menahan denyut di pepekmu dan berusaha menenangkan dirimu sendiri karena mengetahu kalau saat itu aku sedang mempermainkan kontolku dan ngocok hanya beberapa meter di belakangmu.
Begitu salutnya aku pada dirimu saat kau memergoki aku yang sedang berdiri ngocok di sekitar ruang TV rumahmu. Walau pada awalnya kau begitu kaku dan ketus saat berbicara denganku sesaat setelah kau melihat aku ngocok, tapi hanya butuh 2 minggu dirimu bersikap ramah kembali padaku. Jadi..., di hari ulang tahunmu ini aku begitu berterima kasih padamu karena membiarkan aku ngocok di sekitarmu, baik itu di depanmu, maupun di belakangmu dengan jarak yang begitu dekat yang aku begitu sangat yakin kalau kau sebenarnya mengetahui hal itu. Apalagi di saat aku bugil berdiri ngocok di belakangku di saat kau sedang merebahkan dirimu sambil mendengarkan radio. Sangat mustahil saat itu kau tidak merasakan kehadiranku yang sedang dalam keadaan bugil berdiri ngocok dengan hentakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku begitu jelas terdengar sampai akhirnya aku berkelonjotan di saat aku nembak mani hanya beberapa meter saja di belakang tubuhmu, melainkan kau tahu dan sengaja membiarkan aku. Makasih ya mertuaku...