Tanggal 17-05-2021, jam 00:12-00:15 santai saja aku berdiri ngocok di atas kepala mertuaku yang sedang tidur di lantai di ruang TV rumahku.
Dua hari sebelumnya, mertuaku datang dan entah mengapa dia nampaknya sengaja berlama-lama di rumahku. Melihat hal itu sengaja aku memintanya untuk menginap di rumahku. Tapi berhubung mertuaku belum bilang ke adik iparku, akhirnya mertuaku berjanji akan menginap di rumahku besok hari sambil mengatakan kalau dia minta dijemput.
Ah..., imaginasi liarku terasa menggelitik birahiku. Terus terang saja, begitu besar hasratku untuk bisa melesakkan kontolku ke dalam pepek mertuaku itu dan membanjiri pepeknya dengan air maniku.
Sesuai dengan janjinya, sekitar sore hari mertuaku datang dengan diantar oleh adik iparku. Ngobrol di ruang TV sementara imaginasi birahiku terus saja bermain dalam pikiranku, begitu menggelitik kontolku.
Sampai malam aku masih saja mencari kesempatan untuk dapat ngocok di samping ataupun di belakang mertuaku, tapi terlalu beresiko, masih terlalu ramai. Dan mertuaku juga sepertinya terlalu asik menonton TV. Tak lama kemudian aku masuk ke kamarku sambil terus rebahan dan memainkan kontolku. Menikmati denyut-denyut penuh kenikmatan dikarenakan kehadiran mertuaku itu.
Ntah lah..., begitu terobsesinya aku pada mertuaku. Begitu besar keinginanku untuk dapat melesakkan dan mengocoki pepek mertuaku itu dengan kontolku sampai aku nembak mani di dalam pepeknya. Ingin rasanya sambil ngobrol aku mendekati mertuaku sambil terus merangkul dan mencumbuinya. Ingin rasanya aku mengajak mertuaku itu ngobrol di kamar, di tepi ranjang sambil perlahan aku merebahkan tubuhnya, menyingkapkan daster yang dia pakai dan secara perlahan aku mulai melorotkan sempaknya sembari melebarkan pahanya agar benar-benar mengangkang sampai akhirnya aku menjilati pepeknya. Ah..., pasti nikmat sekali rasanya saat pertama aku mulai melesakkan kontolku ke dalam pepeknya. Penuh perasaan, secara perlahan aku memendamkan kontolku ke dalam pepek mertuaku itu dan mulai mengocokinya...
Ah..., pepek mertuaku itu..., begitu menggodaku.
Dan tak terasa karena asiknya aku menghayal pepek mertuaku di dalam kamar, saat aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 00:00. Berarti hari sudah berganti kembali. Sementara letupan birahiku terasa semakin menjadi.
Akhirnya aku keluar dari kamarku dan aku lihat mertuaku dalam posisi tidur miring ke kanan. Sebenarnya aku tidak begitu yakin apakah mertuaku itu sudah benar-benar tidur atau belum. Karena beberapa saat yang lalu, masih aku dengar mertuaku itu ke kamar mandi.
Tapi karena gejolak birahiku semakin menjadi, akhirnya aku pura-pura duduk di kursi ruang TV sambil menelusuri lekuk tubuh mertuaku yang sedang tidur dalam posisi menyamping.
Pepek... pepek..., begitu mengodanya posisi tidur mertuaku saat itu yang dengan sedikit menekukkan kakinya, membuat seperti ingin dikentot dari belakang. Ah..., sebenarnya kalau dilihat dalam posisi mertuaku saat itu, aku hanya tinggal menyingkapkan bagian belakang dasternya dan melorotkan sempaknya, lalu tinggal melesakkan kontolku ke pepeknya dari bagian belakang.
Pepek... pepek..., kontolku semakin terasa memberontak.
Sambil semakin dalam dan penuh imaginasi birahi pandanganku menelusuri lekuk tubuh mertuaku, aku mengeluarkan kontolku dari celanaku. Mempermainkan kontolku sambil duduk menikmati keindahan tubuh mertuaku yang sedang tidur di lantai dan jaraknya hanya sekitar 30 cm kepala mertuaku itu dari kakiku.
Pepek... pantat... torok..., aku semakin tak kuat menahan birahiku yang membuat aku akhirnya berdiri tepat di atas kepala mertuaku sambil terus mengocoki kontolku.
Tak aku hiraukan apakah mertuaku itu sudah benar-benar tidur atau belum. Posisi kakiku hampir menyentuh kepala mertuaku, sementara hentakan tanganku yang mengocoki kontolku terasa begitu nikmat.
Saat itu jam menunjukkan pukul 00:12. Sambil berdiri ngocok di atas kepala mertuaku, semakin aku telusuri seluruh tubuh mertuaku. Dan kalau saja mertuaku itu tiba-tiba bangun, pasti yang nampak olehnya adalah kontolku yang benar-benar sangat ereksi sedang aku kocok tepat di atas kepalanya.
Begitu sangat aku nikmati kocokan tanganku di kontolku. Hingga akhirnya jam menunjukkan pukul 00:15, aku tidak dapat menahan lagi dorongan maniku untuk muncrat dari kontolku.
Sangat kental dan begitu banyak maniku yang keluar. Sampai-sampai, muncratan maniku itu tidak dapat aku tahan dan tampung dengan tangan kiriku.
Sebagian muncratan maniku itu mengenai bagian bawah kiri celana pendekku. Begitu berkelonjotan penuh kenikmatan aku saat itu.
Ah..., mertuaku...