Tanggal 10-04-2020, pada saat aku melihat Tum, pasti yang aku lihat hanyalah pantatnya yang montok itu. Selalu terbayang bagaimana saat Tum naik sepeda, sepertinya tempat duduk sepedanya itu ditelan dan menghilang dalam pantat si Tum. Dan keberuntunganku saat ini adalah saat aku asik bugil ngocok di jendela, pada jam 11:12 aku lihat Tum keluar dari rumahnya. Dia berdiri lama di depan rumahnya sambil memandang ke jendela rumahku. Begitu aku rapatkan tubuh bugilku ini ke jerjak jendela sambil tanganku tak henti-hentinya mengocoki kontolku. Begitu nampak menarik selangkangan si Tum ini. Jelas nampak tembam pepeknya.
Akupun semakin mempercepat kocokan di kontolku sambil terus saja memandang ke selangkangan Tum. Dan perlahan si Tum mulai berjalan keluar gang dan menyebrang jalan tepat di depanku yang semakin cepat mengocoki kontolku. Nampak jelas si Tum pura-pura tidak melihat aku, dan akupun berkelonjotan penuh kenikmatan saat memuncratkan maniku tepat saat si Tum berada di depanku.
Menurutku memang sudah menjadi ciri si Tum yang pura-pura tidak melihat aku ngocok. Tapi mana bisa dibohongi lirikan matanya dan terkadang senyum tipisnya saat dia melihat aku ngocok. Bukan sekali dua kali aku ngocok dengan target si Tum, bahkan dulu aku sering ngocok di kursi tamu dengan pintu yang terbuka lebar dan si Tum lewat. Entah sudah berapa kali aku nembakan mani di depan si Tum saat pandangan mata kami saling beradu.
Jam 17:25 kembali si Tum keluar dari rumahnya, dan akupun begitu bersemangat menyongsongnya keluar dari gang dengan lebih merapatkan tubuhku yang bugil ini ke jerjak jendela. Tapi entah kenapa dia nampak terburu-buru menyebrang dan masuk ke dalam gang di samping rumahku.
Sambil terus saja ngocok, aku menunggu Tum untuk melewati aku lagi. Dan tak berapa lama kemudian, aku dengar suara Tum sedang berbicara di gang sebelah dan akupun semakin mempercepat kocokan di kontolku.
Benar saja, lalu Tum keluar dari gang sebelah dan menyebrang dengan sangat santai. Mataku tak lepas terus saja menandang pantatnya bergoyang-goyang seirama dengan langkah kakinya dan tanganku semakin cepat mengocoki kontolku sampai akhirnya aku nembak mani.
Ah..., Tum... Tum..., dua kali ya kau buat aku muncrat mani di hari ini, dasar pepek pantat lonte kau Tum.