Raisa adalah anak angkat dari Nni yang masih berumur 2 tahunan. Sebenarnya sering aku jumpa dengan Raisa karena Nni sering juga datang ke rumah mertuaku. Maklum saja Nni merupakan keponakan mertuaku. Dan Raisa juga sepertinya akrab denganku karena kalau jumpa sering aku ajak bercanda.
Walau masih berumur 2 tahunan, tapi nampak jelas kecantikannya dan sungguh sangat menggemaskan. Dan pagi tanggal 29-05-2018 saat aku hendak ke rumah mertuaku yang sedang kosong, aku berjumpa dengan Nni dan Pi yang sedang membawa Raisa dengan motor.
Sambil aku goda aku bilang ke Raisa, "yuk sama om aja jalan-jalannya... ". Dan tanpa disangka Raisa mau ikut denganku. Lha..., aku yang tadinya cuma iseng jadi agak bingung, karena sebenarnya aku mau ke rumah mertuaku dan berencana mau ngocok di sana berhubung tadi malam aku juga sudah ke rumah mertuaku dan secara tak sengaja di dalam kamar Ning aku jumpai sempak Ning tergeletak bersama pakaian-pakaiannya yang belum sempat dia cuci. Saat itu aku perhatikan bagian depan sempak Ning itu dalam kondisi lembab yang berarti baru selesai dia pakai dan terbukti dengan aroma pesing pepek Ning masih begitu terasa pada bagian depan sempaknya itu. Sempat juga sih tadi malam aku ngocok sambil menciumi aroma pesing pepek Ning dari sempaknya sambil menghayalkan kenikmatan pepek Ning.
Lalu aku katakan pada Nni kalau Raisa aku ajak ke rumah mertuaku. Dan rupanya Nni juga mau kesana. Ya aku bilang ke Nni kalau mertua sedang ke A S sambil aku tanya apa keperluannya mau ke rumah mertuaku. Rupanya Nni dan Pi hendak belanja pakaian dan ingin menitipkan Raisa pada mertuaku. Dan dengan segera aku langsung menawarkan diri agar Raisa bersamaku selama mereka pergi sambil aku janjikan pada Raisa kalau nanti di sana boleh main games.
Deal..., akhirnya Raisa pindah ke motorku dan Nni melanjutkan perjalannya ke Mall bersama Pi sambil mengatakan paling lama 2 atau 3 jam mereka akan kembali dari sana. Dan seperti janjiku pada Raisa, sebelum ke rumah mertuaku sengaja dia aku ajak jalan-jalan mengitari perkampungan hingga akhirnya aku membelokkan motorku ke rumah mertua.
Jujur saja, selama perjalanan menuju rumah mertuaku ini, kontolku sudah denyut dan sudah sangat ereksi. Dan saat aku dan Raisa sudah masuk ke dalam rumah mertuaku, sengaja pintu tidak aku tutup. Lagian suasana memang sangat lengang. Dan aku tahu, saat aku bimbing Raisa masuk ke rumah mertuaku tatapan mata Raisa nampak begitu antusias mengarah ke depan celana pendekku karena kontolku sudah menyodok celana pendekku. Iya..., saat itu aku memang tidak memakai sempak.
Ok..., kulihat jam menunjukkan pukul 09:17 saat aku mulai menghidupkan games sambil aku ajak Raisa ngobrol, walau sebenarnya aku tidak begitu tahu perkataan Raisa karena dia belum lancar berbicara. Kuambil joystick sambil aku ajak Raisa untuk duduk di pangkuanku.
Ah..., terasa nikmat sekali saat kontolku tertindih tubuh Raisa. Apalagi saat Raisa mengeser-geser pantatnya yang terganjal oleh kontolku. Tak konsentrasi pikiranku saat aku mengajari Raisa menggunakan joystick. Terasa begitu bergetar birahiku hingga pada suatu kesempatan saat Raisa mulai bisa bermain games sendiri, dengan tangan kiriku yang sedari tadi merangkul tubuhnya selama dia bermain games dengan perlahan-lahan mengangkat tubuhnya dari pangkuanku dan tangan kananku menarik bagian depan celanaku sambil aku keluarkan kontolku lalu kemudian aku turunkan kembali tubuh Raisa untuk duduk di pangkuanku kembali.
Terasa sedikit dingin saat kontolku menyentuh paha Raisa sebelum benar-benar dia duduk di kontolku. Saat dia menduduki kontolku sepertinya Raisa tidak nyaman dengan mencoba bangkit dari pangkuanku dan aku dengan sigap mengalihkan niatnya sambil menunjukkan permainan yang sedang dia mainkan. Denyut dan benar-benar terasa memberontak kontolku penuh kenikmatan dan sengaja dengan perlahan aku goyang-goyangkan kontolku menggesek pantat Raisa sambil aku perhatikan reaksinya. Raisa sepertinya tidak begitu terpengaruh dengan gesekan kontolku di pantatnya karena dia masih asik main games, walau terkadang dia mencoba mengeser posisi duduknya yang terganjal oleh kontolku.
Kemudian aku suruh Raisa berdiri dan aku juga ikutan berdiri sambil aku bilang ke Raisa main gamesnya berdiri aja karena aku capek memangkunya. Ah..., begitu dekatnya kontolku dengan kepala Raisa. Sangat santai aku ngocok di belakang Raisa sambil sesekali kepala kontolku aku gesekkan ke kepala Raisa. Bahkan karena asiknya dia main games, kadang aku gesekkan kepala kontolku di tengkuk dan leher bagian samping Raisa. Memang saat Raisa merasa geli dan memalingkan wajahnya ke aku, kontolku langsung aku sembunyikan di bajuku agar dia tidak melihat langsung kontolku.
Lalu dengan mencoba peruntungan kukatakan pada Raisa, "ini Raisa pipis dulu ya, nanti pipis di celana lho... ". Raisa mengangguk dan kemudian aku bawa Raisa ke kamar mandi sambil aku raih kursi plastik yang ada di dapur.
Kulihat jam menunjukkan pukul 09:44, di depan kamar mandi aku katakan pada Raisa, "ntar Raisa disini dulu ya, om mau masukkan kursi ini ke kamar mandi. Nanti Raisa pipis jongkok di kursi itu karena nanti kalau gak di kursi bisa jatuh terpeleset karena lantainya licin".
Setelah itu aku gendong Raisa dan aku berdirikan di atas kursi yang sudah aku masukkan ke kamar mandi tadi. Lalu aku singkapkan baju yang sekaligus roknya sambil aku suruh Raisa untuk memegangnya. Jujur, sangat bergetar penuh birahi suaraku saat itu. Aku gak tahu apa ini berhasil atau tidak, dan dengan gemuruh di dadaku perlahan aku mulai menarik turun sempak Raisa.
Posisiku saat itu sedikit membungkuk dan perlahan tapi pasti sempak Raisa kuturunkan sampai akhirnya sudah melorot ke kakinya. Dari awal aku mulai melorotkan sempak Raisa, mataku tak pernah lepas memandang indahnya pepek Raisa, begitu sangat aku nikmati pandangan indah ini. Sambil aku suruh Raisa mengangkat kakinya agar bisa aku ambil sempaknya, sengaja aku semakin dekatkan wajahku ke pepek Raisa.
Ah..., pepek anak anak perempuan umur 2 tahun yang masih sangat mulus dengan kulit yang putih bersih. Begitu aku menikmati saat Raisa mulai jongkok di depanku, ah..., pepeknya itu... Dan sejurus kemudian aku sedikit menjauhkan posisiku dari Raisa sementara pandangan mataku terus saja menikmati keindahan pepek Raisa yang secara perlahan mulai mengeluarkan air kencingnya.
Aku juga begitu menikmati saat tanganku mulai menyentuh lembutnya pepek Raisa. Posisiku saat itu berjongkok di depan Raisa sambil tangan kananku mulai menyentuh pepek Raisa. Dengan tangan kiriku yang sudah memegang gayung untuk mencebok pepek Raisa, sengaja tangan kananku berlama-lama memegang pepek Raisa dan dengan perlahan sedikit merekahkan pepek mungilnya. Ah..., pingin sekali aku jilat pepek Raisa saat itu. Dan akhirnya aku bangkit dan mulai mencebok pepek Raisa.
Saat aku bangkit dan mencebok pepeknya, kontolku yang aku sembunyikan nampak keluar dan sengaja aku biarkan.
"apa ni om... ", tiba-tiba Raisa bertanya padaku sambil telunjuk tangannya menyentuh kepala kontolku !
"ish..., Raisa ngintip ya..., gak boleh itu..., ntar om kasih tahu ke mama ya kalau Raisa ngintip om..."
Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya Raisa nampak sedikit takut. Lalu aku katakan ke Raisa, "ini om gak kasih tahu ke mama, tapi Raisa juga gak boleh bilang ke mama ya...".
Kubiarkan kontolku yang sudah sangat ereksi itu di depan Raisa. Setelah aku selesai mencebok pepek Raisa dan memakaikan sempaknya kembali, lalu aku suruh Raisa untuk jongkok kembali. Saat Raisa jongkok itulah sengaja aku sentuhkan kepala kontolku di hidung dan bibir Raisa.
"tadikan Raisa sudah pipis, nah sekarang om mau pipis juga ya..., ini om gak bilang ke mama Raisa kalau Raisa ngintip om, tapi Raisa juga gak boleh bilang ya..., ntar mama Raisa marah...". Dan sambil jongkok memperhatikan kontolku Raisa menganggukkan kepalanya.
Pertama sekali sengaja aku berdiri membelakangi Raisa, dan secara perlahan mulai mengocoki kontolku. Lalu sambil tetap tanganku dalam posisi mengocoki kontolku perlahan aku mulai memutar tubuhku sambil aku katakan kalau aku belum selesai pipisnya. Sampai akhirnya aku benar-benar berdiri menghadap ke Raisa dengan kocokan tanganku di kontolku yang ku usahakan selembut mungkin. Maklum saja, sebenarnya begitu aku tahan kontolku ini untuk tidak nembak terlalu cepat. Momen ini sangat langka, ditonton secara langsung oleh anak perempuan usia 2 tahunan dengan pandangan matanya juga nampak begitu antusian memperhatikan gerakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku.
Apalagi dengan keadaan yang benar-benar sangat aman seperti ini, hanya aku dan Raisa, begitu aku usahakan agar tidak terlalu cepat nembak mani dan sangat santai aku mengocoki kontolku di depan Raisa, mengekspresikan kenikmatan setiap hentakan tanganku yang mengocoki kontolku di depan Raisa.
"ini pipis om belum mau keluar Raisa, ntar lagi ya...", kataku pada Raisa sambil lebih aku dekatkan lagi posisiku dengan Raisa.
Aku bener-benar berdiri berhadapan dengan wajah Raisa yang saat itu jongkok di kursi. Begitu dekat kontolku dengan wajah Raisa yang nampak santai memperhatikan tanganku yang sedang mengocoki kontolku.
"Raisa gak papa kan nunggu om pipis dulu, nanti om janji gak bilang ke mama Raisa, tapi Raisa juga gak boleh bilang ya...".
Sambil aku ajak ngobrol dan sesekali Raisa juga menanggapi obrolan atau pertanyaanku, tanganku juga tak berhenti untuk tetap mengocoki kontolku. Lalu dengan kondisi kontolku yang masih tegar di hadapan Raisa, aku angkat tubuh Raisa dan aku suruh Raisa duduk di kursi.
Kupermainkan kontolku yang sedang aku kocok ini di depan Raisa. Kadang sengaja aku kocok secara perlahan, dan terkadang aku kocok dengan begitu cepat. Paling tidak Raisa dapat menikmati permainan tanganku yang sedang mengocoki kontolku di depannya. Begitu sangat aku nikmati ngocok di depan Raisa yang pastinya akan sangat langka untuk terjadi kembali. Dan akupun tak lupa untuk tetap memperhatikan ekspresi wajah Raisa saat memperhatikan aku yang sedang ngocok.
Sampai akhirnya aku jadi semakin nekat dengan berdiri semakin dekat dengan Raisa dan kadang aku gesekkan kepala kontolku ini wajah Raisa, di kening, pipi, leher dan yang paling ekstrem adalah ke bibir Raisa. Sebelum aku gesekkan kontolku ini ke bibir Raisa aku gesekkan ke lehernya. Rupanya Raisa merasa geli dan kemudian dia sedikit mencoba menggeliat sambil tertawa kegelian. Saat itulah kemudian kepala kontolku langsung mengarah ke mulut Raisa dan menyentuh bibirnya.
Sudah terlanjur, akhirnya aku raih tangan Raisa dan aku bimbing tangan kanannya untuk memegang kontolku sambil aku ajak ngobrol dan bercanda. Berdiri di hadapan Raisa yang sedang duduk di kursi dengan tangannya yang sudah aku bimbing untuk memegang kontolku dan kemudian tanganku memegang tangannya sambil kemudian mencengkram kembali kontolku. Jadi secara otomatis tangan kanan Raisa juga mencengkram kontolku, dan dengan perlahan aku kembali mulai mengocoki kontolku.
Ah..., gak dapat aku bayangkan kenikmatan yang aku rasakan saat itu, saat tangan Raisa mulai aku bimbing untuk mengocoki kontolku. Dan untuk membuat suasana relax tak habis ideku untuk membuat candaan yang membuat Raisa tertawa sambil tangannya tetap aku bimbing untuk mengocoki kontolku.
Gerakan perlahan tangan Raisa yang sedang mengocoki kontolku begitu sangat aku nikmati yang kemudian kubimbing tangannya untuk semakin cepat mengocoki kontolku. Hingga akhirnya muncratan maniku tak kuasa aku tahan hingga mengenai wajah Raisa.
Ada rasa terkejut yang dihadirkan dari sikap Raisa saat maniku muncrat di wajahnya.
"ah..., dah keluar ni Raisa..., makasih ya sayang... Tu sampai kena ke wajah Raisa. Ini kalau tahu mama Raisa bisa marah besar ni. Jadi Raisa gak boleh bilang ke mama ya...", dan Raisa hanya mengangguk.
Kemudian aku basuh maniku yang ada di wajah Raisa dengan air. Dan setelah aku masukkan kontolku ke celanaku, lalu aku gendong Raisa keluar dari kamar mandi. Kulihat jam menunjukkan pukul 10:13. Jadi kurang lebih selama 28 menit aku bersama Raisa di kamar mandi. Dan di dalam waktu kurang lebih 28 menit itu sebagian besar aku habiskan untuk ngocok di depan Raisa dan dikocok oleh Raisa.
Dan sebagai pengalih perhatiannya agar tidak selalu mengingat kejadian tadi, aku kembali mengajak Raisa main games. Beberapa saat aku dampingi Raisa main games lalu aku beranjak kembali ke kamar mandi mengambil kursi plastik yang aku gunakan tadi.
"yuk Raisa mau ice cream gak...", ajakku pada Raisa yang dengan girang Raisa menjawab kalau dia mau.
Lalu kami keluar rumah untuk membeli ice cream dan beberapa snack pilihan Raisa. Dan kemudian kembali lagi ke rumah mertuaku. Kami duduk di lantai. Kuperhatikan wajah riang Raisa yang sedang menikmati ice creamnya dan kemudian aku merebahkan diriku di depan Raisa. Kontolku kembali ereksi dan terasa memberontak ingin dikocok kembali. Dan entah kenapa aku jadi punya niat ingin bugil ngocok di depan Raisa. Jujur saja, kesempatan ini benar-benar tidak akan aku sia-siakan. Aku tahu, momen ini pasti akan sangat sulit bisa aku ulangi lagi.
"Raisa disini aja ya, om mau mandi dulu, ntar klo ada hantu bilang ama om...", kataku pada Raisa sambil aku beranjak dari hadapan Raisa. Dan tentu saja mendengar ucapanku itu Raisa langsung ikutan berdiri dan ingin ikut. Aku pura-pura membujuknya untuk tidak ikut denganku sambil masuk ke dalam kamar mertuaku, aku lirik jam dinding menunjukkan pukul 11:01. Pintu kamar mertuaku sengaja aku biarkan terbuka lebar dan aku juga tahu kalau handuk mertuaku ada di dalam kamar.
Sengaja secara perlahan aku mulai membuka bajuku saat Raisa berjalan mendekati pintu kamar mertuaku dan aku pura-pura tidak melihatnya. Saat Raisa berdiri di depan pintu kamar dengan pura-pura tidak melihatnya aku mulai melorotkan celanaku hingga aku benar-benar bugil. Dengan kontol yang begitu ereksi perlahan aku mendekati Raisa yang dengan jelas aku dapat melihat tatapan matanya mengarah ke kontolku. Aku katakan kalau aku sedang membuka baju dan Raisa sebenarnya tidak boleh melihatnya. Dan Raisa katakan padaku kalau dia mau sama aku dan gak mau ditinggal sendiri. Aku pura-pura membujuknya sambil terus lebih mendekatkan diriku ke tubuh Raisa. Dan tentu saja kontolku begitu sangat dekat dengan wajah Raisa. Pepek...pepek..., begitu memberontak kontolku ingin dikocok. Akhirnya sambil aku belai kepala Raisa dan kontolku menempel di pipi Raisa aku katakan kalau Raisa takut boleh bersama aku tapi tidak boleh bilang siapa-siapa, sambil aku bawa masuk Raisa ke dalam kamar mertuaku sementara saat itu juga tangan kananku mulai mengocoki kontolku yang masih menempel di pipinya.
Aku tahu mata Raisa memperhatikan gerakan tanganku yang sedang mengocoki kontolku. Dan setelah di dalam kamar kembali aku mengajak Raisa ngobrol berdiri berhadap-hadapan.
Aku sudah benar-benar tak memikirkan apa yang mungkin terjadi setelah ini. Maksudku setelah Raisa pulang apa dia mau cerita sama Nni atau tidak. Ini kesempatan yang sangat langka, dan akupun tidak mau menyia-nyiakannya.
Berdiri saling berhadap-hadapan dengan kondisi aku yang benar-benar bugil di depan Raisa dan saat itu secara perlahan di depan Raisa aku mulai mengocoki kontolku. Entah lah, aku gak begitu perduli apa yang anak umur 2 tahunan itu pikirkan saat tanganku mulai mengocoki kontolku. Aku juga tidak perduli apa yang Raisa pikirkan melihat aku bugil di depannya.
Terkadang sengaja aku permainkan kontolku ini di depan Raisa, kadang aku gesek kontolku ini ke wajahnya. Kubiarkan Raisa memperhatikan tanganku yang kadang perlahan mengocoki kontolku dan kadang begitu cepat hingga suara kocokan tanganku terdengar begitu jelas diiringi suara nafasku yang begitu memburu. Dapat dibayangkan begitu bebasnya aku saat itu. Hingga saat Raisa menghabiskan sisa ice cream di tangannya, kemudian aku raih tangan kanannya dan aku bimbing untuk memegang kontolku serta mengocoki kontolku.
"ngapain ini om...", tanya Raisa kepadaku dan aku jawab saja kalau sedang gatal dan pingin Raisa yang menggarukinya. Selama Raisa mengocoki kontolku tetap saja aku selingi dengan candaanku dan Raisa sepertinya tidak berkeberatan tangannya mengocoki kontolku.
Tak puas hanya tangan kanan Raisa yang mengocoki kontolku, lalu aku raih tangan kiri Raisa. Akhirnya kedua tangan Raisa mencengram kontolku sambil kemudian mengocoki kontolku dengan bimbingan tangan kananku yang memegang kedua tangan Raisa.
Pepek..., lonte..., pepek..., nikmatnya....
Tapi karena kecepatan kocokan tangan Raisa tidak mungkin dapat secepat yang aku lakukan, akhirnya aku lepas genggaman tanganku di tangan Raisa dan kontolku aku tarik dari tangannya.
Lalu aku kembali ngocok di depan Raisa hingga akhirnya saat aku ingin nembak mani, "cepat Raisa buka mulutnya".
Crot..., begitu Raisa membuka mulutnya, langsung tangan kiriku memegang kedua pipinya agar mulutnya tetap terbuka dan aku langsung nembak mani.
Iya..., aku langsung menembakkan maniku yang muncrat itu ke dalam mulut Raisa! Begitu banyak dan kental maniku yang masuk ke mulut Raisa. Dan mungkin karena Raisa terkejut dengan tembakan maniku ke dalam mulutnya, setelah tangan kiriku aku lepas dari pipi Raisa, langsung saja maniku itu tertelan oleh Raisa.
"acem...", itu ucapan pertama Raisa setelah menelan maniku. Mungkin Raisa mau mengatakan kata asam yang mewakili rasa asin maniku yang ditelannya. Dan saat itu aku hanya tertawa sambil mengajaknya bercanda. Dan sengaja setiap momen kubuat seriang mungkin. Dan saat itu jam dinding di kamar mertuaku menunjukkan pukul 11:33. Ah..., jadi selama kurang lebih 32 menit aku ngocok di depan Raisa!
Lalu dengan mengenakan handuk aku ajak Raisa keluar dari kamar mertuaku. Kami ke kamar mandi. Raisa hanya berdiri di depan pintu kamar mandi memperhatikan aku yang sedang mandi. Di depan Raisa aku kembali mempertontonkan bagaimana aku menyabuni kontolku dan mengocoki kontolku lagi. Tapi karena mungkin sudah 2 kali nembak mani dengan waktu yang sangat berdekatan membuat kontolku tidak begitu ereksi. Jujur aku juga merasa sedikit lelah kali ini dan membuat aku menghentikan kocokan kontolku. Kembali aku lanjutkan acara mandiku yang ditonton langsung oleh Raisa.
Selasai mandi dan mengenakan kembali pakaianku, Raisa aku ajak kembali main games dan makan snack yang kami beli tadi. Sambil main games aku tetap mengulang kembali perkataanku agar Raisa tidak bilang pada siapa-siapa atau nanti mamanya akan marah pada Raisa.
Main games yang diselingi dengan canda yang kubuat suasana seriang mungkin dengan tujuan membuat Raisa nyaman hingga akhirnya Raisa merebahkan dirinya. Dia mulai mengantuk, lagian jam sudah menunjukkan pukul 12:10 atau mungkin dia lelah karena main games dan bercanda denganku. Tak butuh waktu yang lama hingga aku begitu yakin kalau Raisa sudah benar-benar tertidur.
Sedikit aku menggoyang tubuh Raisa untuk lebih memastikan kalau Raisa sudah benar-benar tidur. Jam 12:20 perlahan aku mulai menyingkap roknya dan melorotkan sempaknya.
Wuih..., putih sedikit kemerahan dan mulusnya pepek Raisa. Begitu bergetar birahiku melihat pepek Raisa yang begitu segar itu.
Dengan menggunakan jari jempol tangan kanan dan kiriku aku merekahkan pepek Raisa!
Kujilat penuh kenikmatan pepek Raisa. Kecil sekali lubang pepek Raisa, ya maklum saja pepek anak perempuan umur 2 tahunan!
Kusapu rekahan pepek Raisa dengan lidahku yang membuat Raisa sedikit menggeliat. Suasana lengang sekitar rumah mertuaku membuat aku santai menjilati pepek Raisa walau pintu rumah terbuka lebar.
Puas sekali aku menjilati pepek Raisa sampai akhirnya aku kembali mengeluarkan kontolku. Aku kembali ngocok dengan kepala kontolku mengganjal rekahan pepek Raisa. Sesekali aku hentikan kocokan kontolku dan aku gesekkan kontolku di pepek Raisa.
Akhirnya jam 12:32 muncratan maniku membanjiri seluruh permukaan pepek Raisa, dan yang pasti memenuhi rekahan pepek Raisa. Lalu aku bersihkan dan aku tampung maniku itu dari pepek Raisa yang kemudian aku masukkan ke bungkus snack. Kembali aku merekahkan pepek Raisa dan dengan lidahku, aku membersihkan sisa maniku yang ada di rekahan pepek Raisa hingga benar-benar bersih! Jujur saja, selama aku menjilati pepek Raisa, dia hanya menggeliat saja dan terkadang tangannya berusaha memegang pepeknya yang mungkin terasa geli.
Kemudian aku membangunkan Raisa dengan alasan aku suruh kencing. Agak lama juga aku bisa membangunkan Raisa. Dan setelah terbangun, langsung saja aku sodorkan bungkus snack yang berisi maniku. Aku suruh Raisa membuka mulutnya dan perlahan maniku itu dengan jari telunjukku aku masukkan ke dalam mulut Raisa yang kemudian dia telan.
Setelah itu baru aku bawa Raisa ke kamar mandi dan aku suruh dia kencing. Walau air kencingnya tidak keluar, tetap saja aku cebok pepeknya. Karena memang alasanku saja menyuruh Raisa kencing, padahal maksud utamaku adalah untuk lebih membersihkan pepek Raisa dari kemungkinan sisa maniku masih membekas di pepeknya.
Dan mungkin karena masih mengantuk, setelah aku pakaikan kembali sempaknya, Raisa tidur lagi.
Dan detak jantungku bergemuruh begitu hebat saat aku dengar suara motor berhenti di halaman rumah mertuaku. Aku tahu itu pasti Nni. Lalu aku menyambutnya sambil mengatakan kalau Raisa sedang tidur. Jam menunjukkan pukul 13:30 saat Nni mulai membangunkan Raisa. Ada kecamuk penuh kekhawatiran yang aku rasakan saat Raisa sudah bangun dan kami ngobrol. Nni memang tidak langsung pulang setelah Raisa bangun tidur, melainkan mengajakku ngobrol. Mungkin Nni merasa agak segan karena terlalu lama meninggalkan Raisa bersamaku.
"banyak bang yang belanja, lagian si Pi borong baju juga...", kata Nni padaku saat memberi alasan terlalu lama menjemput Raisa.
"main apa aja sama om tadi Raisa..., gak bandel kan sama om...", begitu yang Nni tanya pada Raisa yang membuat jantungku berdebar kencang.
Beruntung saat Raisa menjawab kalau dia tidak bandel saat bersamaku dan senang main games bersamaku. Raisa juga cerita kalau tadi kami beli ice cream tanpa menyinggung kejadian lainnya.
Jam 14:05 Nni dan Raisa pulang. Dan tinggal aku sendiri di rumah mertuaku dengan penuh rasa puas dengan kenikmatan yang aku rasakan saat bersama Raisa.
Hingga saat ini sudah hampir 1 minggu sikap Nni tidak berubah, begitu juga Raisa. Berarti Raisa memang tidak menceritakan kejadian yang dia alami, atau memang Raisa tidak mengerti dengan apa yang aku lakukan padanya. Ya pasti lah Raisa gak akan mungkin mengerti, lha wong anak usia 2 tahunan.